Share

Bab 6

Author: Lalita
Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"

Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.

Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."

Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.

Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.

Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.

Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam tangan Rhea dengan sangat erat itu selama satu detik, lalu mengalihkan pandangannya.

Susana Thamnin, bibi Jerico tertawa dingin dan berkata, "Rhea, jangan salahkan aku banyak bicara. Kamu dan Jerico sudah menikah selama beberapa tahun. Kalau kalian nggak kunjung punya anak juga, bukankah sangat aneh?"

"Selain itu, kalau kala itu Jerico nggak berserikeras ingin menikahimu, apa kamu merasa dengan latar belakang keluargamu, kamu bisa menjadi menantu Keluarga Thamnin?"

"Jangan nggak tahu berpuas hati. Kalau kamu nggak ingin melahirkan anak untuk Jerico, di luar sana ada banyak wanita yang bersedia melahirkan anak untuknya. Kalau sampai wanita lain hamil duluan, saat itu tiba, kamu sendiri yang malu."

Terlebih lagi, siapa yang tahu sebenarnya Rhea tidak ingin melahirkan anak, atau memang mandul?

Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kata-kata "bujukan", tetapi sorot mata yang ditujukannya pada Rhea penuh dengan ejekan dan kesombongan.

Nyonya Besar Thamnin mengerutkan keningnya, dia menatap Susana dengan tatapan sedikit tidak puas.

"Susana, jangan banyak bicara."

Susana mendecakkan lidahnya, tetapi dia tidak berbicara lagi.

Nyonya Besar Thamnin mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan seulas senyum hangat, "Rhea, lagi pula kamu dan Jerico masih muda. Kalau kamu masih nggak ingin punya anak, dua tahun lagi baru mempertimbangkan untuk memiliki anak, juga nggak masalah. Tapi, kamu juga jangan terlalu lelah bekerja. Keluarga kita nggak kekurangan uang. Kalau kamu mau bekerja, anggap saja sebagai kegiatan untuk menghabiskan waktu."

Rhea menganggukkan kepalanya dan berkata, "Aku mengerti, Nenek."

Momen tidak menyenangkan itu akhirnya berlalu, suasana di ruang tamu kembali harmonis.

Melihat fokus semua orang tidak tertuju pada mereka berdua lagi, Jerico langsung menarik Rhea keluar dari ruang tamu.

Hingga menariknya ke sebuah paviliun di taman belakang vila, Jerico baru melepaskan Rhea dan berkata dengan dingin, "Rhea, apa kamu sudah gila? Apa kamu benar-benar ingin seluruh anggota keluargaku tahu mengenai perselisihan antara kita, kamu baru senang?"

Rhea mengusap-usap tangannya yang terasa sakit karena digenggam dengan kuat oleh pria itu, lalu mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Aku hanya berbicara jujur."

"Bagus, bagus!"

Jerico menatapnya dengan ekspresi muram dan berkata, "Kalau begitu, bukankah aku harus menelepon ayah mertuaku untuk memberitahunya hal ini?"

Belakangan ini, kondisi kesehatan Bagas Santana, ayah Rhea sedang tidak baik. Dokter mengatakan sebaiknya jangan membiarkan pasien menerima rangsangan. Rhea berencana untuk bercerai dengan Jerico terlebih dahulu, baru memberi tahu ayahnya hal ini perlahan-lahan.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan memelototi pria itu dengan marah. "Awas saja kalau kamu berani! Jelas-jelas kamu yang telah berselingkuh, atas dasar apa kamu berbicara denganku seperti itu?!"

Secara naluriah, tangan Jerico terkepal dengan erat. Kilatan bersalah melintas di matanya. Namun, detik berikutnya, sorot mata tidak sabar tampak jelas di matanya.

"Aku sudah berjanji padamu nggak akan mengulanginya lagi. Kalau kamu nggak ingin melihat Stella, aku bisa memecatnya. Apa lagi maumu?"

Rhea merasa dia tidak bisa berbicara baik-baik dengan pria di hadapannya itu. Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku nggak ingin bertengkar di sini denganmu."

Melihat mata wanita di hadapannya sedikit memerah, Jerico menghela napas, nada bicaranya pun melembut.

"Rhea, aku benar-benar sudah menyadari kesalahanku. Selama kamu nggak mengungkit tentang perceraian lagi, aku pasti akan berusaha keras menebus kesalahanku padamu. Orang yang kucintai adalah kamu. Aku nggak bisa membiarkanmu meninggalkanku."

Dalam lubuk hatinya, Rhea berkata, 'Sungguh konyol! Mengapa pria sialan ini begitu nggak tahu malu?'

Bisa-bisanya pria itu mengatakan mencintainya, tetapi tidur bersama wanita lain.

Terlebih lagi, setiap kali dia mengingat pria itu berhubungan intim dengan wanita lain di atas ranjang, dia benar-benar muak.

"Aku nggak akan bisa memaafkanmu."

Berkhianat sudah melampaui batas toleransinya. Dia tidak bisa menganggap tidak pernah terjadi apa-apa, juga tidak mungkin berbaikan lagi dengan pria itu.

Jerico juga tahu jelas kepribadian Rhea. Selain itu, sumber permasalahan ini memang terletak pada dirinya. Dia yang salah. Jadi, sepertinya dia hanya bisa melakukan pendekatan perlahan-lahan.

Dia tahu Rhea masih menaruh perasaan padanya. Kalau tidak, di saat seperti ini, wanita itu masih sudah membesar-besarkan masalah tersebut. Selama dia menolak untuk bercerai, dia yakin suatu hari nanti wanita itu pasti akan memaafkannya.

"Oke, lupakan saja dulu, kita nggak perlu membicarakan hal ini lagi. Kalau kamu nggak ingin punya anak, kita bisa menunda rencana punya anak hingga dua tahun kemudian. Karena kamu ingin bekerja, besok aku akan meminta sekretarisku untuk mengatur sebuah posisi untukmu di Grup Thamnin."

Setelah mendengar pengaturan pria itu, Rhea tidak bisa menahan diri dan tertawa. Dia menatap pria itu dengan ekspresi mengejek.

"Jerico, di matamu, aku bukan manusia, ya? Aku adalah boneka yang bisa kamu tempatkan sesuka hatimu, begitu?"

Sorot mata Rhea menyakiti indra penglihatan Jerico. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa yang kamu maksud dengan aku menempatkanmu sesuka hatiku? Kamu sendiri yang bilang nggak ingin punya anak, aku setuju dua tahun kemudian baru mempertimbangkan hal itu. Kamu ingin bekerja, aku juga memberikan pengaturan untukmu. Mengapa kamu malah mengataiku seperti itu?"

"Kamu sedang berpura-pura bodoh, ya? Aku nggak ingin punya anak, karena ingin bercerai denganmu. Aku ingin bekerja, karena ingin memutuskan hubunganku denganmu."

Dia menundukkan kepalanya, menatap Rhea. Melihat ekspresi keras kepala wanita itu, dia merasa sedikit tidak senang.

Sejak mereka menikah, Rhea sudah seperti "pajangan" di rumahnya. Bagaimana mungkin dia membiarkan wanita itu membebaskan diri darinya?

"Selama aku nggak setuju, kamu nggak akan bisa bercerai. Selain itu, biarpun kamu dan pengacaramu mengatakan aku berselingkuh, apa kamu punya bukti?"

Ekspresinya tampak penuh keyakinan, bahkan terlihat arogan seolah-olah mengendalikan segalanya.

Secara naluriah, Rhea melangkah mundur beberapa langkah. Saking kesalnya, sekujur tubuhnya sampai gemetaran.

Setelah topeng sosok hangat dalam diri Jerico dilepas, dia baru menyadari seberapa egois dan keji pria itu. Namun, bisa-bisanya dia mencintai pria seperti itu selama delapan tahun.

Delapan belas tahun hingga dua puluh enam tahun adalah delapan tahun terindah dalam hidupnya.

"Jerico, kamu benar-benar menjijikkan!"

Melihat sorot mata jijik yang ditunjukkan secara terang-terangan oleh Rhea, pupil mata Jerico langsung mengecil. Dia mengulurkan lengannya untuk mencubit dagu wanita itu, memaksa wanita itu untuk menatapnya.

"Rhea, aku mengerti kamu marah padaku. Tapi, ke depannya aku nggak ingin mendengar kata-kata seperti itu keluar dari mulutmu lagi."

Seharusnya Rhea, wanitanya mencintainya seumur hidup. Bagaimana wanita itu bisa membencinya?

Biarpun dia telah melakukan kesalahan karena gegabah, dia juga tidak akan membiarkan wanita itu menatapnya dengan sorot mata seperti itu.

Rhea menepis tangannya dengan ekspresi jijik dan berkata, "Jangan sentuh aku! Kamu itu sudah kotor!"

"Kotor?"

Jerico tertawa dingin, melangkah maju satu langkah, melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu, lalu menekan wanita itu di pilar paviliun dan langsung menundukkan kepalanya untuk mencium wanita itu.

Karena wanita itu hanya bisa mengatakan kata-kata yang tidak suka didengarnya, maka dia hanya bisa membungkam wanita itu dengan ciuman.

Tidak bisa mendorong pria itu menjauh darinya, secara refleks Rhea memalingkan wajahnya.

Saat itu juga, bibir hangat Jerico menempel di pipinya, membuat bulu kuduknya naik saking jijiknya.

"Jerico, lepaskan aku!"

"Boleh saja, selama kamu nggak mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatiku lagi."

"Nggak mungkin!"

"Kalau begitu, aku hanya bisa menggunakan caraku sendiri untuk membungkammu."

Dia mencengkeram dagu Rhea dan hendak mencium wanita itu dengan ganas.

Tepat pada saat bibirnya akan menyentuh bibir Rhea, tiba-tiba terdengar suara seseorang berdeham pelan dari arah belakangnya.

"Jerico, sepertinya aku datang di saat yang nggak tepat?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
rhea tolol yg g bisa menggunakan otaknya buat mikir dan hanya bisa ngebacot.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 12

    Pada Hari Senin, Rhea tiba di gedung Perusahaan Farmasi Yagin tepat pada pukul delapan pagi.Setelah membantu mengurus prosedur masuk kerjanya, HRD membawanya mengelilingi gedung perusahaan, agar dia bisa mengetahui lokasi-lokasi dari setiap departemen. Kemudian, HRD membawanya ke ruangan manajer Departemen Penelitian sebelum pergi.Manajer Departemen Penelitian bernama Ruisa Janopo, seorang wanita berusia empat puluhan tahun, berambut pendek, irit senyum dan kelihatan tegas sekaligus serius."Duduklah."Setelah Rhea duduk, Ruisa berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sebelumnya aku sudah melihat CV-mu. Saat kamu masih kuliah, kamu sudah meraih banyak pencapaian. Tapi, selama beberapa tahun ini, kamu sudah nggak pernah menginjakkan kakimu ke laboratorium lagi. Jadi, kamu mulai bekerja sebagai asisten.""Baik."Melihat ekspresi senang tanpa ada tanda-tanda tidak puas, kilatan puas melintas di mata Ruisa.Dia menyukai bawahan yang patuh dan giat bekerja. Kalau dilihat sejauh ini, boleh

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 13

    Ruisa mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Apa hasil yang kamu peroleh setelah berada di laboratorium beberapa hari ini?""Aku sudah melakukan pengamatan. Saat ini, penelitian yang sedang dilakukan oleh laboratorium adalah mengembangkan obat-obatan untuk mengobati penyakit kardiovaskular. Hingga saat ini, penelitian dan pengembangan obat-obatan ini sekitar lima puluh persen. Persiapan sedang dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap tikus putih."Setelah mendengar ucapan Rhea, raut wajah Ruisa tampak sedikit membaik. Dia juga menatap Rhea dengan sorot mata pengakuan."Bagus. Bagaimana dengan penggunaan peralatan laboratorium? Kamu sudah mempelajarinya sejauh mana?""Aku sudah lumayan memahaminya."Sambil mengerutkan keningnya, Janice mengalihkan pandangannya ke arah Rhea dan berkata, "Rhea, aku tahu kamu ingin segera melakukan penelitian sendiri. Tapi, perlu kamu ketahui, penelitian adalah suatu hal yang sangat serius. Belakangan ini, masih ada banyak peralatan yang b

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 14

    Ekspresi Rhea langsung berubah drastis, dia segera merampas ponselnya kembali dari genggaman Jerico."Aku akan segera ke sana!"Jerico segera menarik pergelangan tangannya dan berkata, "Aku ikut denganmu."Tanpa memberi kesempatan bagi Rhea untuk menolak, dia langsung menarik Rhea keluar dari apartemen.Rhea ingin menepis tangan pria itu, tetapi usahanya tidak membuahkan hasil. Dia pun mengerutkan keningnya."Lepaskan aku. Aku bisa jalan sendiri."Jerico menoleh, menatapnya dengan ekspresi sedikit tidak berdaya. "Rhea, sekarang kondisi kesehatan Ayah yang paling penting. Nanti kita baru menangani masalah pertengkaran kita, ya?"Awalnya Rhea ingin mengatakan bahwa masalah antara mereka saat ini bukan hanya sekadar pertengkaran biasa. Namun, sekarang Bagas yang paling penting. Dia juga malas berdebat dengan Jerico lagi.Tak lama kemudian, mereka berdua sudah tiba di depan pintu ruang gawat darurat. Melihat Vani Winata yang sedang duduk di bangku panjang koridor sambil menunggunya dengan

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 274

    Kilatan kasihan melintasi mata Tuan Besar Thamnin. "Apa kamu pikir kamu masih bisa menjadi menantu Keluarga Thamnin?"Sekarang Arieson bisa membangkang padanya demi wanita itu, hanya karena ketertarikan sesaat.Namun, tanpa butuh waktu lama, dia yakin putranya ini akan mengerti kesenjangan antara menikahi seorang istri yang tidak bisa memberinya bantuan apa pun dengan menikahi seorang istri yang bisa memberinya bantuan.Saat itu tiba, apa mungkin Arieson akan memilih Rhea?Kalau Rhea cukup cerdas, seharusnya dia berinisiatif untuk meninggalkan Arieson pada saat ini."Tuan Besar, mungkin ada banyak orang yang ingin menjadi menantu Keluarga Thamnin, tapi aku nggak berminat. Saat aku menikah dengan Jerico dulu, juga karena dia sendiri, bukan karena Keluarga Thamnin. Sekarang aku bersama Arieson, juga hanya karena dia adalah Arieson."Tuan Besar Thamnin mendengus dingin dan berkata, "Apa kamu berani bersumpah kamu bersamanya tanpa adanya niat lain sama sekali? Kamu bersamanya hanya karena

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 273

    ...Setelah mendengar kata-kata mereka, Ivory kesal setengah mati. Dia langsung berjalan menghampiri beberapa orang wanita itu, lalu mencibir dan berkata, "Oh, pantas saja tempat ini baunya kecut sekali, ternyata ada yang cemburu di sini!"Salah seorang wanita di antaranya memelototi Ivory dengan marah dan berkata, "Kami hanya berbicara jujur. Lagi pula, orang yang bersangkutan saja masih belum buka suara, untuk apa kamu heboh? Jangan sampai diri sendiri dijadikan sebagai tameng, kamu malah nggak sadar. Bagaimanapun juga, orang yang bisa menjalin hubungan dengan Pak Arieson, pasti sudah ahli dalam memainkan trik!""Kalau kamu juga punya kemampuan itu, coba saja sendiri! Kalau nggak punya kemampuan, tutup mulutmu! Bisa-bisanya kalian bilang penampilan Kak Rhea biasa-biasa saja! Bagaimana kalau aku membelikan cermin untuk kalian agar kalian bisa melihat wajah kalian dengan jelas?""Kamu!"Ivory mengangkat dagunya, lalu berkata, "Apa, hah? Kalau kalian memang berkemampuan, coba katakan ap

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 272

    Setelah terdiam selama beberapa detik, Arieson berkata dengan ekspresi dingin, "Selesai rapat aku akan ke sana."Siang harinya, begitu Rhea sampai di lantai paling atas, Tio langsung menghentikannya."Nona Rhea, Pak Arieson sedang nggak berada di dalam ruangannya sekarang.""Dia masih sedang rapat?"Tio menggelengkan kepalanya, lalu menatap Rhea dan berkata, "Nggak. Pagi ini Tuan Besar Thamnin meneleponnya, memintanya untuk pulang. Hingga sekarang dia masih belum kembali."Hati Rhea langsung mencelus. Tanpa perlu ditebak, dia juga sudah tahu alasan Arieson dipanggil pulang pasti karena masalah pagi ini."Aku mengerti. Terima kasih sudah memberitahuku hal ini, Pak Tio."Melihat hampir tidak ada perubahan apa pun yang terlihat di wajah Rhea, Tio mengerutkan keningnya dan berkata, "Nona Rhea, apa kamu nggak berencana untuk ke sana?""Biarpun aku ke sana, juga nggak ada gunanya. Selain itu, kalau orang-orang Keluarga Thamnin melihatku sekarang, mereka hanya akan makin emosi."Tio menatap l

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 271

    "Pantas saja kamu begitu terburu-buru ingin bercerai denganku, ternyata kamu sudah menjalin hubungan dengan pamanku. Rhea, kamu nggak ada bedanya dengan wanita-wanita jalang di luar sana.""Plak!"Rhea langsung melayangkan satu tamparan ke wajah pria itu. Sontak saja hal ini menarik perhatian banyak orang di sekeliling mereka.Jerico tidak pernah merasa sebegitu malunya. Api amarah di matanya seakan-akan sudah hampir menyembur keluar. Dia langsung mengulurkan lengannya, ingin mencekik Rhea.Namun, sebelum dia bisa menyentuh wanita itu, dia sudah ditendang hingga terjatuh ke lantai.Sambil merangkul Rhea, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah Jerico dan berkata, "Dia adalah calon bibimu. Kelak, jaga sopan santunmu saat berbicara dengannya. Kalau nggak, yang akan kamu terima bukan hanya sekadar satu tendangan saja."Mendengar dua kata "calon bibi" keluar dari mulut Arieson, ekspresi Jerico langsung berubah menjadi muram."Paman, Kakek dan Nenek nggak akan mengizinkanmu untuk menikahi

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 270

    Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah dan berkata, "Oke."Saat hampir tiba di perusahaan, Rhea tetap meminta Arieson untuk menurunkannya di pinggir jalan.Arieson mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan ekspresi tidak senang, "Apa aku begitu memalukan bagimu?""Bukan begitu, tapi aku baru bercerai dengan Jerico. Kalau sekarang kita membiarkan orang-orang di perusahaan melihat kita bersama, akan berdampak negatif bagimu.""Aku nggak peduli.""Tapi aku peduli. Selain itu, aku juga butuh waktu untuk menyesuaikan diri dengan hubungan kita. Jadi, mengenai hubungan yang terjalin antara kita ini, kita rahasiakan untuk sementara waktu, ya?"Rhea menatap pria di hadapannya itu dengan sorot mata penuh penantian dan hati-hati.Arieson mengulurkan tangannya untuk menutupi kedua mata wanita itu, lalu berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Boleh saja, tapi aku akan meminta sedikit bunga darimu."Rhea tertegun sejenak, matanya membelalak. "Bunga apa?"Bulu matanya menyapu telapak tangan Ari

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 269

    Sekembalinya ke vila, Arieson meminta pelayan untuk membawa Rhea pergi beristirahat, sedangkan dia sendiri pergi ke ruang baca. Dia menghubungi Tio untuk menyelidiki pria yang menabrak Rhea malam ini."Pak Arieson, aku sudah menyelidikinya. Pria itu adalah Rafa Bonta, selebritas pria yang sedang naik daun. Malam ini, dia berkencan dengan pacarnya yang bukan berasal dari dunia hiburan di restoran itu. Lalu, karena mendapati ada wartawan, dia buru-buru pergi, itulah sebabnya dia menabrak Nona Rhea."Dengan ekspresi sedingin es, Arieson memberi instruksi dengan suara dingin. "Beri dia sedikit pelajaran."Tio terkejut bukan main, dia merasa dirinya sudah menganggap remeh betapa pentingnya Rhea bagi Arieson.Setelah terdiam sejenak, dia menyarankan, "Kalau begitu, aku suruh orang untuk menyebarkan tentang dia memang punya seorang pacar yang bukan berasal dari dunia hiburan?"Belakangan ini, ada sebuah drama TV romantis Rafa yang sedang tayang, jadi akhir-akhir ini dia sedang membangun citra

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 268

    Selesai berbicara, tanpa memberikan Jerico kesempatan untuk berbicara, Rhea langsung memblokir nomor pria itu.Tak lama kemudian, Rhea kembali menerima panggilan telepon dari sebuah nomor asing. Dia hanya berpura-pura tidak mendengarnya. Setelah mencoba untuk meneleponnya beberapa kali, akhirnya si penelepon pun menyerah.Rhea menyajikan makanan yang telah disiapkannya di atas meja. Baru saja selesai membereskan dapur, belnya sudah berbunyi.Setelah memastikan orang yang berada di balik pintu adalah Arieson, Rhea baru membuka pintu.Menghirup aroma makanan, kilatan terkejut melintasi mata Arieson."Kamu masak?"Rhea mengangguk, lalu melangkah ke samping, agar Arieson bisa masuk. "Hmm, kita makan malam dulu baru ke sana."Begitu memasuki ruang tamu, dia melihat sayuran, lauk pauk, ditambah dengan sup telur tomat sudah dihidangkan di atas meja makan. Baik tatanan piring maupun aroma makanan itu, sangat menggugah selera. Bahkan piring dan alat makan juga sudah ditata dengan rapi.Setelah

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 267

    Saat Arieson tiba, Rhea sedang duduk di sofa sambil melamun.Begitu mendengar suara langkah kaki, dia mendongak, mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Kedua matanya memerah, sorot matanya diliputi dengan ketidakberdayaan dan ketakutan, seperti seekor kelinci kecil yang ketakutan."Paman, kamu sudah datang."Arieson berjalan menghampirinya, lalu berkata dengan suara dalam, "Apa kamu terluka?"Rhea menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku baik-baik saja ... saat itu, aku sedang minum-minum bersama Weni di bar, nggak di rumah ... begitu aku pulang, situasinya sudah seperti ini ...."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah lapor polisi?""Sudah, seharusnya sebentar lagi polisi akan tiba.""Hmm, tempat ini nggak bisa ditinggali lagi, aku akan meminta Tio untuk mencarikan tempat tinggal baru untukmu.""Kalau begitu, selama beberapa hari ini ... bisakah aku tinggal di tempatmu?"Begitu dia selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening. Saking heningnya,

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 266

    Begitu panggilan telepon terhubung, langsung terdengar suara panik Vani dari ujung telepon. "Di mana kamu sekarang? Ayahmu pergi menemui orang-orang Keluarga Thamnin demi kamu, alhasil dia malah dipersulit, saking banyaknya minuman alkohol yang diminumnya untuk meminta maaf pada mereka, dia sampai masuk ke ruang UGD!"Rhea hanya merasakan seperti mendengar suara ledakan di kepalanya. Dia mematung di tempat. Setelah beberapa detik, dia baru tersadar kembali."Aku akan segera ke sana!"Saat berbicara, sekujur tubuh Rhea gemetaran.Tepat pada saat ini pula, Weni juga sudah bangun. Melihat gejolak emosi Rhea, dia buru-buru bangkit dan berkata, "Rhea, ada apa? Apa yang terjadi?"Rhea mengalihkan pandangannya ke arah Weni, kedua matanya memerah, bulir-bulir air mata terus berjatuhan membasahi pipinya."Terjadi sesuatu pada ayahku, aku nggak bisa berkendara sekarang ...."Ekspresi Weni langsung berubah menjadi muram. Dia meraih tangan Rhea, lalu berkata dengan suara dalam, "Kemarin kita sudah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status