Mengandung Benih Bayaran Om Evan

Mengandung Benih Bayaran Om Evan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-24
Oleh:  icherTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Peringkat. 1 Ulasan
62Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Susan yang terjebak dalam pekerjaan kotor karena paksaan sang ayah yang pemabuk dan penjudi, akhirnya bertemu dengan seorang pria yang membawanya pergi jauh dari kubangan hitam yang selama ini mengotori dirinya. Namun, siapa yang menyangka sebagai balasannya, Susan harus mengandung benih pria itu atas desakan sang istri pertamanya yang sudah tidak punya rahim lagi. Apakah Susan menerimanya dan bagaimana kisah hidup Susan setelah menjadi istri kedua yang tidak boleh diketahui keluarga dan publik? Sanggupkah Susan menyerahkan bayi yang nanti dikandungnya kepada wanita lain?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Dijadikan Hadiah.

“Sini, Sayang. Ayo sini dekat sama Om, Sayang.” Darius memanggil seorang gadis dengan sebutan sayang dan langsung tersenyum mesum.

Gadis itu berjalan terus sembari sesekali melirik ke belakang. Sepertinya ada seseorang yang mengawasinya di belakang sana. Yang membuat gadis itu terus saja merasa takut dan tidak nyaman.

“Siapa dia, Darius? Apa kamu memesan wanita penghibur?” tanya Evan setengah berbisik agar gadis itu tidak mendengar.

“Dia masih perawan, Evan. Apakah kamu nggak tertarik untuk mencobanya? Aku sengaja membawanya untuk kamu malam ini. Sebagai hadiah karena kamu udah memberikan aku kontrak kerja di Swiss bulan lalu,” ungkap Darius dengan tawa riang dan merangkul gadis yang berdiri di sisinya. Dia berdiri dengan sempoyongan tapi masih sempat menghidu dan menciumi pipi gadis itu.

Terlihat gadis itu sangat risih dengan perlakuan Darius. Apalagi tadi pria itu mengatakan bahwa gadis yang dibawanya ini masih perawan. Jadi, bisa saja gadis ini terpaksa atau di bawah paksaan orang lain untuk datang ke tempat ini.

Evan dan Darius adalah rekan bisnis yang baru saja selesai melakukan rapat dengan para pemegang saham. Mereka sengaja datang dari Indonesia ke Singapore untuk pertemuan itu. Namun, setelah pertemuan itu selesai, ternyata Darius mengajak Evan untuk bersantai di bar hotel yang akhirnya membuat Darius mabuk. 

“Maaf, Darius. Aku bukan pria yang suka celup sana sini. Sampai saat ini aku masih setia pada istriku,” tolak Evan dengan tegas karena dia memang tidak pernah kencan apalagi meniduri wanita lain ke mana saja dia pergi meski Renata tidak akan pernah tahu akan hal itu.

“Kalau kau tidak mau ... maka malam ini dia akan menjadi milikku! Aku akan bersenang-senang dengannya. Aku sangat suka bermain dengan perawan asal kamu tau, Van. Mereka sangat menggoda dan jerit tangis kesakitan itu semakin membuatku bersemangat,” ungkap Darius yang membuat gadis dalam rangkulannya itu menggeleng ketakutan. Ada bulir bening yang menetes dari sudut matanya saat mendengar Darius mengatakan semua itu.

Tangan Darius yang tidak bisa diam terus saja mencolek wajah dan tubuh gadis itu. Pakaiannya yang terbuka sudah semakin memancing gairah Darius malam ini. Evan tahu bahwa gadis ini sangat takut akan menjadi santapan Darius yang terkenal sangat kasar saat bermain dengan wanita panggilan. Dia kerap menyiksa wanita panggilan demi memuaskan hasratnya itu.

Ingin sekali rasanya Evan menolong gadis itu, tapi dia tidak tahu caranya bagaimana. Saat ini Evan mencoba berpikir keras agar Darius tidak melukai gadis itu dengan sangat buas. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana menolongnya.

“Om, tolong aku. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong lepasin aku, Om.” Gadis itu meminta dengan nada memohon. Akan tetapi, suaranya masih dibuat sekecil mungkin seperti takut terdengar oleh orang lain di luar meja tempat Evan dan Darius duduk saat ini.

“Tenanglah, Sayang. Semuanya nggak akan sakit dan akan terasa enak saat rasa sakitnya hilang. Sakit sebentar untuk kenikmatan selamanya, tidak masalah bukan?” tanya Darius dan tertawa lebar.

“Jangan, Om. Tolong aku, Om.” Kini mata gadis itu menatap kepada Evan seperti dia tahu bahwa Evan adalah pria yang baik dan akan menolongnya.

Evan tidak ada pilihan lain lagi karena dia merasa kasian pada si gadis yang bahkan namanya saja dia masih tidak tahu. “Darius, apa benar gadis ini kamu pesan untukku? Kalau begitu, aku akan membawanya bersamaku malam ini. Terima kasih atas hadiah yang sangat mengesankan ini. Sepertinya nggak masalah sesekali mencoba daun muda yang masih perawan. Aku juga ingin mencoba rasa dan permainan yang baru. Sepertinya dia boleh juga,” ungkap Evan dan membuat gadis itu semakin takut.

Gadis itu seperti merasa baru saja keluar dari mulut buaya dan masuk dalam kandang singa. Dia semakin menggeleng ketakutan saat Evan menarik paksa pergelangan tangannya. Darius memberikan dengan suka rela dan tawa yang lepas.

“Tenanglah kalau kamu ingin tetap aman!” titah Evan dengan suara yang diredam seraya terus menarik tangan wanita itu menuju kamar tempat dia menginap di kamar hotel itu.

Gadis yang ditarik Evan itu terus saja meronta dan ketakutan dan berharap Evan berbelas kasih untuk melepaskan dirinya. Namun, semua sia-sia saat mereka sampai di dalam sebuah kamar hotel dan Evan menguncinya di dalam bersama dengan dirinya juga. Gadis itu sangat ketakutan dan tidak berani menatap ke mata Evan yang berusaha mengatur napasnya.

“Tolong, Om. Jangan sakiti aku, Om. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong biarkan aku pergi ....”

“Siapa namamu?” tanya Evan dengan nada datar.

“A-aku? Namaku Su-Susan, Om. Susan Perawanita,” jawabnya dengan gugup dan ketakutan.

“Susan? Apa yang kau lakukan di hotel ini kalau kau tidak mau melayani seorang pria hidung belang?” tanya Evan lagi yang masih ingin menyelediki gadis muda bernama Susan itu.

“Aku dipaksa, Om. Aku dipaksa oleh ayahku karena dia punya banyak hutang sama renternir.”

“Ayahmu? Maksudmu, dia menjualmu?” tanya Evan tak percaya.

“I-iya. Dia bahkan beberapa kali hampir memperkosaku saat mabuk. Tapi, aku berhasil melepaskan diri. Dia seorang pemabuk dan penjudi, yang membuat ibuku harus meninggal dalam penderitaan.”

“Jadi, kau hanya tinggal berdua dengannya saja sekarang?”

“Iya. Aku nggak punya saudara atau teman yang bisa membantuku pergi dari tempat ini. Kalau aku pergi, dia pasti bisa menemukan aku. Seperti malam ini, dia menjualku pada temanmu tadi dengan harga 50 juta,” terang Susan yang tampak jujur dan tidak sedang membohongi Evan.

Evan menarik napasnya dan membuangnya dengan kasar. Dia tidak menyangka di zaman seperti sekarang, masih saja ada orang tua biadab seperti ayah gadis ini. Bagaimana dia bisa menjual darah dagingnya sendiri pada pria hidung belang seperi Darius? Bagaimana dia juga bisa hampir memperkosa darah dagingnya sendiri saat mabuk?

Evan merasa sangat kasihan dan bersimpatik pada Susan, karena dia takut hal serupa terjadi pada keluarganya yang perempuan. Apalagi, Evan memang tipe orang yang mudah bersimpati walaupun dia terkesan cuek dan tidak pernah perhatian pada wanita lain selain hal-hal yang menyangkut tentang istrinya tercinta – Renata.

“Kamu nggak usah takut sama aku. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu,” ucap Evan akhirnya mencoba membujuk Susan dengan kata-kata seperti itu.

“Aku pernah mendengar kalimat itu, Om. Dan pada akhirnya saat aku mulai tenang, pria itu dengan kasarnya mencoba memperkosaku. Untuk saat itu istrinya menelpon dan dia langsung pergi karena anaknya masuk rumah sakit. Kalau nggak, aku nggak tau apa yang terjadi malam itu,” ungkap Susan yang memang tidak bisa langsung percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Evan padanya itu.

“Jadi, kamu nggak percaya sama aku? Begitukah?” tanya Evan singkat.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Agniya14
Ditunggu selalu lanjutannya
2024-01-25 21:24:05
2
62 Bab
Dijadikan Hadiah.
“Sini, Sayang. Ayo sini dekat sama Om, Sayang.” Darius memanggil seorang gadis dengan sebutan sayang dan langsung tersenyum mesum.Gadis itu berjalan terus sembari sesekali melirik ke belakang. Sepertinya ada seseorang yang mengawasinya di belakang sana. Yang membuat gadis itu terus saja merasa takut dan tidak nyaman.“Siapa dia, Darius? Apa kamu memesan wanita penghibur?” tanya Evan setengah berbisik agar gadis itu tidak mendengar.“Dia masih perawan, Evan. Apakah kamu nggak tertarik untuk mencobanya? Aku sengaja membawanya untuk kamu malam ini. Sebagai hadiah karena kamu udah memberikan aku kontrak kerja di Swiss bulan lalu,” ungkap Darius dengan tawa riang dan merangkul gadis yang berdiri di sisinya. Dia berdiri dengan sempoyongan tapi masih sempat menghidu dan menciumi pipi gadis itu.Terlihat gadis itu sangat risih dengan perlakuan Darius. Apalagi tadi pria itu mengatakan bahwa gadis yang dibawanya ini masih perawan. Jadi, bisa saja gadis ini terpaksa atau di bawah paksaan orang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Om Evan
“Aku masih takut. Aku nggak bisa percaya sama siapapun saat ini kecuali pada Tuhanku!” jawabnya dan sekali lagi membuat hati Evan tersentuh secara batin.“Oke. Aku ngerti yang kamu rasain, karena memang kamu udah banyak mengalami hal yang buruk selama ini. Tapi, aku benar-benar nggak akan melakukan hal buruk atau keji sama kamu. Jadi, kamu bisa tetap tenang di kamar ini tanpa takut ayahmu atau Darius datang memintamu melayaninya. Kamu mau tinggal di kamar ini atau mau keluar aja?” tanya Evan dengan sengaja membuat Susan bingung.Dia tahu, Susan tidak mungkin memilih untuk keluar dan itu artinya dia sama saja mencari mati untuk dirinya sendiri. Karena di luar sudah menunggu ayahnya yang siap untuk menerima bayaran dari Darius. Atau ada Darius yang tadi tampak sudah sangat bersemangat ingin menyentuhnya.“A-aku ... aku nggak tau, Om. Mungkin, di dalam dan di luar sana sama aja,” jawab Susan ragu.“Sama dalam hal apa?”“Aku di sini atau keluar, akan sama-sama masuk dalam mulut buaya.”“K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Tolong Bawa Aku Pergi!
Susan dengan cepat sudah berganti pakaian dan berdiri kembali di tempat yang sejak tadi dia huni. Evan sungguh tidak mengerti lagi bagaimana harus meyakinkan Susan bahwa dia bukanlah pria yang jahat dan mesum seperti yang dibayangkan atau dipikirkan oleh gadis itu.“Berhentilah menatapku dengan tatapan seolah aku adalah seorang pria mesum atau penjahat kelamin seperti itu, Susan!” hardik Evan yang langsung membuat Susan tersentak.“Mas, tolong bawa aku pergi dari sini,” pinta Susan tiba-tiba saja dan membuat Evan yang baru saja akan berbaring di sofa menatapnya dengan heran.“Maksud kamu keluar dari hotel ini?” tanya Evan yang masih merasa ambigu dengan permintaan Susan.“Nggak! Bawa aku ke mana Mas pergi dan semua itu pasti bisa menyelamatkan hidupku,” jawab Susan dengan keyakinan penuh dan mata berkaca-kaca.Evan sungguh tidak percaya mendengar permintaan yang terlontar dari rongga mulut Susan saat ini. Apalagi, wanita itu meminta dan memohon kepadanya seolah dirinya adalah sang dew
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Bertemu Renata
Pada akhirnya di sinilah sekarang Evan dan Susan berada. Mereka sudah mendarat dengan selamat karena Evan sudah membayarkan tiket untuk Susan. Dia hanya bercanda dengan menanyakan uang gadis itu, dan bagaimanapun Evan masih manusia biasa. Evan tidak tega jika Susan menjadi korban atau budak untuk memenuhi kebutuhan seks pria yang membelinya. Saat mereka sudah sampai di dalam bandara, dari kejauhan Evan melihat Renata melambaikan tangan padanya dengan senyuman yang sangat manis. Memang seperti itulah istrinya sejak dulu, selalu membuatnya dan memperlakukan dirinya bak seorang raja. Tidak pernah sekali pun Renata mengeluh tentang apapun yang Evan lakukan. Kekurangan Renata memang hanya masalah anak atau keturunan yang tidak akan pernah bisa dia berikan lagi kepada Evan. “Sayang ... aku kangen banget.” Renata bersorak dan berlari kecil ke arah Evan. Dengan gayanya yang khas dan sangat manja tentu saja. “Kamu pikir, kamu doang yang kangen? Aku juga kangen banget sama kamu,” balas Evan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-05
Baca selengkapnya
Salah Paham.
“Nggak ada bantahan lagi, Sayang. Kita pulang bertiga ke rumah sekarang juga. Kamu mau anterin kami atau kami pulang pake taksi aja nih?” tanya Renata yang jelas adalah sebuah ancaman secara tidak langsung kepada Evan. “Oke, kita pulang sekarang.” Evan menyerah. “Nah, gitu dong. Baru namanya suamiku tersayang dan paling pengertian.” Renata semakin melebarkan senyumannya saat ini dan kemudian menggandeng tangan Susan untuk ikut bersamanya. Kini, Renata berada di tengah antara Susan dan juga Evan – suaminya, tanpa dia tahu kebenaran kenapa Susan bisa datang bersama dengan Evan saat ini. Sebagai orang yang juga sangat mengenal Renata, tentu saja Evan tahu kalau sekarang bukanlah waktu yang pas. Mereka bertiga sampai di mobil dan saat ini Renata bersikeras meminta Susan duduk di depan bersanding dengan Evan yang akan menyetir mobilnya pulang. Namun, Susan cukup tahu diri dan tentu saja dia menolak permintaan Renata itu. Pada akhirnya, Renata tetap adalah orang yang duduk di samping Ev
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-09
Baca selengkapnya
Canggung
Setelah kepergian Evan yang menyusul istrinya itu, tentu saja Susan menjadi kebingungan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Akan tetapi, dia teringat bahwa Evan sudah mengizinkannya dan memberikan hak padanya untuk menggunakan kamar tamu serta pakaian yang ada di dalam lemari. “Aku udah gerah banget memang. Ya udah deh, aku mandi dan segera ganti baju aja dulu. Mudah-mudahan ada yang cocok sama aku bajunya,” gumam Susan dan langsung membuka pintu kamar tamu dengan perlahan lahan. Susan tampak sedikit takut saat dia memasuki ruangan yang disebut oleh Evan sebagai kamar tamu itu. “Ya ampun, luas banget sih ruangannya? Ini beneran kamar untuk tamu? Trus kamar utamanya pasti lebih besar dari ini kan?” tanyanya seorang diri. Susan lalu menuju ke ranjang yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk ditiduri, dengan alas berwarna biru muda dan juga ruangan itu terasa sejuk karena dilengkapi dengan pendingin udara yang selalu menyala. Perlahan, Susan duduk di sisi ranjang dan beronj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-25
Baca selengkapnya
Masakan Susan
“Itu sih memang udah kodratnya tamu, Mba. Tamu adalah raja kalau di rumah ini, Mba.”“Tapi, aku tetap akan bantu Mbok Nah. Aku nggak tau lagi harus ngapain, Mbok Nah. Aku udah biasa kerja setiap bangun tidur subuh hari dan kalau nggak kerja saat pagi, aku akan merasa lemas sepanjang hari,” jelas Susan yang sebanarnya hanyalah kebohongan saja agar dia diberikan izin untuk ikut membantu di dapur pagi ini oleh mbok Minah. Siapa sangka, triknya itu sangat berhasil kali ini.“Benarkah begitu, Nak? Kalau begitu, kamu harus bekerja agar tubuhmu tetap sehat dan bugar.”“Tentu saja, Mbok Nah. Terima kasih karena sudah memahamiku.”“Sama-sama. Apa yang ingin Mbak Susan lakukan?”“Mbok Nah panggil aku Susan aja deh, nggak usah panggil pake mba gitu. Aku justru senang saat tadi Mbok Nah manggil aku dengan kata ‘nak’.” Susan berkata dengan jujur.Mbok Minah melihat jelas raut kejujuran di wajah Susan saat ini dan sepertinya wanita itu berasal dari kelurga yang tidak harmonis atau kurang kasih saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-26
Baca selengkapnya
Panggil Mas Evan Aja!
“Yang masak sarapan hari ini tuh Susan, Mas, Mba.” Mbok Minah berkata dengan suara kecil.Renata jelas mendengarnya dan dia mencuri pandang pada kunyahan suaminya yang melambat. Seperti baru saja menyadari ada hal yang tak biasa yang bisa dilakukan Susan. Ternyata, hal itu tidak membuat hati Renata sakit sama sekali.“Susan, sini duduk sarapan bareng sama kita,” ajak Renata dengan senyum tulus.“I-iya, Mba. Tapi, nanti aja deh. Aku masih kotor dari dapur, belum mandi. Aku nanti aja sarapannya,” tolak Susan dengan malu-malu.“Nggak apa-apa kok. Keringat pagi itu sehat dan makanan harus dimakan selagi masih hangat begini. Selesai makan, duduk bentar, baru deh kamu mandi biar segar dan tenang pikirannya,” terang Renata dengan nada yang sangat lembut dan bijaksana.Susan tidak berani mengiyakan permintaan Renata karena masih teringat dengan pertengkaran suami istri itu semalam karena kedatangannya ke rumah ini. Walaupun Susan tidak datang sebagai wanita kedua dalam rumah tangga mereka, ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Semua Demi dan Karena Cinta
Susan masih tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar dari mulut Evan. Betapa mudahnya pertanyaan penting seperti itu keluar dari mulut pria yang sudah beristri. Terlebih lagi, istrinya duduk di samping dirinya saat ini. Hal yang sangat tidak bisa dipercaya oleh Susan, bahkan Renata sendiri tidak merasa terkejut dan marah mendengar suaminya bertanya seperti itu pada wanita lain. Selain itu, Susan juga adalah wanita yang baru saja hadir dalam hidup mereka berdua. Bukan sengaja hadir sebagai orang ketiga, tapi mungkin takdir yang membuat mereka bertiga akhirnya bertemu saat ini. “Maaf, Mas Evan! Aku bukan perempuan seperti itu. Aku nggak akan merusak rumah tangga wanita lain hanya untuk membalas budi. Aku tau, Mas Evan udah menyelematkan aku dari lembah hitam yang selama ini menjerat kaki dan tubuhku, tapi bukan seperti ini juga caranya aku membalas kebaikan yang udah Mas Evan lakukan untukku,” cecar Susan dengan emosi yang meluap dan air mata yang menggenang di bola matanya yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-28
Baca selengkapnya
Tamu yang Kau Bawa.
“Ya Tuhan! Apa sebenarnya yang ada dalam pikiran mba Renata itu? Kenapa dia dengan mudahnya bicara seperti itu?” tanya Susan yang sudah kembali lagi ke dalam kamar tamu.Tadinya, dia ingin meminta maaf pada Renata karena sudah bicara terlalu kasar. Padahal, saat ini pun posisinya sedang menumpang di rumah wanita itu. Namun, belum sampai langkah kaki Susan ke meja makan, dia sudah mendengar semua yang diucapkan oleh Renata kepada mbok Minah tadi.Di meja makan, Renata masih tersedu sedu karena merasa tidak tahu lagi harus berbuat apa. Dia sudah merasakan titik terendah dalam hidupnya sebagai seorang wanita. Berharap pada wanita lain untuk bisa mengandung anak suaminya. Semuanya itu tentu saja tidak lah mudah, tapi dia terus mencoba untuk menanggung sakitnya sendiri dan hanya ingin memperlihatkan senyumannya.“Mbok Nah, aku ke kamar dulu. Aku mau bicara lagi sama mas Evan.”“Nanti aja, Mba. Sepertinya mas Evan juga lagi dalam suasana hati yang nggak baik sekarang. Nggak usah membahas ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-29
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status