"Mimpi apa gue punya suami dingin kayak dia?" Harapan Arin adalah memiliki suami yang hangat dan juga romantis. Namun, harapannya seolah musnah karena kenyataannya dia memiliki suami yang dingin dan juga cuek seperti Bagas. Arin mencoba membuka hatinya untuk Bagas, tapi Bagas seolah menutup diri. Akankah Arin mampu mencairkan hati Bagas yang dingin itu?
Lihat lebih banyak"Rin. Bangun, udah sampe." Bagas membangunkan Arin yang tertidur begitu lelap.Arin perlahan membuka matanya. "Udah sampe?" Bagas mengangguk, lalu turun dari taksi. "Gak mau turun? Atau mau balik bandara?" tanya Bagas karena Arin masih bergeming.Arin yang masih setengah mengantuk pun keluar dari taksi."Terima kasih, ya, pak.""Sama-sama, kalau begitu saya permisi, pak, bu." Setelah mengeluarkan barang-barang mereka dari bagasi, sang supir taksi pun pergi.Walaupun cuma bepergian selama satu hari, tapi barang-barang yang mereka bawa pulang cukup banyak. Tentunya barang-barang tersebut bukan milik Bagas, melainkan Arin. Semua barang-barang itu adalah oleh-oleh yang akan dia berikan pada keluarganya, keluarga Bagas, dan juga karyawan restonya. Sangat baik hati, bukan? Karena oleh-oleh tersebut Bagas sempat memarahinya. Bagaimana tidak marah, Bagas yang direpotkan membawa semua barang tersebut. Sedangkan Arin hanya menenteng ranselnya."Gas, mau ke mana?""Masuk lah.""Bantuin aku bawa
"Buruan, Gas. Kamu jalannya lama banget, sih."Bagas yang berada cukup jauh di belakang Arin berulang kali menguap. Bagas masih sangat mengantuk. Tadi Arin membangunkannya tepat jam lima pagi, hanya karena Arin ingin pergi ke kebun stroberi. Karena siangnya mereka harus kembali ke Jakarta, jadi Arin tidak mau membuang-buang kesempatan untuk berpetualang di Bandung."Kalau mau cepat kenapa gak pergi sendiri aja?""Ya gak bisa dong nanti kita gak ada foto bareng. Kan buat dokumentasi juga buat dikirim ke bunda. Biar bunda tahu kalau kita ke sini itu beneran jalan-jalan bukan cuma di villa.""Berapa lama lagi sampenya?" tanya Bagas."Harusnya setengah jam lagi nyampe sih. Makanya kamu jalannya agak cepet biar makin cepet sampenya.""Oke." Bagas seketika mempercepat langkahnya, hingga meninggalkan Arin."Tungguin Gas!"***Bagas menatap Arin yang begitu antusias memetik stroberi. Tanpa sadar dia tersenyum. Arin sepertinya begitu bahagia menghabiskan waktu di Bandung. Bagas juga merasa cuk
"Kamu tahu gak aku tuh suka banget sama kebun teh. Waktu kecil aku sempat ke Bandung dan aku bisa ngabisin waktu berjam-jam buat main di kebun teh," cerita Arin begitu antusias ketika mereka berjalan menyusuri kebun teh.Arin menoleh pada Bagas yang hanya diam. "Kok kamu diam aja? Kamu gak suka ya aku ajak ke sini?""Berapa lama lagi kamu mau di sini?" Alih-alih menjawab pertanyaan Arin, Bagas malah memberikan pertanyaan."Kenapa? Kamu mau balik villa, ya? Sorry ya udah ngajakin kamu ke sini. Kalau aku tahu kamu gak suka ke kebun teh aku gak ngajak kamu tadi.""Pertanyaan saya belum dijawab.""Kemungkinan sih masih agak lama. Kamu kalau mau balik ke villa duluan gak papa. Nanti aku balik sendiri.""Ya udah."Arin sudah menduga Bagas pasti akan langsung pergi ketika dia menyuruhnya, tapi tetap saja dalam hati kecilnya Arin ingin Bagas ada rasa sedikit peduli padanya.Baru beberapa langkah berjalan Bagas berhenti lalu menoleh. "Jangan lama-lama."Arin tersenyum. "Iya, jangan kangen, ya."
"Coba sekarang kamu jelasin sama kita semua Fira, maksud ucapan kamu tadi," titah Karina ketika mereka kembali ke meja makan.Safira seketika tertawa. "Bunda apaan sih. Fira tadi gak ada ngomong apa-apa kok." Safira mengelak."Fira, walaupun bunda udah gak muda, pendengaran bunda masih berfungsi dengan sangat jelas. Jadi lebih baik kamu jelasin sekarang maksud ucapan kamu."Safira terdiam sejenak lalu melirik Arin dan Bagas secara bergantian. "Sebenarnya ada apa sih, bun? Kok kayaknya serius banget?" Beni bertanya bingung."Tadi bunda dengar Fira sama Arin ngobrol di dapur. Terus tiba-tiba Fira malah ngomong kalau Bagas sama Arin cuma pura-pura romantis di depan kita. Maksudnya apa coba?"Seketika semua yang ada di meja langsung beralih menatap Bagas dan Arin, membuat keduanya tampak panik."Gas, Rin, bener yang dibilang Fira? Jangan-jangan selama ini kalian cuma pura-pura di depan kita?" tanya Hery.Arin seketika gelagapan. "Eng ... eng ....""Itu gak bener kok, pa. Fira ngomong git
Bagas mendekati Arin yang tertidur di meja makan. Rupanya Arin sudah memasak. Apa mungkin Arin menyiapkan makan malam untuknya?"Arin." Bagas membangunkan Arin.Arin perlahan membuka matanya. "Gas, kamu baru pulang?"Bagas hanya mengangguk."Makan dulu, yuk. Selesai makan baru mandi. Kamu pasti udah laper, kan? Aku ambilin, ya."Bagas menahan lengan Arin ketika Arin sudah mengambil piring, hendak menyendokkan makanan untuknya."Gak usah. Saya belum mau makan."Arin pun menaruh kembali piring. "Ya udah, kalau gitu kamu mandi aja dulu baru makan. Aku tungguin deh.""Kamu kenapa ngelakuin ini?""Maksud kamu?""Kenapa kamu masih berusaha?"Arin tersenyum. "Karena aku pengin pertahanin pernikahan kita. Kan aku udah bilang aku bakal berusaha buat jadi istri yang baik buat kamu. Aku gak pengin kita cuma pura-pura romantis di depan orang-orang, tapi di belakang kita malah saling gak peduli.""Tapi saya gak b
"Ke panti? Ngapain?" Juan bertanya ketika mereka sedang makan siang di sebuah resto."Arin sumbangin makanan sama pakaian buat anak panti."Juan manggut-manggut. "Ternyata Arin baik hati juga, ya. Jarang loh ada orang kayak Arin yang mau peduli sama anak-anak panti. Gue aja juga gak pernah ngelakuin itu.""Iya, emang jarang." Bagas menyetujui ucapan Juan."Lo harusnya bersyukur punya istri kayak Arin. Udah cantik, pintar, baik hati lagi. Apa lo gak mau pelan-pelan buat belajar sayang sama Arin?""Topik kita bukan ke sana, Ju." Mendadak ekspresi Bagas berubah tidak suka."Justru itu topiknya. Kita kan lagi ngomong soal Arin. Emang lo gak ada rasa kagum sedikit pun sama dia setelah dia ngajak lo ke panti?""Kagum sama sayang itu beda. Gue gak sayang sama dia.""Gue koreksi ya, bukan gak sayang, tapi belum. Lo cuma butuh waktu kok."Bagas hanya diam, tidak menjawab. ***"Makasih ya, Brian. Berkat kamu resto saya jadi ramai. Saya gak nyangka promosi di media sosial bakal bisa seberpengar
"Kenapa kamu unfollow akun aku?" tanya Arin.Bagas seketika terkejut ketika melihat Arin sudah berdiri di depan mobilnya. "Kamu ngapain ke sini?" Bagas tidak menyangka kalau Arin datang ke kantornya."Kamu belum jawab pertanyaan aku.""Nanti saya jawab.""Tapi aku maunya sekarang.""Saya unfollow karena dari awal saya gak follow akun kamu."Arin seketika mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?""Kerjaannya Juan.""Oh, Juan. Ya aku emang agak kaget sih waktu tahu kamu follow akun resto, tapi gak nyangka aja kalau kamu bakal unfollow." Arin terlihat kecewa. Arin mungkin bisa menerima kalau memang bukan Bagas sendiri yang mengikuti akun sosial medianya, tapi Arin tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya ketika tahu kalau Bagas sendiri yang batal mengikuti akunnya. Kalau saja Bagas berbohong dengan mengatakan kalau semuanya adalah perbuatan Juan, mungkin Arin masih bisa menerimanya."Tujuan kamu ke sini apa?" Bagas kembali bertanya."Em, aku tadi ada urusan di dekat sini, makanya sekalian
Arin tersenyum ketika membuka kotak makan yang tadi siang sempat dia berikan untuk Bagas terlihat bersih, tidak tersisa sebutir nasi pun."Aku senang kamu habisin makanan yang aku kasih. Besok aku buatin lagi, ya. Kamu mau lauk apa?""Gak usah.""Gak papa, kok. Kamu bilang aja mau makan apa. Aku pasti bakal buatin."Bagas yang sedang sibuk dengan laptopnya seketika beralih menatap Arin dengan ekspresi datarnya. "Telinga kamu bermasalah?"Arin menggeleng. "Enggak kok, baru kemarin aku bersihin.""Kalau gak bermasalah harusnya kamu dengar omongan saya tadi." Bagas mengambil laptopnya lalu bangkit berdiri. Kalau tahu akan seperti ini, Bagas harusnya mengerjakan pekerjaan kantor di kamarnya saja. Bukan di ruang tengah yang berujung malah diganggu oleh Arin."Aku dengar kok, cuma pengin nawarin aja karena aku senang kamu habisin masakan aku. Kan kamu jarang mau makan masakan aku.""Kamu gak usah repot-repot. Makanan kamu tadi bukan saya yang makan," ucap Bagas lalu pergi ke kamarnya.Arin
"Gas! Bagas!" Arin memanggil Bagas sembari mengetuk pintu kamarnya.Sekitar lima menit menunggu, Bagas pun membuka pintu. "Jogging yuk.""Jogging?" tanya Bagas masih dengan wajah mengantuk.Arin mengangguk. "Iya, aku pengin kita jogging bareng. Kan selama ini aku selalu sendiri. Jadi kali ini aku pengin bareng kamu."Bagas terdiam sejenak. Apa dia tidak salah dengar? Arin mengubah gaya bicaranya padanya. "Aku? Kamu?""Iya, kenapa? Kamu gak suka kalau aku ngomong pake aku-kamu?"Bagas menggeleng. "Jadi kamu mau gak temenin aku?""Saya ganti baju dulu." Sebenarnya bisa saja Bagas menolak karena saat ini dia masih mengantuk, tapi entah kenapa dia malah menyetujui begitu saja ajakan Arin.Arin seketika tersenyum karena Bagas mau menerima ajakannya. "Oke, jangan lama-lama, ya."***"Minum dulu." Arin memberikan Bagas sebotol air mineral yang sempat dibelinya.Bagas menerima lalu meneguknya.Arin seketika tersenyum melihat Bagas yang tampaknya sangat haus, hingga menghabiskan air mineral
"Bagas, gak sarapan dulu? Aku udah masakin nasi goreng," ucap Arin ketika Bagas sudah bersiap-siap hendak pergi ke kantor.Bagas menggeleng. "Udah kenyang." Setelah berucap demikian Bagas pun pergi.Arin berdecak kesal. "Belum makan apa-apa kok udah bilang kenyang." Arin melahap nasi gorengnya sembari menggerutu. "Emang masakan gue gak enak apa? Setiap gue masakin gak pernah dimakan. Apa jangan-jangan dia mikir gue mau ngeracunin dia?" Arin segera menggeleng tidak mau peduli. "Bodoh amat! Yang penting gue udah ngelakuin tugas gue sebagai istri."Arinda Pratiwi nama lengkapnya. Hampir setengah tahun Arin menjalani pernikahan dengan seorang pria bernama Bagaskara Pratama, namun dia tidak merasakan kalau pernikahan mereka begitu indah. Mungkin orang-orang akan berpikir kalau Bagas adalah suami yang baik dan romantis, tapi itu semua hanyalah palsu. Karena Bagas hanya berpura-pura bersikap romantis padanya di depan orang-orang. Tapi, ketika hanya mereka berdua boro-boro romantis. Mengobrol...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen