Share

Bab 5

Author: Lalita
Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.

Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.

Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.

Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.

Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.

Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.

Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.

Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-orang itu.

Saat mendengar langkah kaki, secara naluriah Jerico mengangkat kepalanya.

Rhea mengenakan gaun berwarna putih, pinggang rampingnya seolah-olah bisa digenggam hanya dengan satu tangan. Rambut hitam panjangnya dijepit dengan sebuah penjepit yang indah, memperlihatkan lehernya yang putih dan mulus. Saking cantiknya wanita itu, benar-benar membuat orang yang melihatnya terpesona.

Aura lembut dan elegan yang terpancar dari tubuh Rhea, tetap sama seperti saat mereka pertama kali bertemu.

Hanya saja, sorot mata wanita itu padanya sedingin es, tidak ada lagi sedikit pun kehangatan kala itu.

"Ayo kita berangkat."

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Keluarga Thamnin, dua orang itu hanya diam saja.

Hingga saat mereka tiba di depan pintu kediaman Keluarga Thamnin dan hendak turun dari mobil, sebuah mobil berwarna hitam melaju dan kencang, lalu rem secara mendadak dan langsung berhenti di depan mobil Jerico.

Mengenali mobil itu adalah mobil Arieson, ekspresi Jerico tampak sedikit masam.

Jerico merasa takut sekaligus tidak menyukai pamannya itu. Dia tidak ingin berinteraksi dengan pria itu.

Bagaimanapun juga, Arieson adalah tipe orang yang selalu semena-mena dalam bertindak. Jerico sangat tidak menyukainya.

Kala itu, Tuan Besar Thamnin bersiap untuk menyerahkan Grup Thamnin kepada Arieson. Alhasil, dia langsung menolak penawaran itu begitu saja dan membangun kariernya sendiri.

Awalnya, semua orang mengira pria itu akan mengalami kegagalan, lalu kembali dengan putus asa dan mengambil alih Grup Thamnin. Namun, siapa sangka, pria itu berhasil merintis karier sendiri. Tidak hanya itu, hanya dalam kurun waktu kurang dari lima tahun, cakupan perusahaannya sudah cukup besar dan luas. Sekarang diperkirakan sudah bisa menandingi sekitar lima atau enam Grup Thamnin.

Harus diakui bahwa alasan Jerico tidak menyukai Arieson, juga ada sedikit unsur iri dan keengganan.

Terlebih lagi, Arieson adalah tipe orang pendendam. Sebelumnya, Jerico pernah mengatakan satu kalimat yang menjelek-jelekkan pria itu. Tidak tahu siapa yang menyampaikan hal itu pada pria itu, sampai-sampai pria itu langsung menolak untuk bekerja sama dengan Grup Thamnin dan menyebabkan Grup Thamnin mengalami kerugian sebesar ratusan miliar.

Arieson sangat jarang menghadiri perjamuan makan keluarga. Jerico mengira kali ini dia tidak akan bertemu dengan pamannya itu. Namun, siapa sangka dia begitu sial. Baru saja sampai di depan pintu dan belum sempat masuk ke dalam, dia sudah bertemu dengan pria itu.

Karena suasana hatinya sedang buruk, dia tidak menyadari ekspresi Rhea langsung membeku begitu melihat Arieson turun dari mobil.

Dia membuka pintu mobil dan memanggil Arieson, "Paman."

Arieson menoleh, meliriknya sekilas. Kemudian, dia melirik kursi penumpang samping pengemudi dengan santai, lalu menganggukkan kepalanya dengan dingin. Setelah itu, dia langsung berjalan masuk ke dalam.

Melihat pria itu pergi, Rhea baru mengembuskan napasnya dengan kuat.

Saat Arieson melihat ke arah mereka, dia sampai-sampai lupa bernapas saking gugupnya. Dia takut pria itu tiba-tiba mengucapkan kata-kata yang menggemparkan.

Bagaimanapun juga, Arieson adalah tipe orang yang bertindak sesuai suasana hatinya saja. Saat suasana hatinya sedang buruk, anjing yang hanya kebetulan lewat di jalanan pun akan ditendangnya.

Untung saja, pria itu tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Setelah berpikir sejenak, Rhea memutuskan untuk mencari kesempatan berbicara empat mata dengan pria itu.

Saat mereka berdua memasuki ruang tamu, sudah ada banyak orang di dalamnya. Tuan Besar Thamnin dan Nyonya Besar Thamnin tampak sedang mengobrol dengan Arieson.

Ada orang-orang tertentu yang sudah ditakdirkan untuk menjadi "pemeran utama" sejak mereka hadir di dunia ini. Tipe orang seperti ini selalu menjadi sorotan di tengah orang banyak. Arieson adalah orang seperti itu.

Menyadari sorot mata Rhea tertuju pada Arieson, raut wajah Jerico berubah menjadi sedikit masam.

"Untuk apa kamu melihat pamanku seperti itu?"

Rhea mengalihkan pandangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Apa hubungannya denganmu?"

Menyadari sikap dingin wanita itu terhadap dirinya, Jerico berkata dengan suara dalam, "Rhea, jelas-jelas kamu tahu aku nggak suka kamu memperhatikan pria lain!"

Sejak mereka bersama, Jerico sangat posesif pada Rhea, dia tidak mengizinkan wanitanya berinteraksi dengan lawan jenis.

Dulu, Rhea merasa itu adalah wujud cinta Jerico terhadap dirinya. Jadi, dia bukan hanya tidak merasa risih, dia juga merasa senang.

Sekarang kalau dipikir-pikir kembali, dia hanya merasa dirinya sangat konyol.

Dia tertawa dingin dan berkata, "Bukankah kamu suka menemani wanita lain tidur? Bukankah kamu sendiri juga sangat puas?"

Jerico berkata dengan gigi terkatup, "Hari ini adalah perjamuan makan keluarga, nanti kita baru bicarakan lagi masalah ini sepulang ke rumah."

Rhea melirik pria itu dengan ekspresi meremehkan dan berkata, "Kalau kamu nggak ingin aku mengungkit hal itu, jangan ikut campur urusanku."

Dia tidak ingin ribut di depan umum, karena tidak ingin posisinya di Grup Thamnin terpengaruh, tidak ingin membuat Tuan Besar Thamnin merasa tidak puas padanya.

Bagaimanapun juga, walaupun sekarang dia yang mengelola Grup Thamnin, tetapi sebenarnya saham Keluarga Thamnin tetap dipegang oleh Tuan Besar Thamnin, sama sekali tidak membagikan padanya satu persen pun.

Saat mereka sedang berdebat diam-diam, Nyonya Besar Thamnin menyadari keberadaan mereka. Sambil tersenyum, dia berkata, "Rhea, Jerico, kalian sudah pulang, ya. Ayo kemarilah, duduk bersama!"

Rhea menarik napas dalam-dalam. Saat dia berbalik, seulas senyum sudah mengembang di wajahnya.

Walaupun dia tidak terlalu suka berinteraksi dengan anggota Keluarga Thamnin, tetapi dia tetap harus menjaga sopan santun di hadapan tetua.

Dia segera menghampiri Nyonya Besar Thamnin, lalu tersenyum dan berkata, "Halo, Kakek! Halo, Nenek!"

Nyonya Besar Thamnin sedang membujuk Arieson untuk segera mencari seorang wanita pujaan hati dan menikah. Begitu melihat pasangan Jerico dan Rhea, seulas senyum mengembang di wajahnya.

"Ayo duduk."

Saat dia menoleh menghadap Arieson, sorot mata tidak puas tampak jelas di matanya.

"Coba kamu lihat Jerico. Dia nggak hanya mengelola perusahaan dengan baik, dia juga memiliki seorang istri yang cantik. Mungkin setahun atau dua tahun lagi, mereka sudah punya anak. Bagaimana denganmu? Kamu sudah hampir berusia tiga puluh tahun, tapi masih saja melajang. Lain kali, kalau kamu nggak membawa pacar, kamu nggak perlu pulang lagi!"

Mendengar ucapan ibunya, Arieson melirik dua orang itu sejenak, lalu berkata sambil tersenyum tipis, "Hmm, memang sangat cantik."

Hanya saja, tubuh "semungil" itu, bukankah akan sangat kesakitan saat melahirkan anak?

Rhea mengerutkan keningnya. Dia merasa saat Arieson mengucapkan kata-kata itu, sorot mata yang ditujukan padanya cukup aneh.

Jerico yang duduk di samping Rhea juga menyadari bahwa sorot mata Arieson terhadap wanitanya sedikit aneh.

Bagaimanapun juga, sebagai sesama pria, dia mengetahui dengan jelas bahwa sorot mata yang ditujukan oleh Arieson terhadap Rhea bukan sorot mata seorang tetua terhadap seorang generasi muda. Sebaliknya, malah terkesan seperti ... sorot mata seorang pria terhadap seorang wanita ....

Saat itu juga, tangannya terkepal dengan erat, tubuhnya juga menegang.

Nyonya Besar Thamnin mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu juga tahu bukan itu maksudku! Hari ini, kamu harus mengatakan dengan jelas! Sebenarnya kapan kamu akan membawa seorang menantu untuk menemuiku?!"

"Hmm, tergantung situasi dan kondisi. Kalau aku bertemu dengan seorang wanita yang ingin kunikahi, mungkin besok aku akan membawakan menantu untuk Ibu."

"Ckckck, memangnya aku nggak tahu fokus matamu itu di mana? Malah aneh kalau kamu bisa menemukan menantu untukku. Aku akan mengatur kencan buta untukmu. Besok, berpenampilan yang bagus, jangan tunjukkan sikap nggak jelasmu itu ...."

"Oh? Kalau begitu, besok Ibu akan berakhir dengan menyinggung seorang teman lama lagi."

Saking kesalnya, Nyonya Besar Thamnin merasa kepalanya berdenyut sakit. "Apa kamu ingin membuatku kesal sampai mati, kamu baru puas?!"

Arieson melirik Jerico dan berkata, "Jerico sudah menikah selama bertahun-tahun. Daripada Ibu mendesakku untuk segera menikah, sebaiknya Ibu mendesaknya untuk segera punya anak."

Nyonya Besar Thamnin merasa ucapan putranya masuk akal juga. Lagi pula, tidak peduli apa pun yang dikatakannya, Arieson tidak akan mendengarnya. Sejak kecil, putranya ini memang sudah memiliki pemikiran sendiri.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan Rhea, ekspresi penuh kasih sayang terlukis jelas di wajahnya.

"Rhea, kalian juga sudah menikah selama beberapa tahun. Kapan kalian berniat punya anak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hapijah Binti Marwi Moe
semakin menarik
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 12

    Pada Hari Senin, Rhea tiba di gedung Perusahaan Farmasi Yagin tepat pada pukul delapan pagi.Setelah membantu mengurus prosedur masuk kerjanya, HRD membawanya mengelilingi gedung perusahaan, agar dia bisa mengetahui lokasi-lokasi dari setiap departemen. Kemudian, HRD membawanya ke ruangan manajer Departemen Penelitian sebelum pergi.Manajer Departemen Penelitian bernama Ruisa Janopo, seorang wanita berusia empat puluhan tahun, berambut pendek, irit senyum dan kelihatan tegas sekaligus serius."Duduklah."Setelah Rhea duduk, Ruisa berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sebelumnya aku sudah melihat CV-mu. Saat kamu masih kuliah, kamu sudah meraih banyak pencapaian. Tapi, selama beberapa tahun ini, kamu sudah nggak pernah menginjakkan kakimu ke laboratorium lagi. Jadi, kamu mulai bekerja sebagai asisten.""Baik."Melihat ekspresi senang tanpa ada tanda-tanda tidak puas, kilatan puas melintas di mata Ruisa.Dia menyukai bawahan yang patuh dan giat bekerja. Kalau dilihat sejauh ini, boleh

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 13

    Ruisa mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Apa hasil yang kamu peroleh setelah berada di laboratorium beberapa hari ini?""Aku sudah melakukan pengamatan. Saat ini, penelitian yang sedang dilakukan oleh laboratorium adalah mengembangkan obat-obatan untuk mengobati penyakit kardiovaskular. Hingga saat ini, penelitian dan pengembangan obat-obatan ini sekitar lima puluh persen. Persiapan sedang dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap tikus putih."Setelah mendengar ucapan Rhea, raut wajah Ruisa tampak sedikit membaik. Dia juga menatap Rhea dengan sorot mata pengakuan."Bagus. Bagaimana dengan penggunaan peralatan laboratorium? Kamu sudah mempelajarinya sejauh mana?""Aku sudah lumayan memahaminya."Sambil mengerutkan keningnya, Janice mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, aku tahu kamu ingin segera melakukan penelitian sendiri. Tapi, perlu kamu ketahui, penelitian adalah suatu hal yang sangat serius. Belakangan ini, masih ada banyak peralatan yang b

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 310

    Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 309

    Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 308

    "Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 307

    "Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 306

    Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 305

    Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 304

    Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 303

    Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 302

    Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status