Share

Mengandung Benih Bayaran Om Evan
Mengandung Benih Bayaran Om Evan
Penulis: icher

Dijadikan Hadiah.

Penulis: icher
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-05 17:58:39

“Sini, Sayang. Ayo sini dekat sama Om, Sayang.” Darius memanggil seorang gadis dengan sebutan sayang dan langsung tersenyum mesum.

Gadis itu berjalan terus sembari sesekali melirik ke belakang. Sepertinya ada seseorang yang mengawasinya di belakang sana. Yang membuat gadis itu terus saja merasa takut dan tidak nyaman.

“Siapa dia, Darius? Apa kamu memesan wanita penghibur?” tanya Evan setengah berbisik agar gadis itu tidak mendengar.

“Dia masih perawan, Evan. Apakah kamu nggak tertarik untuk mencobanya? Aku sengaja membawanya untuk kamu malam ini. Sebagai hadiah karena kamu udah memberikan aku kontrak kerja di Swiss bulan lalu,” ungkap Darius dengan tawa riang dan merangkul gadis yang berdiri di sisinya. Dia berdiri dengan sempoyongan tapi masih sempat menghidu dan menciumi pipi gadis itu.

Terlihat gadis itu sangat risih dengan perlakuan Darius. Apalagi tadi pria itu mengatakan bahwa gadis yang dibawanya ini masih perawan. Jadi, bisa saja gadis ini terpaksa atau di bawah paksaan orang lain untuk datang ke tempat ini.

Evan dan Darius adalah rekan bisnis yang baru saja selesai melakukan rapat dengan para pemegang saham. Mereka sengaja datang dari Indonesia ke Singapore untuk pertemuan itu. Namun, setelah pertemuan itu selesai, ternyata Darius mengajak Evan untuk bersantai di bar hotel yang akhirnya membuat Darius mabuk. 

“Maaf, Darius. Aku bukan pria yang suka celup sana sini. Sampai saat ini aku masih setia pada istriku,” tolak Evan dengan tegas karena dia memang tidak pernah kencan apalagi meniduri wanita lain ke mana saja dia pergi meski Renata tidak akan pernah tahu akan hal itu.

“Kalau kau tidak mau ... maka malam ini dia akan menjadi milikku! Aku akan bersenang-senang dengannya. Aku sangat suka bermain dengan perawan asal kamu tau, Van. Mereka sangat menggoda dan jerit tangis kesakitan itu semakin membuatku bersemangat,” ungkap Darius yang membuat gadis dalam rangkulannya itu menggeleng ketakutan. Ada bulir bening yang menetes dari sudut matanya saat mendengar Darius mengatakan semua itu.

Tangan Darius yang tidak bisa diam terus saja mencolek wajah dan tubuh gadis itu. Pakaiannya yang terbuka sudah semakin memancing gairah Darius malam ini. Evan tahu bahwa gadis ini sangat takut akan menjadi santapan Darius yang terkenal sangat kasar saat bermain dengan wanita panggilan. Dia kerap menyiksa wanita panggilan demi memuaskan hasratnya itu.

Ingin sekali rasanya Evan menolong gadis itu, tapi dia tidak tahu caranya bagaimana. Saat ini Evan mencoba berpikir keras agar Darius tidak melukai gadis itu dengan sangat buas. Namun, dia tidak tahu harus bagaimana menolongnya.

“Om, tolong aku. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong lepasin aku, Om.” Gadis itu meminta dengan nada memohon. Akan tetapi, suaranya masih dibuat sekecil mungkin seperti takut terdengar oleh orang lain di luar meja tempat Evan dan Darius duduk saat ini.

“Tenanglah, Sayang. Semuanya nggak akan sakit dan akan terasa enak saat rasa sakitnya hilang. Sakit sebentar untuk kenikmatan selamanya, tidak masalah bukan?” tanya Darius dan tertawa lebar.

“Jangan, Om. Tolong aku, Om.” Kini mata gadis itu menatap kepada Evan seperti dia tahu bahwa Evan adalah pria yang baik dan akan menolongnya.

Evan tidak ada pilihan lain lagi karena dia merasa kasian pada si gadis yang bahkan namanya saja dia masih tidak tahu. “Darius, apa benar gadis ini kamu pesan untukku? Kalau begitu, aku akan membawanya bersamaku malam ini. Terima kasih atas hadiah yang sangat mengesankan ini. Sepertinya nggak masalah sesekali mencoba daun muda yang masih perawan. Aku juga ingin mencoba rasa dan permainan yang baru. Sepertinya dia boleh juga,” ungkap Evan dan membuat gadis itu semakin takut.

Gadis itu seperti merasa baru saja keluar dari mulut buaya dan masuk dalam kandang singa. Dia semakin menggeleng ketakutan saat Evan menarik paksa pergelangan tangannya. Darius memberikan dengan suka rela dan tawa yang lepas.

“Tenanglah kalau kamu ingin tetap aman!” titah Evan dengan suara yang diredam seraya terus menarik tangan wanita itu menuju kamar tempat dia menginap di kamar hotel itu.

Gadis yang ditarik Evan itu terus saja meronta dan ketakutan dan berharap Evan berbelas kasih untuk melepaskan dirinya. Namun, semua sia-sia saat mereka sampai di dalam sebuah kamar hotel dan Evan menguncinya di dalam bersama dengan dirinya juga. Gadis itu sangat ketakutan dan tidak berani menatap ke mata Evan yang berusaha mengatur napasnya.

“Tolong, Om. Jangan sakiti aku, Om. Aku nggak mau melakukan semua itu, Om. Tolong biarkan aku pergi ....”

“Siapa namamu?” tanya Evan dengan nada datar.

“A-aku? Namaku Su-Susan, Om. Susan Perawanita,” jawabnya dengan gugup dan ketakutan.

“Susan? Apa yang kau lakukan di hotel ini kalau kau tidak mau melayani seorang pria hidung belang?” tanya Evan lagi yang masih ingin menyelediki gadis muda bernama Susan itu.

“Aku dipaksa, Om. Aku dipaksa oleh ayahku karena dia punya banyak hutang sama renternir.”

“Ayahmu? Maksudmu, dia menjualmu?” tanya Evan tak percaya.

“I-iya. Dia bahkan beberapa kali hampir memperkosaku saat mabuk. Tapi, aku berhasil melepaskan diri. Dia seorang pemabuk dan penjudi, yang membuat ibuku harus meninggal dalam penderitaan.”

“Jadi, kau hanya tinggal berdua dengannya saja sekarang?”

“Iya. Aku nggak punya saudara atau teman yang bisa membantuku pergi dari tempat ini. Kalau aku pergi, dia pasti bisa menemukan aku. Seperti malam ini, dia menjualku pada temanmu tadi dengan harga 50 juta,” terang Susan yang tampak jujur dan tidak sedang membohongi Evan.

Evan menarik napasnya dan membuangnya dengan kasar. Dia tidak menyangka di zaman seperti sekarang, masih saja ada orang tua biadab seperti ayah gadis ini. Bagaimana dia bisa menjual darah dagingnya sendiri pada pria hidung belang seperi Darius? Bagaimana dia juga bisa hampir memperkosa darah dagingnya sendiri saat mabuk?

Evan merasa sangat kasihan dan bersimpatik pada Susan, karena dia takut hal serupa terjadi pada keluarganya yang perempuan. Apalagi, Evan memang tipe orang yang mudah bersimpati walaupun dia terkesan cuek dan tidak pernah perhatian pada wanita lain selain hal-hal yang menyangkut tentang istrinya tercinta – Renata.

“Kamu nggak usah takut sama aku. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu,” ucap Evan akhirnya mencoba membujuk Susan dengan kata-kata seperti itu.

“Aku pernah mendengar kalimat itu, Om. Dan pada akhirnya saat aku mulai tenang, pria itu dengan kasarnya mencoba memperkosaku. Untuk saat itu istrinya menelpon dan dia langsung pergi karena anaknya masuk rumah sakit. Kalau nggak, aku nggak tau apa yang terjadi malam itu,” ungkap Susan yang memang tidak bisa langsung percaya dengan ucapan yang dilontarkan oleh Evan padanya itu.

“Jadi, kamu nggak percaya sama aku? Begitukah?” tanya Evan singkat.

Bab terkait

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Om Evan

    “Aku masih takut. Aku nggak bisa percaya sama siapapun saat ini kecuali pada Tuhanku!” jawabnya dan sekali lagi membuat hati Evan tersentuh secara batin.“Oke. Aku ngerti yang kamu rasain, karena memang kamu udah banyak mengalami hal yang buruk selama ini. Tapi, aku benar-benar nggak akan melakukan hal buruk atau keji sama kamu. Jadi, kamu bisa tetap tenang di kamar ini tanpa takut ayahmu atau Darius datang memintamu melayaninya. Kamu mau tinggal di kamar ini atau mau keluar aja?” tanya Evan dengan sengaja membuat Susan bingung.Dia tahu, Susan tidak mungkin memilih untuk keluar dan itu artinya dia sama saja mencari mati untuk dirinya sendiri. Karena di luar sudah menunggu ayahnya yang siap untuk menerima bayaran dari Darius. Atau ada Darius yang tadi tampak sudah sangat bersemangat ingin menyentuhnya.“A-aku ... aku nggak tau, Om. Mungkin, di dalam dan di luar sana sama aja,” jawab Susan ragu.“Sama dalam hal apa?”“Aku di sini atau keluar, akan sama-sama masuk dalam mulut buaya.”“K

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Tolong Bawa Aku Pergi!

    Susan dengan cepat sudah berganti pakaian dan berdiri kembali di tempat yang sejak tadi dia huni. Evan sungguh tidak mengerti lagi bagaimana harus meyakinkan Susan bahwa dia bukanlah pria yang jahat dan mesum seperti yang dibayangkan atau dipikirkan oleh gadis itu.“Berhentilah menatapku dengan tatapan seolah aku adalah seorang pria mesum atau penjahat kelamin seperti itu, Susan!” hardik Evan yang langsung membuat Susan tersentak.“Mas, tolong bawa aku pergi dari sini,” pinta Susan tiba-tiba saja dan membuat Evan yang baru saja akan berbaring di sofa menatapnya dengan heran.“Maksud kamu keluar dari hotel ini?” tanya Evan yang masih merasa ambigu dengan permintaan Susan.“Nggak! Bawa aku ke mana Mas pergi dan semua itu pasti bisa menyelamatkan hidupku,” jawab Susan dengan keyakinan penuh dan mata berkaca-kaca.Evan sungguh tidak percaya mendengar permintaan yang terlontar dari rongga mulut Susan saat ini. Apalagi, wanita itu meminta dan memohon kepadanya seolah dirinya adalah sang dew

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Bertemu Renata

    Pada akhirnya di sinilah sekarang Evan dan Susan berada. Mereka sudah mendarat dengan selamat karena Evan sudah membayarkan tiket untuk Susan. Dia hanya bercanda dengan menanyakan uang gadis itu, dan bagaimanapun Evan masih manusia biasa. Evan tidak tega jika Susan menjadi korban atau budak untuk memenuhi kebutuhan seks pria yang membelinya. Saat mereka sudah sampai di dalam bandara, dari kejauhan Evan melihat Renata melambaikan tangan padanya dengan senyuman yang sangat manis. Memang seperti itulah istrinya sejak dulu, selalu membuatnya dan memperlakukan dirinya bak seorang raja. Tidak pernah sekali pun Renata mengeluh tentang apapun yang Evan lakukan. Kekurangan Renata memang hanya masalah anak atau keturunan yang tidak akan pernah bisa dia berikan lagi kepada Evan. “Sayang ... aku kangen banget.” Renata bersorak dan berlari kecil ke arah Evan. Dengan gayanya yang khas dan sangat manja tentu saja. “Kamu pikir, kamu doang yang kangen? Aku juga kangen banget sama kamu,” balas Evan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Salah Paham.

    “Nggak ada bantahan lagi, Sayang. Kita pulang bertiga ke rumah sekarang juga. Kamu mau anterin kami atau kami pulang pake taksi aja nih?” tanya Renata yang jelas adalah sebuah ancaman secara tidak langsung kepada Evan. “Oke, kita pulang sekarang.” Evan menyerah. “Nah, gitu dong. Baru namanya suamiku tersayang dan paling pengertian.” Renata semakin melebarkan senyumannya saat ini dan kemudian menggandeng tangan Susan untuk ikut bersamanya. Kini, Renata berada di tengah antara Susan dan juga Evan – suaminya, tanpa dia tahu kebenaran kenapa Susan bisa datang bersama dengan Evan saat ini. Sebagai orang yang juga sangat mengenal Renata, tentu saja Evan tahu kalau sekarang bukanlah waktu yang pas. Mereka bertiga sampai di mobil dan saat ini Renata bersikeras meminta Susan duduk di depan bersanding dengan Evan yang akan menyetir mobilnya pulang. Namun, Susan cukup tahu diri dan tentu saja dia menolak permintaan Renata itu. Pada akhirnya, Renata tetap adalah orang yang duduk di samping Ev

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-09
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Canggung

    Setelah kepergian Evan yang menyusul istrinya itu, tentu saja Susan menjadi kebingungan. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Akan tetapi, dia teringat bahwa Evan sudah mengizinkannya dan memberikan hak padanya untuk menggunakan kamar tamu serta pakaian yang ada di dalam lemari. “Aku udah gerah banget memang. Ya udah deh, aku mandi dan segera ganti baju aja dulu. Mudah-mudahan ada yang cocok sama aku bajunya,” gumam Susan dan langsung membuka pintu kamar tamu dengan perlahan lahan. Susan tampak sedikit takut saat dia memasuki ruangan yang disebut oleh Evan sebagai kamar tamu itu. “Ya ampun, luas banget sih ruangannya? Ini beneran kamar untuk tamu? Trus kamar utamanya pasti lebih besar dari ini kan?” tanyanya seorang diri. Susan lalu menuju ke ranjang yang terlihat sangat empuk dan nyaman untuk ditiduri, dengan alas berwarna biru muda dan juga ruangan itu terasa sejuk karena dilengkapi dengan pendingin udara yang selalu menyala. Perlahan, Susan duduk di sisi ranjang dan beronj

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Masakan Susan

    “Itu sih memang udah kodratnya tamu, Mba. Tamu adalah raja kalau di rumah ini, Mba.”“Tapi, aku tetap akan bantu Mbok Nah. Aku nggak tau lagi harus ngapain, Mbok Nah. Aku udah biasa kerja setiap bangun tidur subuh hari dan kalau nggak kerja saat pagi, aku akan merasa lemas sepanjang hari,” jelas Susan yang sebanarnya hanyalah kebohongan saja agar dia diberikan izin untuk ikut membantu di dapur pagi ini oleh mbok Minah. Siapa sangka, triknya itu sangat berhasil kali ini.“Benarkah begitu, Nak? Kalau begitu, kamu harus bekerja agar tubuhmu tetap sehat dan bugar.”“Tentu saja, Mbok Nah. Terima kasih karena sudah memahamiku.”“Sama-sama. Apa yang ingin Mbak Susan lakukan?”“Mbok Nah panggil aku Susan aja deh, nggak usah panggil pake mba gitu. Aku justru senang saat tadi Mbok Nah manggil aku dengan kata ‘nak’.” Susan berkata dengan jujur.Mbok Minah melihat jelas raut kejujuran di wajah Susan saat ini dan sepertinya wanita itu berasal dari kelurga yang tidak harmonis atau kurang kasih saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Panggil Mas Evan Aja!

    “Yang masak sarapan hari ini tuh Susan, Mas, Mba.” Mbok Minah berkata dengan suara kecil.Renata jelas mendengarnya dan dia mencuri pandang pada kunyahan suaminya yang melambat. Seperti baru saja menyadari ada hal yang tak biasa yang bisa dilakukan Susan. Ternyata, hal itu tidak membuat hati Renata sakit sama sekali.“Susan, sini duduk sarapan bareng sama kita,” ajak Renata dengan senyum tulus.“I-iya, Mba. Tapi, nanti aja deh. Aku masih kotor dari dapur, belum mandi. Aku nanti aja sarapannya,” tolak Susan dengan malu-malu.“Nggak apa-apa kok. Keringat pagi itu sehat dan makanan harus dimakan selagi masih hangat begini. Selesai makan, duduk bentar, baru deh kamu mandi biar segar dan tenang pikirannya,” terang Renata dengan nada yang sangat lembut dan bijaksana.Susan tidak berani mengiyakan permintaan Renata karena masih teringat dengan pertengkaran suami istri itu semalam karena kedatangannya ke rumah ini. Walaupun Susan tidak datang sebagai wanita kedua dalam rumah tangga mereka, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Semua Demi dan Karena Cinta

    Susan masih tidak percaya dengan yang baru saja dia dengar dari mulut Evan. Betapa mudahnya pertanyaan penting seperti itu keluar dari mulut pria yang sudah beristri. Terlebih lagi, istrinya duduk di samping dirinya saat ini. Hal yang sangat tidak bisa dipercaya oleh Susan, bahkan Renata sendiri tidak merasa terkejut dan marah mendengar suaminya bertanya seperti itu pada wanita lain. Selain itu, Susan juga adalah wanita yang baru saja hadir dalam hidup mereka berdua. Bukan sengaja hadir sebagai orang ketiga, tapi mungkin takdir yang membuat mereka bertiga akhirnya bertemu saat ini. “Maaf, Mas Evan! Aku bukan perempuan seperti itu. Aku nggak akan merusak rumah tangga wanita lain hanya untuk membalas budi. Aku tau, Mas Evan udah menyelematkan aku dari lembah hitam yang selama ini menjerat kaki dan tubuhku, tapi bukan seperti ini juga caranya aku membalas kebaikan yang udah Mas Evan lakukan untukku,” cecar Susan dengan emosi yang meluap dan air mata yang menggenang di bola matanya yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Kamu Ikut Denganku!

    Sarah baru sadar bahwa Renata ada di sana dan membuatnya menjadi sedikit canggung. Renata hanya tersenyum kaku saat ditatap tak enak hati oleh Sarah. Begitu pula dengan Evan yang merasa bahwa ibunya itu sudah menyakiti hati dan perasaan Renata secara tidak sengaja.“Maafkan Mami, ya Sayang. Mami nggak bermaksud menyinggung kamu dan mengabaikan kamu. Mami hanya kasian sama Susan, dia kan senndirian sekarang dan kondisinya juga sedang hamil seperti kamu. Jadi, kita keluarganya sekarang supaya dia tetap semangat,” jelas Sarah kepada Renata dan memang terlihat sedikit gurat perasaan bersalah di wajah wanita paruh baya itu.“Nggak apa-apa kok, Mi. Aku juga udah bilang seperti itu sebelumnya sama Susan. Dia boleh anggap kami semua ini sebagai keluarganya.” Renata berkata dengan bijak dan tidak marah sama sekali.“Iya, Nak. Bagus kalau kamu mempunyai pemikiran seperti itu dan memang biasanya kalau wanita hamil akan peka terhadap perasaan wanita hamil lainnya. Jadi, Mami salut banget sama pem

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Selalu Ada Untukmu!

    “Baru trimester pertama, Bu.” Susan menjawab dengan singkat dan senyuman yang canggung.“Oh gitu, ya. Berarti sama dengan usia kehamilan Renata,” ucap Sarah lagi dan berusaha menepis perasaan aneh atau curiganya saat tadi menyentuh perut Susan.“Iya, Bu. Memang usia kehamilan kami sepertinya sama,” kata Susan dengan senyum canggung.“Nggak usah takut dan malu-malu sama saya. Saya ini maminya Evan dan kamu boleh panggil mami juga sama saya. Nggak usah panggil ibu lagi, ya.” Sarah berkata dengan sangat ramahnya kepada Susan dan hal itu tentu saja membuat Renata sedikit cemburu.Walaupun pada dasarnya dia memang ingin mencurikan simpati Sarah untuk Susan, agar Sarah tidak terlalu fokus pada kehamilan palsunya itu. Namun, tetap saja saat semua terjadi di depan mata kepalanya sendiri Renat merasa cemburu akan hal itu.Evan sudah bisa melihat gelagat cemburu dari istrinya itu dan mulai bergerak ke kursi tempat di mana Renata duduk bersama dengan Sarah saat ini. Akan tetapi, saat Sarah melih

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Sarah Bertemu Susan

    “Oh dia ... dia istri temannya mas Evan, Ma. Dan sekarang dia udah jadi janda ...,” ucap Renata menjawab pertanyaan Sarah dengan membawa ekspresi sedih yang dibuat-buat.“Hah? Teman Evan yang mana? Kamu punya teman yang udah meninggal, Van? Kok Mami nggak tau?” tanya Sarah pula beralih kepada Evan yang berada di sisi Renata.“Eh, i-iya, Ma. Teman aku waktu masih SMA dulu dan dia memilih untuk jadi abdi negara. Tapi, sayangnya dia gugur di medan pertempuran dan sekarang istrinya menjanda dan juga lagi hamil, sama seperti Rena.” Evan untuk pertama kalinya bicara panjang lebar untuk menjelaskan semua hal yang tentu saja adalah kebohongan itu kepada SarahSelama ini Evan terkenal dengan sebutan pria yang bersikap dingin dan tidak banyak bicara. Memang seperti itulah Evan, dan dia tidak terlalu suka banyak bicara dalam hal apapun. Sarah sangat hafal dengan sikap dan kebiasaan putranya itu.Jadi, saat dia mendengar Evan berbicara seperti tadi tentu saja membuat Sarah tahu bahwa putranya jug

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Percayakan Pada Kami

    “Mami! Kenapa nanya gitu sama Renata? Mami melukai hati istriku!” tegur Evan lagi dan kini berpindah ke sisi Renata.Dia merangkul tubuh istrinya yang tampak sedih dan mata Renata bahkan sudah berkaca-kaca. Walaupun dia berpura-pura hamil saat ini di depan Sarah, tetap saja sebenarnya dia tidak akan pernah bisa mengandung lagi. Jadi, pertanyaan yang dilemparkan Sarah kepadanya itu terasa begitu menyakitkan dan juga mengoyak ngoyak perasaannya saat ini.“Sayang ... nggak usah diambil hati, ya ucapan mami. Mami hanya kaget dan merasa syok, soalnya kan selama ini kita udah berjuang keras untuk bisa mendapatkan keturunan.” Evan berusaha untuk menghibur hati dan perasaan Renata yang sudah jelas merasa kacau berat sekarang ini.“Nggak apa-apa, Mas. Aku ngerti kok kalau Mami masih nggak percaya sama kehamilan aku ini. Mudah-mudahan nanti anak ini lahir mirip banget sama kamu, ya Mas. Jadi, Mami nggak meragukan lagi bayi dalam kandunganku ini,” ungkap Renata dengan nada sedih di depan Sarah.

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Beneran Bisa Hamil?

    Setelah memberikan arahan kepada Susan, Renata pun turun ke bawah dan mempersiapkan jamuan untuk ibu mertuanya yang akan datang dan menginap. Tentu saja mbok Minah sudah membantunya membersihkan rumah yang memang selalu sudah dalam keadaan rapi dan bersih.“Mbok Nah udah masak apa di dapur?” tanya Renata yang duduk di ruang keluarga, di atas sebuah sofa empuk berwarna merah hati.“Mbok Nah lagi bikin sambalado tanak gitu, Mba. Soalnya bu Sarah kan suka itu banget dari dulu.”“Oh iya. Apa kebetulan semua bahan ada di kulkas, ya Mbo?” tanya Renata lagi.“Iya, Mba. Kebetulan semua bahan ada karena kemarin kan mas Evan abis belanja online juga sama yang biasa nganter ke rumah. Tapi, tadi Mbok Nah tambahin telor puyuh aja biar enak dan ada lauknya selain campuran teri dan kawan-kawannya di sana.” Mbok Minah menjelaskan hal itu kepada Renata dengan sangat detail.Renata tidak mendapatkan info dari Evan bahwa ibunya akan datang dan menginap. Sebenarnya, Renata merasa kesal kepada Evan karena

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Mengatakan Kebohongan

    “Bu Sarah itu maminya mas Evan, berarti itu mertuanya Nak Susan juga sekarang. Tapi ... tetap nggak boleh dikasih tau, ya.” Mbok Minah berkata dengan wajah yang sendu setelah sempat bersemangat.“Maminya mas Evan? Jadi, dia mau datang ke sini, Mbok Nah?” tanya Susan yang jujur saja merasa kaget dengan kabar kedatangan ibu mertua Renata itu.“Iya, Nak. Beliau udah ada di Bandara sekarang. Biasanya kalau datang, beliau akan menginap seminggu paling lama di sini,” jelas mbok Minah kepada Susan pula.“Menginap seminggu di sini? Terus, aku gimana, dong Mbok Nah? Apa aku harus sembunyi selama seminggu sampai maminya mas Evan pulang?”“Itu yang Mbok Nah belum tau, Nak. Gimana kalau kita tunggu aja keputusan dari mba Renata atau mas Evan? Biar lebih jelas dan nggak salah ambil langkah.”“Mbok Nah benar. Aku siap kalau harus pergi dulu dari rumah ini selama maminya mas Evan menginap. Kalau sembunyi di dalam rumah doang selama seminggu, aku nggak mau, Mbok!”Susan terus terang saja kepada mbok

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Benih Om Evan

    “Oke kalau gitu, Mba. Aku pegang janji Mba dan aku pasti akan tagih saat waktunya tiba nanti,” kata Susan dengan suara yang terdengar penuh tekad.Renata tidak menanggapinya terlalu serius karena dia tahu tidak ada yang lebih diinginkan seorang wanita dengan kehidupan miris seperti Susan itu kecuali uang. Bukan maksud hati Renata untuk merendahkan derajat Susan, tapi kebanyakan wanita yang dia temui memang mengidolak uang dan uang di atas segala-galanya untuk dijadikan sebagai permintaan atau persyaratan utama.Jadi, untuk saat ini pun dia sudah bisa menebak apa yang akan diminta Susan ketika anak dalam kandungannya itu sudah lahir. Susan pasti butuh biaya dan juga banyak sekali uang untuk pergi dari hidupnya dan Evan. Gadis dengan latar belakang keluarga tidak mampu itu tentu butuh modal banyak untuk bisa terus melanjutkan hidupnya setelah pergi dan keluar dari keluarga Evan.“Sekarang, kamu ikuti aturan mainnya dan lakukan semua dengan baik. Bisa?” tanya Renata dengan suara pelan ta

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Anak Kita?

    Renata tertegun mendengar pertanyaan dari Evan dan tidak menduga kalau pria itu akan bertanya seperti itu. Bagi Renata, dia sudah melakukan semua yang terbaik sejak awal dan sekarang mereka sudah mendapatkan hasil yang diinginkan.“Aku juga akan bantu merawat dia, Mas. Dia kan tinggal di sini, jadi nggak mungkin aku cuek aja sama dia.” Renata menjawab dengan senyum ramah.“Merawat dia bagaimana?” tanya Evan sekali lagi.“Aku akan membantu meringankan tugas kamu sebagai seorang suami lah, Mas. Kamu kan juga harus kerja dan nggak bisa selalu ada untuk Susan. Makanya aku yang akan gantiin kamu selama kamu bekerja.”“Terus, kalau aku udah pulang kerja gimana?”“Saatnya kamu yang mengurus dia dan memenuhi semua yang dia mau, Sayang. Kita harus kerja sama karena anak itu nantinya juga akan menjadi anak kita.”“Kamu yakin itu akan jadi anak kita nantinya? Gimana kalau tiba-tiba aja nanti Susan nggak mau menyerahkan anak itu untuk kita?” tanya Evan yang terdengar tidak terlalu serius bertanya

  • Mengandung Benih Bayaran Om Evan   Bukannya Kita?

    “Kamu ngomong apa sih, Sayang? Aku nggak ada maksud untuk membawa serius pernikahan dengan Susan saat ini!” tegas Evan kepada Renata.“Kita nggak ada bisa menebak apa yang akan dan bisa terjadi di kemudian hari, Mas.”“Maksudnya, kamu berharap kalau perasaanku ke Susan berubah jadi sungguhan, begitu?” tanya Evan dengan nada penuh penekanan di akhir kalimatnya itu.Renata tidak bisa menjawab lagi karena sebenarnya dia tidak pernah mengharapkan hal itu sama sekali. Hanya saja, dari cara dan sikap Evan yang tampak aneh itu jelas bisa dibaca oleh Renata. Namun, tetap dia tidak ingin mempertegasnya terlalu cepat karena bagaimanapun juga saat ini Renata masih teramat sangat mencintai suaminya itu.Hal yang nekad dan begitu menguji keimanan, kesabaran, keikhlasan, dan juga ketabahan ini harus dia jalani karena rasa cintanya yang begitu besar terhadap Evan pada awalnya. Renata tidak ingin bercerai dan berpisah dari pria yang sudah sepuluh tahun menjadi suaminya itu.Semua hal yang dia takutka

DMCA.com Protection Status