Share

Bab 2

Author: Lalita
Selesai mengucapkan satu kalimat itu, dia kembali mengangkat gelasnya dan meneguk minuman di dalam gelas itu hingga habis tak bersisa.

Selama bertahun-tahun ini, dia tidak pernah memikirkan adanya kemungkinan Jerico akan mengkhianatinya.

Saat melihat pria itu bersama wanita lain di atas ranjang, hatinya seperti tercabik-cabik dan teriris-iris.

"Aku merasa dia sangat mencintaimu, nggak kelihatan seperti orang yang akan berselingkuh. Mungkin ada kesalahpahaman."

Rhea mendengus dingin dan berkata, "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, apa mungkin bisa disebut dengan kesalahpahaman?"

Suasana di dalam ruang pribadi langsung hening seketika. Melihat Rhea meneguk segelas demi segelas minuman itu seperti orang yang sudah tidak bersemangat hidup lagi, Weni tidak bisa menahan dirinya lagi dan segera merampas gelas dalam genggaman temannya itu. "Biarpun dia benar-benar berselingkuh, seharusnya kamu juga bukan mabuk-mabukan seperti ini untuk menghukum dirimu sendiri. Apa ... rencanamu selanjutnya? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Apa lagi? Tentu saja bercerai. Selama aku teringat dia bersama wanita itu di atas ranjang, aku merasa jijik."

Melihat sorot mata memerah dan tidak rela di mata temannya, Weni ikut merasa sedih.

"Untuk sementara waktu ini, kamu nggak perlu memikirkan hal itu lagi. Sekarang, kamu perlu beristirahat dengan baik. Setelah kamu menenangkan dirimu, baru kamu pikirkan lagi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Aku akan mengantarmu pulang."

Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak .... Aku nggak ingin pulang lagi."

Begitu kembali ke rumah itu, dia pasti akan teringat pemandangan Jerico berselingkuh lagi. Selama dia memikirkan hal itu sekali, dia akan merasa jijik sekali.

Melihat ekspresi penolakan di wajah temannya, Weni juga tidak memaksakan kehendaknya. Dia berkata, "Kalau begitu, aku akan memesan kamar hotel untukmu."

Setelah memesan kamar hotel untuk Rhea, Weni mengantar Rhea ke depan pintu hotel. Kemudian, dia berkata dengan sedikit tidak tenang, "Apa kamu yakin nggak perlu aku mengantarmu ke lantai atas?"

Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu, kamu cepat pulang dan beristirahatlah."

Setelah melambaikan tangannya pada Weni, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel dengan membawa kunci kamar. Melihat langkah kakinya lumayan mantap, Weni baru sedikit menghela napas lega. Setelah Rhea memasuki hotel, dia baru melajukan mobilnya pergi.

Namun, hal yang tidak diketahuinya adalah, saat Rhea mabuk, dia tetap terlihat seperti biasa. Dia terlihat sadar, tetapi sesungguhnya pikirannya sudah kacau balau.

Dengan membawa kunci kamar, dia berjalan memasuki lift. Setelah menggesek kartu kamar, pintu lift tertutup, mulai naik ke lantai yang dituju.

Tak lama kemudian, dengan iringan bunyi "ting", pintu lift terbuka.

Saat melangkah keluar dari lift dan menginjak karpet, kaki Rhea terasa lemas, sampai-sampai dia hampir terjatuh.

Sambil menopang tubuhnya pada dinding di samping, dia memaksakan dirinya untuk berdiri dengan tegak. Dia memijat-mijat pelipisnya yang terasa sakit, lalu sambil berjalan melewati koridor, sambil memeriksa nomor kamar.

Namun, saat ini pengaruh alkohol sudah menguasai dirinya, sampai-sampai pemandangan di hadapannya tampak berbayang. Begitu melihat kamar dengan nomor 8919, dia langsung mengarahkan kartu kamar ke pintu.

Namun, dia tidak mendengar bunyi "ting" pintu kamar terbuka. Dia mengerutkan keningnya, lalu mengulurkan tangannya, hendak membuka pintu. Tiba-tiba saja, pintu kamar terbuka.

Rhea tertegun sejenak, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, sebuah tangan besar sudah menarik masuk ke dalam kegelapan.

"Bam!"

Kemudian, pintu kamar tertutup, bahkan pencahayaan dari luar juga seperti sudah dihalangi.

Dia ditekan di balik pintu. Napas mengintimidasi pria itu menyapu telinganya, membuat tubuhnya bergetar sejenak.

Aroma kayu pinus menyegarkan yang menerpa dirinya, sedikit familier bagi Rhea. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, dia sudah merasakan sentuhan kehangatan di bibirnya.

"Hmmmphhh ...."

Menyadari apa yang sedang terjadi, Rhea buru-buru meronta.

Namun, kekuatan pria itu sangat besar, ditambah lagi malam ini dia sudah minum sangat banyak, sampai-sampai tangannya yang sedang mendorong dada pria itu terasa tidak bertenaga. Alih-alih sedang menolak, upayanya malah seperti sedang menggoda pria tersebut.

Sensasi panas terasa menjalar di setiap bagian tubuhnya yang disentuh oleh pria itu, bahkan terasa seperti terbakar. Aura panas yang menjalar di tubuhnya, membuat tubuh Rhea menjadi makin lemas.

Dia ingin mendorong pria yang sedang menekan tubuhnya itu, tetapi pria itu bisa menyadari dan mengantisipasi setiap pergerakannya dengan mudah. Dalam sekejap, kedua lengannya sudah ditahan di atas kepalanya.

"Lepas ... hmmphhhh ... lepaskan aku ...."

Pria itu melepaskan ciumannya, lalu terkekeh pelan dan berkata, "Kamu sudah cukup menggoda, nggak perlu repot-repot menggodaku lagi."

Selesai berbicara, jari-jari pria itu mendarat di lengan baju Rhea, membuat Rhea merasakan aura dingin, sampai-sampai tubuhnya gemetaran.

Suhu tubuh pria itu seperti akan melelehkannya, perlahan-lahan kedua kakinya juga terasa lemas.

Di tengah kegelapan, tingkat kepekaan indra perasa seolah meningkat secara signifikan.

Rhea merasakan pria itu sedang membuka kancing pakaiannya satu per satu. Dia hanya merasa mulutnya menjadi kering. Sedikit kesadarannya yang masih tersisa memberitahunya, kalau hal seperti ini terus berlanjut, pasti akan berakibat fatal.

"Lepaskan aku!"

Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu. Alhasil, pria itu langsung menggendongnya dan melemparnya ke atas tempat tidur.

Tempat tidur itu sangat lembut. Rhea sama sekali tidak merasa kesakitan, tetapi begitu tubuhnya mendarat di tempat tidur, kepalanya terasa makin berat.

Dia segera meronta ingin bangkit, tetapi sosok bayangan yang tinggi dan tegap langsung menimpanya.

Dalam sekejap, pakaiannya sudah dilepaskan sepenuhnya, kedua orang itu sudah hampir telanjang.

Pria itu mendekat pada tubuhnya, seakan-akan sudah bersiap untuk melakukan hal itu.

Merasakan aura mengintimidasi yang terpancar dari pria di atas tubuhnya itu, dia segera mengulurkan tangannya untuk mendorong dada pria itu. Kemudian, dia menggigit bibirnya, memaksakan diri untuk tetap sadar dan tenang.

"Tuan, mungkin aku salah kamar, tolong lepaskan aku ...."

Karena terlalu gugup, suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Ckck!"

Pria itu berkata dengan sedikit tidak sabar dan dingin, "Sudah kecanduan bermain, ya?"

Arieson hendak bangkit dan mengusir wanita itu. Tiba-tiba saja, lampu kamar menyala.

Ternyata, tadi saat Rhea sedang meronta, punggung tangannya tanpa sengaja menekan tombol lampu.

Lampu yang tiba-tiba menyala, membuat Arieson mengedipkan matanya secara refleks. Saat dia melihat wanita yang ketakutan di bawah tubuhnya dengan jelas, ekspresinya langsung berubah drastis.

Saat ini, Rhea juga sudah melihat Arieson dengan jelas. Wajahnya yang memang sudah memucat karena ketakutan, kini menjadi makin pucat. Awalnya, pikirannya masih sedikit kacau balau, tetapi sekarang sudah benar-benar tersadar saking terkejutnya.

Dia tidak menyangka ... orang yang hampir saja menyetubuhinya adalah Arieson, paman Jerico.

"Paman ...."

Selama ini, Rhea selalu merasa sedikit takut pada sosok Arieson.

Dia adalah putra bungsu Keluarga Thamnin. Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin sangat menyayangi dan memanjakannya. Kepribadian pria yang satu ini sangat dingin. Jangankan anggota Keluarga Thamnin, orang luar juga tidak berani memprovokasinya.

Saat baru menikah dengan Jerico dan mengunjungi tetua Keluarga Thamnin, Jerico sudah mengingatkannya untuk tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Arieson.

"Diam!"

Raut wajah Arieson tampak sangat muram, sorot matanya terhadap Rhea sedingin es, seperti orang yang sedang mempertimbangkan untuk melakukan pembunuhan.

Namun, saat melihat kulit putih mulus bagian dada wanita itu yang terekspos, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Untuk sesaat, pikirannya dikuasai oleh gairah.

Dia segera mengalihkan pandangannya, turun dari tempat tidur dan berkata, "Cepat pakai pakaianmu dan pergi dari sini!"

Saat pria itu bangkit, sorot mata Rhea tertuju ke arah yang seharusnya tidak dia pandang.

Dia tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya dengan canggung, telinganya juga sudah memerah.

Melihat wajah memerah wanita itu, raut wajah Arieson bertambah masam.

"Masih nggak pergi juga?"

Tanpa memedulikan perasaan malu yang meliputi hatinya saat ini, Rhea buru-buru mengambil pakaiannya dan memakainya secepatnya, lalu pergi meninggalkan kamar itu tanpa menoleh ke belakang.

Hingga setelah dia keluar dari kamar, dia baru berani menoleh dan melirik nomor kamar sekilas. Setelah melihat nomor kamar dengan jelas, akhirnya Rhea sudah mengerti mengapa tadi Arieson mengatakan dia sedang menggodanya.

Nomor kamar itu bukan 8919, melainkan adalah 8916!

Dia tidak hanya salah masuk kamar, bahkan hampir saja melakukan hubungan intim dengan paman suaminya sendiri ....

Setelah memikirkan hal itu, Rhea hanya merasakan kepalanya terasa makin sakit karena pengaruh alkohol.

Kalau tahu akan terjadi kejadian seperti ini, seharusnya dia membiarkan Weni mengantarnya naik ke atas. Paling tidak, dia juga tidak akan salah kamar.

Namun, sekarang menyesal juga tidak ada gunanya lagi ....

Di dalam kamar, setelah Rhea meninggalkan kamarnya, Arieson menghubungi sebuah nomor dengan raut wajah muram.

"Hapus semua rekaman kamera video pengawasan Hotel Royal malam ini!"

Selesai memberi instruksi, melihat seprai dan selimut tempat tidur yang berantakan, Arieson menyalakan sebatang rokok, sorot mata kesal makin tampak jelas di matanya.

Dia hampir saja menyetubuhi istri keponakannya sendiri! Apa-apaan itu?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayiniah Lmd
seru menarik, simak terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 3

    Saat dalam perjalanan pulang, setelah ragu cukup lama, Rhea mengirimkan pesan kepada Arieson yang sudah ada dalam kontak pertemanannya selama tiga tahun, tetapi tidak pernah saling bertukar pesan dengannya itu."Paman ... bisakah Paman memegang kejadian malam ini nggak pernah terjadi? Saat itu, aku benar-benar sudah mabuk dan salah masuk kamar."Setelah menunggu sangat lama, dia tidak memperoleh pesan balasan dari Arieson.Rhea mengerutkan keningnya dan mengirimkan sebuah pesan lagi.Kali ini, dia hanya mengirimkan sebuah tanda tanya.Namun, begitu pesan dikirim, muncul sebuah tanda seru berwarna merah, disertai sebuah pesan elektronik."Dibutuhkan persetujuan dari pengguna ini terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengirim pesan padanya. Saat ini, Anda masih bukan temannya ...."Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat. 'Dia bahkan sudah menghapus kontak pertemananku. Seharusnya dia nggak ingin mengungkit hal itu lagi, 'kan?'Setelah berpikir demikian, akhirnya Rhea bisa menghela napas lega

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 4

    Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah."Hmmphhhh ... lepaskan ...."Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, a

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 274

    Kilatan kasihan melintasi mata Tuan Besar Thamnin. "Apa kamu pikir kamu masih bisa menjadi menantu Keluarga Thamnin?"Sekarang Arieson bisa membangkang padanya demi wanita itu, hanya karena ketertarikan sesaat.Namun, tanpa butuh waktu lama, dia yakin putranya ini akan mengerti kesenjangan antara menikahi seorang istri yang tidak bisa memberinya bantuan apa pun dengan menikahi seorang istri yang bisa memberinya bantuan.Saat itu tiba, apa mungkin Arieson akan memilih Rhea?Kalau Rhea cukup cerdas, seharusnya dia berinisiatif untuk meninggalkan Arieson pada saat ini."Tuan Besar, mungkin ada banyak orang yang ingin menjadi menantu Keluarga Thamnin, tapi aku nggak berminat. Saat aku menikah dengan Jerico dulu, juga karena dia sendiri, bukan karena Keluarga Thamnin. Sekarang aku bersama Arieson, juga hanya karena dia adalah Arieson."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Apa kamu berani bersumpah kamu bersamanya tanpa adanya niat lain sama sekali? Kamu bersamanya hanya karena

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 273

    ...Setelah mendengar kata-kata mereka, Ivory kesal setengah mati. Dia langsung berjalan menghampiri beberapa orang wanita itu, lalu mencibir dan berkata, "Oh, pantas saja tempat ini baunya kecut sekali, ternyata ada yang cemburu di sini!"Salah seorang wanita di antaranya memelototi Ivory dengan marah dan berkata, "Kami hanya berbicara jujur. Lagi pula, orang yang bersangkutan saja masih belum buka suara, untuk apa kamu heboh? Jangan sampai diri sendiri dijadikan sebagai tameng, kamu malah nggak sadar. Bagaimanapun juga, orang yang bisa menjalin hubungan dengan Pak Arieson, pasti sudah ahli dalam memainkan trik!""Kalau kamu juga punya kemampuan itu, coba saja sendiri! Kalau nggak punya kemampuan, tutup mulutmu! Bisa-bisanya kalian bilang penampilan Kak Rhea biasa-biasa saja! Bagaimana kalau aku membelikan cermin untuk kalian agar kalian bisa melihat wajah kalian dengan jelas?""Kamu!"Ivory mengangkat dagunya, lalu berkata, "Apa, hah? Kalau kalian memang berkemampuan, coba katakan ap

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 272

    Setelah terdiam selama beberapa detik, Arieson berkata dengan ekspresi dingin, "Selesai rapat aku akan ke sana."Siang harinya, begitu Rhea sampai di lantai paling atas, Tio langsung menghentikannya."Nona Rhea, Pak Arieson sedang nggak berada di dalam ruangannya sekarang.""Dia masih sedang rapat?"Tio menggelengkan kepalanya, lalu menatap Rhea dan berkata, "Nggak. Pagi ini Tuan Besar Thamnin meneleponnya, memintanya untuk pulang. Hingga sekarang dia masih belum kembali."Hati Rhea langsung mencelus. Tanpa perlu ditebak, dia juga sudah tahu alasan Arieson dipanggil pulang pasti karena masalah pagi ini."Aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahuku hal ini, Pak Tio."Melihat hampir tidak ada perubahan apa pun yang terlihat di wajah Rhea, Tio mengerutkan keningnya dan berkata, "Nona Rhea, apa kamu nggak berencana untuk ke sana?""Biarpun aku ke sana, juga nggak ada gunanya. Selain itu, kalau orang-orang Keluarga Thamnin melihatku sekarang, mereka hanya akan makin emosi."Tio menatap l

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 271

    "Pantas saja kamu begitu terburu-buru ingin bercerai denganku, ternyata kamu sudah menjalin hubungan dengan pamanku. Rhea, kamu nggak ada bedanya dengan wanita-wanita jalang di luar sana.""Plak!"Rhea langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria itu. Sontak saja hal ini menarik perhatian banyak orang di sekeliling mereka.Jerico tidak pernah merasa sebegitu malunya. Api amarah di matanya seakan-akan sudah hampir menyembur keluar. Dia langsung mengulurkan lengannya, ingin mencekik Rhea.Namun, sebelum dia bisa menyentuh wanita itu, dia sudah ditendang hingga terjatuh ke lantai.Sambil merangkul Rhea, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan berkata, "Dia adalah calon bibimu. Kelak, jaga sopan santunmu saat berbicara dengannya. Kalau nggak, yang akan kamu terima bukan hanya sekadar satu tendangan saja."Mendengar dua kata "calon bibi" keluar dari mulut Arieson, ekspresi Jerico langsung berubah menjadi muram."Paman, Kakek dan Nenek nggak akan mengizinkanmu untuk menikahi

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 270

    Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Oke."Saat hampir tiba di perusahaan, Rhea tetap meminta Arieson untuk menurunkannya di pinggir jalan.Arieson mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan ekspresi tidak senang, "Apa aku begitu memalukan bagimu?""Bukan begitu, tapi aku baru bercerai dengan Jerico. Kalau sekarang kita membiarkan orang-orang di perusahaan melihat kita bersama, akan berdampak negatif bagimu.""Aku nggak peduli.""Tapi aku peduli. Selain itu, aku juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan hubungan kita. Jadi, mengenai hubungan yang terjalin antara kita ini, kita rahasiakan untuk sementara waktu, ya?"Rhea menatap pria di hadapannya itu dengan sorot mata penuh penantian dan hati-hati.Arieson mengulurkan tangannya untuk menutupi kedua mata wanita itu, lalu berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Boleh saja, tapi aku akan meminta sedikit bunga darimu."Rhea tertegun sejenak, matanya membelalak. "Bunga apa?"Bulu matanya menyapu telapak tangan Ari

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 269

    Sekembalinya ke vila, Arieson meminta pelayan untuk membawa Rhea pergi beristirahat, sedangkan dia sendiri pergi ke ruang baca. Dia menghubungi Tio untuk menyelidiki pria yang menabrak Rhea malam ini."Pak Arieson, aku sudah menyelidikinya. Pria itu adalah Rafa Bonta, selebritas pria yang sedang naik daun. Malam ini, dia berkencan dengan pacarnya yang bukan berasal dari dunia hiburan di restoran itu. Lalu, karena mendapati ada wartawan, dia buru-buru pergi, itulah sebabnya dia menabrak Nona Rhea."Dengan ekspresi sedingin es, Arieson memberi instruksi dengan suara dingin. "Beri dia sedikit pelajaran."Tio terkejut bukan main, dia merasa dirinya sudah menganggap remeh betapa pentingnya Rhea bagi Arieson.Setelah terdiam sejenak, dia menyarankan, "Kalau begitu, aku suruh orang untuk menyebarkan tentang dia memang punya seorang pacar yang bukan berasal dari dunia hiburan?"Belakangan ini, ada sebuah drama TV romantis Rafa yang sedang tayang, jadi akhir-akhir ini dia sedang membangun citra

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 268

    Selesai berbicara, tanpa memberikan Jerico kesempatan untuk berbicara, Rhea langsung memblokir nomor pria itu.Tak lama kemudian, Rhea kembali menerima panggilan telepon dari sebuah nomor asing. Dia hanya berpura-pura tidak mendengarnya. Setelah mencoba untuk meneleponnya beberapa kali, akhirnya si penelepon pun menyerah.Rhea menyajikan makanan yang telah disiapkannya di atas meja. Baru saja selesai membereskan dapur, belnya sudah berbunyi.Setelah memastikan orang yang berada di balik pintu adalah Arieson, Rhea baru membuka pintu.Menghirup aroma makanan, kilatan terkejut melintasi mata Arieson."Kamu masak?"Rhea mengangguk, lalu melangkah ke samping, agar Arieson bisa masuk. "Hmm, kita makan malam dulu baru ke sana."Begitu memasuki ruang tamu, dia melihat sayuran, lauk pauk, ditambah dengan sup telur tomat sudah dihidangkan di atas meja makan. Baik tatanan piring maupun aroma makanan itu, sangat menggugah selera. Bahkan piring dan alat makan juga sudah ditata dengan rapi.Setelah

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 267

    Saat Arieson tiba, Rhea sedang duduk di sofa sambil melamun.Begitu mendengar suara langkah kaki, dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Kedua matanya memerah, sorot matanya diliputi dengan ketidakberdayaan dan ketakutan, seperti seekor kelinci kecil yang ketakutan."Paman, kamu sudah datang."Arieson berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan suara dalam, "Apa kamu terluka?"Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku baik-baik saja ... saat itu, aku sedang minum-minum bersama Weni di bar, nggak di rumah ... begitu aku pulang, situasinya sudah seperti ini ...."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah lapor polisi?""Sudah, seharusnya sebentar lagi polisi akan tiba.""Hmm, tempat ini nggak bisa ditinggali lagi, aku akan meminta Tio untuk mencarikan tempat tinggal baru untukmu.""Kalau begitu, selama beberapa hari ini ... bisakah aku tinggal di tempatmu?"Begitu dia selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening. Saking heningnya,

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 266

    Begitu panggilan telepon terhubung, langsung terdengar suara panik Vani dari ujung telepon. "Di mana kamu sekarang? Ayahmu pergi menemui orang-orang Keluarga Thamnin demi kamu, alhasil dia malah dipersulit, saking banyaknya minuman alkohol yang diminumnya untuk meminta maaf pada mereka, dia sampai masuk ke ruang UGD!"Rhea hanya merasakan seperti mendengar suara ledakan di kepalanya. Dia mematung di tempat. Setelah beberapa detik, dia baru tersadar kembali."Aku akan segera ke sana!"Saat berbicara, sekujur tubuh Rhea gemetaran.Tepat pada saat ini pula, Weni juga sudah bangun. Melihat gejolak emosi Rhea, dia buru-buru bangkit dan berkata, "Rhea, ada apa? Apa yang terjadi?"Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Weni, kedua matanya memerah, bulir-bulir air mata terus berjatuhan membasahi pipinya."Terjadi sesuatu pada ayahku, aku nggak bisa berkendara sekarang ...."Ekspresi Weni langsung berubah menjadi muram. Dia meraih tangan Rhea, lalu berkata dengan suara dalam, "Kemarin kita sudah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status