Share

Bab 22

Dalam sekejap, pandangan semua orang di Departemen Penelitian langsung tertuju pada Janice.

Ruisa tidak pernah menggunakan nada bicara setegas itu untuk berbicara padanya. Untuk sesaat, perasaan terkejut yang menyelimuti hati Janice jauh lebih besar dibandingkan rasa malunya.

"Kak Ruisa ... ada apa?"

Ruisa tidak memedulikannya, melainkan langsung berbalik dan berjalan menuju ruangannya.

Merasakan samar-samar sorot mata penasaran semua orang tertuju padanya, wajah Janice langsung memerah. Dia merasa sangat malu.

Terutama saat tatapannya bertemu dengan tatapan Rhea, dia menjadi tambah kesal. Saat ini, seharusnya Rhea sedang menunggu untuk menertawakannya.

Setelah menahan kekesalan dan amarah yang berkecamuk dalam dirinya, dia menggigit bibirnya, lalu berbalik mengikuti Ruisa.

Setelah memasuki ruangan dan baru saja menutup pintu ruangan, Ruisa sudah melemparkan sebuah dokumen ke hadapannya.

"Kamu lihat sendiri!"

Nada bicara Ruisa dipenuhi kekecewaan, dia bahkan menatap Janice dengan tatap
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status