Aura dingin seolah mulai menjalar di sekujur tubuh Rhea, membuat tubuhnya bergetar tanpa henti.Melihat gundukan indah yang samar-samar tampak di hadapannya, sorot mata Jerico langsung berubah menjadi gelap. Dia menundukkan kepalanya dan mencium tulang selangka Rhea."Jangan menyentuhku!"Rhea meronta dengan sekuat tenaganya, tetapi tubuhnya sudah ditimpa oleh Jerico. Kesenjangan kekuatan antara pria dan wanita, membuatnya sama sekali tidak punya peluang untuk melepaskan diri dari pria itu.Ekspresi jijik dan marah tampak jelas di wajahnya. Biarpun hanya disentuh sedikit saja oleh pria itu, dia sudah merasa sangat jijik."Rhea, kali ini nggak ada gunanya lagi kamu menolak."Selama wanita itu hamil anaknya, wanita itu baru akan tetap berada di sisinya.Berusaha menahan diri untuk mengabaikan sorot mata penuh kebencian Rhea, Jerico menundukkan kepalanya dan mencium bibir Rhea.Detik berikutnya, bibirnya digigit oleh Rhea dengan keras, sampai-sampai aroma amis darah menguar di udara.Jeri
Kalau dari awal dia tahu Stella akan membawa begitu banyak masalah untuknya, saat itu dia juga tidak akan meniduri wanita itu hanya karena nafsu sesaat.Setelah memutuskan panggilan telepon, dia menoleh, melirik lantas atas sejenak. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia berjalan menuju ke garasi dengan langkah tergesa-gesa.Di pintu masuk vila.Begitu Arieson berjalan ke arah mobil, dia melihat Tio sedang berdiri di samping mobil dengan memasang ekspresi agak aneh."Ada apa?"Tio memasang ekspresi ragu. "Pak Arieson, Bapak lihat saja sendiri ...."Arieson mengerutkan keningnya, lalu langsung membuka pintu mobil.Saat itu juga, dia melihat Rhea yang pakaiannya tampak robek itu sedang menatapnya dengan ekspresi ketakutan, bahkan tubuh wanita itu masih sedikit gemetaran.Bagi orang yang tidak tahu, setelah menyaksikan pemandangan seperti itu, mungkin akan mengira dia telah melakukan sesuatu kejahatan yang tak bisa diampuni terhadap wanita itu."Bam!"Arieson langsung menutup pintu mobil
Cengkeraman Rhea pada pintu mobil makin kuat, bahkan samar-samar jari-jarinya sudah memutih.Dia menggigit bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan suara rendah, "Oke, maaf sudah merepotkan Paman."Begitu pintu mobil tertutup, mobil Maybach berwarna hitam itu langsung melaju pergi.Kalau dilihat dari sikap Arieson tadi, seharusnya dia sudah dibenci.Arieson memang berkepribadian dingin. Terlebih lagi, beberapa pertemuan mereka juga tidak terlalu menyenangkan. Jadi, wajar saja pria itu membencinya.Rhea berbalik, berjalan dengan perlahan-lahan menuju ke apartemennya. Tak lama kemudian, sosok bayangannya sudah menghilang di balik bangunan.Di dalam mobil Maybacah berwarna hitam.Merasakan aura dingin yang terpancar dari Arieson yang duduk di kursi belakang, Tio hanya menundukkan kepalanya tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.Awalnya dia mengira dengan mempertimbangkan Rhea adalah istri keponakannya, Arieson tidak akan memperlakukan wanita itu dengan sanga
"Bawa dia ke rumah sakit."Ekspresi Jerico sangat dingin, sama sekali tidak ada kehangatan dalam sorot matanya saat menatap Stella.Ditatap dengan sorot mata seperti itu, Stella merasa sangat kecewa dan sedih. Bulir-bulir air mata mulai bercucuran membasahi wajahnya."Pak Jerico, aku benar-benar mencintaimu. Apa Nyonya Rhea begitu nggak bisa menerima keberadaanku dan anak dalam kandunganku?"Jerico menatapnya dengan tatapan penuh kebencian dan berkata, "Kamu hanya seorang wanita simpanan, kamu nggak berhak membandingkan dirimu dengannya!"Stella benar-benar sangat sedih, dia berkata dengan terisak, "Selama kamu bersamaku, apakah kamu pernah mencintaiku walau hanya sedikit saja?"Jerico berkata dengan ekspresi mengejek, "Siapa yang pernah jatuh cinta dengan 'PSK'?"Dia bersedia menjalin hubungan dengan Stella hanya karena wanita itu berinisiatif menggodanya dan mampu memuaskannya di atas ranjang.Cinta dan nafsu, pria selalu bisa membedakannya dengan sangat jelas.Raut wajah Stella maki
"Kirimkan rekaman video kamera pengawasan kepadaku."Setelah panggilan telepon berakhir, pelayan segera mengirimkan pesan padanya.Setelah melihat Rhea melompat turun dari lantai dua dan naik ke dalam mobil Arieson dalam kondisi pakaian robek, lalu saat mobilnya melewati mobil tersebut, Arieson juga tidak memanggilnya, ekspresi Jerico berubah menjadi sangat masam.Arieson yang biasanya tidak suka mencampuri urusan orang lain itu, mengapa bisa membantu Rhea?Terlebih lagi, melihat penampilan Rhea yang seperti itu dilihat oleh pria lain, api amarah langsung berkecamuk dalam hati Jerico.Tanpa perlu dia pikirkan lagi, dia tahu Rhea pasti sudah kembali ke tempat tinggal sewanya.Siska juga melihat rekaman video kamera pengawasan itu, dia menggertakkan giginya dan berkata dengan kesal, "Sudah kubilang, dia nggak layak untukmu. Lihat saja penampilannya itu, malu-maluin Keluarga Thamnin saja!"Jerico mengerutkan keningnya, menatap Siska dengan ekspresi tidak puas."Ibu, aku yang salah dalam m
"Oke, oke, aku sudah mengerti. Tapi, aku butuh waktu untuk menerimanya. Kamu pulang saja dulu."Menyadari Rhea berbicara seperti itu hanya karena ingin mengusirnya, Jerico mengerutkan keningnya dan berkata, "Rhea, sudah kubilang aku bersedia memberimu waktu. Tapi, bisakah kamu jangan menolakku seperti ini?"Rhea yang sudah kesal diganggu oleh pria itu, mengalihkan pandangannya ke arah pria itu."Kamu bilang kamu bersedia memberiku waktu? Tapi, sesungguhnya apakah kamu sudah memberiku waktu? Hari kedua aku mendapatimu berselingkuh, kamu sudah ingin memaksaku melakukan hal itu. Hari ini kamu juga melakukannya lagi.""Dari awal, aku sama sekali nggak bisa melihat seberapa besar rasa bersalah yang kamu rasakan, kamu hanya ingin masalah ini segera berlalu, 'kan? Tapi, aku nggak bisa melakukannya. Paling nggak, sekarang aku masih nggak bisa melakukannya. Apa kamu mengerti?"Melihat mata Rhea memerah, rasa bersalah dan penyesalan langsung menyelimuti hati Jerico. Dia mengulurkan lengannya, in
Dalam sekejap, pandangan semua orang di Departemen Penelitian langsung tertuju pada Janice.Ruisa tidak pernah menggunakan nada bicara setegas itu untuk berbicara padanya. Untuk sesaat, perasaan terkejut yang menyelimuti hati Janice jauh lebih besar dibandingkan rasa malunya."Kak Ruisa ... ada apa?"Ruisa tidak memedulikannya, melainkan langsung berbalik dan berjalan menuju ruangannya.Merasakan samar-samar sorot mata penasaran semua orang tertuju padanya, wajah Janice langsung memerah. Dia merasa sangat malu.Terutama saat tatapannya bertemu dengan tatapan Rhea, dia menjadi tambah kesal. Saat ini, seharusnya Rhea sedang menunggu untuk menertawakannya.Setelah menahan kekesalan dan amarah yang berkecamuk dalam dirinya, dia menggigit bibirnya, lalu berbalik mengikuti Ruisa.Setelah memasuki ruangan dan baru saja menutup pintu ruangan, Ruisa sudah melemparkan sebuah dokumen ke hadapannya."Kamu lihat sendiri!"Nada bicara Ruisa dipenuhi kekecewaan, dia bahkan menatap Janice dengan tatap
Sepertinya Ruisa tidak akan melepaskannya lagi.Janice menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Aku mengerti. Nggak peduli apa pun keputusan yang diambil oleh perusahaan, aku akan menerimanya."Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan pergi.Setelah keluar dari ruangan Ruisa, Janice sudah tidak bisa menahan amarah yang bergejolak dalam hatinya lagi. Dia bergegas pergi ke Departemen Penelitian dengan amarah menggebu-gebu.Rhea sedang mencari data-data, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa dari arah belakangnya.Begitu dia menoleh, dia langsung disambut oleh satu tamparan. Dia sama sekali tidak sempat menghindar."Plak!"Begitu terdengar suara tamparan nyaring itu, semua orang di sekeliling tempat itu langsung menghentikan aktivitas mereka dan mengalihkan pandangan mereka ke arah dua wanita itu.Janice melayangkan satu tamparan itu hampir dengan seluruh kekuatannya. Kepala Rhea langsung miring ke samping. Saat itu juga, bekas lima jari muncul di wajah
Mendengar amarah dan kekesalan yang mewarnai nada bicara Rhea, Arieson terkekeh pelan, lalu segera melepaskan wanita itu.Dia takut kalau dia terus bercanda pada Rhea seperti ini, mungkin Rhea akan benar-benar marah padanya.Rhea melangkah mundur dua langkah, mengulurkan lengannya untuk merapikan rambutnya yang tadinya sedikit berantakan akibat "aksi tarik-menarik" dengan sang presdir. Sambil merapikan rambutnya, dia menatap Arieson dengan tatapan kesal."Sudah, sudah, jangan marah lagi. Malam ini mungkin aku akan bekerja lembur, aku akan meminta sopir untuk mengantarmu pulang dulu."Rhea mengerutkan keningnya dan berkata, "Lukamu perlu ganti obat. Selain itu, kamu bekerja lembur sampai jam berapa?""Hmm, belum bisa dipastikan. Mengenai ganti obat, aku akan meminta Tio untuk melakukannya."Melihat ekspresi tidak peduli Arieson, Rhea merasa agak marah. Dia memasang ekspresi dingin tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Arieson berkata dengan agak tidak berdaya, "Aku benar-baik saja, hanya
Detik berikutnya, dia merasakan sensasi yang lembut di keningnya.Bagaikan ada bulu yang menyapu keningnya, terasa gatal, serta membuat hatinya bergetar.Setelah mengecup keningnya dengan lembut, Arieson segera mundur. Pria itu menatapnya dengan sorot mata diliputi rasa bersalah."Rhea, maafkan aku. Tadi, memikirkanmu pernah melakukan hal sebanyak itu demi Jerico, aku merasa sedikit nggak nyaman. Tapi ini nggak adil untukmu."Saat memutuskan untuk bersama Rhea, seharusnya dia sudah menerima masa lalu wanita itu, bukannya malah marah padanya.Rhea tertegun sejenak. Kemudian, dia mengulurkan lengannya untuk memeluk pinggang pria itu, bersandar di dadanya dan berkata dengan suara rendah, "Hmm."Tubuh wanita dalam pelukannya ini sangat lembut. Aroma khas wanita ini membuat sorot mata Arieson berubah menjadi gelap."Rhea, kalau kamu terus memelukku seperti ini, aku nggak berani jamin nggak akan terjadi apa-apa."Merasakan hasrat yang tertahan dalam suara pria itu, hati Rhea juga ikut berget
"Nggak."Rhea mengangkat alisnya dan berkata dalam hati, 'Jelas-jelas nada bicaranya kaku begitu, tapi dia malah bilang dia nggak marah?'"Mengapa kamu marah? Karena aku bicara dengan Jerico?"Sorot mata Arieson berubah menjadi gelap. "Aku nggak kekanak-kanakan seperti itu.""Kalau begitu, mengapa kamu marah?"Tadi, selain mengucapkan beberapa patah kata dengan Jerico, Rhea merasa dia tidak melakukan sesuatu yang memicu amarah pria itu.Selain itu, sekarang dia sudah bercerai dengan Jerico, juga berbicara dengan pria menjijikkan itu tepat di hadapan Arieson, apa yang membuat Arieson marah?Setelah terdiam selama beberapa detik, Arieson berkata dengan suara rendah, "Hak paten obat penyakit jantung yang dikeluarkannya waktu itu adalah pemberianmu?"Rhea tertegun sejenak, lalu mengangguk."Hmm, saat itu dia baru mulai bekerja di Grup Thamnin, para pemegang saham nggak menyukainya. Selain itu, waktu itu kami sudah menikah, kalau kehidupannya baik, aku baru bisa menjalani kehidupan yang bai
Jerico menggertakkan giginya, amarah menyelimuti hatinya.Bagaimana mungkin dia tidak sadar? Jelas-jelas Tuan Besar Thamnin sangat pilih kasih, masih saja memihak pada Arieson.Namun, berbeda dari Arieson yang memiliki perusahaan sendiri, dia juga tidak berani melawan Tuan Besar Thamnin.Dia buru-buru menundukkan kepalanya, lalu berkata dengan ekspresi bersalah, "Kakek benar ... saat itu aku hanya gegabah sesaat ... tapi, bagaimanapun juga, Stella sedang mengandung anakku ....""Sudahlah, aku nggak ingin repot-repot memikirkan tentang hubungan asmara kalian lagi. Kamu pergi sana."Melihat ekspresi tidak sabar di wajah Tuan Besar Thamnin, Jerico menarik napas dalam-dalam, lalu memaksakan seulas senyum dan berkata, "Baik."Setelah berjalan keluar dari Kediaman Keluarga Thamnin, Arieson baru melepaskan genggamannya pada tangan Rhea."Jelas-jelas kamu tahu kamu pasti akan dipersulit kalau datang ke sini, kenapa kamu tetap datang?"Mendengar nada bicara marah samar dalam ucapan pria itu, se
Kilatan kasihan melintasi mata Tuan Besar Thamnin. "Apa kamu pikir kamu masih bisa menjadi menantu Keluarga Thamnin?"Sekarang Arieson bisa membangkang padanya demi wanita itu, hanya karena ketertarikan sesaat.Namun, tanpa butuh waktu lama, dia yakin putranya ini akan mengerti kesenjangan antara menikahi seorang istri yang tidak bisa memberinya bantuan apa pun dengan menikahi seorang istri yang bisa memberinya bantuan.Saat itu tiba, apa mungkin Arieson akan memilih Rhea?Kalau Rhea cukup cerdas, seharusnya dia berinisiatif untuk meninggalkan Arieson pada saat ini."Tuan Besar, mungkin ada banyak orang yang ingin menjadi menantu Keluarga Thamnin, tapi aku nggak berminat. Saat aku menikah dengan Jerico dulu, juga karena dia sendiri, bukan karena Keluarga Thamnin. Sekarang aku bersama Arieson, juga hanya karena dia adalah Arieson."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Apa kamu berani bersumpah kamu bersamanya tanpa adanya niat lain sama sekali? Kamu bersamanya hanya karena
...Setelah mendengar kata-kata mereka, Ivory kesal setengah mati. Dia langsung berjalan menghampiri beberapa orang wanita itu, lalu mencibir dan berkata, "Oh, pantas saja tempat ini baunya kecut sekali, ternyata ada yang cemburu di sini!"Salah seorang wanita di antaranya memelototi Ivory dengan marah dan berkata, "Kami hanya berbicara jujur. Lagi pula, orang yang bersangkutan saja masih belum buka suara, untuk apa kamu heboh? Jangan sampai diri sendiri dijadikan sebagai tameng, kamu malah nggak sadar. Bagaimanapun juga, orang yang bisa menjalin hubungan dengan Pak Arieson, pasti sudah ahli dalam memainkan trik!""Kalau kamu juga punya kemampuan itu, coba saja sendiri! Kalau nggak punya kemampuan, tutup mulutmu! Bisa-bisanya kalian bilang penampilan Kak Rhea biasa-biasa saja! Bagaimana kalau aku membelikan cermin untuk kalian agar kalian bisa melihat wajah kalian dengan jelas?""Kamu!"Ivory mengangkat dagunya, lalu berkata, "Apa, hah? Kalau kalian memang berkemampuan, coba katakan ap
Setelah terdiam selama beberapa detik, Arieson berkata dengan ekspresi dingin, "Selesai rapat aku akan ke sana."Siang harinya, begitu Rhea sampai di lantai paling atas, Tio langsung menghentikannya."Nona Rhea, Pak Arieson sedang nggak berada di dalam ruangannya sekarang.""Dia masih sedang rapat?"Tio menggelengkan kepalanya, lalu menatap Rhea dan berkata, "Nggak. Pagi ini Tuan Besar Thamnin meneleponnya, memintanya untuk pulang. Hingga sekarang dia masih belum kembali."Hati Rhea langsung mencelus. Tanpa perlu ditebak, dia juga sudah tahu alasan Arieson dipanggil pulang pasti karena masalah pagi ini."Aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahuku hal ini, Pak Tio."Melihat hampir tidak ada perubahan apa pun yang terlihat di wajah Rhea, Tio mengerutkan keningnya dan berkata, "Nona Rhea, apa kamu nggak berencana untuk ke sana?""Biarpun aku ke sana, juga nggak ada gunanya. Selain itu, kalau orang-orang Keluarga Thamnin melihatku sekarang, mereka hanya akan makin emosi."Tio menatap l
"Pantas saja kamu begitu terburu-buru ingin bercerai denganku, ternyata kamu sudah menjalin hubungan dengan pamanku. Rhea, kamu nggak ada bedanya dengan wanita-wanita jalang di luar sana.""Plak!"Rhea langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria itu. Sontak saja hal ini menarik perhatian banyak orang di sekeliling mereka.Jerico tidak pernah merasa sebegitu malunya. Api amarah di matanya seakan-akan sudah hampir menyembur keluar. Dia langsung mengulurkan lengannya, ingin mencekik Rhea.Namun, sebelum dia bisa menyentuh wanita itu, dia sudah ditendang hingga terjatuh ke lantai.Sambil merangkul Rhea, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan berkata, "Dia adalah calon bibimu. Kelak, jaga sopan santunmu saat berbicara dengannya. Kalau nggak, yang akan kamu terima bukan hanya sekadar satu tendangan saja."Mendengar dua kata "calon bibi" keluar dari mulut Arieson, ekspresi Jerico langsung berubah menjadi muram."Paman, Kakek dan Nenek nggak akan mengizinkanmu untuk menikahi
Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Oke."Saat hampir tiba di perusahaan, Rhea tetap meminta Arieson untuk menurunkannya di pinggir jalan.Arieson mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan ekspresi tidak senang, "Apa aku begitu memalukan bagimu?""Bukan begitu, tapi aku baru bercerai dengan Jerico. Kalau sekarang kita membiarkan orang-orang di perusahaan melihat kita bersama, akan berdampak negatif bagimu.""Aku nggak peduli.""Tapi aku peduli. Selain itu, aku juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan hubungan kita. Jadi, mengenai hubungan yang terjalin antara kita ini, kita rahasiakan untuk sementara waktu, ya?"Rhea menatap pria di hadapannya itu dengan sorot mata penuh penantian dan hati-hati.Arieson mengulurkan tangannya untuk menutupi kedua mata wanita itu, lalu berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Boleh saja, tapi aku akan meminta sedikit bunga darimu."Rhea tertegun sejenak, matanya membelalak. "Bunga apa?"Bulu matanya menyapu telapak tangan Ari