Share

Bab 3

Penulis: Lalita
Saat dalam perjalanan pulang, setelah ragu cukup lama, Rhea mengirimkan pesan kepada Arieson yang sudah ada dalam kontak pertemanannya selama tiga tahun, tetapi tidak pernah saling bertukar pesan dengannya itu.

"Paman ... bisakah Paman memegang kejadian malam ini nggak pernah terjadi? Saat itu, aku benar-benar sudah mabuk dan salah masuk kamar."

Setelah menunggu sangat lama, dia tidak memperoleh pesan balasan dari Arieson.

Rhea mengerutkan keningnya dan mengirimkan sebuah pesan lagi.

Kali ini, dia hanya mengirimkan sebuah tanda tanya.

Namun, begitu pesan dikirim, muncul sebuah tanda seru berwarna merah, disertai sebuah pesan elektronik.

"Dibutuhkan persetujuan dari pengguna ini terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengirim pesan padanya. Saat ini, Anda masih bukan temannya ...."

Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat. 'Dia bahkan sudah menghapus kontak pertemananku. Seharusnya dia nggak ingin mengungkit hal itu lagi, 'kan?'

Setelah berpikir demikian, akhirnya Rhea bisa menghela napas lega.

Saat dia pulang ke rumah, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat pagi.

Begitu dia membuka pintu, dia melihat Jerico sedang duduk di sofa.

Mendengar suara pintu terbuka, dia segera menoleh. Saat melihat Rhea, sorot matanya tampak memerah. Sangat jelas bahwa dia juga tidak tidur semalaman.

"Sayang, semalam kamu pergi ke mana? Aku sudah meneleponmu sebanyak belasan kali, mengapa kamu nggak menjawab panggilan teleponku?"

Jerico segera bangkit dan berjalan menghampiri Rhea dengan cepat. Dia mengulurkan lengannya, ingin menggenggam tangan Rhea. Namun, Rhea segera menghindari sentuhannya.

Dia tertegun sejenak. Saat dia hendak berbicara, Rhea berkata dengan ekspresi dingin, "Oh? Jadi, hanya kamu yang boleh semalaman nggak pulang, sedangkan aku nggak boleh?"

Kepribadian Rhea sangat baik. Selama delapan tahun bersama, dia sangat jarang marah. Ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengan Jerico dengan nada bicara dingin seperti itu.

Menyadari ada yang tidak beres dengan suasana hati Rhea, bahkan mata istrinya juga tampak sedikit memerah dan membengkak, Jerico mengalihkan pandangannya, lengannya yang terulur juga ditariknya kembali perlahan-lahan.

"Kamu sudah tahu, 'kan?"

Nada bicaranya sangat tenang, sama sekali tidak terdengar adanya gejolak emosi atau perasaan panik, seolah-olah dia sudah menebak kejadian seperti ini akan terjadi suatu hari nanti.

Melihat sama sekali tidak ada ekspresi bersalah di wajah pria itu, akhirnya berbagai emosi yang bergejolak di dalam hati Rhea pun meledak.

Dia mengangkat tas tangannya dan memukuli pria itu, sorot matanya tampak memerah seperti orang yang sudah gila.

Kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh pria itu untuk dirinya dulu, momen-momen bahagia yang telah mereka lalui bersama, semuanya itu hancur saat semalam dia melihat pria itu bersama dengan wanita lain di atas ranjang. Mereka tidak akan bisa kembali seperti dulu lagi.

"Jerico, bagaimana kamu bisa melakukan hal yang menjijikkan seperti itu?! Kalau kamu sudah nggak mencintaiku lagi, kamu bisa bercerai denganku! Mengapa kamu memperlakukanku seperti ini?!"

Awalnya, dia mengira tidak mungkin akan ada orang ketiga dalam hubungan mereka selamanya. Namun, realita memberinya sebuah tamparan yang keras.

Dia seakan-akan baru tersadar dari ilusi yang digambarkan oleh pria itu selama ini. Kenyataan pahit ini juga membuat rasa cintanya yang masih begitu membara terhadap pria itu terkesan sangat konyol.

Melihat matanya yang memerah, dada Jerico terasa sesak. Dia menarik wanita di hadapannya itu ke dalam pelukannya.

"Rhea, maafkan aku ...."

Rhea langsung mendorong pria itu. Dia ingin tertawa, tetapi bulir-bulir air mata terus bercucuran membasahi wajahnya.

"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!"

"Apa begitu sulit menjaga ikrar pernikahan kita?"

"Setelah menikah denganmu, aku bukannya nggak pernah bertemu dengan pria yang unggul, juga bukannya nggak ada pria yang menunjukkan ketertarikan terhadapku. Tapi, aku nggak pernah melakukan sesuatu di luar batasan. Aku bisa melakukannya, mengapa kamu nggak?"

Melihat sorot mata kekecewaan dan amarah di mata indah wanita itu, Jerico mengepalkan tangannya dengan erat.

"Rhea, aku hanya mencintaimu seorang .... Bersamanya hanyalah ... suatu kejadian nggak terduga ...."

Sangat jelas penjelasannya tidak cukup kuat, bahkan membuat Rhea merasa penjelasan itu sangat konyol dan menjijikkan baginya.

"Oh? Kalau aku dengar-dengar dari ucapanmu, aku juga bisa tidur dengan sembarang pria, lalu memberitahumu itu hanyalah suatu kejadian nggak terduga. Walau tubuhku melakukan perselingkuhan, hatiku hanya ada kamu seorang. Apa seperti ini maksudmu?"

Kilatan dingin melintas di mata Jerico, dia berkata dengan penuh penekanan, "Kalau kamu berani melakukan hal seperti itu, aku akan menghabisimu dan pria itu di atas ranjang!"

Melihat sorot mata dingin pria itu, Rhea hanya merasakan aura dingin menyelimuti hatinya.

Ternyata pria itu juga tahu mengkhianatinya adalah suatu hal yang tidak bisa dimaafkan, tetapi pria itu masih saja mengkhianatinya.

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Apa kamu masih ingat kata-kata yang kuucapkan padamu saat kamu melamarku?"

Saat itu, Rhea mengatakan kalau suatu hari nanti, Jerico mengkhianatinya, dia tidak akan memaafkan pria itu, melainkan hanya akan meninggalkan pria itu.

Ekspresi Jerico langsung berubah. "Aku nggak akan melepaskanmu!"

Rhea menyeka air mata di sudut matanya, lalu berkata dengan ekspresi mengejek dan menatap pria itu dengan sorot mata penuh kebencian, "Baik kamu setuju maupun nggak, aku sudah mengambil keputusan. Aku akan bercerai denganmu, kamu nggak layak dimaafkan."

Selesai berbicara, tanpa menunggu tanggapan dari pria itu, Rhea langsung berjalan melewatinya dan berjalan naik ke lantai atas.

Jerico menatap punggung Rhea dengan lekat, sorot matanya sangat muram.

Setelah kembali ke kamar, Rhea langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi. Dia sudah tidak tahan dengan aroma alkohol yang menyelimuti tubuhnya.

Saat dia sedang menyabuni tubuhnya dan menundukkan kepalanya, dia mendapati ada bekas kemerahan di dadanya. Secara refleks, pergerakan tangannya terhenti.

Saat itu juga, ingatan tangan seseorang menelusuri tubuhnya muncul kembali dalam benaknya. Dia mengerutkan keningnya, lalu menggosok-gosok bekas kemerahan itu beberapa kali dengan handuk hingga sekeliling bekas kemerahan itu juga memerah, dia baru berhenti.

Seolah-olah hanya dengan cara seperti itu, dia baru bisa menghilangkan bekas yang ditinggalkan oleh orang itu di tubuhnya.

Selesai mandi dan berjalan keluar dari kamar mandi, Rhea melihat Jerico duduk di atas ranjang dan tampak sedang menundukkan kepala seperti memikirkan sesuatu. Dia mengerutkan keningnya dan menganggap keberadaan pria itu tidak ada.

Lagi pula, tidak lama lagi mereka akan bercerai.

Begitu mendengar suara langkah kaki, Jerico mengangkat kepalanya. Saat itu juga, dia melihat Rhea yang berbalut handuk berjalan keluar.

Rambut panjang wanita itu yang masih setengah basah tersampir di punggungnya, bahkan masih tampak meneteskan air. Baru selesai mandi, wajah wanita itu tampak memerah, memancarkan aroma harum yang menggoda. Bokong montoknya tertutupi handuk, mengekspos kaki jenjang mulusnya. Pemandangan seperti itu tentu saja mudah membuat orang berpikiran liar.

Dalam sekejap, napas Jerico menjadi berat, pandangannya seolah sudah terpaku pada tubuh Rhea.

Rhea tidak menyadari perubahan dalam diri pria itu. Dia berjalan ke arah lemari pakaian. Saat dia hendak mengambil piama, tiba-tiba tangan seseorang melingkari tubuhnya dari belakang.

"Rhea ...."

Suara pria itu terdengar serak-serak basah, sangat jelas bahwa dia sedang sangat bergairah.

Tadi, saat berada di lantai bawah, setelah Rhea pergi, Jerico sedang memikirkan bagaimana caranya agar wanita itu berubah pikiran.

Setelah berpikir cukup lama, satu-satunya cara yang tebersit dalam benaknya untuk mempertahankan Rhea di sisinya adalah dengan memiliki seorang anak dengan wanita itu.

Tujuannya naik ke lantai atas adalah ingin membicarakan hal ini kepada Rhea. Dia ingin mengambil langkah pelan tapi pasti. Namun, melihat pemandangan Rhea yang baru selesai mandi ini, tiba-tiba dia tidak bisa menahan dirinya lagi.

Dulu, sosok Jerico yang seperti ini, akan membuat gairahnya juga ikut bergejolak. Namun, Jerico yang sekarang hanya membuatnya merasa jijik.

Dia berbalik, mendorong pria itu. Sorot mata penuh kebencian dan jijik tampak jelas di matanya.

"Jangan menyentuhku, kamu sangat kotor."

Kilatan sedih melintas di mata Jerico. Dia menganggap tangan wanita di hadapannya, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Bukankah selama ini kamu menginginkan seorang anak? Mari kita punya anak sekarang juga, oke?"

Melihat ekspresi pria itu, seolah-olah memiliki anak bersama adalah hal yang wajar setelah pengkhianatan yang dilakukannya, Rhea langsung menepis tangan pria itu.

"Itu dulu. Mungkin kelak aku akan punya anak, tapi nggak mungkin anakmu."

Ucapan Rhea menyulut amarah Jerico. Dia langsung menarik tangan wanita itu, melemparnya ke tempat tidur, lalu naik di atas tubuhnya.

"Coba kamu ulangi sekali lagi!"

Melihat sorot mata penuh amarah pria itu, Rhea sama sekali tidak peduli.

"Mau kuulangi berapa kali pun tetap sama. Sekarang melihatmu saja sudah membuatku jijik. Kamu memintaku untuk melahirkan anak untukmu? Aku lebih memilih mati."

Begitu dia selesai berbicara, dia langsung dicium oleh Jerico dengan ganas.
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Jilly Pangemanan
menggelikan
goodnovel comment avatar
Melva Edri Helena
cerita nya sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 4

    Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah."Hmmphhhh ... lepaskan ...."Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, a

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

Bab terbaru

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 143

    Sepulang kerja, Rhea naik taksi ke kediaman lama Keluarga Thamnin.Begitu pelayan membawanya masuk ke ruang tamu, Nyonya Besar Thamnin langsung berkata dengan dingin, "Berlutut!"Rhea menghentikan langkah kakinya, menatap Nyonya Besar Thamnin dengan ekspresi datar."Nenek, kesalahan apa yang sudah kulakukan sampai harus berlutut?"Siska yang duduk di samping Nyonya Besar Thamnin, mencibir. Nada bicara menyindir terdengar jelas dalam ucapannya."Bisa-bisanya kamu menanyakan kesalahan apa yang telah kamu lakukan?! Mengapa semalam kamu memaksa Nona Maudi untuk berlutut di hadapanmu di depan begitu banyak orang? Coba kamu pikirkan sendiri, apa identitasmu dan apa identitas Nona Maudi.""Pagi hari ini, Perusahaan Farmasi Haion dan Grup Tessa sudah membatalkan kerja sama dengan Grup Thamnin, menyebabkan Grup Thamnin kehilangan triliunan. Para pemegang saham lainnya sangat nggak puas pada Jerico, mengadakan rapat dewan direksi, bersiap untuk menurunkannya dari posisi manajer umum. Dasar pemba

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 142

    "Kalau aku sudah nggak mencintaimu lagi, apa kamu bersedia untuk melepaskanku?"Sorot mata Jerico langsung berubah menjadi dingin. "Nggak.""Kalau begitu, apa artinya kamu menanyakan hal itu? Lagi pula, bukankah kamu yang menggunakan ayahku untuk mengancamku pindah kembali?"Menatap sorot mata tenang Rhea, Jerico tertawa seperti sedang mengejek dirinya sendiri, lalu mengalihkan pandangannya dan tidak berbicara lagi.Memang benar, dia yang memaksa wanita itu untuk kembali.Lagi pula, sejak hari dia berselingkuh, seharusnya dia sudah bisa menduga akan ada hari ini. Hanya saja, dia terlalu percaya diri. Dia mengira Rhea mencintainya, saking mencintainya wanita itu bersedia untuk memaafkannya.Tidak ada yang berbicara lagi, suasana di antara mereka hening. Tak lama kemudian, sopir sudah melajukan mobil kemari."Naiklah."Rhea menundukkan kepalanya dan melirik ponselnya sekilas. Karena belum menemukan pengemudi, dia pun memutuskan untuk membatalkannya.Sepanjang perjalanan pulang, mereka be

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 141

    Kilatan sedingin es melintasi mata Andre. Jadi, Maudi sudah dimanfaatkan oleh Jeni?Walaupun dia tidak menyetujui tindakan Maudi, tetapi bagaimanapun juga, wanita itu melakukan hal seperti itu demi dirinya."Kelak jangan melakukan hal seperti ini lagi. Gaya bertindak Arieson sangat aneh, dia menghadapi siapa saja tanpa pandang bulu. Kalau melawannya, hanya akan rugi."Melihat Andre memasang ekspresi muram, Maudi menggigit bibir bawahnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Andre ... jelas-jelas hari ini Nona Rhea sama sekali nggak terluka. Selama aku meminta maaf, masalah ini sudah bisa dianggap selesai ....""Tapi, Nona Rhea malah nggak bersedia melepaskanku. Mungkinkah karena ... Nona Weni?"Andre menyipitkan matanya, lalu berkata dengan dingin, "Maksudmu, dia sedang membantu Weni melampiaskan kekesalan?""Selain kemungkinan ini, aku nggak bisa memikirkan alasan lain mengapa dia enggan melepaskanku."Rhea dan Weni adalah teman baik, ditambah lagi Weni salah paham mengenai hubungannya den

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 140

    Dimaki oleh Arieson seperti itu, tangan di kedua sisi tubuh Jerico pun terkepal erat. Kilatan amarah melintas di matanya."Paman, Rhea adalah istriku, kamu nggak berhak atur-atur aku!"Arieson mencibir dan berkata, "Bahkan Andre saja masih tahu untuk maju melindungi Maudi. Sedangkan kamu? Kamu nggak hanya sudah berselingkuh, juga seorang pengecut. Aku benar-benar nggak mengerti bagaimana Keluarga Thamnin bisa punya keturunan sepertimu."Jerico menggertakkan giginya, lalu berkata dengan dingin, "Paling nggak, aku nggak mengincar istri orang lain.""Oh, begitu, ya? Percaya atau nggak, aku bisa membuat kalian bercerai besok."Dia tidak bertindak sesuai keinginannya hanya karena ingin menghormati Rhea. Dia ingin menunggu wanita itu memikirkan segala sesuatu dengan jelas, saat itulah dia akan membantu wanita itu.Ekspresi tajam terlihat menghiasi wajah Jerico. Tentu saja dia tahu Arieson memiliki kemampuan ini. Biarpun pamannya itu ingin langsung merebut Rhea dari sisinya saat ini, dia juga

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status