Share

Bab 6

Author: Lalita
Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"

Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.

Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."

Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.

Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.

Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.

Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam tangan Rhea dengan sangat erat itu selama satu detik, lalu mengalihkan pandangannya.

Susana Thamnin, bibi Jerico tertawa dingin dan berkata, "Rhea, jangan salahkan aku banyak bicara. Kamu dan Jerico sudah menikah selama beberapa tahun. Kalau kalian nggak kunjung punya anak juga, bukankah sangat aneh?"

"Selain itu, kalau kala itu Jerico nggak berserikeras ingin menikahimu, apa kamu merasa dengan latar belakang keluargamu, kamu bisa menjadi menantu Keluarga Thamnin?"

"Jangan nggak tahu berpuas hati. Kalau kamu nggak ingin melahirkan anak untuk Jerico, di luar sana ada banyak wanita yang bersedia melahirkan anak untuknya. Kalau sampai wanita lain hamil duluan, saat itu tiba, kamu sendiri yang malu."

Terlebih lagi, siapa yang tahu sebenarnya Rhea tidak ingin melahirkan anak, atau memang mandul?

Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata "bujukan", tetapi sorot mata yang ditujukannya pada Rhea penuh dengan ejekan dan kesombongan.

Nyonya Besar Thamnin mengerutkan keningnya, dia menatap Susana dengan tatapan sedikit tidak puas.

"Susana, jangan banyak bicara."

Susana mendecakkan lidahnya, tetapi dia tidak berbicara lagi.

Nyonya Besar Thamnin mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan seulas senyum hangat, "Rhea, lagi pula kamu dan Jerico masih muda. Kalau kamu masih nggak ingin punya anak, dua tahun lagi baru mempertimbangkan untuk memiliki anak, juga nggak masalah. Tapi, kamu juga jangan terlalu lelah bekerja. Keluarga kita nggak kekurangan uang. Kalau kamu mau bekerja, anggap saja sebagai kegiatan untuk menghabiskan waktu."

Rhea menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku mengerti, Nenek."

Momen tidak menyenangkan itu akhirnya berlalu, suasana di ruang tamu kembali harmonis.

Melihat fokus semua orang tidak tertuju pada mereka berdua lagi, Jerico langsung menarik Rhea keluar dari ruang tamu.

Hingga menariknya ke sebuah paviliun di taman belakang vila, Jerico baru melepaskan Rhea dan berkata dengan dingin, "Rhea, apa kamu sudah gila? Apa kamu benar-benar ingin seluruh anggota keluargaku tahu mengenai perselisihan antara kita, kamu baru senang?"

Rhea mengusap-usap tangannya yang terasa sakit karena digenggam dengan kuat oleh pria itu, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Aku hanya berbicara jujur."

"Bagus, bagus!"

Jerico menatapnya dengan ekspresi muram dan berkata, "Kalau begitu, bukankah aku harus menelepon ayah mertuaku untuk memberitahunya hal ini?"

Belakangan ini, kondisi kesehatan Bagas Santana, ayah Rhea sedang tidak baik. Dokter mengatakan sebaiknya jangan membiarkan pasien menerima rangsangan. Rhea berencana untuk bercerai dengan Jerico terlebih dahulu, baru memberi tahu ayahnya hal ini perlahan-lahan.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan memelototi pria itu dengan marah. "Awas saja kalau kamu berani! Jelas-jelas kamu yang telah berselingkuh, atas dasar apa kamu berbicara denganku seperti itu?!"

Secara naluriah, tangan Jerico terkepal dengan erat. Kilatan bersalah melintas di matanya. Namun, detik berikutnya, sorot mata tidak sabar tampak jelas di matanya.

"Aku sudah berjanji padamu nggak akan mengulanginya lagi. Kalau kamu nggak ingin melihat Stella, aku bisa memecatnya. Apa lagi maumu?"

Rhea merasa dia tidak bisa berbicara baik-baik dengan pria di hadapannya itu. Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku nggak ingin bertengkar di sini denganmu."

Melihat mata wanita di hadapannya sedikit memerah, Jerico menghela napas, nada bicaranya pun melembut.

"Rhea, aku benar-benar sudah menyadari kesalahanku. Selama kamu nggak mengungkit tentang perceraian lagi, aku pasti akan berusaha keras menebus kesalahanku padamu. Orang yang kucintai adalah kamu. Aku nggak bisa membiarkanmu meninggalkanku."

Dalam lubuk hatinya, Rhea berkata, 'Sungguh konyol! Mengapa pria sialan ini begitu nggak tahu malu?'

Bisa-bisanya pria itu mengatakan mencintainya, tetapi tidur bersama wanita lain.

Terlebih lagi, setiap kali dia mengingat pria itu berhubungan intim dengan wanita lain di atas ranjang, dia benar-benar muak.

"Aku nggak akan bisa memaafkanmu."

Berkhianat sudah melampaui batas toleransinya. Dia tidak bisa menganggap tidak pernah terjadi apa-apa, juga tidak mungkin berbaikan lagi dengan pria itu.

Jerico juga tahu jelas kepribadian Rhea. Selain itu, sumber permasalahan ini memang terletak pada dirinya. Dia yang salah. Jadi, sepertinya dia hanya bisa melakukan pendekatan perlahan-lahan.

Dia tahu Rhea masih menaruh perasaan padanya. Kalau tidak, di saat seperti ini, wanita itu masih sudah membesar-besarkan masalah tersebut. Selama dia menolak untuk bercerai, dia yakin suatu hari nanti wanita itu pasti akan memaafkannya.

"Oke, lupakan saja dulu, kita nggak perlu membicarakan hal ini lagi. Kalau kamu nggak ingin punya anak, kita bisa menunda rencana punya anak hingga dua tahun kemudian. Karena kamu ingin bekerja, besok aku akan meminta sekretarisku untuk mengatur sebuah posisi untukmu di Grup Thamnin."

Setelah mendengar pengaturan pria itu, Rhea tidak bisa menahan diri dan tertawa. Dia menatap pria itu dengan ekspresi mengejek.

"Jerico, di matamu, aku bukan manusia, ya? Aku adalah boneka yang bisa kamu tempatkan sesuka hatimu, begitu?"

Sorot mata Rhea menyakiti indra penglihatan Jerico. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa yang kamu maksud dengan aku menempatkanmu sesuka hatiku? Kamu sendiri yang bilang nggak ingin punya anak, aku setuju dua tahun kemudian baru mempertimbangkan hal itu. Kamu ingin bekerja, aku juga memberikan pengaturan untukmu. Mengapa kamu malah mengataiku seperti itu?"

"Kamu sedang berpura-pura bodoh, ya? Aku nggak ingin punya anak, karena ingin bercerai denganmu. Aku ingin bekerja, karena ingin memutuskan hubunganku denganmu."

Dia menundukkan kepalanya, menatap Rhea. Melihat ekspresi keras kepala wanita itu, dia merasa sedikit tidak senang.

Sejak mereka menikah, Rhea sudah seperti "pajangan" di rumahnya. Bagaimana mungkin dia membiarkan wanita itu membebaskan diri darinya?

"Selama aku nggak setuju, kamu nggak akan bisa bercerai. Selain itu, biarpun kamu dan pengacaramu mengatakan aku berselingkuh, apa kamu punya bukti?"

Ekspresinya tampak penuh keyakinan, bahkan terlihat arogan seolah-olah mengendalikan segalanya.

Secara naluriah, Rhea melangkah mundur beberapa langkah. Saking kesalnya, sekujur tubuhnya sampai gemetaran.

Setelah topeng sosok hangat dalam diri Jerico dilepas, dia baru menyadari seberapa egois dan keji pria itu. Namun, bisa-bisanya dia mencintai pria seperti itu selama delapan tahun.

Delapan belas tahun hingga dua puluh enam tahun adalah delapan tahun terindah dalam hidupnya.

"Jerico, kamu benar-benar menjijikkan!"

Melihat sorot mata jijik yang ditunjukkan secara terang-terangan oleh Rhea, pupil mata Jerico langsung mengecil. Dia mengulurkan lengannya untuk mencubit dagu wanita itu, memaksa wanita itu untuk menatapnya.

"Rhea, aku mengerti kamu marah padaku. Tapi, ke depannya aku nggak ingin mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulutmu lagi."

Seharusnya Rhea, wanitanya mencintainya seumur hidup. Bagaimana wanita itu bisa membencinya?

Biarpun dia telah melakukan kesalahan karena gegabah, dia juga tidak akan membiarkan wanita itu menatapnya dengan sorot mata seperti itu.

Rhea menepis tangannya dengan ekspresi jijik dan berkata, "Jangan sentuh aku! Kamu itu sudah kotor!"

"Kotor?"

Jerico tertawa dingin, melangkah maju satu langkah, melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu, lalu menekan wanita itu di pilar paviliun dan langsung menundukkan kepalanya untuk mencium wanita itu.

Karena wanita itu hanya bisa mengatakan kata-kata yang tidak suka didengarnya, maka dia hanya bisa membungkam wanita itu dengan ciuman.

Tidak bisa mendorong pria itu menjauh darinya, secara refleks Rhea memalingkan wajahnya.

Saat itu juga, bibir hangat Jerico menempel di pipinya, membuat bulu kuduknya naik saking jijiknya.

"Jerico, lepaskan aku!"

"Boleh saja, selama kamu nggak mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatiku lagi."

"Nggak mungkin!"

"Kalau begitu, aku hanya bisa menggunakan caraku sendiri untuk membungkammu."

Dia mencengkeram dagu Rhea dan hendak mencium wanita itu dengan ganas.

Tepat pada saat bibirnya akan menyentuh bibir Rhea, tiba-tiba terdengar suara seseorang berdeham pelan dari arah belakangnya.

"Jerico, sepertinya aku datang di saat yang nggak tepat?"

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 12

    Pada Hari Senin, Rhea tiba di gedung Perusahaan Farmasi Yagin tepat pada pukul delapan pagi.Setelah membantu mengurus prosedur masuk kerjanya, HRD membawanya mengelilingi gedung perusahaan, agar dia bisa mengetahui lokasi-lokasi dari setiap departemen. Kemudian, HRD membawanya ke ruangan manajer Departemen Penelitian sebelum pergi.Manajer Departemen Penelitian bernama Ruisa Janopo, seorang wanita berusia empat puluhan tahun, berambut pendek, irit senyum dan kelihatan tegas sekaligus serius."Duduklah."Setelah Rhea duduk, Ruisa berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sebelumnya aku sudah melihat CV-mu. Saat kamu masih kuliah, kamu sudah meraih banyak pencapaian. Tapi, selama beberapa tahun ini, kamu sudah nggak pernah menginjakkan kakimu ke laboratorium lagi. Jadi, kamu mulai bekerja sebagai asisten.""Baik."Melihat ekspresi senang tanpa ada tanda-tanda tidak puas, kilatan puas melintas di mata Ruisa.Dia menyukai bawahan yang patuh dan giat bekerja. Kalau dilihat sejauh ini, boleh

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 13

    Ruisa mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Apa hasil yang kamu peroleh setelah berada di laboratorium beberapa hari ini?""Aku sudah melakukan pengamatan. Saat ini, penelitian yang sedang dilakukan oleh laboratorium adalah mengembangkan obat-obatan untuk mengobati penyakit kardiovaskular. Hingga saat ini, penelitian dan pengembangan obat-obatan ini sekitar lima puluh persen. Persiapan sedang dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap tikus putih."Setelah mendengar ucapan Rhea, raut wajah Ruisa tampak sedikit membaik. Dia juga menatap Rhea dengan sorot mata pengakuan."Bagus. Bagaimana dengan penggunaan peralatan laboratorium? Kamu sudah mempelajarinya sejauh mana?""Aku sudah lumayan memahaminya."Sambil mengerutkan keningnya, Janice mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, aku tahu kamu ingin segera melakukan penelitian sendiri. Tapi, perlu kamu ketahui, penelitian adalah suatu hal yang sangat serius. Belakangan ini, masih ada banyak peralatan yang b

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 14

    Ekspresi Rhea langsung berubah drastis, dia segera merampas ponselnya kembali dari genggaman Jerico."Aku akan segera ke sana!"Jerico segera menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Aku ikut denganmu."Tanpa memberi kesempatan bagi Rhea untuk menolak, dia langsung menarik Rhea keluar dari apartemen.Rhea ingin menepis tangan pria itu, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Dia pun mengerutkan keningnya."Lepaskan aku. Aku bisa jalan sendiri."Jerico menoleh, menatapnya dengan ekspresi sedikit tidak berdaya. "Rhea, sekarang kondisi kesehatan Ayah yang paling penting. Nanti kita baru menangani masalah pertengkaran kita, ya?"Awalnya Rhea ingin mengatakan bahwa masalah antara mereka saat ini bukan hanya sekadar pertengkaran biasa. Namun, sekarang Bagas yang paling penting. Dia juga malas berdebat dengan Jerico lagi.Tak lama kemudian, mereka berdua sudah tiba di depan pintu ruang gawat darurat. Melihat Vani Winata yang sedang duduk di bangku panjang koridor sambil menunggunya dengan

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 143

    Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 142

    "Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 141

    Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 140

    Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status