Api Dendam Brianna

Api Dendam Brianna

last updateLast Updated : 2022-03-12
By:  Meina H.Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
18 ratings. 18 reviews
92Chapters
11.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Brianna kehilangan segalanya saat berumur delapan belas tahun, namun tidak ada yang berpihak kepadanya. Lewat pertolongan seorang teman, dia menjatuhkan satu per satu orang yang telah menghancurkan hidupnya. Kini hanya tinggal satu orang terakhir. Brianna sengaja mendekati Damian yang sedang berlibur. Pria itu jatuh cinta dan berniat untuk menikahinya. Namun saat dia membawa Brianna pada keluarganya, cinta mereka terhalang tradisi. Damian berusaha mencari jalan agar mereka bisa bersama dan mendapatkan restu. Rangkaian dendam Brianna pun dimulai. Tradisi apa yang menghalangi cinta mereka? Dan apa yang membuat Brianna menyimpan dendam membara terhadap Damian?

View More

Chapter 1

Bab 1 - Pemaksaan

~Nia~

“Apa kau pikir ada orang yang mau menikah dengan perempuan macam kau ini?!” ucap Namboru* yang memaksaku untuk duduk. “Masih syukur ada orang kaya yang mau kawinkan anaknya sama kau. Ngga usah sombong dengan mukamu itu. Ngga ada gunanya cantik kalau ngga laku.”

“Laki-laki itu sakit, Bou* bilang, aku seharusnya bersyukur?” Aku mendengus tidak percaya. “Aku tidak meminta untuk dinikahkan. Aku sudah bekerja dan hidup mandiri, aku bisa cari suamiku sendiri. Mengapa aku malah dipaksa untuk menikah begini?”

“Heh, aku sudah membesarkan kau, berterima kasih sedikit. Apa kau pikir biaya hidup dan kuliahmu itu ngga mahal?” Dia menekan kedua bahuku saat aku berusaha untuk berdiri. Dia menatapku dengan garang dari cermin yang ada di hadapan kami. “Kalau kau macam-macam dan pernikahan ini batal, aku patahkan kedua kaki kau itu!”

Tidak ada satu sen pun yang dia berikan untukku sejak dia mengambil aku secara paksa dari rumah Ompung** untuk tinggal bersamanya dan keluarganya di rumah ini. Saat itu aku sudah berumur dua puluh tahun, hampir tamat dari kampusku. Aku berjuang sendiri untuk mendapatkan beasiswa agar bisa membiayai kuliahku, sekaligus bekerja untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Enak saja dia bilang aku harus berterima kasih.

“Aku tidak punya utang budi kepada siapa pun, termasuk Bou,” ucapku dengan tegas.

Dia selalu memukul bila aku berani melawan. Tetapi tidak selama beberapa hari ini. Dia tahu bahwa aku harus tampil sempurna pada hari pertunanganku atau keluarga calon tunanganku akan curiga dan bisa jadi akan membatalkan perjanjian di antara mereka. Aku bisa melihat rahangnya menegang karena menahan amarah.

“Mak.” Pintu kamar itu terbuka dan seorang laki-laki muda masuk. “Bapak memanggil. Ada yang mau didiskusikan. Cepat, katanya.”

“Kau tunggu di sini. Penata rias akan datang sebentar lagi.” Perempuan separuh baya itu menatapku tajam untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari ruangan dan mengunci pintunya dari luar. Apa dia pikir aku bodoh dan tidak bisa melarikan diri dari kamar ini? Apa gunanya ada jendela kalau tidak bisa digunakan dengan baik?

Aku tidak menemukan alas kaki di mana pun di kamar ini, maka aku mengambil dua buah kaus dari dalam lemari dan mengikatkannya di kakiku. Paku pada jeruji yang membingkai jendela diam-diam telah aku longgarkan selama satu minggu ditahan di kamar ini. Aku membukanya dengan mudah, lalu aku mengayunkan kursi kayu sekuat tenaga untuk memecahkan kaca jendela bergembok itu.

Waktuku tidak banyak, jadi aku segera memanjat bingkai jendela dan melompat ke kebun samping. Keadaan rumah sedang ramai, tetapi tidak bisa meredam bunyi kaca pecah tersebut. Aku tidak terkejut melihat ada yang menangkap basah aku yang sedang beraksi. Aku berlari secepat mungkin menuju pagar samping dan memanjatnya. Meskipun aku sudah terbiasa kabur lewat tembok rendah itu, aku kesulitan untuk mengangkat badanku sendiri karena sekujur tubuhku gemetar.

Seorang pria hampir saja menangkap kakiku. Tetapi aku berhasil naik, jauh dari jangkauannya. Aku belum bisa bernapas lega. Dia mengumpat pelan dan berusaha mengejarku dengan menaiki tembok juga. Aku bergegas melompat turun. Melihat sebuah sepeda motor sudah menunggu, aku segera duduk di jok belakang, memeluk pengemudinya, dan kendaraan itu pun melaju.

Aku tertawa bahagia melihat tidak ada seorang pun yang bisa mengejarku di belakang. Akhirnya, aku bebas juga! Jika mereka menggunakan sepeda motor untuk mengejar, aku sudah tidak ada di depan mata mereka lagi. Sahabatku sengaja memilih jalan secara zig-zag agar tidak ada yang tahu gang mana yang kami lewati.

Jantungku berdebar dengan kencang sambil sesekali melihat ke arah belakang. Dasar orang jahat tidak tahu malu. Hanya karena aku malas berurusan dengan pihak yang berwajib yang tidak akan bisa melindungiku, mereka terus berbuat semena-mena kepadaku. Mereka akan merasakan malu yang luar biasa karena pertunangan hari ini gagal dilangsungkan padahal mereka sudah mengundang banyak orang.

Ishana mengurangi kecepatan sepeda motornya di sebuah taman. Lalu berhenti di belakang sebuah mobil. Seorang pria mendekati kami kemudian memberikan sesuatu kepadanya. Dia melihat ke arah kakiku yang masih memakai kaus oblong. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya menerima helmnya kembali dari sahabatku kemudian pergi.

Kami berjalan mendekati mobil. Dua bunyi singkat terdengar, pertanda kunci pintu mobil terbuka secara automatis. Ishana mempersilakan aku masuk ke mobilnya. Aku menoleh sekali lagi ke sekitar kami untuk memastikan bahwa aku sudah aman sebelum membuka pintu. Ada pakaian bersih di atas jok di samping pengemudi, aku mengambilnya, duduk, lalu menutup pintu.

Aku membuka kemeja yang aku pakai, lalu mengenakan dress berwarna hitam tersebut melalui kepalaku. Kemudian aku melepaskan celana panjang yang aku kenakan. Kedua pakaian itu aku masukkan ke sebuah kantong plastik dan aku letakkan di atas tas di jok belakang.

“Aku tidak pernah melihat kerabat sejahat yang kamu miliki,” ucap Ishana sembari berdecak tidak percaya. “Mereka mengambilmu secara paksa dari rumah nenekmu pada hari ibumu dimakamkan, membatasi gerak-gerikmu sampai kamu tamat kuliah, lalu memaksamu menikah dengan laki-laki keterbelakangan mental dengan dalih balas budi?”

“Sudah, tidak usah dibahas. Yang penting aku sudah bebas dari mereka. Biar tahu rasa.” Namboru mendapatkan banyak uang dari rencana pernikahanku dengan laki-laki itu. Orang tuanya ingin anak mereka menikah agar ada yang mengurusnya saat mereka sudah tidak ada nanti. Aku tidak peduli mereka sekaya apa, aku tidak sudi menikah tanpa cinta dengan laki-laki mana pun.

“Maaf, aku butuh waktu yang sangat lama untuk datang menjemputmu. Aku tidak tahu bagaimana menghubungi kamu karena ponselmu mati. Untung saja aku dengar kabar pertunanganmu dengan pria itu hari ini, jadi aku bisa menggunakan orang yang mondar-mandir ke rumah kerabatmu itu untuk mengirim pesan rahasia.” Ishana melirik ke arahku sesaat sebelum kembali menatap ke depan.

“Dan aku sangat berterima kasih, Nana.” Aku menyentuh lengannya. Dia tersenyum. “Aku tahu bahwa kamu akan menemukan cara untuk membebaskan aku.”

“Semua keperluanmu ada di dalam dasbor di depanmu.” Aku membuka lacinya dan menemukan sebuah tas sandang di dalamnya. Ada paspor, dompet dengan berbagai kartu kredit dan debit, tanda pengenal, juga ponsel baru. Aku memeriksa alat komunikasi tersebut. “Itu hadiah dariku.”

“Terima kasih. Punyaku ditahan oleh Bou.” Pasti anaknya sudah memakai semua pulsa yang ada pada kartu SIM lamaku. Untung saja aku menggunakan kartu prabayar. Aku bisa rugi total jika memakai kartu pascabayar.

Aku tersenyum melihat isi galeri pada ponselku. Dia benar-benar sudah mengurus segalanya dengan baik. Tiba di bandara, aku melepas kaus pada kedua kakiku, lalu mengenakan sepatu berhak tinggi berwarna hitam bertali di pergelangan kaki. Aku tersenyum puas melihat tidak ada lecet sedikit pun pada kaki, betis, atau lututku.

Ishana memberikan koperku kepadaku saat aku mengambil tas dari jok belakang. Kedua kaus tadi aku masukkan ke kantong plastik di mana pakaianku tadi berada. Aku menutup pintu, meletakkan tas dan kantong di atas koper, lalu tersenyum kepada sahabatku.

“Kamu yakin ingin melakukan ini?” tanyanya khawatir. Hanya ada satu orang di dunia ini yang peduli kepadaku tanpa syarat. Aku bersyukur mengenalnya sejak kami bekerja di kantor yang sama. Atau lebih tepatnya, aku bekerja untuknya. Dia adalah atasanku.

“Kita sudah sampai di sini, aku tidak akan mundur sekarang, Nana. Terima kasih sudah memberiku dukungan sampai akhir.”

“Aku akan menyelesaikan semua urusanku di tempat ini, lalu menunggumu di tempat janji kita. Kapan pun urusan pribadimu selesai, temui aku di sana. Jangan pernah lupa, aku menunggumu.” Dia memelukku dengan erat. Aku balas memeluknya.

“Aku tidak akan lupa.” Aku melepaskan pelukanku, kemudian berjalan sambil menyeret koperku. Ishana mengelilingi mobilnya dan pergi.

Kantong plastik berisi pakaian itu aku masukkan ke tempat sampah terdekat. Lalu dengan langkah ringan, aku memasuki tempat pemeriksaan untuk memasuki bagian dalam bandara. Aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di kota ini lagi. Kota yang telah merenggut segalanya dariku.

–––

*Sapaan untuk saudara perempuan dari pihak ayah pada suku Batak.

**Sapaan untuk kakek dan nenek pada suku Batak.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Meina H.
Hai, teman-teman. Komentar ini hanya tes, abaikan saja, ya. :")
2022-08-19 12:00:06
1
user avatar
Gio Booklover
kangen brie dan damian kak mei,, apa ga da sekuelnya?
2022-07-04 21:08:41
1
user avatar
Efriyanti Sitorus
Alur cerita sgt bagus dan menarik
2022-05-19 02:24:02
1
user avatar
Rangga Dewi
liat di IG ..akhir nya mampir juga kesini
2022-05-16 23:05:39
1
user avatar
Doersdey Silalahi
ceritanya menarik dan keren.........
2022-05-03 07:12:53
1
default avatar
februariest
bagussssss banget
2022-05-01 11:31:53
1
default avatar
februariest
kereeeennnnn
2022-05-01 11:31:23
1
user avatar
indras
baguuus ceritanyaa...
2022-04-23 22:57:31
1
user avatar
Kevin Evander
kagak pernah nyesel baca karya lo. ini buku bagus cerita nya. gue tancap sampai tamat selagi gratis
2022-04-23 14:07:32
1
user avatar
Sepenuhnya.Manusia
Semangat kak nulisnya! Semoga banyak yg baca, Amin...
2022-03-18 20:40:13
1
user avatar
Zahara Letto
cerita nya gila, buat penasaran, ga nyangka sama kejutan nya, good job kak mei
2022-03-07 11:05:12
1
default avatar
februariest
wuihhhhhh dahsyatttt
2022-03-03 20:58:07
1
user avatar
Evawanty Sihotang
selalu suka dengan novelnya kak mei......
2022-03-01 22:35:56
1
user avatar
Zahara Letto
kak mei tetep up dong di sabtu minggu
2022-02-19 01:18:44
1
user avatar
hujankelabu
up up up kak mei
2022-02-12 19:48:26
1
  • 1
  • 2
92 Chapters
Bab 1 - Pemaksaan
~Nia~ “Apa kau pikir ada orang yang mau menikah dengan perempuan macam kau ini?!” ucap Namboru* yang memaksaku untuk duduk. “Masih syukur ada orang kaya yang mau kawinkan anaknya sama kau. Ngga usah sombong dengan mukamu itu. Ngga ada gunanya cantik kalau ngga laku.” “Laki-laki itu sakit, Bou* bilang, aku seharusnya bersyukur?” Aku mendengus tidak percaya. “Aku tidak meminta untuk dinikahkan. Aku sudah bekerja dan hidup mandiri, aku bisa cari suamiku sendiri. Mengapa aku malah dipaksa untuk menikah begini?” “Heh, aku sudah membesarkan kau, berterima kasih sedikit. Apa kau pikir biaya hidup dan kuliahmu itu ngga mahal?” Dia menekan kedua bahuku saat aku berusaha untuk berdiri. Dia menatapku dengan garang dari cermin yang ada di hadapan kami. “Kalau kau macam-macam dan pernikahan ini batal, aku patahkan kedua kaki kau itu!” Tidak ada satu sen pun yang dia berikan untukku sejak dia mengambil aku secara paksa dari rumah Ompung** untuk tinggal bersamanya dan keluarganya di rumah ini. Sa
last updateLast Updated : 2021-12-14
Read more
Bab 2 - Pertemuan
Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, aku bergegas menuju tempat pengambilan bagasi. Penerbanganku berikutnya akan segera menutup waktu untuk check-in. Setelah mendapatkan koper, aku segera menuju konter dan baru bisa bernapas lega begitu menerima boarding pass. Aku membenci maskapai penerbangan ini karena selalu tepat waktu. Penerbanganku sebelumnya terlambat akibat cuaca buruk. Untung saja aku masih sempat mengejar pada detik-detik terakhir. Perjuangan selanjutnya adalah menuju ruang tunggu. Bandara ini sangat luas, jadi untuk sampai ke pesawat saja harus melewati begitu banyak gerbang pemeriksaan. “Maaf, Pak,” kataku saat seseorang mengambil wadah berisi barang pribadiku. Dia sedang sibuk bicara melalui ponselnya sehingga tidak melihat apa yang dipegangnya. “Oh. Maafkan saya.” Dia melepaskan wadah tersebut, lalu mencari miliknya. Aku menyandangkan tasku kembali, kemudian memegang ponsel, paspor, dan boarding pass, siap untuk me
last updateLast Updated : 2021-12-14
Read more
Bab 3 - Manusia Biasa
“Aah, ternyata ada udang di balik batu.” Aku tersenyum mengerti. “Bagaimana dengan aku traktir makan sebanyak yang kamu mau di restoran yang tidak akan membuat kantongku jebol?” “Boleh. Aku suka makan.” Dia tersenyum bahagia. “Kamu menginap di hotel mana?” “Tidak. Jadwalku penuh dan aku hanya bisa menawarkan makan malam bersama setibanya kita di Bangkok.” Aku berharap dia akan menjawab tidak. “Baiklah,” katanya setuju. Ini terlalu mudah. Aku berharap setidaknya dia akan sedikit jual mahal. Ternyata aku masih punya pesona yang tidak bisa ditolak. Pramugari meminta perhatian kami untuk memperagakan regulasi penyelamatan diri bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam penerbangan. Aku memastikan bahwa ponselku sudah dinonaktifkan, lalu memasukkannya ke tas sandangku. Saat pesawat akan lepas landas, tiba-tiba saja Damian memegang tanganku. Aku menoleh ke arahnya dan melihat dia sedang memejamkan matanya dengan rapat. Tangannya yang lain meme
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more
Bab 4 - Ketahuan
“Mudah saja. Kejadian pada usia sepuluh tahun itu tidak memakan korban jiwa. Pasti ada kejadian selanjutnya yang membuat kamu ketakutan setiap kali menumpang di pesawat,” kataku santai. Dia menatapku dengan kagum. Aku tertawa kecil melihatnya. “Ada sebuah kecelakaan pesawat tidak lama kemudian yang memakan banyak korban jiwa. Aku tahu bahwa aku beruntung. Tetapi membayangkan bahwa pesawat berikutnya yang aku naiki bisa saja mengalami kecelakaan yang sama membuatku sangat ketakutan. Keberuntungan tidak akan selalu ada di sisi kita,” jawabnya pelan. Aku mengangguk mengerti. “Lalu mengapa kamu terbang sendirian jika kamu setakut itu?” tanyaku bingung. “Teman perjalananku tiba-tiba membatalkan liburannya.” Dia memasang wajah cemberut. Aku mengulum senyumku. “Seorang Damian Yunadi yang mampu membuat pramugari tertarik kepadanya ternyata tidak bisa membuat teman perjalanannya rela meninggalkan segalanya demi berlibur bersamanya. Wah, ini hal yang sangat men
last updateLast Updated : 2021-12-25
Read more
Bab 5 - Terpesona
Damian tertawa kecil. “Apa kamu ingat apa yang kita ucapkan tadi saat meminta mereka untuk tidak meninggalkan kita?” tanyanya. Aku berpikir sejenak. Apa yang kami ucapkan tadi? “Kita berteriak, ‘tunggu, Pak, tunggu.’” Dia kembali tertawa. “Kita sedang berada di Bangkok, Nia. Bukan Jakarta.” Kini aku mengerti. Aku pun ikut tertawa bersamanya. Udara sejuk sungai menyegarkan tubuhku yang sempat berkeringat karena lari tadi. Tetapi aku tidak menolak saat Damian mengajakku untuk duduk. Orang-orang sudah tidak melihat ke arah kami lagi. Mereka juga sudah asyik menikmati perjalanan sambil mengobrol dengan orang di samping mereka. Kami menikmati pemandangan di sekitar kami. Ada beberapa candi yang kami lewati, hotel, juga mal. Kapal sesekali berhenti pada setiap dermaga yang tersedia untuk menjemput atau menurunkan penumpang. Seorang pemandu wisata menyebutkan nama-nama tempat yang kami lewati serta sejarah yang menarik mengenai beberapa bangunan tersebut. Tiba di de
last updateLast Updated : 2021-12-26
Read more
Bab 6 - Pertanda
~Damian~ “Maaf, Pak.” Aku menoleh mendengar suara merdu itu. Seorang wanita muda yang sangat cantik bicara dengan seorang pria yang memegang sebuah wadah. Wanita itu mengenakan baju berwarna hitam juga sepatu berhak tinggi bertali dengan warna yang sama. Dia akan menaiki pesawat dengan sepatu itu? Aku benar-benar tidak bisa memahami perempuan. Dua orang gadis melewatiku sambil tertawa cekikikan. Aku tersenyum kepada mereka, keduanya tertawa histeris. Mereka berjalan di depanku sambil berbisik dan sesekali menoleh ke arahku. Bukan hal yang baru lagi bagiku. Sebagai pembawa acara berita di televisi, wajahku sudah tidak asing lagi. Setiap pagi dan malam, aku membawakan berita utama pada saluran televisi tempatku bekerja. Aku berjalan menuju bagian imigrasi, mengisi formulir terlebih dahulu bersama penumpang lainnya. Wanita tadi bicara dengan salah satu pegawai di konter, lalu dengan wajah cemberut mendatangi meja di mana aku berada. Aku memberikan satu formulir
last updateLast Updated : 2022-01-19
Read more
Bab 7 - Surga
~Nia~ Aneh. Mengapa jantungku seolah-olah setuju dengan berdebar lebih kencang mendengar kalimat itu? Aku hanya menggodanya dengan mengajaknya bercanda. Aku tidak menganggap bahwa ucapannya itu tulus, ‘kan? Pria ini seorang pemain perempuan. Dia tidak mungkin serius. Bila aku tidak percaya kepadanya, lalu mengapa jantungku untuk pertama kalinya berdebar secepat ini? Aku tertawa kecil untuk menutupi apa yang aku rasakan. “Mengapa kamu malah tertawa?” tanyanya tersinggung. Kedua alisnya membentuk kerutan di puncak hidungnya yang mancung. “Sudah cukup, Damian. Kamu jangan bercanda terus.” Aku segera mengalihkan pembicaraan. “Ayo, kita segera menuju dermaga supaya bisa makan siang. Aku juga sudah lapar.” Dia mendesah napas pelan. Aku bersyukur dia menuruti permintaanku. Aku harus berhati-hati terhadap pria ini. Dia mudah saja mendapatkan perhatian dari para wanita yang terpikat pesonanya. Bisa jadi dia hanya merasa tertantang untuk menaklukkan aku karena
last updateLast Updated : 2022-01-20
Read more
Bab 8 - Selamat
“Ada apa, Nia? Kamu kehilangan sesuatu?” tanya Damian yang melihat aku dengan bingung. Aku mengangkat kepalaku dan menatapku. “A-aku tidak bisa menemukan dompetku.” Aku mulai panik. “Sepertinya ada yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku.” “Kamu yakin dompetmu tidak ada di dalam tasmu?” tanyanya lagi. “Coba periksa baik-baik.” Aku menuruti ucapannya dengan memeriksa lebih teliti. Dompetku tidak ada. “Bagaimana ini? Ada kartu identitasku di dalamnya. Aku punya paspor dan tidak akan membutuhkan kartu identitas itu sekarang. Tetapi kamu tahu sendiri betapa susah membuat kartu baru. Lalu kartu debit dan kreditku juga ada di dompet itu. Aku tidak akan punya uang pegangan sama sekali untuk keadaan darurat.” Aku berbicara sendiri begitu rasa panik menguasaiku. “Kamu tenang dahulu. Kita akan menemukan dompetmu itu.” Dia melihat ke arah dari mana kami tadi datang. “Kita coba periksa pelan-pelan. Kamu yang membayar crêpes tadi, j
last updateLast Updated : 2022-01-21
Read more
Bab 9 - Langit
Begitu kami sampai di lantai paling atas, semua orang di dalam elevator ikut keluar. Kami menuju arah yang sama dan saat melihat pemandangan di depanku melalui jendela kacanya, mulutku menganga lebar. Pemandangan malam kota Bangkok yang penuh dengan cahaya lampu, baik dari bangunan, jalan, maupun kendaraan yang melaju menyambutku. Segalanya terlihat semakin indah saat kami melewati pintu kaca tersebut. Bukan pemandangan itu saja yang menyambut kami, tetapi juga para pelayan yang sangat ramah. Aku tidak bisa berhenti kagum memandang indahnya suasana malam kota dari atas. Ada banyak orang yang berkumpul pada ujung bar ini yang berbentuk lingkaran. Mereka rata-rata memotret atau mengambil video pemandangan di sekitar mereka. Hal ini memang layak untuk diabadikan. “Kamu mau duduk atau berdiri di sana bersama mereka?” tanya Damian membuyarkan lamunanku. “Ini tempat duduk kita.” Dia menunjuk meja dengan dua kursinya yang masih kosong yang ada di depanku. Aku terlalu sibuk
last updateLast Updated : 2022-01-22
Read more
Bab 10 - Bujukan
~Damian~ Aku sangat terkejut dengan dorongan yang begitu kuat yang aku rasakan saat kami berdiri di pagar pembatas bar di atap hotel tadi. Aku tidak pernah begini sebelumnya. Berapa kali pun wanita menggoda dan memberikan diri mereka secara rela kepadaku, aku tidak tertarik. Apa yang ada pada diri seorang Nia sehingga aku begitu terpesona kepadanya? Aku seperti terbius tidak bisa membuang dia dari kepalaku. Wajah cantik, senyum manis, sikap yang sedikit menjaga jarak, dan suara indahnya selalu menghiasi benakku. Ini tidak mungkin. Apa iya aku sedang jatuh cinta? Secepat ini? Kami baru bertemu beberapa jam saja. Ini bahkan belum genap empat puluh delapan jam dan aku sudah menciumnya seperti remaja puber yang baru pertama kali jatuh cinta. Aku pria dewasa berusia dua puluh delapan tahun tetapi tidak bisa menahan keinginanku sendiri. Seandainya saja dia marah atau menamparku dengan keras, aku akan merasa lebih baik. Sayangnya, dia hanya marah sesaat dan
last updateLast Updated : 2022-02-02
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status