"Nggak mungkin! Mereka nggak mungkin mengkhianatiku!""Kalau kamu merasa orangnya adalah Rhea, keluarkan buktimu. Tanpa adanya bukti, sebaiknya kamu tutup mulutmu rapat-rapat. Perusahaan sudah cukup berbaik hati dalam penanganan masalah kali ini. Jangan nggak tahu berpuas hati."Menatap sorot mata menyelidik Ruisa, Janice merasa semua pemikirannya sudah dibaca oleh wanita itu. Dia pun mulai merasa bersalah.Dia menundukkan kepalanya dan berkata dengan tidak terlalu percaya diri, "Kak Ruisa, aku sudah mengerti. Aku kembali bekerja dulu."Ruisa tidak menanggapi ucapan Janice, dia langsung mengambil sebuah dokumen dan mulai melihatnya.Merasakan wanita itu sedang marah, Janice juga tidak berbicara lagi. Dia segera berbalik dan meninggalkan ruangan itu dengan kecewa.Setelah kembali ke Departemen Penelitian, hal yang pertama yang dilakukannya adalah menghampiri meja kerja Rhea."Rhea, menjebak orang di belakang bukanlah suatu kemampuan. Aku sarankan kelak sebaiknya kamu fokus pada pekerjaa
Melihat api amarah yang hampir terpancar keluar dari mata pria itu, Rhea mengalihkan pandangannya dengan ekspresi datar."Nggak ada siapa-siapa. Aku sendiri yang terjatuh tanpa sengaja.""Bagaimana terjatuh tanpa sengaja bisa sampai ada bekas tamparan di wajahmu?"Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata dengan suara rendah, "Ini adalah urusanku, bisakah kamu nggak ikut campur?"Jerico langsung menggenggam tangannya dan berkata dengan suara dalam, "Kamu adalah istriku. Istriku telah dipukul oleh orang lain, apa kamu pikir aku bisa diam saja?""Sudah kubilang, ini adalah urusanku. Lagi pula, aku sudah menyelesaikan masalah ini. Serahkan saja bajuku padaku."Suasana antara keduanya menegang sejenak. Melihat Rhea tetap enggan mengatakan apa pun padanya, Jerico terpaksa berkompromi."Aku akan mengantarmu pulang.""Nggak perlu, aku naik bus umum saja."Melihat sorot mata dingin wanita di hadapannya seolah ingin menjauh sejauh mungkin darinya, Jerico mengerutkan keningnya."Rhea, a
Kata-kata santai yang keluar dari mulut pria itu, membuat hati Janice diliputi aura dingin.Dia mengetahui dengan sangat jelas, Jerico memiliki kemampuan itu. Keluarga Tiyur tidak memiliki kekuatan untuk melawannya.Dia mengangkat lengannya, melayangkan satu tamparan keras di wajahnya sendiri."Plak!""Lanjutkan."Awalnya, Janice masih merasakan rasa sakit yang menjalar dari wajahnya. Namun, lama-kelamaan, kedua sisi wajahnya sudah mati rasa. Dia tetap berada di sana, mengulangi pergerakan yang sama lagi dan lagi.Tidak tahu berapa lama sudah berlalu, juga tidak tahu berapa banyak tamparan yang sudah dia layangkan ke wajahnya sendiri, tepat pada saat Janice merasa dirinya akan kehilangan kesadaran kapan saja, akhirnya Jerico beranjak dari sofa dan berjalan ke hadapannya.Pria itu menatapnya dengan tatapan arogan, seolah-olah dia hanyalah seekor semut yang lemah."Nona Janice, aku harap kamu bisa mengingat pembelajaran hari ini dengan baik. Kelak, sebaiknya kamu jangan mencari masalah l
Jerico merasa ada makna tersirat di balik ucapan ibunya. Saat dia ingin menanyakan dengan lebih jauh lagi, pelayan memapah Sizur Thamnin memasuki ruang tamu.Begitu melihat Sizur, dia mengerutkan keningnya dan berkata dengan suara dalam, "Ibu, aku pulang dulu."Selesai berbicara, dia langsung berbalik, berjalan melewati Sizur dan pergi begitu saja.Sizur mengerutkan keningnya, tetapi dia hanya memasang ekspresi muram tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Setelah kembali ke vilanya, dia menghubungi sekretarisnya, Yurik Trisjoyo, memintanya untuk membeli sebuah vila atas nama Stella.Yurik merasa sedikit terkejut. "Pak Jerico, kalau Nyonya sampai mengetahui hal ini ....""Lakukan secara diam-diam, jangan sampai ketahuan siapa pun, terutama Rhea."Kalau sampai Rhea tahu anak dalam kandungan Stella dipertahankan, wanita itu akan makin yakin lagi untuk bercerai dengannya.Memikirkan hal itu, Jerico menjadi makin frustrasi."Baik, aku mengerti."Setelah memutuskan panggilan telepon, Yurik meng
"Yah, kalau dilihat sekarang, sepertinya Kak Siska adalah orang yang 'sangat baik'. Bagaimanapun juga, putramu sendiri yang berselingkuh duluan, tapi kamu masih berani dan begitu percaya diri mengguyur menantumu dengan air. Ibu mertua aneh sepertimu memang jarang ditemukan."Setiap satu kata yang keluar dari mulut Arieson, membuat raut wajah Siska menjadi makin muram. Pada akhirnya, ekspresinya langsung berubah menjadi dingin."Arieson, ini adalah masalah keluarga kami. Sebaiknya orang luar sepertimu nggak ikut campur."Arieson mengangkat alisnya dan berkata, "Yah, awalnya aku juga nggak berencana ikut campur. Tapi, Kak Siska, bisa-bisanya kamu menindas seorang gadis seperti itu. Apa kamu nggak merasa tindakanmu sudah keterlaluan?"Wanita itu jelas-jelas melihat Keluarga Santana sudah bangkrut, jadi biarpun dia melakukan tindakan yang keterlaluan terhadap Rhea, Keluarga Santana juga tidak bisa melakukan apa-apa terhadapnya. Karena itu pula, dia berani bersikap semena-mena seperti ini.
Jerico tertegun sejenak, lalu mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa maksudmu?""Kamu tanyakan saja sendiri, nanti kamu juga akan mendapatkan jawabannya."Selesai berbicara, Rhea langsung berjalan melewati pria itu.Ekspresi Jerico langsung berubah menjadi muram, dia segera menghubungi Siska."Ibu, apa hari ini Ibu menemui Rhea?"Siska baru saja ditegur oleh Arieson saat berada di restoran. Saat ini, hatinya masih diliputi api amarah yang menggebu-gebu. Begitu mendengar ucapan putranya, dia langsung tertawa dingin."Dia mengadu padamu? Dasar wanita nggak tahu diri!"Begitu mendengar ucapan ibunya, kilatan amarah melintas di mata Jerico. "Ibu, sudah kubilang jangan ikut campur dalam urusanku dengan Rhea. Mengapa Ibu nggak mendengar ucapanku?""Kalau bukan demi kamu, apa kamu pikir aku bersedia pergi menemuinya? Jelas-jelas kamu hanya punya seorang wanita di luar, tapi dia malah membuat keributan dengan pindah keluar. Kalau sampai mengatur seorang wanita saja kamu nggak becus dan hal in
Sekarang dia baru tahu ternyata ibunya memperlakukan Rhea seburuk itu.Apa mungkin selama tiga tahun mereka menikah, saat dia tidak berada di tempat, ibunya selalu berbicara seperti itu pada Rhea?Tiba-tiba, saat melihat Arieson muncul di video rekaman kamera pengawasan itu, cengkeraman Jerico pada ponselnya makin kuat.Melihat Arieson begitu membela Rhea, amarah dan ketidakberdayaan langsung menyelimuti hatinya.Dia adalah suami Rhea. Jelas-jelas saat itu orang yang seharusnya berdiri di sisi Rhea adalah dirinya. Namun, dia malah tidak muncul sama sekali. Bahkan, kalau bukan karena Rhea memintanya untuk bertanya sendiri pada Siska, dia sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi hari ini.Makin memikirkan hal itu, Jerico makin merasa bersalah.Dia sudah bersalah pada Rhea, dia juga yang telah mengkhianati cinta mereka selama delapan tahun.Setelah mematikan video itu, dia mengirimkan pesan pada sekretarisnya."Kelak kalau ibuku memintamu untuk menangani urusan ayahku lagi, biarkan s
Melihat sorot mata kekecewaan Rhea, hati Jerico seperti dicengkeram oleh sebuah tangan yang besar. Saking sakitnya, dia hampir tidak bisa bernapas."Rhea, aku tahu janji apa pun yang kuberikan padamu saat ini, kamu juga nggak akan percaya. Kelak, aku akan membuktikan semuanya dengan tindakan. Aku pasti akan menepati semua janjiku."Rhea tidak berencana mendengar janji-janji pria itu lagi, dia langsung berjalan melewati Jerico dan pergi begitu saja.Jerico hendak mengejarnya, tetapi tiba-tiba saja ponsel dalam sakunya berbunyi.Begitu panggilan telepon terhubung, terdengar suara serius sekretarisnya."Pak Jerico, ada satu kerja sama perusahaan yang bermasalah."Sorot mata Jerico berubah menjadi serius. "Aku akan segera ke sana."Saat berlari ke depan pintu, dia hanya melihat sosok bayangan Rhea yang telah pergi dengan menumpangi taksi.Jerico mengatupkan bibirnya dengan rapat, lalu berbalik dan segera melajukan mobilnya ke perusahaan.Selesai menangani masalah perusahaan, dia akan menan