Seorang pria yang menjadi guru Matematika plus guru Kimia yang arrogant, dingin. Tapi, banyak memikat murid siswi hingga para siswa merasa tersaingi oleh guru lajang tersebut. Murid yang cerdik di kelas yang ia ajari pun juga belajar mengambil perhatian si guru tampan itu. Tetapi, guru arrogant itu malah terpikat oleh murid yang bodoh dalam hitung-hitungan dan wajahnya yang polos. Apakah yang akan guru sombong itu lakukan pada si gadis bodoh tersebut? Jangan lupa untuk baca setiap chapternya.
View MorePagi ini, seorang perempuan yang beranjak remaja tengah berbaring di atas ranjang yang berwarna maroon, selimut bermotif Barcelona dan jangan lupakan dengan poster idol Korea Selatan yang ia gemari.
Bip ... bip ... bip ...
Ponselnya berdering tepat pukul 5.10 WIB. Tangan mungilnya nergerak ke arah ranjang yang ia tempati. Tapi, nihil.
Perempuan itu menegakkan kepalanya dengan wajah bangal dan rambutnya bak singa.
"Aish, kenapa ponsel itu," gerutunya seraya mengacak tempat tidur.
Melempar bantal, guling dan selimut ke lantai. Lalu, terlihat ponsel itu sudah berada di lantai dekat dengan sendal berbulu yang berwarna purple itu.
Mungkin saja ponsel itu terjatuh saat dia tidur. Bergeser atau mungkin ponselnya berjalan sendiri.
Gadis itu mematikan alarmnya lalu meletakkan ponsel di nakas, men-charger-nya dan bersiap-siap untuk mandi dan melaksanakan ritual paginya yang lain.
***
"Pagi semuanya," sapa gadis itu yang telah selesai dengan perlengkapan sekolanya. Ia telah mengenakan sepatu sekolah. Tas yang ia jenjeng dan seragam sekolahnya.
"Makan dulu, Sayang." Pria paruh baya itu tersenyum ke arah anak semata wayangnya yang berjalan mendekati meja makan.
"Wah, cantik sekali anakku ini," ujar wanita paruh baya seraya memeluk sang anak.
"Inilah Assyifa Azzella Khairani, Bunda."
Assyifa tersenyum bahagia lalu menoleh ke arah pembantunya yang tengah menyiapkan keperluan sarapan mereka pagi ini.
"Wah, nasi goreng."
Mereka mulai sarapan bersama pembantu mereka di atas meja makan. Setelahnya, Ayah Assyifa mengantar sang anak ke Sekolah Menengah Atas menggunakan mobil bersama sang supir.
"Yah, nanti Ifa pulang sama Nana," ucapnya sebelum ia berlari masuk menuju sekolah.
***
Sampai di sekolahnya, Assyifa keluar dari mobil lalu berjalan masuk ke dalam pekarangan sekolah menuju kelas. Dari kejauhan, dia melihat perempuan berjilbab putih sedang mondar-mandir di pintu kelas XI A IPA. Dia berjalan secara perlahan menghampirinya.
“Aduh, Assyifa. Untung kamu gak telat, 10 menit lagi, nih.”
Dia adalah sahabat Assyifa, namanya Ratna Putri. Sahabat yang cerewet dan bawel. Tapi, dia perempuan cantik berkulit putih.
“Maaf, ya. Aku sudah buat kamu menunggu,” ucapnya sambil mengelus pipi Nana yang sedikit berisi.
“Alah, apaan sih. Bucin,” sarkasnya sambil menggandeng tanganku masuk ke dalam kelas. Pagi ini, sekolah Jaya Bakti mengadakan apel pagi. Padahal ini adalah hari selasa. Mungkin ada pengumuman baru.
“Siswa dan siswi yang Bapak banggakan. Hari ini kita kedatangan guru baru yang akan mengajar di bidang matematika dan kimia,” ucap Pak Nopri dengan suara lantang.
Beliau adalah kepala sekolah. Orangnya yang berwibawa dan sangat disiplin.
“Pak, gurunya laki-laki atau perempuan?” tanya Kakak Kelas yang berada di samping kiri Assyifa.
“Laki-laki,” jawab Pak Nopri dengan singkat membuat semua siswi berteriak histeris.
“Putih atau sawo matang, Pak?”
“Tinggi atau enggak, Pak?”
“Nomor sepatunya berapa, Pak?”
“Single atau duda, Pak?”
'Kalau single kenapa? Kalo duda kenapa?' batin Assyifa yang menatap jengkel siswa perempuan tersebut.
Berbagai pertanyaan yang dilontarkan siswi pada Pak Nopri hingga beliau kewalahan untuk menjawab pertanyaan mereka.
“Bapak gak bisa menjawab pertanyaan kalian semua. Karena sekarang kita sudah korupsi waktu 4 menit. Sekarang masuk ke dalam kelas. Bubar!" teriaknya dengan suara yang sedikit mengerikan.
“Yah, Bapak mah.”
Semua siswa dan siswi berjalan masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
“Eh, Fa. Kira-kira Bapaknya seperti apa, ya?” tanya Nana pada Assyifa sambil berjalan menuju kelas mereka.
“Mana gue tahu,” tukas Assyifa memasang wajah marah. Tapi, sebenarnya itu hanya bercanda.
“Kok gitu, sih ngomongnya.”
Nana mulai cemberut karena perkataan Asssyifa yang kasar menurutnya.
Sampai di kelas, Assyifa dan Nana duduk di kursinya. Assyifa dan Nana duduk sebangku di barisan kedua.
Di depan Assyifa ada Doni selaku ketua kelas ditemani dengan Antoni teman karibnya.
Untuk di sebelah kanan Assyifa ada Juwita. Perempuan sangat centil di kelasnya. Dia duduk bersama temannya bernama Tika.
“What?!” teriak Juwita tiba-tiba membuat seluruh di kelas Assyifa terkejut bukan main.
“Lo apa-apaan, sih? Di sini gak hutan. Jangan teriak deh!” Assyifa membentak Juwita.
“Eh, maaf. Gue liat guru ganteng, sumpah.”
Juwita mengangkat tangan sambil membentuk jarinya dengan huruf V.
“Dia ngajar di kelas kita?” tanya Tika pada Juwita.
“What?!” teriak Nana. Assyifa menoleh ke arah Nana.
“Mulai,” ujarnya sambil memperingati Nana agar tidak berteriak sama seperti Juwita.
Ini kebiasaannya setelah Juwita. “Guys, dia jalan ke sini,” tutur Juwita menoleh ke arah jendela kelas.
“Ka, gimana jilbab gue? Rapi ‘kan? Gak kusut ‘kan? Bedak gue gak ketebalan ‘kan?” cecar Juwita sambil mengeluarkan bedak tabur dengan ukuran besar dari dalam tasnya.
“Bapak datang,” sahut Doni melihat ke arah pintu.
“Assalamualaikum.”
Seorang laki-laki berjalan masuk ke dalam kelas XI A IPA.
“Waalaikum salam, Pak,” jawab mereka dengan serentak.
Doni menyiapkan kelas dengan mendahulukan membaca doa dan diakhiri dengan kata ‘aamiin’ oleh semuanya.
Seorang laki-laki dewasa bertubuh tinggi tegap, berkulit putih dengan rambut lurus yang sedikit panjang, tapi tetap rapi, leher yang lebar, berdiri sambil berkacak pinggang di depan kelas.
Assyifa melirik ke arah Nana dan ternyata dia tersenyum genit ke arah guru tersebut.
Astaga, Assyifa hanya bisa menatapnya heran sambil melihat jijik ke arah Juwita yang melakukan hal yang sama seperti Nana.
Assyifa menghela napas pelan lalu bertumpu dagunya dengan satu tangan.
“Ada yang kenal saya? Atau mungkin pernah bertemu dengan saya?” tanyanya.
“Menurutku dia laki-laki biasa aja. Gak ada menarik-menariknya, tuh. Sama-sama manusia 'kan? Gak alien,” bisik Assyifa tepat di telinga Nana.
Mendengar bisikka temannya Nana melototkan matanya ke arah Assyifa karena tak percaya.
“Bapak ‘kan guru baru yang di bilang Pak Nopri tadi.”
“Tadi Pak Nopri bilang kalo sekolah kedatangan guru baru,” jelas Doni.
“Oke, kalo begitu. Saya akan memperkenalkan diri saya kepada kalian semua.”
Guru tersebut menyimpan kedua tangannya di balik punggungnya.
“Perkenalkan nama saya Kevin Kurniawan Syarief.”
Dia memperkenalkan diri sambil memegang dadanya dengan tangan kanan.
“Namanya Pak Kevin,” bisik Nana pada Assyifa.
“Bukan urusanku.”
Assyifa melipat kedua tangan di atas meja lalu menjatuhkan kepalanya di atasnya sebagai bantalan untuk kepala agar tidak sakit.
“Ih, gak boleh gitu. Nanti dia yang akan ngajarin kita,” ucap Nana pelan.
“Iya, terserah.”
Assyifa tak mempedulikan ocehan Nana dan memilih meletakkan kepala di atas meja. Lama-kelamaan rasa kantuknya mulai menyerang padahal ini masih pagi.
“Eh, nanti yang ada kamu di hukum tahu. Bangun,” bisik Nana sambil menarik tangan Assyifa agar dia bangun dan duduk dengan baik. Tapi, lebih dulu Assyifa menahannya.
“Ada pertanyaan?”
Suara milik Pak Kevin masih terdengar di telinga Assyifa dan pada saat itu Nana menghentikan aktivitasnya. “Saya, Pak.” Assyifa membuka sedikit kelopak matanya lalu menatap sekilas Juwita yang sedang mengangkat tangan kanan tak lupa dengan senyuman manis menghiasi wajahnya.
“Bapak masih single atau sudah beristri?” tanyanya tanpa ragu. Pertanyaan macam apa itu? Assyifa kembali menutup mata dan memfokuskan pikirannya ke alam bawah sadar.
“Saya single. Kenapa?” jawab Pak Kevin sambil menantang Juwita.
“Gak apa-apa, Pak. Nanya aja.” Juwita menurukan tangannya. Pak Kevin menjawab dengan wajah datarnya sehingga keadaan kelas menjadi hening bak kuburan.
Hampir saja ia mendekati alam bawah sadar. Tapi, Nana langsung mengejutkannya dengan cara mengguncang tubuhnya dengan sedikit kasar.
“Ifa, kamu liat deh. Pak Kevin punya lengan yang kekar. Liat, dong.”
Nana menepuk pelan bahu Assyifa.
“Jangan ganggu,” ancamnya sambil menggerak-gerakkan bahunya pelan.
“Ekhem, karena saya tidak tahu dengan nama kalian. Maka, saya akan mengabsen kalian satu per satu.”
Dengan terpaksa, Assyifa mengangkat kepalanya dan menghadap ke depan.
“Dari tadi, kek.”
Nana tersenyum ke arahnya. Assyifa membalas senyumannya tak kalah manis.“Terpaksa,” ucap Assyifa pelan. Senyuman yang tadinya menghiasi wajah cantik Nana langsung hilang seketika mendengar penuturan sahabatnya.“Antoni,” panggil Pak Kevin sambil memegang buku absen di tangannya.
“Saya, Pak.”
Antoni mengangkat tangan kanannya. Pak Kevin melirik sekilas ke arahnya lalu kembali menatap buku absen.“Assyifa Azzella Khairani Firdausi.”Pak Kevin memanggil nama gadisnya. Ralat, nama gadis itu. Dengan malas, ia mengangkat tangan kanan dan melirik guru tersebut sekilas.Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me
"Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag
Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.
"Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m
PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat
"Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.
Sampai di kamar, aku melihat Pak Kevin duduk di ranjang sambil menatap ke ponselnya.Aku meletakkan tas di atas meja belajar dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi, Pak Kevin masih saja duduk di atas ranjang."Bisa keluar dulu gak, Pak? Aku mau ganti baju," ujarku pada Pak Kevin sambil mengeringkan rambutku dengan handuk kecil dan menggosok-gosokkan di kepalaku.Pak Kevin beranjak dari ranjang sambil berjalan keluar kamar tanpa melirikku ataupun berbjcara. Setidaknya dia berdehem saja itu sudah cukup bagiku.'Dia lagi PMS?' batinku menatap kepergian Pak Kevin. Aku menggelengkan kepala menatap tingkahnya. Mungkin saja Pak Kevin sedang PMS sekarang.Aku membuka lemari lalu mengambil baju tidur.Setelah selesai, aku menyisir rambutku di meja rias sambil memikirkan perkataan Nana waktu kami berjala menuju sekolah."Apa Pak Kevin udah capek ya, dengan tingkahku?" tanyaku sambil menyisir rambutku menatap wajahku
"Kamu tetap di mobil saja ya," ujar Pak Kevin padaku."Iya," ucapku lalu Pak Kevin memberikan kunci mobilnya dan keluar dari mobil menuju toilet untuk mengambil wudu.Sedangkan aku berada di dalam mobil lalu mengunci semua pintu depan dan belakang. Lalu kembali duduk seperti semulaKruk!"Aduh, pake acara lapar lagi," keluhku karena baru terasa perut sudah keroncongan. Aku mengelus perutku yang berbunyi akibat keroncongan dan belum terisi."Tunggu Pak Kevin selesai sholat aja, deh," ujarku seraya mengeluarkan ponsel di dalam koper untuk menghilangkan rasa suntuk. Aku mulai berselancar di aplikasi facebook untuk menghilangkan rasa boringku.Sekitar sepuluh menit kemudian, barulah Pak Kevin keluar dari mesjid berjalan menuju mobil."Maaf ya, lama," ujar Pak Kevin setelah ia masuk ke dalam mobil."Pak, kita ke indomaret dulu ya. Perut aku sakit," keluhku.Pak Kevin langsung mengeluarkan mobilnya
"Aku hanya melakukan tugas dari Pak Kevin," ucap Annisa padaku.Aku tersenyum ke arahnya walau separuh nyawaku masih tersimpan di bantal. Ya, aku baru saja bangun tidur dan mataku masih terada sangat lengket. Rasanya aku ingin tidur kembali."Pak Kevin mana?" tanyaku pada Annisa."Sedang lari pagi," jawab Annisa.Aku hanya ber oh ria lalu beranjak dari ranjang berjalan menuju kamar mandi."Assyifa," panggil Annisa menghentikan langkahku."Baju-bajumu sudah kumasukkan ke dalam lemari," ujar Annisa seraya melangkahkan kaki ke luar kamar. Semetara aku terdiam di tempatku.'Besok 'kan aku mau pulang,' gumamku masuk ke kamar mandi.***Setelah selesai mandi, aku tak menemukan keberadaan Pak Kevin di kamarnya.'Apa masih di luar?' batinku sambil membuka lemari dan mengambil baju kaos polos warna putih bergaris hitam di padukan dengan celana kulot warna coklat berbahan tebal.Setelah selesai, aku berjalan ke dapur
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments