Share

Bab 3

Author: Lalita
Saat dalam perjalanan pulang, setelah ragu cukup lama, Rhea mengirimkan pesan kepada Arieson yang sudah ada dalam kontak pertemanannya selama tiga tahun, tetapi tidak pernah saling bertukar pesan dengannya itu.

"Paman ... bisakah Paman memegang kejadian malam ini nggak pernah terjadi? Saat itu, aku benar-benar sudah mabuk dan salah masuk kamar."

Setelah menunggu sangat lama, dia tidak memperoleh pesan balasan dari Arieson.

Rhea mengerutkan keningnya dan mengirimkan sebuah pesan lagi.

Kali ini, dia hanya mengirimkan sebuah tanda tanya.

Namun, begitu pesan dikirim, muncul sebuah tanda seru berwarna merah, disertai sebuah pesan elektronik.

"Dibutuhkan persetujuan dari pengguna ini terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengirim pesan padanya. Saat ini, Anda masih bukan temannya ...."

Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat. 'Dia bahkan sudah menghapus kontak pertemananku. Seharusnya dia nggak ingin mengungkit hal itu lagi, 'kan?'

Setelah berpikir demikian, akhirnya Rhea bisa menghela napas lega.

Saat dia pulang ke rumah, jam sudah menunjukkan pukul enam lewat pagi.

Begitu dia membuka pintu, dia melihat Jerico sedang duduk di sofa.

Mendengar suara pintu terbuka, dia segera menoleh. Saat melihat Rhea, sorot matanya tampak memerah. Sangat jelas bahwa dia juga tidak tidur semalaman.

"Sayang, semalam kamu pergi ke mana? Aku sudah meneleponmu sebanyak belasan kali, mengapa kamu nggak menjawab panggilan teleponku?"

Jerico segera bangkit dan berjalan menghampiri Rhea dengan cepat. Dia mengulurkan lengannya, ingin menggenggam tangan Rhea. Namun, Rhea segera menghindari sentuhannya.

Dia tertegun sejenak. Saat dia hendak berbicara, Rhea berkata dengan ekspresi dingin, "Oh? Jadi, hanya kamu yang boleh semalaman nggak pulang, sedangkan aku nggak boleh?"

Kepribadian Rhea sangat baik. Selama delapan tahun bersama, dia sangat jarang marah. Ini adalah pertama kalinya dia berbicara dengan Jerico dengan nada bicara dingin seperti itu.

Menyadari ada yang tidak beres dengan suasana hati Rhea, bahkan mata istrinya juga tampak sedikit memerah dan membengkak, Jerico mengalihkan pandangannya, lengannya yang terulur juga ditariknya kembali perlahan-lahan.

"Kamu sudah tahu, 'kan?"

Nada bicaranya sangat tenang, sama sekali tidak terdengar adanya gejolak emosi atau perasaan panik, seolah-olah dia sudah menebak kejadian seperti ini akan terjadi suatu hari nanti.

Melihat sama sekali tidak ada ekspresi bersalah di wajah pria itu, akhirnya berbagai emosi yang bergejolak di dalam hati Rhea pun meledak.

Dia mengangkat tas tangannya dan memukuli pria itu, sorot matanya tampak memerah seperti orang yang sudah gila.

Kebaikan-kebaikan yang diberikan oleh pria itu untuk dirinya dulu, momen-momen bahagia yang telah mereka lalui bersama, semuanya itu hancur saat semalam dia melihat pria itu bersama dengan wanita lain di atas ranjang. Mereka tidak akan bisa kembali seperti dulu lagi.

"Jerico, bagaimana kamu bisa melakukan hal yang menjijikkan seperti itu?! Kalau kamu sudah nggak mencintaiku lagi, kamu bisa bercerai denganku! Mengapa kamu memperlakukanku seperti ini?!"

Awalnya, dia mengira tidak mungkin akan ada orang ketiga dalam hubungan mereka selamanya. Namun, realita memberinya sebuah tamparan yang keras.

Dia seakan-akan baru tersadar dari ilusi yang digambarkan oleh pria itu selama ini. Kenyataan pahit ini juga membuat rasa cintanya yang masih begitu membara terhadap pria itu terkesan sangat konyol.

Melihat matanya yang memerah, dada Jerico terasa sesak. Dia menarik wanita di hadapannya itu ke dalam pelukannya.

"Rhea, maafkan aku ...."

Rhea langsung mendorong pria itu. Dia ingin tertawa, tetapi bulir-bulir air mata terus bercucuran membasahi wajahnya.

"Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!"

"Apa begitu sulit menjaga ikrar pernikahan kita?"

"Setelah menikah denganmu, aku bukannya nggak pernah bertemu dengan pria yang unggul, juga bukannya nggak ada pria yang menunjukkan ketertarikan terhadapku. Tapi, aku nggak pernah melakukan sesuatu di luar batasan. Aku bisa melakukannya, mengapa kamu nggak?"

Melihat sorot mata kekecewaan dan amarah di mata indah wanita itu, Jerico mengepalkan tangannya dengan erat.

"Rhea, aku hanya mencintaimu seorang .... Bersamanya hanyalah ... suatu kejadian nggak terduga ...."

Sangat jelas penjelasannya tidak cukup kuat, bahkan membuat Rhea merasa penjelasan itu sangat konyol dan menjijikkan baginya.

"Oh? Kalau aku dengar-dengar dari ucapanmu, aku juga bisa tidur dengan sembarang pria, lalu memberitahumu itu hanyalah suatu kejadian nggak terduga. Walau tubuhku melakukan perselingkuhan, hatiku hanya ada kamu seorang. Apa seperti ini maksudmu?"

Kilatan dingin melintas di mata Jerico, dia berkata dengan penuh penekanan, "Kalau kamu berani melakukan hal seperti itu, aku akan menghabisimu dan pria itu di atas ranjang!"

Melihat sorot mata dingin pria itu, Rhea hanya merasakan aura dingin menyelimuti hatinya.

Ternyata pria itu juga tahu mengkhianatinya adalah suatu hal yang tidak bisa dimaafkan, tetapi pria itu masih saja mengkhianatinya.

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, "Apa kamu masih ingat kata-kata yang kuucapkan padamu saat kamu melamarku?"

Saat itu, Rhea mengatakan kalau suatu hari nanti, Jerico mengkhianatinya, dia tidak akan memaafkan pria itu, melainkan hanya akan meninggalkan pria itu.

Ekspresi Jerico langsung berubah. "Aku nggak akan melepaskanmu!"

Rhea menyeka air mata di sudut matanya, lalu berkata dengan ekspresi mengejek dan menatap pria itu dengan sorot mata penuh kebencian, "Baik kamu setuju maupun nggak, aku sudah mengambil keputusan. Aku akan bercerai denganmu, kamu nggak layak dimaafkan."

Selesai berbicara, tanpa menunggu tanggapan dari pria itu, Rhea langsung berjalan melewatinya dan berjalan naik ke lantai atas.

Jerico menatap punggung Rhea dengan lekat, sorot matanya sangat muram.

Setelah kembali ke kamar, Rhea langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi. Dia sudah tidak tahan dengan aroma alkohol yang menyelimuti tubuhnya.

Saat dia sedang menyabuni tubuhnya dan menundukkan kepalanya, dia mendapati ada bekas kemerahan di dadanya. Secara refleks, pergerakan tangannya terhenti.

Saat itu juga, ingatan tangan seseorang menelusuri tubuhnya muncul kembali dalam benaknya. Dia mengerutkan keningnya, lalu menggosok-gosok bekas kemerahan itu beberapa kali dengan handuk hingga sekeliling bekas kemerahan itu juga memerah, dia baru berhenti.

Seolah-olah hanya dengan cara seperti itu, dia baru bisa menghilangkan bekas yang ditinggalkan oleh orang itu di tubuhnya.

Selesai mandi dan berjalan keluar dari kamar mandi, Rhea melihat Jerico duduk di atas ranjang dan tampak sedang menundukkan kepala seperti memikirkan sesuatu. Dia mengerutkan keningnya dan menganggap keberadaan pria itu tidak ada.

Lagi pula, tidak lama lagi mereka akan bercerai.

Begitu mendengar suara langkah kaki, Jerico mengangkat kepalanya. Saat itu juga, dia melihat Rhea yang berbalut handuk berjalan keluar.

Rambut panjang wanita itu yang masih setengah basah tersampir di punggungnya, bahkan masih tampak meneteskan air. Baru selesai mandi, wajah wanita itu tampak memerah, memancarkan aroma harum yang menggoda. Bokong montoknya tertutupi handuk, mengekspos kaki jenjang mulusnya. Pemandangan seperti itu tentu saja mudah membuat orang berpikiran liar.

Dalam sekejap, napas Jerico menjadi berat, pandangannya seolah sudah terpaku pada tubuh Rhea.

Rhea tidak menyadari perubahan dalam diri pria itu. Dia berjalan ke arah lemari pakaian. Saat dia hendak mengambil piama, tiba-tiba tangan seseorang melingkari tubuhnya dari belakang.

"Rhea ...."

Suara pria itu terdengar serak-serak basah, sangat jelas bahwa dia sedang sangat bergairah.

Tadi, saat berada di lantai bawah, setelah Rhea pergi, Jerico sedang memikirkan bagaimana caranya agar wanita itu berubah pikiran.

Setelah berpikir cukup lama, satu-satunya cara yang tebersit dalam benaknya untuk mempertahankan Rhea di sisinya adalah dengan memiliki seorang anak dengan wanita itu.

Tujuannya naik ke lantai atas adalah ingin membicarakan hal ini kepada Rhea. Dia ingin mengambil langkah pelan tapi pasti. Namun, melihat pemandangan Rhea yang baru selesai mandi ini, tiba-tiba dia tidak bisa menahan dirinya lagi.

Dulu, sosok Jerico yang seperti ini, akan membuat gairahnya juga ikut bergejolak. Namun, Jerico yang sekarang hanya membuatnya merasa jijik.

Dia berbalik, mendorong pria itu. Sorot mata penuh kebencian dan jijik tampak jelas di matanya.

"Jangan menyentuhku, kamu sangat kotor."

Kilatan sedih melintas di mata Jerico. Dia menganggap tangan wanita di hadapannya, lalu berkata dengan sungguh-sungguh, "Bukankah selama ini kamu menginginkan seorang anak? Mari kita punya anak sekarang juga, oke?"

Melihat ekspresi pria itu, seolah-olah memiliki anak bersama adalah hal yang wajar setelah pengkhianatan yang dilakukannya, Rhea langsung menepis tangan pria itu.

"Itu dulu. Mungkin kelak aku akan punya anak, tapi nggak mungkin anakmu."

Ucapan Rhea menyulut amarah Jerico. Dia langsung menarik tangan wanita itu, melemparnya ke tempat tidur, lalu naik di atas tubuhnya.

"Coba kamu ulangi sekali lagi!"

Melihat sorot mata penuh amarah pria itu, Rhea sama sekali tidak peduli.

"Mau kuulangi berapa kali pun tetap sama. Sekarang melihatmu saja sudah membuatku jijik. Kamu memintaku untuk melahirkan anak untukmu? Aku lebih memilih mati."

Begitu dia selesai berbicara, dia langsung dicium oleh Jerico dengan ganas.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
rhea goblok dan g punya otak yg cerdas. minimal kunci pintu kamar dan bawa baju ke kamar mandi buat ganti. bukannya ngebacot g penting dan menye2. mampuslah kau diperkosa suami sendiri setelah dia meniduri gundiknya dan tanpa membersihkan diri dulu.
goodnovel comment avatar
Rafidah Idah
cerita y menarik
goodnovel comment avatar
Amina Dai
cerita nya sangat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 4

    Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah."Hmmphhhh ... lepaskan ...."Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, a

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 10

    Jerico tertegun sejenak, lalu berkata secara naluriah, "Tapi, setiap kali kamu mengunjungi toko bunga, kamu selalu membeli bunga ini."Rhea mengalihkan pandangannya. Mungkin pria itu sudah lama lupa bahwa bunga yang diberikan oleh pria itu saat mengungkapkan perasaan padanya adalah bunga mawar juliet itu.Namun, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi baginya. Pria itu bahkan tidak ragu mengkhianati cinta mereka. Wajar saja pria itu tidak mengingat hal sepele seperti ini."Oh, itu dulu."Rhea berjalan melewati Jerico, langsung kembali ke kamar. Dia bisa merasakan sorot mata pria itu terpaku padanya. Namun, dia sudah tidak peduli lagi apakah pria itu akan merasa kecewa dan sedih atau tidak.Setelah berganti pakaian dan menuruni tangga, pelayan sudah menyajikan makan malam di atas meja makan."Tuan, Nyonya, makan malam sudah selesai."Rhea menganggukkan kepalanya. Dia langsung berjalan ke arah meja makan, lalu duduk dan makan tanpa melirik Jerico sama sekali.Jerico mengerutkan keningn

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 11

    Nada bicara memerintah pria itu membuat Rhea mengerutkan keningnya."Terlepas dari kamu setuju atau nggak, aku tetap akan pindah keluar."Nada bicara acuh tak acuh Rhea membuat amarah Jerico makin menggebu-gebu, volume suaranya juga mulai meninggi. "Jangan lupa, biaya pengobatan ayahmu ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, Rhea menyelanya dengan dingin, "Jerico, kalau aku nggak salah ingat, seharusnya putra paman keduamu yang bersekolah di luar negeri nggak lama lagi akan pulang, 'kan? Kamu juga nggak ingin perselingkuhanmu diketahui oleh orang-orang kediaman Keluarga Thamnin di saat seperti ini, bukan?"Karena paman keduanya tidak berguna, jadi Tuan Besar Thamnin "berinvestasi" besar pada diri adik sepupunya itu.Bagaimanapun juga, Grup Thamnin sangat besar, tidak mungkin semuanya diserahkan pada Jerico.Selama beberapa tahun ini, penampilan Jerico di hadapan Tuan Besar Thamnin sangat bagus. Sekarang adalah saat-saat krisis. Dia tidak bisa membiarkan Rhea mengatakan tentang pers

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 310

    Ekspresi Arieson langsung membeku. "Kapan kamu mengetahuinya?"Rhea berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Saat kamu pergi ke restoran pasangan dengannya."Keduanya terdiam. Saking heningnya, mereka bisa mendengar napas satu sama lain.Belasan detik kemudian, melihat pria itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan bicara, Rhea langsung berbalik, membuka pintu mobilnya, berencana untuk masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.Tiba-tiba, Arieson menggenggam pergelangan tangannya."Rhea, salahku karena nggak memberitahumu hal ini. Maaf."Rhea menoleh menatapnya. Di bawah kegelapan malam, dia tidak bisa melihat ekspresi pria itu dengan jelas.Dia langsung menarik tangannya dan berkata, "Kalau kamu ingin balikan dengannya, aku bisa pindah malam ini juga."Arieson mengerutkan keningnya. "Aku nggak berencana untuk balikan dengannya. Aku nggak memberitahumu hal ini karena takut kamu salah paham. Aku tahu jelas orang yang kusukai sekarang adalah kamu."Rhea merasa ucapan Arieson agak konyol, di

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 309

    Saat ini, Arieson sedang berjalan menghampirinya dengan perlahan sambil tersenyum.Namun, indranya yang tajam bisa merasakan saat ini suasana hati Arieson sangat buruk.Gerald menoleh, mengikuti arah pandang Rhea. Saat tatapannya bertemu dengan tatapan Arieson, secara naluriah dia menyipitkan matanya.Sepertinya pria ini memancarkan aura permusuhan yang sangat besar terhadap dirinya.Arieson langsung duduk di samping Rhea, lalu berkata sambil tersenyum, "Rhea, kamu makan bersama kakakmu, mengapa kamu nggak memberitahuku? Aku bisa datang bersamamu."Gerald juga mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, lalu berkata dengan sorot mata kebingungan, "Ini adalah?"Ditatap oleh dua orang pria pada saat bersamaan, Rhea mengerutkan keningnya. Saat dia hendak memperkenalkan mereka pada satu sama lain, Arieson sudah mengalihkan pandangannya ke arah Gerald sambil tersenyum."Halo, Tuan Gerald, aku adalah Arieson, pacar Rhea, juga presdir Perusahaan Teknologi Hongdam."Sorot mata Gerald berkedip, dia

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 308

    "Lama nggak bertemu."Gerald berjalan menghampiri Rhea, menundukkan kepalanya untuk menatap wanita itu. Dengan seulas senyum menghiasi wajahnya, dia berkata, "Hmm, lama nggak bertemu."Kalau dihitung-hitung, mereka berdua sudah tidak bertemu sekitar lima atau enam tahun, juga sangat jarang menghubungi satu sama lain, jadi Rhea merasa agak canggung."Ayo masuk dulu."Setelah duduk di dalam restoran dan memesan makanan, Rhea baru menatap pria itu dan berkata, "Mengapa kamu tiba-tiba berencana untuk mengembangkan kariermu di dalam negeri. Aku dengar dari Bibi Vani, gajimu di luar negeri cukup tinggi. Kalau kamu bekerja di sana beberapa tahun lagi, seharusnya kamu sudah bisa menetap di luar negeri, bukan?"Melihat sosok wanita yang sangat dirindukannya kini berada tepat di hadapannya, Gerald hampir melamun.Dia mengalihkan pandangannya dengan tenang, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku nggak terbiasa dengan makanan di luar negeri."Rhea agak terkejut, sangat jelas tidak terlalu percaya.

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 307

    "Tuan Besar Thamnin, ada urusan apa kamu datang mencariku?"Melihat sikap Rhea yang tidak merendah, juga tidak arogan itu, Tuan Besar Thamnin mengerutkan keningnya, berkata dengan nada bicara arogan, "Sebut saja harganya, selama kamu bersedia melepaskan Sizur."Rhea menatap pria itu dengan ekspresi acuh tak acuh. "Kamu berencana memberi berapa?""Itu tergantung berapa yang ingin kamu minta. Kejadian itu sudah berlalu selama bertahun-tahun. Biarpun kamu benar-benar memasukkan Sizur ke penjara, aku juga punya cara untuk mengeluarkannya. Keras kepala nggak ada untungnya untukmu."Rhea bangkit, lalu berkata dengan nada bicara tanpa gejolak emosi, "Karena kamu sudah berbicara demikian, kita juga nggak perlu membicarakan hal ini lagi."Raut wajah Tuan Besar Thamnin langsung berubah menjadi sedingin es. "Apa maksudmu?""Nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya merasa kita nggak akan bisa mencapai kesepakatan. Aku masih ada kerjaan, pergi dulu."Selesai berbicara, Rhea langsung berbalik dan pergi.M

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 306

    Arieson menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Erika, kamu bukanlah tipe orang yang akan memainkan trik-trik seperti ini."Tangan Erika yang terulur terhenti sejenak. Kemudian, dia menarik kembali tangannya, lalu berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Dulu kamu juga nggak akan menolakku.""Sudah kubilang, aku sudah punya pacar."Erika menatap pria itu, berkata dengan penuh penekanan, "Apa kamu mencintainya?"Melihat Arieson terdiam, tidak mengucapkan sepatah kata pun, akhirnya Erika merasakan sedikit kepercayaan diri."Lihatlah, kalau kamu mencintainya, kamu pasti akan mengakuinya tanpa ragu."Arieson mengerutkan keningnya dan berkata, "Erika, aku nggak mengakuinya hanya karena nggak ingin menyakitimu."Senyuman di wajah Erika langsung membeku. Beberapa saat kemudian, dia berkata dengan suara rendah, "Walau kamu mencintainya, juga nggak masalah. Kamu pasti akan jatuh cinta kembali padaku."Awalnya Arieson ingin mengatakan dia tidak akan jatuh cinta kembali pada wanita itu, ka

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 305

    Ucapan ini adalah bentuk isyarat yang sudah sangat jelas antara pria dan wanita dewasa.Arieson berkata dengan ekspresi acuh tak acuh, "Sudah larut, nggak perlu lagi. Kamu istirahatlah lebih awal."Erika agak kecewa, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum, mengangguk dan berkata, "Oke, kalau begitu, hati-hati di jalan, ya."Saat Arieson kembali ke vila, sudah jam sepuluh lewat malam.Dia baru saja berganti sepatu dan berjalan memasuki ruang tamu, pelayan sudah menghampirinya dan berkata, "Tuan Muda, malam ini Nona Rhea menunggumu pulang makan malam sangat lama. Pada akhirnya, dia langsung naik ke atas tanpa makan malam.""Oke, aku mengerti, kamu istirahat saja dulu.""Baiklah."Arieson menggulung lengan jasnya, lalu pergi ke dapur untuk membuat semangkuk mi dan membawakannya ke lantai atas.Mendengar suara ketukan pintu, Rhea mengira itu adalah pelayan vila. Dia segera bangkit untuk membuka pintu.Begitu melihat sosok bayangan yang tinggi di hadapannya itu, dia tertegun sejenak. Kem

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 304

    Kalau mereka bukan mengunjungi restoran pasangan, kalau mereka bukan duduk di sisi yang sama di meja makan, kalau Arieson tidak mengambilkan sayuran untuk wanita itu, mungkin ... dia masih bisa membohongi dirinya sendiri bahwa wanita itu adalah mitra Perusahaan Teknologi Hongdam.Dia mematikan layar ponselnya, menundukkan kepalanya, ekspresinya tampak muram.Saat dia melihat foto tersebut, dia sempat terdorong untuk menelepon Arieson, mempertanyakan pria itu. Namun, pada akhirnya dia tetap tenang kembali.Dia juga hanya memanfaatkan Arieson. Biarpun pria itu benar-benar menjalin hubungan tidak jelas dengan wanita lain, apa haknya untuk mempertanyakan pria itu?Lagi pula, bukankah dia juga tidak berencana untuk bersama pria itu selamanya?Ponselnya kembali berbunyi, Weni mengirimkan beberapa pesan untuknya.[Aku sudah meminta orang untuk menyelidiki wanita itu. Nama wanita itu adalah Erika Kilbis, cinta pertama Arieson. Setelah dia mendapatkan beasiswa penuh, dia pergi ke luar negeri un

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 303

    Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak apa-apa. Kamu semalaman nggak pulang ke vila, aku hanya ingin menanyakan apa urusanmu sudah selesai ditangani."Orang di ujung telepon hening sejenak sebelum terdengar suara rendah Arieson. "Sudah hampir selesai ditangani, malam ini aku akan pulang."Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponselnya makin erat. "Oke, kalau begitu nanti malam kita makan malam bersama.""Hmm, tunggu aku pulang."Setelah mengakhiri panggilan telepon, Arieson mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang tengah duduk di seberangnya sambil menangis. Dia berkata dengan dingin, "Erika, hubungan kita sudah berakhir, nanti aku akan memesan tiket pesawat untukmu."Pergerakan menyeka air mata Erika terhenti. Dengan berlinang air mata, dia menatap Arieson dan berkata, "Aku nggak mau! Kali ini aku sudah pulang, aku nggak berencana untuk pergi lagi."Arieson mengerutkan keningnya, hawa di sekelilingnya berubah menjadi sedingin es."Terserah k

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 302

    Arieson mengusap-usap kepalanya, berkata dengan suara rendah, "Nggak bisa membuatmu memercayaiku sepenuhnya, itu artinya aku masih kurang baik."Rhea mendongak, menatap pria itu. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba ponsel Arieson berdering."Kamu sudah mengubah nada deringmu?"Dulu Rhea sudah pernah mendengar nada dering ponsel Arieson, sepertinya berbeda dengan nada dering hari ini.Arieson tidak berbicara, dia mengambil ponselnya dan berjalan ke samping sebelum menjawab panggilan telepon tersebut.Tidak tahu mengapa, hati Rhea diliputi oleh kegelisahan, keningnya juga berkerut.Tak lama kemudian, Arieson sudah mengakhiri panggilan telepon itu, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya."Aku ada sedikit urusan, perlu keluar sebentar, kamu tidur saja dulu."Selesai berbicara, dia berbalik, hendak pergi. Secara naluriah, Rhea menarik tangannya."Apa urusan itu sangat penting? Bisakah kamu tetap di sini untuk menemaniku ... aku ...."Rhea juga tidak tahu harus menggunakan alasan seperti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status