Share

Bab 7

Penulis: Lalita
Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.

Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.

Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum.

"Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"

Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan."

"Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan."

"Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."

Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.

Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya.

"Paman, aku sudah mengerti."

Boleh dibilang, baik raut wajahnya maupun nada bicaranya kurang baik. Dia menatap Arieson dengan sorot mata tidak senang, bahkan samar-samar tampak sedikit waspada.

Arieson mengalihkan pandangannya dengan santai.

"Oke, ayo pergi makan."

Setelah Arieson pergi, Jerico berbalik, ingin menggenggam tangan Rhea. Namun, wanita itu malah menghindari sentuhannya dan langsung berjalan melewatinya.

Jerico segera mengejar Rhea, lalu menggenggam tangan wanita itu secara paksa dan berkata dengan suara dalam, "Kalau kamu nggak ingin aku pergi menemui ayah mertuaku, sebaiknya kamu bersikap sedikit patuh padaku!"

Pergerakan tangan Rhea yang ingin menepis tangan pria itu langsung terhenti. Perasaan tidak berdaya dan amarah menyelimuti hatinya.

Kalau kala itu dia tidak mendengar ucapan Jerico yang memintanya untuk menjadi ibu rumah tangga, sekarang dia juga tidak perlu dikendalikan dan diancam oleh pria itu seperti ini.

Dia harus segera mencari sebuah pekerjaan. Selama dia sudah punya uang sendiri untuk membiayai pengobatan ayahnya, dia sudah bisa terlepas dari Jerico sepenuhnya.

Sebelum semua perencanaan itu terlaksana, terlepas dari seberapa keras upayanya untuk meminta bercerai dari pria itu, juga tidak ada gunanya.

Setelah memikirkan hal itu dengan saksama, Rhea tidak meronta lagi. Dia membiarkan pria itu membawanya ke ruang makan.

Selesai makan malam, semua orang pun membubarkan diri.

Mobil diberhentikan di depan pintu vila. Jerico langsung mengunci pintu mobil, tidak terburu-buru untuk turun dari mobil.

Sambil mengerutkan keningnya, Rhea mengalihkan pandangannya ke arah pria itu dan berkata, "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Mari kita diskusi."

"Kalau kamu ingin membicarakan tentang masalah perceraian, nggak perlu dibicarakan lagi. Untuk sementara waktu ini, aku nggak akan mengungkit hal itu lagi."

Jerico menyipitkan matanya, kilatan berbahaya melintas di matanya.

"Untuk sementara waktu?"

"Hmm."

Melihat ekspresi acuh tak acuh wanitanya, Jerico mengatupkan bibirnya dengan rapat, ekspresi tidak senang tampak jelas di wajahnya.

Namun, dia juga tahu jelas bahwa butuh waktu bagi Rhea untuk menerima kenyataan dia telah berselingkuh. Selama wanita itu tidak mengungkit tentang perceraian lagi, dia pasti akan memiliki kesempatan untuk memenangkan hati wanita itu lagi.

Setelah berpikir sejenak, dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Rhea, aku sangat senang kamu bersedia memberiku satu kesempatan lagi."

Rhea tidak menanggapi ucapannya, melainkan hanya menatapnya tanpa ekspresi.

"Apa sekarang kamu sudah bisa membuka pintu mobil? Aku sudah sangat lelah, aku ingin segera beristirahat."

"Klatak."

Begitu pintu mobil terbuka, Rhea langsung membuka pintu, turun dari mobil, lalu berjalan masuk ke dalam vila tanpa menoleh ke belakang.

Saat Jerico sampai di depan pintu kamar mereka, dia baru mendapati bahwa Rhea sudah mengunci pintu kamar dari dalam.

Dia merasa sedikit tidak berdaya. Beberapa saat kemudian, dia tidak bisa menahan diri dan tertawa.

Saat mereka baru menikah, terkadang dia memperlakukan wanita itu terlalu "ganas". Keesokan harinya, wanita itu akan mengunci kamar dari dalam seperti sekarang ini untuk mengungkapkan amarahnya.

Beberapa hari kemudian, setelah amarah wanita itu reda, dia baru diizinkan untuk masuk ke dalam kamar lagi.

Setelah berpikir demikian, senyumannya makin cerah.

'Ya sudah, aku akan membujuknya perlahan-lahan.'

Lagi pula, mereka masih punya banyak waktu. Selama wanita itu berada di sisinya dan hanya ada dirinya dalam hati wanita itu, suatu hari nanti wanita itu pasti akan memaafkannya.

Di dalam kamar, Rhea sedang memilih pakaian untuk wawancara kerja besok.

Setelah memilih beberapa pakaian yang cukup memuaskan baginya, dia mengambil foto pakaian-pakaian itu, lalu mengirimkannya pada Weni, menanyakan pada temannya itu pakaian mana yang lebih cocok dikenakannya untuk wawancara kerja. Tak lama kemudian, Weni langsung meneleponnya.

"Mengapa kamu tiba-tiba ingin pergi mencari pekerjaan? Apa masalah antara kamu dan Jerico sudah terselesaikan?"

Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan tenang, "Belum. Aku berencana mencari sebuah pekerjaan terlebih dahulu. Bagaimanapun juga, sekarang aku sudah nggak punya sumber penghasilan. Setelah aku punya cukup uang untuk membiayai pengobatan ayahku dan menghidupi diriku sendiri, aku baru bicarakan tentang perceraian dengannya lagi."

"Kalau begitu, untuk sementara waktu ini, kamu akan tinggal satu atap dengannya seolah-olah nggak ada yang terjadi?"

"Bagaimana mungkin bisa? Aku masih punya sedikit uang. Aku berencana setelah wawancara kerja besok, aku akan sekalian pergi melihat-lihat rumah, agar aku bisa pindah keluar dari sini secepatnya."

Sekarang dia sudah memikirkan segala sesuatu dengan matang. Dia tidak bisa bercerai dengan gegabah.

Sekarang dia tidak punya pekerjaan, juga tidak punya uang. Biarpun dia mengundang pengacara, dia juga tidak punya uang untuk membayar jasa pengacara.

Terlebih lagi, kalau pengacara biasa berhadapan dengan tim hukum profesional Grup Thamnin, tidak ada artinya, pasti akan kalah telak.

Kalau dia ingin menggunakan jasa pengacara, tentu saja dia harus mengundang seorang pengacara yang paling profesional dalam kasus perceraian untuk membantunya mengajukan tuntutan perceraian.

Adapun mengenai bercerai tanpa memperoleh sepeser pun, dia tidak pernah memikirkan hal seperti itu.

Jelas-jelas Jerico yang telah mengkhianati pernikahan mereka, atas dasar apa dia tidak menginginkan sepeser pun?

Kalau bukan karena dia sendiri tidak berkemampuan, dia ingin membuat Jerico bercerai dengannya tanpa memperoleh sepeser pun.

Adapun mengenai biaya pengobatan ayahnya, Rhea sama sekali tidak merasa beban karena telah menggunakan uang Jerico.

Kala itu, hasil penelitian yang diberikannya pada pria itu, telah membuat pria itu meraup keuntungan sebesar puluhan triliun. Biaya pengobatan ayahnya masih tidak ada apa-apanya dibandingkan nilai fantastis itu.

"Besok kamu wawancara kerja di perusahaan mana?"

"Perusahaan Farmasi Yagin."

"Kamu berencana melanjutkan penelitian dan pengembangan obat-obatan?"

"Hmm, walau beberapa tahun ini aku nggak bekerja, aku selalu mengikuti perkembangan bidang ini. Ilmu pengetahuan yang kuperoleh dulu, juga masih kuingat dengan jelas. Lagi pula, selain melakukan penelitian dan pengembangan obat-obatan, aku nggak bisa melakukan hal yang lain."

"Kalau begitu, mengapa kamu nggak memberitahuku hal ini lebih awal. Kamu bisa bekerja di perusahaan kami. Aku bisa merekomendasikanmu secara khusus."

Rhea tertawa, lalu berkata dengan setengah bercanda, "Setiap hari, kamu memaki bos perusahaan kalian di hadapanku. Sekarang, di mataku, bos kalian sudah seperti sosok yang melakukan eksploitasi terhadap karyawan. Apa kamu ingin membawaku masuk ke dalam perangkap?"

Setelah hening selama beberapa detik, tiba-tiba terdengar suara seorang pria.

"Weni, sejak kapan aku mengeksplotiasi karyawan?"

Jarak antara pria itu dengan ponsel Weni seolah sedikit jauh. Karena itulah, suaranya tidak terdengar jelas. Namun, Rhea tetap bisa merasakan nada bicara berbahaya dalam ucapan pria itu.

Weni tertawa canggung, lalu buru-buru berkata, "Rhea .... Itu ... hmm, aku masih ada sedikit urusan di sini, nanti aku baru telepon kamu lagi, ya .... Besok, selesai wawancara kerja, kamu kirim pesan untukku. Kita makan siang bersama."

Tanpa memberi Rhea kesempatan untuk berbicara, begitu selesai berbicara, Weni langsung mengakhiri panggilan telepon.

Rhea melirik jam sejenak. Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat malam. Dia pun mengangkat alisnya.

Weni selalu beristirahat pada jam tertentu dengan teratur. Namun, jam segini masih ada orang di dekatnya, bahkan adalah bosnya.

Sepertinya, besok dia harus menanyakan dengan jelas pada temannya itu.

Setelah meletakkan ponselnya, Rhea sempat ragu sejenak, lalu memilih sebuah gaun panjang berwarna hijau muda.

Gaun yang satu ini tidak terlalu menonjol, tetapi juga cukup sopan dalam menghadiri wawancara kerja kali ini.

Setelah menjatuhkan pilihannya pada gaun itu, Rhea menyimpan kembali pakaian-pakaian lainnya, lalu membawa piamanya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Selesai mandi, Rhea mengeringkan rambutnya dan merawat wajahnya. Setelah itu, dia langsung naik ke atas tempat tidur dan tidur.

Di sisi lain, di dalam ruang baca.

Setelah ragu sangat lama, akhirnya Jerico mengunggah sebuah pertanyaan tanpa nama, yang berbunyi, bagaimana cara membujuk dan memenangkan hati istri kembali setelah ketahuan berselingkuh.

Namun, siapa sangka, jawaban yang diberikan oleh para netizen adalah membujuknya untuk bercerai, melepaskan istrinya. Saking kesalnya, Jerico langsung menghapus unggahan tersebut.

Saat dia bersiap untuk kembali ke kamar dan tidur, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari Stella.

"Pak Jerico, aku sudah hamil."

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Harianti Samad
lanjutkan ceritanya
goodnovel comment avatar
Tabita Sinaga NyPanjaitan
Keren ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 12

    Pada Hari Senin, Rhea tiba di gedung Perusahaan Farmasi Yagin tepat pada pukul delapan pagi.Setelah membantu mengurus prosedur masuk kerjanya, HRD membawanya mengelilingi gedung perusahaan, agar dia bisa mengetahui lokasi-lokasi dari setiap departemen. Kemudian, HRD membawanya ke ruangan manajer Departemen Penelitian sebelum pergi.Manajer Departemen Penelitian bernama Ruisa Janopo, seorang wanita berusia empat puluhan tahun, berambut pendek, irit senyum dan kelihatan tegas sekaligus serius."Duduklah."Setelah Rhea duduk, Ruisa berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sebelumnya aku sudah melihat CV-mu. Saat kamu masih kuliah, kamu sudah meraih banyak pencapaian. Tapi, selama beberapa tahun ini, kamu sudah nggak pernah menginjakkan kakimu ke laboratorium lagi. Jadi, kamu mulai bekerja sebagai asisten.""Baik."Melihat ekspresi senang tanpa ada tanda-tanda tidak puas, kilatan puas melintas di mata Ruisa.Dia menyukai bawahan yang patuh dan giat bekerja. Kalau dilihat sejauh ini, boleh

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 13

    Ruisa mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Apa hasil yang kamu peroleh setelah berada di laboratorium beberapa hari ini?""Aku sudah melakukan pengamatan. Saat ini, penelitian yang sedang dilakukan oleh laboratorium adalah mengembangkan obat-obatan untuk mengobati penyakit kardiovaskular. Hingga saat ini, penelitian dan pengembangan obat-obatan ini sekitar lima puluh persen. Persiapan sedang dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap tikus putih."Setelah mendengar ucapan Rhea, raut wajah Ruisa tampak sedikit membaik. Dia juga menatap Rhea dengan sorot mata pengakuan."Bagus. Bagaimana dengan penggunaan peralatan laboratorium? Kamu sudah mempelajarinya sejauh mana?""Aku sudah lumayan memahaminya."Sambil mengerutkan keningnya, Janice mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, aku tahu kamu ingin segera melakukan penelitian sendiri. Tapi, perlu kamu ketahui, penelitian adalah suatu hal yang sangat serius. Belakangan ini, masih ada banyak peralatan yang b

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 14

    Ekspresi Rhea langsung berubah drastis, dia segera merampas ponselnya kembali dari genggaman Jerico."Aku akan segera ke sana!"Jerico segera menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Aku ikut denganmu."Tanpa memberi kesempatan bagi Rhea untuk menolak, dia langsung menarik Rhea keluar dari apartemen.Rhea ingin menepis tangan pria itu, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Dia pun mengerutkan keningnya."Lepaskan aku. Aku bisa jalan sendiri."Jerico menoleh, menatapnya dengan ekspresi sedikit tidak berdaya. "Rhea, sekarang kondisi kesehatan Ayah yang paling penting. Nanti kita baru menangani masalah pertengkaran kita, ya?"Awalnya Rhea ingin mengatakan bahwa masalah antara mereka saat ini bukan hanya sekadar pertengkaran biasa. Namun, sekarang Bagas yang paling penting. Dia juga malas berdebat dengan Jerico lagi.Tak lama kemudian, mereka berdua sudah tiba di depan pintu ruang gawat darurat. Melihat Vani Winata yang sedang duduk di bangku panjang koridor sambil menunggunya dengan

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 15

    Jerico buru-buru melangkah maju dan berjongkok di samping Bagas. "Ayah, jangan khawatir, aku akan memperlakukan Rhea dengan baik seumur hidupku.""Hmm, selama kamu memperlakukannya dengan baik, aku sudah cukup puas."Melihat mata Bagas terpejam perlahan-lahan, Rhea buru-buru memanggilnya, "Ayah, sekarang pengaruh obat bius masih belum hilang sepenuhnya, Ayah nggak boleh tidur."Sepanjang malam, Rhea dan Jerico bergiliran memanggil Bagas. Hingga fajar sudah mulai menyingsing dan obat bius sudah memudar, mereka baru membiarkan Bagas tidur.Tak lama setelah fajar menyingsing, Vani datang dengan membawa sop masakannya."Rhea, Jerico, terima kasih sudah jaga malam semalam. Kalian pulanglah, aku yang akan berjaga di sini."Setelah bergadang semalaman, kedua mata Rhea sudah nyaris tidak bisa dibuka lagi. Dia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Oke, Bibi Vani. Kalau ada apa-apa, telepon aku saja. Akhir pekan, aku hanya beristirahat di rumah."Mungkin orang yang berbicara hanya berbicara seca

Bab terbaru

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 134

    Jeni menoleh, melirik Maudi sekilas. "Kamu mengenalnya?"Kalau dia tidak salah ingat, Maudi juga baru kembali ke tanah air belum lama ini.Maudi mencibir dan berkata, "Tentu saja aku kenal. Dia dan wanita jalang yang mengganggu Andre itu adalah teman baik."Mengingat Weni si wanita jalang itu, ekspresi penuh kebencian pun menghiasi wajah Maudi.Kalau bukan karena dia pergi ke luar negeri, bagaimana mungkin Weni bisa punya kesempatan untuk bersama Andre?Awalnya hari ini dia berencana untuk menargetkan Weni, tetapi Weni tidak datang. Jadi, menargetkan Rhea juga sama saja.Kilatan terkejut melintasi mata Jeni. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa rencanamu? Apa yang ingin kamu lakukan?"Maudi menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak. Kemudian, dia melepaskan kalung berlian yang menghiasi lehernya."Dengar-dengar kondisi finansial keluarganya nggak baik. Kalau begitu, masuk akal saja dia mencuri."Mata Jeni berkedip, tetapi dia tidak buka suara untuk menghentikan Maudi.Dengan ke

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 133

    Rhea menuangkan larutan ke dalam labu, larutan mulai bereaksi. Sementara itu, dia sendiri duduk di samping untuk mencatat data-data penelitian tersebut.Sambil mencatat, dia sedikit melamun.Hingga ponselnya berdering, dia baru tersadar kembali.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Jerico, Rhea langsung menekan tombol jawab."Ada apa?""Rhea, malam ini ada sebuah perjamuan malam amal, kamu ikut menghadirinya bersamaku, ya."Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, kilatan hanyut dalam pemikiran sendiri melintas di matanya. Beberapa detik kemudian, dia berkata, "Oke, pakaian seperti apa yang perlu kusiapkan?""Kamu nggak perlu memikirkan hal-hal ini, aku akan meminta sekretarisku menyiapkannya untukmu."Karena Jerico bersedia untuk mengatur segala sesuatu untuknya, Rhea juga tidak peduli lagi. Setelah menyepakati jam berangkat, dia pun memutus panggilan telepon itu.Waktu berlalu dengan cepat. Tak lama kemudian, sudah sore menjelang malam, sudah waktunya pulang kerja.Rhea mencatat

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 132

    Ekspresi Arieson berubah menjadi sangat muram dan dingin. "Nona Jeni, aku harap kamu tahu apa yang sedang kamu katakan."Jeni tertawa pelan, lalu menatap lawan bicaranya itu tanpa rasa takut dan berkata, "Tentu saja aku tahu apa yang sedang kukatakan, hanya saja Pak Arieson, apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Kamu mengincar istri keponakanmu sendiri. Kalau sampai hal seperti ini tersebar, seharusnya kamu juga tahu jelas apa yang akan dihadapi oleh Nona Rhea."Arieson menyipitkan matanya dan berkata, "Kamu sedang mengancamku?""Tentu saja nggak, aku hanya berencana untuk membantumu.""Oh? Nona Jeni, bagaimana rencanamu membantuku?"Merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuh Arieson, Jeni melangkah maju dua langkah dan berkata, "Pak Arieson, seharusnya kamu tahu jelas biarpun Nona Rhea bercerai dengan Pak Jerico, kalian berdua juga nggak mungkin bisa bersama. Bagaimana kalau kamu bersamaku saja? Aku akan membantumu menyembunyikan rahasia ini."Arieson mencibir, setiap kata

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 131

    Namun, kalau dia tidak mengatakannya, hatinya malah diliputi dengan kekesalan.Tepat pada saat dirinya tengah diselimuti perasaan kesal, Rhea sudah selesai sarapan, lalu beranjak dari kursi dan pergi.Melihat punggung istrinya yang kian menjauh itu, Jerico membanting alat makannya di meja, membuat Ijan terkejut bukan main."Tuan Muda, apa sarapan hari ini nggak sesuai selera?"Jerico tidak berbicara. Dengan memasang ekspresi muram, dia bangkit, lalu pergi.Begitu dia berjalan keluar dari vila dan masuk ke dalam mobilnya, ponselnya berdering.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Siska, Jerico menjawab panggilan telepon itu sambil mengerutkan keningnya. "Ibu, untuk apa pagi-pagi buta begini Ibu meneleponku ....""Jerico, apa kamu tahu mengenai Rhea mandul?!"Ekspresi Jerico langsung berubah menjadi sedingin es. "Stella yang memberi tahu Ibu?""Kamu nggak perlu memedulikan siapa yang memberitahuku. Kalau dia benar-benar mandul, segera ceraikan dia!"Mendengar nada bicara memerintah S

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status