Dulu, Rhea Santana mengira bisa menjalin kasih dengan Jerico Thamnin sejak mereka masih duduk di bangku sekolah hingga menikah dengan pria itu, adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Hingga Jerico berselingkuh, dia baru mengerti, cinta sehidup semati hanyalah omong kosong belaka, pada akhirnya dua insan yang pernah merajut kasih hanya akan menjadi orang asing yang menjalani jalan kehidupan masing-masing. Setelah bercerai, dia tidak bersedia membuka pintu hatinya kepada siapa pun lagi. Namun, Arieson Thamnin seolah menerobos masuk ke dalam kehidupannya, tidak memberinya kesempatan untuk menghindar sama sekali. Dia mengambil langkah mundur selangkah demi selangkah, tidak ingin terlibat dalam hubungan apa pun lagi dengan Keluarga Thamnin, tetapi pria itu malah maju dengan berani selangkah demi selangkah, seakan-akan hanya ingin memiliki dirinya. "Paman, kita nggak cocok." Setelah mendengar ucapan Rhea, pria itu mencubit dagunya dengan lembut, memaksanya mendongak untuk bertatapan dengannya. "Kamu sudah bercerai dengan Jerico, bagaimana kamu bisa memanggilku paman lagi?" "Selain itu, kamu nggak pernah mencoba menjalin hubungan denganku, bagaimana kamu bisa tahu kita nggak cocok?" Rhea berkata, "Aku sudah pernah mencobanya." Arieson berkata, "Kalau begitu, kamu coba saja lagi. Kamu boleh mencoba lagi dan lagi, sampai kamu merasa cocok denganku." Mendengar ucapan pria itu, Rhea benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi.
Lihat lebih banyakMaudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg
"Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu
"Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i
Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag
Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas
Jeni menoleh, melirik Maudi sekilas. "Kamu mengenalnya?"Kalau dia tidak salah ingat, Maudi juga baru kembali ke tanah air belum lama ini.Maudi mencibir dan berkata, "Tentu saja aku kenal. Dia dan wanita jalang yang mengganggu Andre itu adalah teman baik."Mengingat Weni si wanita jalang itu, ekspresi penuh kebencian pun menghiasi wajah Maudi.Kalau bukan karena dia pergi ke luar negeri, bagaimana mungkin Weni bisa punya kesempatan untuk bersama Andre?Awalnya hari ini dia berencana untuk menargetkan Weni, tetapi Weni tidak datang. Jadi, menargetkan Rhea juga sama saja.Kilatan terkejut melintasi mata Jeni. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa rencanamu? Apa yang ingin kamu lakukan?"Maudi menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak. Kemudian, dia melepaskan kalung berlian yang menghiasi lehernya."Dengar-dengar kondisi finansial keluarganya nggak baik. Kalau begitu, masuk akal saja dia mencuri."Mata Jeni berkedip, tetapi dia tidak buka suara untuk menghentikan Maudi.Dengan ke
Rhea menuangkan larutan ke dalam labu, larutan mulai bereaksi. Sementara itu, dia sendiri duduk di samping untuk mencatat data-data penelitian tersebut.Sambil mencatat, dia sedikit melamun.Hingga ponselnya berdering, dia baru tersadar kembali.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Jerico, Rhea langsung menekan tombol jawab."Ada apa?""Rhea, malam ini ada sebuah perjamuan malam amal, kamu ikut menghadirinya bersamaku, ya."Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, kilatan hanyut dalam pemikiran sendiri melintas di matanya. Beberapa detik kemudian, dia berkata, "Oke, pakaian seperti apa yang perlu kusiapkan?""Kamu nggak perlu memikirkan hal-hal ini, aku akan meminta sekretarisku menyiapkannya untukmu."Karena Jerico bersedia untuk mengatur segala sesuatu untuknya, Rhea juga tidak peduli lagi. Setelah menyepakati jam berangkat, dia pun memutus panggilan telepon itu.Waktu berlalu dengan cepat. Tak lama kemudian, sudah sore menjelang malam, sudah waktunya pulang kerja.Rhea mencatat
Ekspresi Arieson berubah menjadi sangat muram dan dingin. "Nona Jeni, aku harap kamu tahu apa yang sedang kamu katakan."Jeni tertawa pelan, lalu menatap lawan bicaranya itu tanpa rasa takut dan berkata, "Tentu saja aku tahu apa yang sedang kukatakan, hanya saja Pak Arieson, apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Kamu mengincar istri keponakanmu sendiri. Kalau sampai hal seperti ini tersebar, seharusnya kamu juga tahu jelas apa yang akan dihadapi oleh Nona Rhea."Arieson menyipitkan matanya dan berkata, "Kamu sedang mengancamku?""Tentu saja nggak, aku hanya berencana untuk membantumu.""Oh? Nona Jeni, bagaimana rencanamu membantuku?"Merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuh Arieson, Jeni melangkah maju dua langkah dan berkata, "Pak Arieson, seharusnya kamu tahu jelas biarpun Nona Rhea bercerai dengan Pak Jerico, kalian berdua juga nggak mungkin bisa bersama. Bagaimana kalau kamu bersamaku saja? Aku akan membantumu menyembunyikan rahasia ini."Arieson mencibir, setiap kata
Namun, kalau dia tidak mengatakannya, hatinya malah diliputi dengan kekesalan.Tepat pada saat dirinya tengah diselimuti perasaan kesal, Rhea sudah selesai sarapan, lalu beranjak dari kursi dan pergi.Melihat punggung istrinya yang kian menjauh itu, Jerico membanting alat makannya di meja, membuat Ijan terkejut bukan main."Tuan Muda, apa sarapan hari ini nggak sesuai selera?"Jerico tidak berbicara. Dengan memasang ekspresi muram, dia bangkit, lalu pergi.Begitu dia berjalan keluar dari vila dan masuk ke dalam mobilnya, ponselnya berdering.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Siska, Jerico menjawab panggilan telepon itu sambil mengerutkan keningnya. "Ibu, untuk apa pagi-pagi buta begini Ibu meneleponku ....""Jerico, apa kamu tahu mengenai Rhea mandul?!"Ekspresi Jerico langsung berubah menjadi sedingin es. "Stella yang memberi tahu Ibu?""Kamu nggak perlu memedulikan siapa yang memberitahuku. Kalau dia benar-benar mandul, segera ceraikan dia!"Mendengar nada bicara memerintah S
Saat memasuki bulan ketiga mempersiapkan kehamilan, Rhea melihat pesan yang dikirimkan oleh seorang wanita bernama Stella, seorang sekretaris, di obrolan sosial media Jerico, suaminya."Sepertinya piama yang baru kubeli sedikit kekecilan. Bagaimana kalau kamu datang dan membantuku untuk melihat apakah memang kekecilan atau nggak?"Selain mengirimkan beberapa patah kata itu, wanita tersebut juga mengirimkan sebuah foto dirinya yang sedang mengenakan piama berwarna merah dengan memperlihatkan belahan dadanya. Ya, sebuah foto yang sangat menggoda.Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponsel menjadi bertambah erat. Saat dia melihat isi obrolan mereka sebelumnya, dia mendapati mereka hanya mendiskusikan tentang pekerjaan seperti biasa. Dia pun mengerutkan keningnya.'Apa mungkin dia salah kirim, atau ....'Saat itu juga, tangan seseorang melingkari pinggangnya dari belakang, membuat pemikirannya terputus.Saat menempelkan tubuhnya pada wanitanya, Jerico menggigit daun telinga Rhea dengan ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen