Share

Bab 4

Penulis: Lalita
Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.

Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah.

"Hmmphhhh ... lepaskan ...."

Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.

Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.

Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.

Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.

Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, aroma amis darah menguar di antara mereka.

Namun, pria itu bukan hanya tidak melepaskannya, melainkan satu tangan pria itu sudah masuk ke balik handuk.

Dia baru selesai mandi, belum sempat memakai apa pun.

Tubuh Rhea membeku sejenak. Kemudian, dia meronta makin keras lagi.

"Jerico, minggir kamu!"

Seolah-olah tidak mendengar ucapannya, jari-jari Jerico terus memainkan titik sensitifnya.

"Rhea, kamu juga membutuhkanku, 'kan?"

Rhea terus meronta, tetapi upayanya sia-sia saja. Makin lama, hatinya makin diliputi keputusasaan.

Pada akhirnya, saat pria itu hendak melakukan hal itu padanya, dia memejamkan matanya dengan putus asa.

"Jerico, jangan membuatku membencimu."

Pergerakan Jerico langsung terhenti. Saat dia menundukkan kepalanya dan menatap Rhea, sorot mata terkejut tampak jelas di matanya.

Dia tidak pernah melihat sosok Rhea yang seperti ini. Saat ini, sekujur tubuh wanita itu dipenuhi aura keputusasaan dan penderitaan. Wanita itu seperti boneka yang rapuh.

Dia menginginkan wanita itu, benar-benar sangat menginginkan wanita itu.

Namun, pada saat bersamaan, ada sebuah suara dalam hatinya yang memberitahunya bahwa kalau dia benar-benar memaksakan kehendaknya pada wanita itu, maka hubungan mereka benar-benar sudah berakhir.

Jerico menatap wanita itu dengan lekat, genggamannya pada pinggang wanita itu masih sangat erat, tetapi sorot matanya diliputi keraguan.

Belasan detik kemudian, tiba-tiba dia melepaskan wanita itu, lalu turun dari tempat tidur dan pergi.

"Bam!"

Pintu kamar dibanting hingga tertutup dengan keras. Suara hantaman pintu itu membuat tubuh Rhea gemetaran, cengkeramannya pada selimut juga makin erat.

Beberapa hari berikutnya, Jerico tidak pulang ke rumah.

Rhea sudah menghubunginya lagi dan lagi, ingin meminta pria itu untuk pulang dan membicarakan tentang perceraian. Namun, sama sekali tidak ada tanggapan dari pria itu.

Hari demi hari berlalu dengan cepat, akhir pekan sudah datang. Rhea sedang duduk di ruang tamu, mempersiapkan CV-nya, hendak mencari pekerjaan. Tiba-tiba, pintu vila terbuka, lalu Jerico berjalan masuk.

Beberapa hari tidak bertemu, pria itu tampak sangat lemah dan letih.

Tatapan keduanya bertemu, tetapi tidak ada di antara mereka yang berbicara.

Rhea yang terlebih dahulu memecah keheningan. Dia menutup laptopnya, beranjak dari tempat duduknya, lalu menatap pria itu dengan tenang.

"Karena kamu sudah pulang, mari kita bicarakan tentang perceraian."

Jerico mengerutkan keningnya dan berkata, "Sudah kubilang, aku nggak akan bercerai. Hari ini, aku pulang untuk mengingatkanmu, malam ini kita pergi ke kediaman Keluarga Thamnin untuk makan bersama."

Setiap satu bulan sekali, Keluarga Thamnin mengadakan perjamuan makan keluarga. Sejak menikah dengan Jerico, Rhea selalu mengikuti pria itu pulang ke kediaman Keluarga Thamnin sebulan sekali.

Anggota Keluarga Thamnin sulit diajak berinteraksi, mereka juga cenderung merendahkan dirinya. Setiap kali ke sana, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, mereka selalu mempersulit Rhea.

Dulu, dia masih bisa menghibur dirinya sendiri. Dengan memiliki cinta dari Jerico saja, sudah cukup baginya. Dia tidak perlu memikirkan hal lain lagi. Namun, setelah menyaksikan adegan malam itu, dia tidak bisa membohongi dirinya sendiri lagi.

"Aku nggak ingin pergi, kamu pergi sana sendiri."

Ekspresi Jerico tampak sedikit tidak berdaya, sorot matanya juga terlihat sedikit tidak sabar.

"Rhea, sebenarnya kamu mau ribut-ribut seperti ini sampai kapan?"

Selama beberapa hari ini, dia selalu mengabaikan panggilan telepon dan pesan dari Rhea. Dia ingin wanita itu menenangkan diri terlebih dahulu. Namun, tak disangka, sikap wanita itu terhadap dirinya masih sama seperti sebelumnya.

"Aku nggak berniat ribut-ribut denganmu, aku hanya ingin bercerai denganmu."

Begitu mendengar kata bercerai, sedikit kesabaran yang tersisa dalam diri Jerico langsung terkuras habis. Dia menatap Rhea dengan tatapan seperti sedang menatap orang yang aneh.

"Bercerai? Sejak kamu menikah denganku, kamu nggak pernah pergi bekerja lagi. Setelah bercerai, bagaimana kamu bisa bertahan hidup? Perusahaan mana yang menginginkanmu? Selain itu, apa kamu mampu mengeluarkan biaya pengobatan ayahmu yang setinggi langit itu?"

"Rhea, kamu bukan seorang gadis yang berumur tujuh belas tahun lagi. Sekarang kamu sudah berumur dua puluh delapan tahun. Bisakah kamu bersikap sedikit dewasa?"

"Aku adalah presdir Grup Thamnin, selalu saja ada berbagai godaan di luar sana. Jadi, wajar saja terkadang aku nggak bisa menahan godaan itu. Tapi, wanita-wanita itu nggak akan pernah bisa mempengaruhi posisimu sebagai Nyonya Thamnin. Jadi, apa lagi yang kamu inginkan?"

Rhea sendiri juga mengerti, pria itu masih mencintainya, tetapi pria itu tidak akan setia padanya selamanya.

Melihat sikap Jerico saat ini, Rhea sama sekali tidak bisa menghubungkan pria di hadapannya ini dengan pemuda yang kala itu masih malu-malu, seorang pemuda yang mengungkapkan perasaan padanya dengan wajah memerah, serta berjanji padanya tidak akan membuatnya bersedih selamanya.

Mungkin ... inilah karakter asli Jerico. Pria itu adalah sosok yang egois dan arogan.

"Kalau dewasa yang kamu maksud itu adalah mengizinkanmu untuk menjalin hubungan dengan wanita-wanita di luar sana sesuka hatimu, maaf saja, aku nggak akan bisa tumbuh dewasa. Kamu cari saja wanita lain. Ini adalah surat perceraian yang dibuat oleh pengacara. Setelah kamu senggang, kamu tanda tangani saja."

Melihat dokumen yang disodorkan oleh Rhea padanya, Jerico menerima dokumen itu dengan memasang ekspresi menyindir. Begitu melihat bagian pembagian harta, dia tertawa dingin.

"Ah, aku nggak menyangka, ternyata kamu serakah juga, ya. Bisa-bisanya kamu menginginkan setengah dari asetku, apa kamu pikir itu memungkinkan?"

"Oh? Itu adalah hakku, mengapa nggak memungkinkan?"

Jerico terkekeh pelan, lalu berkata dengan tenang, "Coba kamu lihat rumah ini, apa yang kamu beli dengan mengeluarkan uangmu sendiri? Selain itu, selama kita menikah beberapa tahun ini, aku yang selalu menanggung biaya pengobatan ayahmu. Kalau benar-benar dihitung dengan saksama, seharusnya kamu yang memberiku uang. Bagaimana kalau aku meminta pengacara untuk menghitung semua ini?"

Melihat ekspresi sinis pria itu, Rhea benar-benar tidak berani memercayai dulu dia pernah mencintai seseorang seperti itu.

Harus dia akui bahwa pria itu benar-benar pandai berpura-pura, sampai-sampai sebelum dia mendapati pria itu berselingkuh, dia selalu beranggapan bahwa pria itu adalah pria yang paling baik di dunia ini.

"Jerico, jangan lupa, kala itu kalau bukan aku memberimu hak paten itu, kamu juga nggak mungkin bisa menduduki posisi sebagai presdir Grup Thamnin dengan tenang. Selain itu, setelah menikah, kamu yang memintaku untuk menjadi ibu rumah tangga. Kalau aku melanjutkan penelitianku, uang yang kuperoleh pasti jauh lebih banyak dibandingkan uang yang kamu berikan padaku beberapa tahun ini!"

Jerico tidak peduli, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Menurutmu, kalau sekarang kamu mengungkit tentang hak paten itu, siapa yang akan memercayaimu?"

"Aku juga nggak ingin mempermasalahkan tentang uang padamu. Tapi, kalau kamu bersikeras ingin bercerai, aku terpaksa menghitung semuanya dengan jelas."

"Rhea, selama kamu nggak mengungkit tentang bercerai lagi, kamu tetap bisa menggunakan uangku sesuka hatimu."

"Jerico, kamu benar-benar nggak tahu malu!"

Karena pria itu tidak bersedia untuk bercerai, dia terpaksa mencari pengacara untuk mengajukan tuntutan perceraian.

Saat dia berbalik dan hendak pergi, Jerico langsung menghentikannya.

"Cepat ganti pakaianmu, ikut aku hadiri perjamuan makan malam keluargaku."

"Sudah kubilang, aku nggak akan pergi. Kamu katakan saja pada mereka aku nggak enak badan."

Begitu Rhea selesai berbicara, Jerico langsung menarik pergelangan tangannya dan berkata dengan suara dalam, "Rhea, kesabaranku sudah hampir terkuras habis, jangan memaksaku untuk memutus biaya pengobatan ayahmu!"

"Awas saja kalau kamu berani!"

Jerico langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi sekretarisnya. "Halo, mengenai biaya pengobatan bulan depan ayah mertuaku ...."

Tidak menyangka pria itu benar-benar akan melakukan tindakan seperti itu, mata Rhea langsung memerah saking kesalnya. Dia langsung merampas ponsel pria itu dan memutuskan panggilan telepon.

"Jerico, jangan keterlaluan."

"Aku? Keterlaluan?"

Jerico menatap Rhea dengan tatapan meremehkan, lalu menarik wanita itu ke hadapannya dan berkata dengan arogan, "Rhea, semua yang kamu miliki sekarang adalah pemberianku. Apa kamu nggak merasa kamu yang keterlaluan? Cepat ganti pakaian. Kalau nggak, aku punya banyak cara untuk menundukkanmu."

Bab terkait

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 12

    Pada Hari Senin, Rhea tiba di gedung Perusahaan Farmasi Yagin tepat pada pukul delapan pagi.Setelah membantu mengurus prosedur masuk kerjanya, HRD membawanya mengelilingi gedung perusahaan, agar dia bisa mengetahui lokasi-lokasi dari setiap departemen. Kemudian, HRD membawanya ke ruangan manajer Departemen Penelitian sebelum pergi.Manajer Departemen Penelitian bernama Ruisa Janopo, seorang wanita berusia empat puluhan tahun, berambut pendek, irit senyum dan kelihatan tegas sekaligus serius."Duduklah."Setelah Rhea duduk, Ruisa berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sebelumnya aku sudah melihat CV-mu. Saat kamu masih kuliah, kamu sudah meraih banyak pencapaian. Tapi, selama beberapa tahun ini, kamu sudah nggak pernah menginjakkan kakimu ke laboratorium lagi. Jadi, kamu mulai bekerja sebagai asisten.""Baik."Melihat ekspresi senang tanpa ada tanda-tanda tidak puas, kilatan puas melintas di mata Ruisa.Dia menyukai bawahan yang patuh dan giat bekerja. Kalau dilihat sejauh ini, boleh

Bab terbaru

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 143

    Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 142

    "Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 141

    Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 140

    Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status