Home / Romansa / Married With Killer Teacher / Gak Usah Gengsian Sama Saya

Share

Gak Usah Gengsian Sama Saya

Author: Authoring
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Ini minumannya," ucap Bibi membawa membawa nampan yang berisi minuman dan sedikit cemilan.

"Makasih Bi," ucap Tante Rena pada Bibi, lalu mereka mengambil cangkir tersebut dan meminumnya.

Kring ... kring ... kring ....

Lonceng dari dalam kamarku berbunyi. Mungkin saja Nana membutuhkan sesuatu atau saja dia ingin menanyakan sesuatu padaku.

'Aku lupa menutup pintu kamar," batinku.

"Itu suara apa?" tanya Om Syarief padaku.

"Itu bunyi lonceng di kamar Ifa, Om," ucapku dengan segera berlari ke atas, di mana kamarku terletak.

Sampai di kamar, aku menyibak tirai kamar dan membuka jendela.

"Ada apa, Na?" tanyaku pada Nana.

"Rumah kamu kedatangan tamu, ya?" tanya Nana. Aku hanya mengganggukkan kepala sebagai jawaban karena memang benar saat ini rumahku sesang ramai oleh tamu.

"Pak Kevin," ucapku yang membuat Nana membuka mulutnya lebar-lebar.

"Kok bisa? Aku penasaran. Aku ke sana, ya?" tanyanya histeris. Pasalnya Pak Kevin adalah guru yang sangat familiar di sekolahku karena ketampanannya.

"Gak perlu," jawabku cepat.

"Cie," goda Nana padaku.

"Temanin aku pergi ke konter yuk," tawarku padanya.

"Bukannya kamu udah punya ponsel, ya?" tanya Nana heran.

"Iya. Tapi, tadi pagi Pak Kevin nelfon aku. Gak tau dapat nomor darimana. Yaudah, aku banting ponselnya," tuturku membuat Nana tepok jidatnya sendiri.

"Ya udah, aku siap-siap ya," ucapnya langsung menutup jendela.

Aku mengambil celengan ayam di dalam lemari.

'Aku harus mengorbankanmu, kesayanganku. Makasih ya, selama ini kamu sudah mau menyimpan uang-uangku.' batinku melihat celengan berganbar ayam itu.

"Bismillah," ucapku dan menjatuhkan celengan di lantai.

Prang!

Aku memunguti dan menghitung uang yang berserakan itu bersamaan dengan serpihan-serpihan celenganku.

Semuanya berjumlah 3.650.000 rupiah.

"Cukup," ucapku sambil menyambar jaket hitam bertopi dan memakainya di tubuhku serta masker hitam yang kuikat di belakang jilbab.

"Let's go," seruku menyimpan uang di saku jaket dan keluar dari kamar.

Ceklek.

Pintu kamar kututup dan berjalan ke bawah.

"Ifa mau keluar sebentar dulu ya," pamitku.

"Mau ke mana kamu keluar malam-malam?" tanya Ayah membuat langkahku berhenti.

"Assyifa keluar sama Nana kok, Yah. Assalamualaikum." Aku berucap cepat takut Ayah melarangku. Aku berlari sampai pagar rumah dan aku melihat Nana sudah berdiri di depan pagar rumahnya.

"Yuk," ucapku menarik topi jaket ke kepalaku.

Konter ponsel tak jauh dari rumah hanya 15 dengan jalan kaki dan sampai ditujuan.

Saat diperjalan kami melihat ada penjual kebab.

"Beli yuk," tawar Nana padaku.

"Bang, kebabnya 2 ya," ucap Nana memesan pada penjual kebab tersebut.

"Oke, tunggu sebentar," ujarnya pada kami.

Kurang dari 3 menit kebab yang kami pesan pun sudah disuguhkan.

"Nih Neng."

Penjual kebab memberi kebabnya pada kami dan mengambilnya.

"Aku aja yang bayarin." Tahan Nana padaku dan memberikan uang itu pada penjual kebab.

"Makasih Nana udah ditarktirin kebabnya," ucapku seraya memeluknya.

"Sama-sama, yuk lanjut,"

Kami melanjut jalan kaki menuju konter ponsel sambil memakan kebab itu.

***

Akhirnya kami sampai di konter ponsel dan duduk di kursi yang telah disediakan.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya Kakak pegawai pada kami.

"Merek ponsel yang 2 jutaan boleh saya lihat, Kak?" tanyaku sopan.

"Boleh," jawabnya lalu pergi meninggalkan kami. Sembari menunggu, aku dan Nana melihat berbagai merek ponsel yang berada di depan kami. Tepatnya di dalam lemari kaca, berbagai harga. Mulai dari 1 juta hingga 7 juta tersedia di dalam lemari kaca ini.

Brum ... brum ... brum ...

Aku yang melihat mobil Lamborghini merah berhenti tepat di depan konter ponsel yang kami kunjungi.

Keluarlah pemilik mobil itu adalah Pak Kevin.

Nana yang melihat itu langsung melotot.

"Aduh, kok Pak Kevin ke sini ya, Fa?" tanya Nana padaku.

Aku tak bergeming.

'Mati Gue.'

Aku memejamkan mataku berharap ada seseorang yang menarik tanganku untuk segera pergi dari sini agar tak ketahuan oleh Pak Kevin, tapi aku juga ingin terbangun dari mimpi buruk. Jika ini mimpi. 

Tapi, mana mungkin. Aku dengan sadarnya tadi memecahkan celengan ayamku.

"Fa, dia jalan ke sini," ucap Nana yang membuat jantungku berdegup kencang.

'Gawat.'

"Kamu ngapain di sini?" tanya Pak Kevin tepat di belakangku.

Semua pengunjung melihat ke arah kami.

"Beli ponsel lah. Pake nanya lagi," ucapku sinis tanpa melihat ke arahnya.

"Ini Mbak ponselnya," ucap Kakak itu dengan membawa berbagai macam merek ponsel.

Mataku langsung berbinar melihat ponsel yang ia bawa.

"Na, mana yang bagus?" tanyaku pada Nana.

"Tadi saya sudah kasih kamu ponsel, Assyifa." Pak Kevin berucap geram padaku. Tapi tak kuindahkan. Aku tetap pada keinginanku.

"Simpan kembali ya Mbak," ucap Pak Kevin menarik tanganku keluar dari konter.

Aku melepaskan pergelangan tanganku dari genggamannya.

"Lo ngapain ke sini? Ngikutin gue?" tanyaku padanya.

Dia tak menjawab pertanyaanku.

"Nana, kita pulang," ucapku meninggalkan Pak Kevin.

"Masuk ke mobil atau saya telfon Ayahmu sekarang!" ancamnya membuat langkahku terhenti.

Aku mengembuskan napas sejenak. Terpaksa aku dan Nana masuk ke dalam mobilnya dan duduk di belakang pengemudi.

Mobil pun berjalan ke arah rumahku.

"Teman kamu rumahnya di mana?" tanya Pak Kevin padaku.

"Di samping rumahku," jawabku cepat.

***

Kami pun sampai di depan rumahku.

"Terima kasih Pak Kevin udah antar kami pulang," ucap Nana dengan sopan. Mungkin saja sahabatku ini tengah mengambil hati padanya.

"Iya sama-sama," jawabnya dengan tersenyum.

"Aku pulang ya, Fa?" ucap Nana pamit padaku.

"Iya, hati-hati," ucapku dan Nana pulang ke rumahnya.

***

Pak Kevin terus memandang ke arahku. Tak kupedulikan, aku masuk ke dalam rumah diikutinya dari belakang.

"Assalamualaikum," ucapku sembari masuk ke dalam rumah.

"Waalaikum salam, kamu ke mana aja, sih?" tanya Bunda padaku.

"Aku-"

"Ke konter ponsel, Tan," potong Pak Kevin dari belakang.

Aku menatapnya muak seraya memicingkan mata lalu menyebikkan bibir.

"Bukannya kamu udah ada ponsel, Fa?" tanya Ayah heran.

'Mampus.' Aku hampir kehilangan kata-kata. Tapi, lebih baik jika jujur saja, pikirku.

"Ponselnya Ifa banting, Yah" ucapku menundukkan kepala.

"Kenapa?" tanya Tante Rena.

"Dia, pagi-pagi udah nelfon Ifa. Makanya Ifa banting ponselnya," ucapku menunjuk Pak Kevin. Tapi, gelagat pria tua itu hanya biasa saja.

"Kamu ambil aja pemberian Kevin ya," tutur Ayah padaku.

"Gak, Ifa mau beli pake uang Ifa aja," ucapku menolak mentah-mentah pemberiannya.

"Kamu tinggal ambil aja, gak usah gengsi-gensian sama saya," ujar Pak Kevin seraya mengambil kotak persegi panjang itu dan menyerahkannya padaku.

"Ambil Ifa atau Ayah gak kasih kamu uang jajan selama 1 tahun," ancaman Ayah membuatku terkejut mendengarnya.

'1 tahun gak di kasih uang jajan? Aku mau nabung pake apa? Pake daun?' batinku.

"Yaudah deh, Ifa ambil. Ini terpaksa ya," ucapku mengambil kotak persegi panjang dari tangan Pak Kevin.

"Di dalamnya sudah saya beri kartunya. Tinggal kamu aktifkan aja," ujar Pak Kevin padaku.

"Makasih," ucapku malas.

"Ifa ke kamar dulu ya, ngerjain tugas sekolah," pamitku berjalan ke kamar. Agar aku segera terhindar dari tatapan Pak Kevin, benar-benar merisihkan.

***

Ceklek.

Sesampainya di dalam kamar, aku segera menutup pintu kamar dan melihat ponsel pemberian Pak Kevin.

"Wah bangus banget. Iphone S8," ujarku kaget.

Lalu aku melihat harganya yang tertera di belakang kotak ponsel tersebut yang bernilai 7.500.000 rupiah.

"Mahal banget. Nabung 5 tahun baru bisa dapat 7 juta," gumamku sambil melihat benda tersebut.

Karena ini pertama kalinya aku pake ponsel bermerek Apple ini. Sebelumnya aku pake Samsung Galaxy J5. Tapi, sudah kupecahkan.

Aku buka cashing ponsel dan melihat berapa kapasitas memory.

"What? 256 GB," ujar terkejut.

"Bisa d******d drakor sepuasnya, deh. Gak perlu salin ke laptop," ucapku senang.

Lalu menutup cashing ponsel tersebut, mengaktifkan ponsel itu. Sembari menunggu, aku lalu berjalan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan cuci wajahku sebelum tidur.

Setelah selesai, aku merebahkan tubuhku di atas ranjang.

Beep ... beep ... beep ...

Suara ponsel berbunyi tanda panggilan masuk.

[Suamiku is calling]

"Gila, rupanya dia udah nge-save duluan di hape ini," ucapku lalu menggeser tombol hijau.

"Apaan, sih? Telfon orang malam-malam. Gak sopan!" teriakku di depan layar pipih itu.

"Kamu yang gak sopan ke saya. Bukannya jawab salam malah teriak-teriak," ucapnya dari sebrang sana.

"Mau apa?" tanyaku mulai kesal.  Pasalnya karena aku sudah menerima barang pemberiannya, dia menjadi semena-mena padaku. Itulah yang kupikirkan. 

Related chapters

  • Married With Killer Teacher   Jimin Siapa?

    "Suka gak sama ponselnya?" tanya Pak Kevin dari sebrang sana."B aja," jawabku. Padahal ini pertama kalinya dibelikan ponsel mahal sama orang lain."Kamu gunain memorinya dengan baik. Jangan sampai ada foto atau video aneh. Awas," ancamnya padaku."Ya ampun, siapa juga mau simpan foto sama video aneh. Paling juga drakor atau foto Jimin," ujarku."Jimin? Siapa dia?" tanyanya heran. Ingin sekali Aku tertawa tapi, kutahan."Kekasih gelapku. Bye," ucapku lalu mematikan panggilan secara sepihak.Aku menyetel alarm jam 05.00 WIB dan tidur.****Beep ... beep ... beep ....Aku bangun mendengar bunyi ponsel."Punya siapa nih?" tanyaku heran."Oh iya, kan kemaren Pak Kevin ngasih ini ke aku," sambung dan beranjak dari tempat tidur dan men-charger ponsel tersebut. Lalu masuk ke dalam kamar mandi.Setelah selesai, Aku segera mengambil anak jilbab hitam beserta jilbab putih lalu memasang di kepalaku."Selesai," seruku

  • Married With Killer Teacher   Jam 9 Saya Jemput Kamu

    "Cepat banget," ucap Nana padaku. Aku hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu."Ayo kita pulang," ujarnya menarik tanganku dan kami pulang bersama. Berjalan kaki bersama sambil berolahraga santai.***Di perjalanan pulang, aku selalu memikirkan bagaimana aku nanti setelah menikah dengan orang yang tak kukenal sama sekali. Apalagi orang itu membuatku muak, hatiku kesal dan pikiranku berkecamuk melihat tingkahnya yang menurutku bukanlah seorang pria elegan."Mikiran apa sih, Assyifa?" tanya Nana sambil menepuk pelan pundakku tepat di sebelah kanan."Na, gimana ya kehidupan aku setelah menikah? Aku belum siap," ucapku sedih dan menundukkan kepala melihat jalanan aspal yang kami lalui."Kamu kenapa pikirkan soal itu? Yang penting kamu nurut aja. Ini perintah orangtua kamu," ujar Nana menyemangatiku."Udah jangan sedih lagi, ya. Rumah kita udah dekat tuh," ucap Nana sambil menunjuk rumahnya."Kalau ada apa-apa, kamu cukup bunyikan lonceng

  • Married With Killer Teacher   Lamaran Dipercepat

    Beep ... beep ... beep ...Ponselku bergetar dengan kuat di atas ranjang milikku. Aku mengambil ponsel yang ada di samping tubuhku lalu mematikan alarm yang selalu aku setel."Hoam." Aku menguap sambil merenggangkan otot tangan dan leherku sehingga menghasilkan bunyi di sana."Udah Senin aja," ujarku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sholat subuh dan berangkat sekolah.Setelah selesai, aku melihat daftar mata pelajaran yang akan dibawa untuk hari ini."Selesai," seruku lalu menyandang tas dan keluar dari kamar menuju ke meja makan untuk sarapan.***"Makan dulu cantik," ujar bunda melihatku yang sudah duduk di kursi dengan pakaian seragam sekolah, menenteng tas ranselku."Siap Ibu Negara," ucapku memberi hormat layaknya anak paskibraka pada bunda.Bunda mengambil piring yang ada dihadapanku dan menuangkan nasi goreng ke piringku."Terima kasih Bunda," ucapku mengambil piring yang be

  • Married With Killer Teacher   Dua Hari Lagi

    Aku memasukkan benda pipih itu ke dalam saku bajuku dan berjalan santai ke depan pagarnya."Maaf Fa," ucap Nana sambil membuka pintu rumahnya.Nana berlari keluar dan menggandeng tanganku.***Tak terasa kami memasuki pekarangan sekolah dan aku melihat Elvi dan Mey sedang duduk di bangku panjang depan kelas."Hai," sahutku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.Elvi dan Mey membalas lambaian tanganku sambil tersenyum ke arah kami."Aku masukin tas ke kelas dulu ya," ujarku pada mereka dan menarik tangan Nana."Yuk, duduk di depan," ajakku pada Nana."Ayo," ujar Nana menarik tanganku untuk duduk di bangku di mana Elvi dan Mey duduk."Udah lama, ya?" tanya Nana membuka percakapan seraya melihat ke arah Elvi dan Mey."Gak kok," ujar Elvi."Selamat Fa," ujar Elvi padaku.Aku menatap heran sambil mencerna ucapan Elvi yang membuatku bingung."Nana bilang kalau sebentar lagi kamu bakalan dinikahkan sama

  • Married With Killer Teacher   Apa Persiapanku 2 Hari Kedepan?

    [Fa, nanti malam temani aku ke indomaret ya beli skincare.]Nana mengirim pesan di ponselku.[Iya, tapi kok harus pake pesan segala sih?] balasku cepat. Biasanya Nana akan langsung datang ke rumahku tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam kamarku.Ting!Ponselku kembali berdering menanndakan pesan masuk.[Aku lagi di rumah Paman.]Aku tak membalas pesan Nana."Langsung pake gamis lah. Nanti gak susah-susah gantinya," ucapku sambil berjalan ke lemari dan mengambil gamis motif bunga.Setelah selesai memakai gamis, aku turun ke bawah menuju dapur untuk membuat coklat panas.***Sesampainya di dapur, aku langsung menyiapkan cangkir dan mengambil 1 sachet coklat bubur yang sudah tersedia di samping kulkas."Mau ke mana, Non?" tanya Bibi yang sedang mencuci tangannya di wastafel.Aku menyobekkan bungkus coklat bubuk itu."Nanti mau ke Indomaret, Bi. N

  • Married With Killer Teacher   Emang Dia Cantik

    Aku dan Nana sampai di pekarangan sekolah. Tapi saat jalan menuju kelas, Nana melihat Pak Kevin sedang berbincang-bincang bersama guru magang di parkiran samping kelasku."Guru magang itu ganjen banget sih sama suami Kamu," ujar Nana melihat Pak Kevin yang sedang berbincang bersama guru cantik itu.Kuakui dia cantik. Dari segi fisik dan bentuk badan."Emang dia cantik," sahutku pada Nana.Aku berjalan memasuki kelas."Gak bisa gitu dong, Fa. 2 hari lagi dia bakal jadi milik kamu," ucap Nana menyusulku dan semua yang ada di kelas heran mendengar ucapan Nana."2 hari lagi? Emang Assyifa kenapa dengan 2 hari lagi?" tanya Tania."Dia sedang bercanda," jawabku cepat sambil duduk di kursi."Aku kira gak ada orang," bisik Nana sambil meletakkan tasnya di atas meja dan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi.Bel masuk berbunyi, kami mengikuti pelajaran Pak Edward guru bahasa Inggris sampai bel istirahat berbunyi.****Pak Edward

  • Married With Killer Teacher   Badanku Kecil Jadi Muat

    7 menit kemudian, aku menghabiskan bakso dan menyeruput es teh manis hingga tak tersisa. Huh, benar-benar kenyang dan membuat hatiku senang.Aku mengusap perutku yang terasa sesak."Alhamdulillah," ucapku."Cepat habiskan. 6 menit lagi bel masuk berbunyi," ujar Elvi mengingatkan kami."Bentar," ucap Mey seraya menghabiskan es teh manisnya."Siniin uang kalian, biar aku yang bayar," ucapku mengadahkan tangan kepada mereka. Karena kantin saat ini benar-benar ramai oleh siswa dan ada juga beberapa guru yang makan di sini. Tumben.Mey, Nana dan Elvi memberikan uangnya masing-masing 10 ribu dan aku berjalan menuju ke belakang."Bu, ini punya kami," ujarku menyerahkan uang 40 ribu pada beliau."Terima kasih," ucap Bu Ita menerimanya.Aku tersenyum dan melangkahkan kaki menyusul rombonganku."Yuk," ajak Nana."Bentar," ujarku seraya menyeduh es teh manis punya Nana hingga

  • Married With Killer Teacher   Saya Sedang Datang Bulan

    Beberapa bulan setelah menikah dengan Pak Kevin, aku hanya terlihat biasa saja dengannya. Kadang aku sendiri dibuat kesal karena kata-katanya yang sangat tak ahli dalam berbohong pada bunda. Aku juga kadang ingin bermain.Ah, rasanya aku mau menelannya hidup-hidup saja."Mau ke mana kamu?"Suara bariton Pak Kevin membuat langkahku terhenti.Aku melihat Pak Kevin sedang melipat tangannya di depan dada.Glek!Aku menelan ludah sendiri. Auranya sangat menakutkan. Aku sunggu takut jika dia akan membunuhku sekarang juga. Huh, sabar Assyifa, kamu pasti bisa. Yakinkan dirimu sendiri, pikirku."Ke-keluar," jawabku grogi."Sama Nana?" tanyanya.Aku menganggukkan kepala. Menatap ke lantai rumah seraya memainkan jari-jariku. Perasaanku mulai tak enak sekarang."Ngapain?" tanyanya lagi."Mungkin ke Indomaret atau beli siomay," jawabku.Ceklek!

Latest chapter

  • Married With Killer Teacher   Kevin Marah

    Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me

  • Married With Killer Teacher   Kamu Pilih

    "Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag

  • Married With Killer Teacher   Kak Krvin Terluka

    Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.

  • Married With Killer Teacher   Hilang Di Telan Bumi

    "Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m

  • Married With Killer Teacher   Pasti Dia Yang Keluarin

    PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat

  • Married With Killer Teacher   Cepat Ceraikan Gue

    "Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.

  • Married With Killer Teacher   Pak Kevin PMS

    Sampai di kamar, aku melihat Pak Kevin duduk di ranjang sambil menatap ke ponselnya.Aku meletakkan tas di atas meja belajar dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi, Pak Kevin masih saja duduk di atas ranjang."Bisa keluar dulu gak, Pak? Aku mau ganti baju," ujarku pada Pak Kevin sambil mengeringkan rambutku dengan handuk kecil dan menggosok-gosokkan di kepalaku.Pak Kevin beranjak dari ranjang sambil berjalan keluar kamar tanpa melirikku ataupun berbjcara. Setidaknya dia berdehem saja itu sudah cukup bagiku.'Dia lagi PMS?' batinku menatap kepergian Pak Kevin. Aku menggelengkan kepala menatap tingkahnya. Mungkin saja Pak Kevin sedang PMS sekarang.Aku membuka lemari lalu mengambil baju tidur.Setelah selesai, aku menyisir rambutku di meja rias sambil memikirkan perkataan Nana waktu kami berjala menuju sekolah."Apa Pak Kevin udah capek ya, dengan tingkahku?" tanyaku sambil menyisir rambutku menatap wajahku

  • Married With Killer Teacher   Cincin

    "Kamu tetap di mobil saja ya," ujar Pak Kevin padaku."Iya," ucapku lalu Pak Kevin memberikan kunci mobilnya dan keluar dari mobil menuju toilet untuk mengambil wudu.Sedangkan aku berada di dalam mobil lalu mengunci semua pintu depan dan belakang. Lalu kembali duduk seperti semulaKruk!"Aduh, pake acara lapar lagi," keluhku karena baru terasa perut sudah keroncongan. Aku mengelus perutku yang berbunyi akibat keroncongan dan belum terisi."Tunggu Pak Kevin selesai sholat aja, deh," ujarku seraya mengeluarkan ponsel di dalam koper untuk menghilangkan rasa suntuk. Aku mulai berselancar di aplikasi facebook untuk menghilangkan rasa boringku.Sekitar sepuluh menit kemudian, barulah Pak Kevin keluar dari mesjid berjalan menuju mobil."Maaf ya, lama," ujar Pak Kevin setelah ia masuk ke dalam mobil."Pak, kita ke indomaret dulu ya. Perut aku sakit," keluhku.Pak Kevin langsung mengeluarkan mobilnya

  • Married With Killer Teacher   Lagi Bersemedi

    "Aku hanya melakukan tugas dari Pak Kevin," ucap Annisa padaku.Aku tersenyum ke arahnya walau separuh nyawaku masih tersimpan di bantal. Ya, aku baru saja bangun tidur dan mataku masih terada sangat lengket. Rasanya aku ingin tidur kembali."Pak Kevin mana?" tanyaku pada Annisa."Sedang lari pagi," jawab Annisa.Aku hanya ber oh ria lalu beranjak dari ranjang berjalan menuju kamar mandi."Assyifa," panggil Annisa menghentikan langkahku."Baju-bajumu sudah kumasukkan ke dalam lemari," ujar Annisa seraya melangkahkan kaki ke luar kamar. Semetara aku terdiam di tempatku.'Besok 'kan aku mau pulang,' gumamku masuk ke kamar mandi.***Setelah selesai mandi, aku tak menemukan keberadaan Pak Kevin di kamarnya.'Apa masih di luar?' batinku sambil membuka lemari dan mengambil baju kaos polos warna putih bergaris hitam di padukan dengan celana kulot warna coklat berbahan tebal.Setelah selesai, aku berjalan ke dapur

DMCA.com Protection Status