Share

Bab 2

Author: Lalita
Selesai mengucapkan satu kalimat itu, dia kembali mengangkat gelasnya dan meneguk minuman di dalam gelas itu hingga habis tak bersisa.

Selama bertahun-tahun ini, dia tidak pernah memikirkan adanya kemungkinan Jerico akan mengkhianatinya.

Saat melihat pria itu bersama wanita lain di atas ranjang, hatinya seperti tercabik-cabik dan teriris-iris.

"Aku merasa dia sangat mencintaimu, nggak kelihatan seperti orang yang akan berselingkuh. Mungkin ada kesalahpahaman."

Rhea mendengus dingin dan berkata, "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, apa mungkin bisa disebut dengan kesalahpahaman?"

Suasana di dalam ruang pribadi langsung hening seketika. Melihat Rhea meneguk segelas demi segelas minuman itu seperti orang yang sudah tidak bersemangat hidup lagi, Weni tidak bisa menahan dirinya lagi dan segera merampas gelas dalam genggaman temannya itu. "Biarpun dia benar-benar berselingkuh, seharusnya kamu juga bukan mabuk-mabukan seperti ini untuk menghukum dirimu sendiri. Apa ... rencanamu selanjutnya? Apa yang akan kamu lakukan?"

"Apa lagi? Tentu saja bercerai. Selama aku teringat dia bersama wanita itu di atas ranjang, aku merasa jijik."

Melihat sorot mata memerah dan tidak rela di mata temannya, Weni ikut merasa sedih.

"Untuk sementara waktu ini, kamu nggak perlu memikirkan hal itu lagi. Sekarang, kamu perlu beristirahat dengan baik. Setelah kamu menenangkan dirimu, baru kamu pikirkan lagi apa yang akan kamu lakukan selanjutnya. Aku akan mengantarmu pulang."

Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak .... Aku nggak ingin pulang lagi."

Begitu kembali ke rumah itu, dia pasti akan teringat pemandangan Jerico berselingkuh lagi. Selama dia memikirkan hal itu sekali, dia akan merasa jijik sekali.

Melihat ekspresi penolakan di wajah temannya, Weni juga tidak memaksakan kehendaknya. Dia berkata, "Kalau begitu, aku akan memesan kamar hotel untukmu."

Setelah memesan kamar hotel untuk Rhea, Weni mengantar Rhea ke depan pintu hotel. Kemudian, dia berkata dengan sedikit tidak tenang, "Apa kamu yakin nggak perlu aku mengantarmu ke lantai atas?"

Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nggak perlu, kamu cepat pulang dan beristirahatlah."

Setelah melambaikan tangannya pada Weni, dia turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam hotel dengan membawa kunci kamar. Melihat langkah kakinya lumayan mantap, Weni baru sedikit menghela napas lega. Setelah Rhea memasuki hotel, dia baru melajukan mobilnya pergi.

Namun, hal yang tidak diketahuinya adalah, saat Rhea mabuk, dia tetap terlihat seperti biasa. Dia terlihat sadar, tetapi sesungguhnya pikirannya sudah kacau balau.

Dengan membawa kunci kamar, dia berjalan memasuki lift. Setelah menggesek kartu kamar, pintu lift tertutup, mulai naik ke lantai yang dituju.

Tak lama kemudian, dengan iringan bunyi "ting", pintu lift terbuka.

Saat melangkah keluar dari lift dan menginjak karpet, kaki Rhea terasa lemas, sampai-sampai dia hampir terjatuh.

Sambil menopang tubuhnya pada dinding di samping, dia memaksakan dirinya untuk berdiri dengan tegak. Dia memijat-mijat pelipisnya yang terasa sakit, lalu sambil berjalan melewati koridor, sambil memeriksa nomor kamar.

Namun, saat ini pengaruh alkohol sudah menguasai dirinya, sampai-sampai pemandangan di hadapannya tampak berbayang. Begitu melihat kamar dengan nomor 8919, dia langsung mengarahkan kartu kamar ke pintu.

Namun, dia tidak mendengar bunyi "ting" pintu kamar terbuka. Dia mengerutkan keningnya, lalu mengulurkan tangannya, hendak membuka pintu. Tiba-tiba saja, pintu kamar terbuka.

Rhea tertegun sejenak, tetapi sebelum dia sempat bereaksi, sebuah tangan besar sudah menarik masuk ke dalam kegelapan.

"Bam!"

Kemudian, pintu kamar tertutup, bahkan pencahayaan dari luar juga seperti sudah dihalangi.

Dia ditekan di balik pintu. Napas mengintimidasi pria itu menyapu telinganya, membuat tubuhnya bergetar sejenak.

Aroma kayu pinus menyegarkan yang menerpa dirinya, sedikit familier bagi Rhea. Namun, sebelum dia sempat bereaksi, dia sudah merasakan sentuhan kehangatan di bibirnya.

"Hmmmphhh ...."

Menyadari apa yang sedang terjadi, Rhea buru-buru meronta.

Namun, kekuatan pria itu sangat besar, ditambah lagi malam ini dia sudah minum sangat banyak, sampai-sampai tangannya yang sedang mendorong dada pria itu terasa tidak bertenaga. Alih-alih sedang menolak, upayanya malah seperti sedang menggoda pria tersebut.

Sensasi panas terasa menjalar di setiap bagian tubuhnya yang disentuh oleh pria itu, bahkan terasa seperti terbakar. Aura panas yang menjalar di tubuhnya, membuat tubuh Rhea menjadi makin lemas.

Dia ingin mendorong pria yang sedang menekan tubuhnya itu, tetapi pria itu bisa menyadari dan mengantisipasi setiap pergerakannya dengan mudah. Dalam sekejap, kedua lengannya sudah ditahan di atas kepalanya.

"Lepas ... hmmphhhh ... lepaskan aku ...."

Pria itu melepaskan ciumannya, lalu terkekeh pelan dan berkata, "Kamu sudah cukup menggoda, nggak perlu repot-repot menggodaku lagi."

Selesai berbicara, jari-jari pria itu mendarat di lengan baju Rhea, membuat Rhea merasakan aura dingin, sampai-sampai tubuhnya gemetaran.

Suhu tubuh pria itu seperti akan melelehkannya, perlahan-lahan kedua kakinya juga terasa lemas.

Di tengah kegelapan, tingkat kepekaan indra perasa seolah meningkat secara signifikan.

Rhea merasakan pria itu sedang membuka kancing pakaiannya satu per satu. Dia hanya merasa mulutnya menjadi kering. Sedikit kesadarannya yang masih tersisa memberitahunya, kalau hal seperti ini terus berlanjut, pasti akan berakibat fatal.

"Lepaskan aku!"

Dia mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mendorong pria itu. Alhasil, pria itu langsung menggendongnya dan melemparnya ke atas tempat tidur.

Tempat tidur itu sangat lembut. Rhea sama sekali tidak merasa kesakitan, tetapi begitu tubuhnya mendarat di tempat tidur, kepalanya terasa makin berat.

Dia segera meronta ingin bangkit, tetapi sosok bayangan yang tinggi dan tegap langsung menimpanya.

Dalam sekejap, pakaiannya sudah dilepaskan sepenuhnya, kedua orang itu sudah hampir telanjang.

Pria itu mendekat pada tubuhnya, seakan-akan sudah bersiap untuk melakukan hal itu.

Merasakan aura mengintimidasi yang terpancar dari pria di atas tubuhnya itu, dia segera mengulurkan tangannya untuk mendorong dada pria itu. Kemudian, dia menggigit bibirnya, memaksakan diri untuk tetap sadar dan tenang.

"Tuan, mungkin aku salah kamar, tolong lepaskan aku ...."

Karena terlalu gugup, suaranya terdengar sedikit bergetar.

"Ckck!"

Pria itu berkata dengan sedikit tidak sabar dan dingin, "Sudah kecanduan bermain, ya?"

Arieson hendak bangkit dan mengusir wanita itu. Tiba-tiba saja, lampu kamar menyala.

Ternyata, tadi saat Rhea sedang meronta, punggung tangannya tanpa sengaja menekan tombol lampu.

Lampu yang tiba-tiba menyala, membuat Arieson mengedipkan matanya secara refleks. Saat dia melihat wanita yang ketakutan di bawah tubuhnya dengan jelas, ekspresinya langsung berubah drastis.

Saat ini, Rhea juga sudah melihat Arieson dengan jelas. Wajahnya yang memang sudah memucat karena ketakutan, kini menjadi makin pucat. Awalnya, pikirannya masih sedikit kacau balau, tetapi sekarang sudah benar-benar tersadar saking terkejutnya.

Dia tidak menyangka ... orang yang hampir saja menyetubuhinya adalah Arieson, paman Jerico.

"Paman ...."

Selama ini, Rhea selalu merasa sedikit takut pada sosok Arieson.

Dia adalah putra bungsu Keluarga Thamnin. Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin sangat menyayangi dan memanjakannya. Kepribadian pria yang satu ini sangat dingin. Jangankan anggota Keluarga Thamnin, orang luar juga tidak berani memprovokasinya.

Saat baru menikah dengan Jerico dan mengunjungi tetua Keluarga Thamnin, Jerico sudah mengingatkannya untuk tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Arieson.

"Diam!"

Raut wajah Arieson tampak sangat muram, sorot matanya terhadap Rhea sedingin es, seperti orang yang sedang mempertimbangkan untuk melakukan pembunuhan.

Namun, saat melihat kulit putih mulus bagian dada wanita itu yang terekspos, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Untuk sesaat, pikirannya dikuasai oleh gairah.

Dia segera mengalihkan pandangannya, turun dari tempat tidur dan berkata, "Cepat pakai pakaianmu dan pergi dari sini!"

Saat pria itu bangkit, sorot mata Rhea tertuju ke arah yang seharusnya tidak dia pandang.

Dia tertegun sejenak, lalu mengalihkan pandangannya dengan canggung, telinganya juga sudah memerah.

Melihat wajah memerah wanita itu, raut wajah Arieson bertambah masam.

"Masih nggak pergi juga?"

Tanpa memedulikan perasaan malu yang meliputi hatinya saat ini, Rhea buru-buru mengambil pakaiannya dan memakainya secepatnya, lalu pergi meninggalkan kamar itu tanpa menoleh ke belakang.

Hingga setelah dia keluar dari kamar, dia baru berani menoleh dan melirik nomor kamar sekilas. Setelah melihat nomor kamar dengan jelas, akhirnya Rhea sudah mengerti mengapa tadi Arieson mengatakan dia sedang menggodanya.

Nomor kamar itu bukan 8919, melainkan adalah 8916!

Dia tidak hanya salah masuk kamar, bahkan hampir saja melakukan hubungan intim dengan paman suaminya sendiri ....

Setelah memikirkan hal itu, Rhea hanya merasakan kepalanya terasa makin sakit karena pengaruh alkohol.

Kalau tahu akan terjadi kejadian seperti ini, seharusnya dia membiarkan Weni mengantarnya naik ke atas. Paling tidak, dia juga tidak akan salah kamar.

Namun, sekarang menyesal juga tidak ada gunanya lagi ....

Di dalam kamar, setelah Rhea meninggalkan kamarnya, Arieson menghubungi sebuah nomor dengan raut wajah muram.

"Hapus semua rekaman kamera video pengawasan Hotel Royal malam ini!"

Selesai memberi instruksi, melihat seprai dan selimut tempat tidur yang berantakan, Arieson menyalakan sebatang rokok, sorot mata kesal makin tampak jelas di matanya.

Dia hampir saja menyetubuhi istri keponakannya sendiri! Apa-apaan itu?!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ayiniah Lmd
seru menarik, simak terus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 3

    Saat dalam perjalanan pulang, setelah ragu cukup lama, Rhea mengirimkan pesan kepada Arieson yang sudah ada dalam kontak pertemanannya selama tiga tahun, tetapi tidak pernah saling bertukar pesan dengannya itu."Paman ... bisakah Paman memegang kejadian malam ini nggak pernah terjadi? Saat itu, aku benar-benar sudah mabuk dan salah masuk kamar."Setelah menunggu sangat lama, dia tidak memperoleh pesan balasan dari Arieson.Rhea mengerutkan keningnya dan mengirimkan sebuah pesan lagi.Kali ini, dia hanya mengirimkan sebuah tanda tanya.Namun, begitu pesan dikirim, muncul sebuah tanda seru berwarna merah, disertai sebuah pesan elektronik."Dibutuhkan persetujuan dari pengguna ini terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengirim pesan padanya. Saat ini, Anda masih bukan temannya ...."Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat. 'Dia bahkan sudah menghapus kontak pertemananku. Seharusnya dia nggak ingin mengungkit hal itu lagi, 'kan?'Setelah berpikir demikian, akhirnya Rhea bisa menghela napas lega

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 4

    Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah."Hmmphhhh ... lepaskan ...."Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, a

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 143

    Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 142

    "Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 141

    Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 140

    Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status