Share

CHAPTER 3

Penulis: MarniHL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 13:45:44

"Kok kamu ada di sini?" Arin cukup terkejut begitu melihat Bagas berada di rumah orangtuanya. Saat di depan tadi Arin memang melihat mobil yang begitu mirip dengan mobil Bagas, tapi sama sekali tidak terlintas di pikirannya kalau mobil itu adalah mobil Bagas.

Bagas tersenyum. "Iya, aku ke sini mau minta maaf sama papa dan mama karena kemarin gak ikut makan malam."

"Asik! Ada kue kesukaan gue nih. Tahu aja lagi pengin gue. Thanks ya kak." Baru saja Aaron ingin mengambil kotak kue yang dipegang Arin, tapi gagal karena Arin langsung menjauhkannya.

"Gue bakal kasih, tapi lo siapin kuenya terus bawa ke sini. Sisanya boleh lo makan."

"Siap!"

"Jadi apa papa sama mama mau maafin Bagas?" tanya Bagas.

Hery dan Rika tersenyum lalu mengangguk. "Kita sama sekali gak marah sama kamu kok. Kita ngerti kalau kamu sibuk. Lagipula kan kita masih bisa kumpul lagi bulan depan."

"Makasih pa, ma."

"Kuenya sudah datang." Aaron membawa sepiring kue yang sudah dipotong. "Bang, cobain dulu kuenya. Gue jamin lo bakal suka. Ini kue kesukaan keluarga kita."

"Lebih tepatnya kesukaan lo doang," koreksi Arin.

"Habis ini kalian makan dulu, ya. Kebetulan mama masak lumayan banyak."

***

"Soal omelet tadi ...."

"Udah, gak usah dibahas," sela Arin.

Saat ini Arin benar-benar lelah dan ingin istirahat.

"Saya cuma tidak mau ada masalah di antara kita."

Arin menghela napas sejenak. Tidak mau ada masalah, tapi dia yang cari masalah. Maksudnya apa? "Saya sudah tidak mau mempermasalahkan masalah itu lagi, jadi anda tidak perlu khawatir. Saat ini saya ingin istirahat jadi mohon pengertiannya. Selamat malam." Karena kesal Arin memilih berbicara dengan bahasa baku agar Bagas tidak memperpanjang pembicaraan mereka lagi. Karena yang saat ini Arin inginkan adalah tidur.

***

Bagas baru saja bangun lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Dia melirik sejenak Arin yang sedang sarapan.

"Kenapa?" 

Bagas hanya menggeleng lalu meneguk segelas air putih hingga tandas.

"Rotinya udah saya beli, jadi anda bisa sarapan roti. Itupun kalau mau makan roti yang saya beli." Selesai sarapan Arin langsung mencuci peralatan makannya, kemudian pergi.

Bagas segera menghampiri Arin yang berada di ruang tengah. Arin sedang membersihkan rumah dengan vacuum cleaner.

"Boleh ngomong bentar?"

Arin pun mematikan vacuum cleaner. "Mau ngomong apa?"

"Total belanjaannya berapa?"

"Emang kenapa?"

"Mau saya transfer gantiin uang kamu."

"Gak perlu, saya ada uang kok." Arin menolak.

"Semua biaya buat kebutuhan rumah itu tanggung jawab saya."

"Saya kan beli bahan makanan buat saya, bukan buat anda jadi gak perlu diganti." Arin kembali menyalakan vacuum cleaner melanjutkan kegiatan bersih-bersih rumah yang sempat terhenti karena Bagas.

"Kamu kenapa tiba-tiba ngomong saya-anda?" Bagas bertanya karena cukup kesal ketika mendengar Arin berbicara begitu baku padanya.

"Emang kenapa? Anda aja bisa kok ngomong kayak gitu masa saya gak bisa."

Bagas menghela napas. "Oke, terserah kamu." Bagas memilih mengalah.

"Emang terserah saya."

***

"Gue liat-liat semenjak nikah lo jarang banget senyum. Muka lo ditekuk mulu."

"Lo juga tahu gue jadi gini karena apa, La."

Ela tertawa. "Lo tuh harusnya bersyukur punya suami ganteng plus tajir. Jadinya tinggal menikmati hartanya aja. Bukannya itu impian lo dari dulu, ya."

Ela merupakan sahabat Arin dari sekolah dasar. Jika kebanyakan orang sudah hilang kontak dengan teman-teman SD mereka, justru Arin dan Ela sebaliknya. Sampai sekarang mereka masih sangat dekat. Semua kisah suka-duka yang dialami Arin pasti akan dia ceritakan pada Ela. Begitu juga sebaliknya.

"Ya emang itu impian gue, tapi gue gak pernah berharap punya suami macam Bagas. Udah dingin, pelit ngomong, sekalinya ngomong malah bikin gue kesel."

"Itu karena belum ada benih-benih cinta aja di antara lo berdua. Makanya lo mikirnya dia nyebelin. Dia gak seburuk itu kok. Tapi gue setuju kalau dia emang dingin plus pelit ngomong."

Ela cukup mengenal Bagas karena mereka dulu sempat berkuliah di kampus dan jurusan yang sama. Hanya saja mereka tidak terlalu dekat. 

"Emang gak akan pernah ada cinta."

"Gak boleh ngomong gitu. Masa lo gak mau ada cinta? Kan lo berdua udah nikah. Kalau gak ada cinta gimana mau pertahanin rumah tangga lo?"

"Emang gak mau gue pertahanin."

"Kok gitu?"

"Ya abisnya gue udah berusaha bersikap baik ke dia, eh dia malah gak ada itikad baik. Gue juga capek kali. Apalagi harus pura-pura jadi suami istri yang romantis di depan orang lain."

Ela menepuk-nepuk pundak Arin. "Sabar ya, Rin. Gue yakin lo bisa lewatin semua ujian ini."

***

"Lo ngapain ke sini? Ganggu waktu gue aja." 

"Ya elah, Gas, justru gue ke sini karena pengin ngajak lo pergi. Mumpung hari Minggu masa lo mau di rumah aja. Gak bosen lo?"

Bagas dengan senang hati menggeleng. Justru di rumah seharian adalah salah satu hobinya selain bekerja.

"Di rumah seharian gak bakal bikin lo bahagia."

"Bahagia. Buktinya gue betah."

Juan berdecak. "Ngomong-ngomong, Arin ke mana? Kok gak keliatan?"

"Ke restauran mungkin."

"Mana ada! Restauran Arin kan hari ini tutup. Lupa lo?"

"Lupa."

"Suami macam apa lo? Gak peduli banget sama istri lo."

"Mana gue tahu."

"Ya udah mendingan sekarang lo ganti baju. Kita harus pergi sekarang. Gak ada penolakan."

***

"Lo ngapain ngajak gue ke sini? Udah tahu gue gak bisa main golf," ujar Bagas terlihat sedikit kesal.

"Justru itu gue mau ngajarin lo. Sekalian olahraga daripada lo di rumah aja gak ada kegiatan."

"Gue balik aja."

Juan segera menahan Bagas yang hendak pergi. "Jangan dong. Masa belum mulai lo udah mau pergi aja. Dicoba dulu jangan langsung nyerah." 

Juan mengambil stik golf. "Lo liat ya. Setelah ini giliran lo." Juan mengatur posisinya lalu perlahan mengayunkan stik golf yang dia pegang dan memukul bola golf membuatnya terlempar jauh.

Bagas sudah tidak heran ataupun takjub karena Juan memang pandai bermain golf, berbanding terbalik dengannya. Dulu Bagas memang pernah mencoba itupun disuruh oleh Juan, namun dia tidak bisa. Makanya Bagas memilih untuk tidak mau bermain golf lagi. 

"Giliran lo." Juan memberikan stik golf yang dia pegang pada Bagas.

Bagas menggeleng. "Gue gak bisa."

"Dicoba Gas. Mana Bagas yang gak pantang menyerah? Mimpin perusahaan besar aja bisa masa main golf gak bisa."

Dengan terpaksa Bagas pun menerima stik golf tersebut. Pada percobaan pertama Bagas gagal membuatnya sudah tidak bersemangat. Namun, Juan tetap menyemangatinya. Percobaan kedua masih tetap gagal hingga percobaan kesepuluh akhirnya Bagas berhasil walaupun tidak sebaik Juan.

Bagas seketika tersenyum puas karena berhasil.

"Nah, gitu dong. Gue bilang juga apa kalau berusaha pasti bisa."

"Ya elah, cupu banget. Masa harus berkali-kali baru bisa. Itu pun masih standar."

Keduanya menoleh ke sumber suara.

"Loh, Ela? Arin?"

Arin menyapa Juan. Namun dia tidak menyapa Bagas. Lagipula mereka sudah sering bertemu di rumah.

"Masa lo kalah sih sama istri sendiri."

"Emang Arin bisa main golf?" tanya Juan sedikit kaget.

"Itu sih gak perlu ditanya lagi. Jago banget malah."

"Enggak, Ela tuh suka lebih-lebihin. Gue bisa kok, tapi dikit."

"Oke, kalau gitu gue mau liat lo main boleh, kan?"

***

Bagas cukup takjub ketika melihat Arin yang cukup pandai bermain golf. Bagas tidak tahu kalau ternyata Arin memiliki kelebihan lain, selain memasak.

"Biasa aja dong liatnya. Kagum ya sama istri lo?" ledek Ela.

Bagas segera mengalihkan pandangannya. "Gak."

Ela terkekeh. "Kalau emang kagum bilang aja gak usah gengsi gitu."

Bagas bangkit berdiri karena tidak betah dengan Ela yang sedaritadi selalu heboh.

"Mau ke mana lo?"

Bagas tidak menjawab. Dia pergi begitu saja.

"Bagas! Kalau ditanya tuh jawab! Jangan kayak robot hidup!"

*****************************

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • My Cold Husband   CHAPTER 4

    "Gak habis pikir gue sama Bagas. Bisa-bisanya dia ninggalin kita gitu aja," omel Ela."Dia gak betah. Soalnya dia kan gak suka golf," ujar Juan."Ya gue paham kalau dia gak suka, tapi yang gue gak paham kenapa dia pergi gitu aja? Padahal kan ada Arin, istrinya dia.""Udah, gak usah dipikirin. Gue gak papa kok," ucap Arin sembari tersenyum.Justru Arin malah merasa lebih tenang karena Bagas sudah pergi. Bukan tanpa alasan, melainkan karena Arin masih kesal dengan Bagas. Bukan masih, lebih tepatnya selalu."Nanti gue coba ngomong sama dia biar gak kayak gitu lagi.""Emang lo harus ngomong sama dia. Bilangin ke temen lo yang sok dingin itu. Sama istri sendiri cueknya kebangetan."Arin tertawa kecil. Rasanya lucu ketika mengingat kembali ucapan Ela sebelum bertemu dengan Bagas. Jika dibandingkan dengan sekarang sungguh jauh berbeda reaksi Ela. Malah sekarang Ela yang lebih marah dibanding dirinya."Kok lo malah ketawa sih?""Gue cuma lucu aja sama lo. Perasaan waktu kita belum ketemu Baga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • My Cold Husband   CHAPTER 5

    Pagi ini Arin memasak pancake untuk sarapan. Setelah selesai, Arin memakannya sendiri. Dia tidak mau basa-basi untuk menawarkan Bagas karena itu hanya membuang-buang waktu. Arin juga malas untuk berbicara dengan Bagas. Ditambah dia masih kesal dengan pria itu karena kejadian semalam. Sedangkan Bagas kali ini menyantap sereal sebagai sarapannya.Bagas berdeham. "Malam ini grand opening toko kosmetik. Acaranya jam tujuh. Saya harap kamu bisa datang karena ini acara penting."Perusahaan Bagas adalah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan saat ini sudah memiliki lebih dari sepuluh cabang. Sama seperti Arin yang melanjutkan bisnis restauran orangtuanya, Bagas juga mengalami hal yang sama. Bedanya Bagas memang mengambil jurusan bisnis. Arin sendiri hanya diam tidak mau menanggapi Bagas. "Papa sama mama juga udah saya kasih tahu. Mereka bakal datang."Arin tahu Bagas sengaja memberitahunya agar dia tidak bisa menolak untuk pergi. Karena jika kedua orangtuanya datang, sedangkan dia

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • My Cold Husband   CHAPTER 6

    "Gas, itu Arin, kan? Kok dia ada di sini? Itu cowok siapa?" Pertanyaan beruntun diberikan Juan pada Bagas.Mereka baru saja tiba di sebuah cafe untuk makan siang. "Kok malah diam sih? Gimana kalau kita samperin aja?" Baru saja Bagas hendak menolak, Arin sudah lebih dulu memanggil mereka."Nah, itu dipanggil sama Arin. Ayo." Mau tidak mau Bagas mengikuti Juan."Mau makan siang, ya?" Arin bertanya. Walaupun sebenarnya masih kesal dengan Bagas, tidak mungkin dia menunjukkan rasa kesalnya pada Bagas di depan Juan dan Revan."Iya nih, biasa. Suami lo kalau gak gue samperin ke kantornya mana mau dia makan siang di luar. Ngomong-ngomong tumben di sekitaran sini. Gak ke resto?""Iya, ada urusan sedikit. Oh iya, kenalin ini Revan teman SMA gue." Arin memperkenalkan Revan pada Bagas dan Juan.Revan pun menjulurkan tangannya untuk berkenalan. Juan dengan senang hati menyambut tangan Revan. Namun, Bagas hanya diam ketika Revan ingin berkenalan dengannya."Gas." Juan langsung menyikut Bagas aga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • My Cold Husband   CHAPTER 7

    "Akh!"Bagas yang baru saja bangun dan hendak mandi seketika mengurungkan niatnya ketika mendengar teriakan Arin dari dalam kamar. Bagas segera menuju kamar Arin lalu mengetuk pintunya. "Arin. Ada apa?""Gak ada apa-apa."Jawaban Arin justru membuat Bagas tidak percaya. Dia pun membuka pintu kamar Arin. Bagas segera mendekati Arin yang sedang terduduk di lantai sembari memegang kakinya. Arin yang meringis langsung diam karena Bagas masuk ke kamarnya. "Kamu kenapa?" Bagas hendak membantu Arin berdiri, namun Arin menolak. "Saya bisa sendiri." Arin perlahan mencoba berdiri, namun dia kesulitan. "Saya bantuin." Bagas segera menggendong Arin membuatnya seketika membulatkan mata. "Ngapain digendong? Saya kan udah bilang saya bisa sendiri."Bagas mendudukkan Arin di ranjang. "Kenapa bisa jatuh?" Bagas bertanya."Mau ganti lampu," jawab Arin ogah-ogahan.Bagas baru menyadari kalau ada tangga lipat. "Kenapa gak minta tolong?""Karena saya bisa sendiri.""Kalau bisa sendiri gak mungkin ja

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • My Cold Husband   CHAPTER 8

    "Loh, kok mama ada di sini?" Arin terkejut ketika bangun dan mendapati Karina sedang berada di dapur.Karina menoleh lalu menaruh masakannya yang baru matang di meja makan."Tadi Bagas telfon mama. Katanya kamu lagi sakit jadi gak bisa masak. Bagas minta tolong ke mama buat masakin kamu. Kaki kamu gimana? Udah mendingan?"Untuk beberapa saat Arin tertegun. Bagas lagi-lagi perhatian padanya. Ini benar-benar bukan Bagas. "Rin? Kok malah diam?""Udah lumayan membaik kok, ma.""Lagian kok bisa sih kamu jatuh? Emang kamu ngapain?"Bagas memang memberitahu Karina kalau Arin sempat jatuh sehingga kakinya terkilir, tapi Bagas tidak memberitahu penyebab Arin jatuh."Aku mau ganti lampu kamar yang putus, tapi malah jatuh.""Emang kamu gak minta tolong sama Bagas? Kok malah kamu yang ganti?""Gak sempat, ma. Soalnya kan Bagas sibuk terus.""Ya kalau Bagas gak bisa kan kamu bisa manggil tukang. Gak harus kamu sendiri. Lain kali jangan ngelakuin kerjaan kayak gitu. Itu kerjaan laki-laki bukan per

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • My Cold Husband   CHAPTER 9

    Setelah hampir satu minggu, Arin akhirnya bisa sembuh dan dapat kembali ke restauran. Cukup jenuh memang ketika di rumah dan tidak melakukan kegiatan apapun, tapi untungnya Ela dan Safira sesekali mengunjunginya. Jangan tanyakan Bagas, karena Arin hanya bertemu dengannya dipagi dan malam hari."Mbak Arin, kita senang banget akhirnya mbak udah sembuh."Arin tersenyum. "Maaf ya, Va, belum lama saya sakit udah sakit lagi.""Mbak Arin selalu aja minta maaf. Padahal kan mbak gak salah.""Keadaan resto gimana? Pelanggan ramai gak?""Ramai kok mbak. Pak Bagas sama temannya juga beberapa hari ini makan siang di sini. Terus pak Bagas juga nanya-nanya kondisi resto gimana.""Oh gitu.""Kalau gitu saya ke belakang dulu, ya, mbak."Arin hanya mengangguk.Bagas benar-benar susah untuk ditebak. Kemarin saat Arin sakit, Bagas cukup perhatian padanya. Bahkan sampai restaurannya pun diam-diam lelaki itu memperhatikannya. Tapi, tadi pagi sikap Bagas padanya kembali dingin. Arin sampai dibuat bingung ol

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • My Cold Husband   CHAPTER 10

    Prank!Bagas terkejut ketika lengannya tidak sengaja menyenggol gelas hingga jatuh dan pecah. Buru-buru Bagas membersihkannya, namun Arin sudah lebih dulu muncul karena mendengar bunyi tadi.Arin seketika membulatkan matanya melihat gelas kesayangannya sudah berada di lantai dan pecah tak berbentuk. "Gelas kesayangan gue." Arin beralih menatap Bagas tajam. "Kenapa anda pecahin gelas kesayangan saya? Anda sengaja, hah?!""Maaf, saya gak sengaja. Tadi ....""Saya gak butuh penjelasan anda. Yang saya mau gelas saya kembali seperti semula.""Saya janji saya akan ganti yang baru.""Gue gak butuh! Gue mau gelas gue kembali. Titik." Arin tidak peduli jika Bagas menganggapnya kekanak-kanakan karena mempermasalahkan hal yang mungkin menurut Bagas adalah masalah kecil. Bagi Arin gelas kesayangannya itu adalah salah satu benda berharga yang diberikan neneknya sebelum meninggal. Yang tidak akan mungkin didapatkan di manapun karena gelas tersebut dibuat sendiri oleh neneknya.***"Kenapa sih di s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • My Cold Husband   CHAPTER 11

    "Sendirian aja. Ju?" tanya Arin ketika Juan hanya datang sendiri ke restaurannya."Iya, soalnya Bagas lagi ada meeting sama kliennya di luar sekalian lunch. Makanya gue gak ada teman.""Kenapa gak sama teman kantor aja?""Nah, masalahnya mereka pada gak mau. Daripada gue ke resto lain sendiri gak ada teman, mendingan gue ke sini aja. Biar bisa ngobrol sama lo."Arin hanya tersenyum tipis. "Sering-sering ya ke sini biar makin laku resto gue.""Tenang aja. Gue bakal sering ke sini kok.""Gue pegang omongannya, ya.""Gue tiba-tiba kepikiran jadi pengin nanya lo.""Nanya apa?""Jadi beberapa hari yang lalu Bagas ngajak gue buat nyari gelas. Kita sampe keliling hampir sepuluh toko, tapi gak nemu yang sama persis kayak gelas yang dia cari. Terus karena gue udah ngantuk banget, gue suruh dia buat beli gelas yang lumayan mirip biar kita gak keliling lagi. Kira-kira lo tahu gak dia beliin gelasnya itu buat siapa? Soalnya dia keliatan ambisi banget buat nyari yang sama persis. Padahal gelasnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • My Cold Husband   CHAPTER 38

    "Kenapa kamu unfollow akun aku?" tanya Arin.Bagas seketika terkejut ketika melihat Arin sudah berdiri di depan mobilnya. "Kamu ngapain ke sini?" Bagas tidak menyangka kalau Arin datang ke kantornya."Kamu belum jawab pertanyaan aku.""Nanti saya jawab.""Tapi aku maunya sekarang.""Saya unfollow karena dari awal saya gak follow akun kamu."Arin seketika mengernyitkan keningnya. "Maksud kamu?""Kerjaannya Juan.""Oh, Juan. Ya aku emang agak kaget sih waktu tahu kamu follow akun resto, tapi gak nyangka aja kalau kamu bakal unfollow." Arin terlihat kecewa. Arin mungkin bisa menerima kalau memang bukan Bagas sendiri yang mengikuti akun sosial medianya, tapi Arin tidak dapat menyembunyikan rasa sedihnya ketika tahu kalau Bagas sendiri yang batal mengikuti akunnya. Kalau saja Bagas berbohong dengan mengatakan kalau semuanya adalah perbuatan Juan, mungkin Arin masih bisa menerimanya."Tujuan kamu ke sini apa?" Bagas kembali bertanya."Em, aku tadi ada urusan di dekat sini, makanya sekalian

  • My Cold Husband   CHAPTER 37

    Arin tersenyum ketika membuka kotak makan yang tadi siang sempat dia berikan untuk Bagas terlihat bersih, tidak tersisa sebutir nasi pun."Aku senang kamu habisin makanan yang aku kasih. Besok aku buatin lagi, ya. Kamu mau lauk apa?""Gak usah.""Gak papa, kok. Kamu bilang aja mau makan apa. Aku pasti bakal buatin."Bagas yang sedang sibuk dengan laptopnya seketika beralih menatap Arin dengan ekspresi datarnya. "Telinga kamu bermasalah?"Arin menggeleng. "Enggak kok, baru kemarin aku bersihin.""Kalau gak bermasalah harusnya kamu dengar omongan saya tadi." Bagas mengambil laptopnya lalu bangkit berdiri. Kalau tahu akan seperti ini, Bagas harusnya mengerjakan pekerjaan kantor di kamarnya saja. Bukan di ruang tengah yang berujung malah diganggu oleh Arin."Aku dengar kok, cuma pengin nawarin aja karena aku senang kamu habisin masakan aku. Kan kamu jarang mau makan masakan aku.""Kamu gak usah repot-repot. Makanan kamu tadi bukan saya yang makan," ucap Bagas lalu pergi ke kamarnya.Arin

  • My Cold Husband   CHAPTER 36

    "Gas! Bagas!" Arin memanggil Bagas sembari mengetuk pintu kamarnya.Sekitar lima menit menunggu, Bagas pun membuka pintu. "Jogging yuk.""Jogging?" tanya Bagas masih dengan wajah mengantuk.Arin mengangguk. "Iya, aku pengin kita jogging bareng. Kan selama ini aku selalu sendiri. Jadi kali ini aku pengin bareng kamu."Bagas terdiam sejenak. Apa dia tidak salah dengar? Arin mengubah gaya bicaranya padanya. "Aku? Kamu?""Iya, kenapa? Kamu gak suka kalau aku ngomong pake aku-kamu?"Bagas menggeleng. "Jadi kamu mau gak temenin aku?""Saya ganti baju dulu." Sebenarnya bisa saja Bagas menolak karena saat ini dia masih mengantuk, tapi entah kenapa dia malah menyetujui begitu saja ajakan Arin.Arin seketika tersenyum karena Bagas mau menerima ajakannya. "Oke, jangan lama-lama, ya."***"Minum dulu." Arin memberikan Bagas sebotol air mineral yang sempat dibelinya.Bagas menerima lalu meneguknya.Arin seketika tersenyum melihat Bagas yang tampaknya sangat haus, hingga menghabiskan air mineral

  • My Cold Husband   CHAPTER 35

    "Asyik, yang baru balik bulan madu. Mana oleh-oleh gue?" tagih Juan."Gas!" Juan menjentikan jarinya di hadapan Bagas.Bagas yang melamun seketika tersadar. "Kenapa?""Ya elah, gue ngomong daritadi lo gak dengar? Lo sibuk mikirin apa sih? Baru juga balik bulan madu gak usah sibuk mikirin kerjaan dulu.""Gue gak mikirin kerjaan.""Lah? Kalau bukan kerjaan terus apa?"Bagas menggeleng. "Bukan hal penting.""Ya udah, gue gak bakal maksa lo buat cerita, tapi kapanpun lo mau cerita gue siap dengar kok," ujar Juan."Thanks.""Btw, gimana lo sama Arin? Kan udah bulan madu, nih, pasti udah ada kemajuan dong.""Kemajuan apanya?" tanya Bagas dengan kening mengerut."Lo pura-pura gak tahu apa gimana sih? Gue penasaran sebenarnya tiga hari lo sama Arin bulan madu kalian ngapain aja? Atau jangan-jangan malah sibuk sama kerjaan lo."Bagas hanya diam membuat Juan menatapnya tidak percaya."Lo beneran masih ngurus kerjaan di saat lo lagi pergi berdua sama Arin?" Juan geleng-geleng tidak habis pikir d

  • My Cold Husband   CHAPTER 34

    "Aku masih gak nyangka, loh, kamu kuliahnya perawat, tapi malah terjun ke bisnis."Arin tersenyum kecil. "Aku juga gak pernah nyangka, kak. Walaupun orang tua punya bisnis, tapi kan aku sama sekali gak ngurusin jadi benar-benar gak tahu. Tiba-tiba papa drop dan mama gak bisa ngurus resto karena harus ngerawat papa, mau gak mau aku yang gantiin. Awalnya sih cuma sementara, eh sekarang malah keterusan.""Tapi kamu senang gak ngurus resto?""Ya, awalnya sih agak kesusahan ya, karena balik lagi yang aku bilang kalau aku gak tahu apa-apa, tapi seiring berjalannya waktu aku malah senang ngejalaninnya. Aku selalu senang kalau pelanggan puas sama masakan yang ada di resto aku."David manggut-manggut. "Aku juga sih. Rasanya kayak bahagia banget kalau pelanggan puas sama pelayanan yang kita kasih. Kamu udah ada kepikiran buka bisnis lain belum selain resto?""Duh, kayaknya belum, sih. Aku cuma ngurus resto aja udah agak ribet. Mana sempat ngurusin b

  • My Cold Husband   CHAPTER 33

    "Gas, bangun."Bagas menggeliat lalu perlahan membuka matanya. "Sana siap-siap," suruh Arin.Bagas terdiam sejenak melihat Arin yang sudah mandi dan berganti pakaian. "Mau ke mana?" tanya Bagas."Mau jalan-jalan.""Kamu sendiri aja. Saya gak ikut." Bagas menolak, dia hendak tidur kembali namun Arin segera menariknya."Buruan siap-siap. Gak enak sama teman gue udah nungguin.""Saya gak mau." Bagas masih saja menolak. Karena sejujurnya dia sangat malas jika harus bepergian. Apalagi dengan orang baru. Yang ada hanya menghabiskan energinya. Lebih baik dia tidur di hotel."Lo yakin gak mau ikut?" Bagas mengangguk dengan sangat yakin."Oke, kalau itu mau lo." Arin mengambil ponselnya.Bagas masih diam menatap Arin yang sedang sibuk dengan ponselnya, hingga seketika matanya membulat karena ternyata Arin menelepon bundanya."Halo bun. Arin mau ngomong sesuatu."Bagas seketika bangkit berdiri. "Saya ikut. Jangan bilang ke bunda," ucap Bagas dengan suara pelan agar tidak terdengar oleh bundan

  • My Cold Husband   CHAPTER 32

    "Kenapa lo pesan twin room?" tanya Arin ketika mereka sudah berada di kamar hotel.Saat di resepsionis tadi Arin cukup bingung karena Bagas memilih untuk memesan kamar yang baru. Padahal orang tua mereka sudah memesan kamar untuk mereka dan tentunya bukan twin room, melainkan suite room. "Saya pengin tidur dengan nyaman.""Emang kalau kita seranjang lo gak nyaman gitu? Lagian orang tua kita kan udah booking suite room.""Iya, saya gak nyaman. Kalau kamu gak mau silakan booking kamar lain."Arin terdiam sejenak. "Oke, selama kita masih sekamar gak papa." Arin membuka ponselnya untuk mencari restoran terdekat karena dia merasa lapar. Kebetulan mereka tadi tidak sempat sarapan karena buru-buru. "Gas, mau cari makan gak? Kebetulan gue nemuin resto yang gak jauh dari hotel. Dari review pengunjungnya sih katanya bagus restonya. Mau ke sana gak?""Gas? Kok gak jawab?" Arin membalikkan badan karena Bagas tidak menjawabnya. "Yah, dia malah tidur. Gue pergi sendiri aja deh."***"Sorry, kamu

  • My Cold Husband   CHAPTER 31

    "Ayah sama bunda beneran di rumah gak sih? Kok rumah gelap banget?" Arin bergumam ketika tiba di rumah orang tua Bagas.Tadi Arin sempat mendapat telepon dari Karina memintanya untuk datang ke rumah karena Beni sedang sakit dan dia kesulitan membawa suaminya ke rumah sakit sendirian. Sedangkan Safira sedang tidak ada di rumah. Setelah mendapat telepon dari Karina, Arin langsung buru-buru datang, tapi anehnya rumah mereka malah gelap tidak ada satupun lampu yang menyala."Ayah, bunda, ini Arin." Arin mencoba mengetuk pintu. Namun, tidak ada jawaban dari dalam. Arin mengambil ponselnya memilih untuk menghubungi Karina, tapi tidak diangkat."Apa jangan-jangan bunda udah nganterin ayah ke rumah sakit, ya?""Kamu ngapain di sini?"Arin menoleh ketika mendengar sebuah suara yang tidak asing di telinganya. Ternyata Bagas yang datang."Gue tadi ditelfon sama bunda disuruh ke rumah nemenin ayah ke rumah sakit. Soalnya Fira lagi gak di rumah. Lo sendiri ngapain ke sini?"Bagas tampak bingung. K

  • My Cold Husband   CHAPTER 30

    "Dasi lo miring. Gue benerin, ya." Arin hendak merapikan dasi Bagas, namun Bagas segera menepis tangannya. Bagas tampak tidak suka."Saya bisa sendiri," tolak Bagas dingin."Oh iya, ini bekal lo jangan sampe ketinggalan." Arin menyodorkan kotak bekal yang sudah dia siapkan."Gak usah. Saya hari ini ada meeting sama klien di luar sekalian makan siang.""Bawa aja dulu. Kan bisa dimakan lagi kalau laper.""Kalau saya bilang gak usah ya berarti gak usah!"Arin cukup terkejut karena suara Bagas sedikit meninggi. "Ya udah, gak papa kalau gak mau. Nanti biar bekalnya gue yang bawa aja. Hati-hati, ya. Jangan sampai telat makan siangnya."Bagas langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata.Arin mengepal kedua tangannya. Tentu dia sangat kesal karena sikap Bagas yang semakin dingin padanya. Padahal Arin sudah berusaha untuk bersikap baik padanya, bukannya luluh justru malah sebaliknya. Ini benar-benar tidak semudah yang dia bayangkan.***"Gas, sorry, ya soal yang waktu itu. Kita g

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status