Setelah Kematian Ibunya karena sakit kanker, Suci terpaksa menjual rumahnya untuk membayar hutang bekas pengobatan ibunya. Dia juga dituduh sebagai penyebab kematian dari nenek yang kaya raya. Hingga suatu hari ada seorang duda kaya memaksanya untuk menjadi istri dan ibu sambung bagi anaknya. Namun, Suci merasa keberatan karena pria kaya yang hendak menikahinya adalah cucu dari nenek yang telah mati. "Aku menikahimu hanya untuk membalas rasa sakitku karena kamu yang menyebabkan nenekku mati!" Novel ini mengandung adegan dewasa, jadi harap cerdas dalam memilih cerita.
view moreSiang hari, selesai mengajar di taman kanak-kanak tempat ia mencari nafkah, Suci lantas pergi ke tempat untuk menjenguk ibunya yang sedang dirawat. Di saat sinar matahari yang terik, gadis manis nan menawan itu menyusuri jalan yang ramai kendaraan bermotor. Angin menyibakan rambut hitam berkilau dan hitam, dia memang memiliki wajah cantik tapi postur badannya kurus, bahkan asap kendaraan yang hitam dan kotor sudah tak dihiraukan lagi.
Pakaiannya sederhana, cara dia berjalan juga kalem dan anggun. Wajahnya selalu dihiasi senyuman manis dan lembut. Kini dia sedang membawa sebuah tas anyaman yang berisi makanan.
"Mudah-mudahan ibu senang aku bawakan makanan ini," gumamnya sembari melihat isi tas anyamannya.
Dia hendak menyeberangi jalan raya kemudian masuk gang, ketika dirinya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya, tiba-tiba saja suara klakson terdengar nyaring dan mengagetkan hingga menghentikan langkahnya. Suci melihat mobil sport hitam mewah tepat di depannya yang hampir saja menabraknya.
Suci tak mempermasalahkan insiden ini. Ia anggap itu hanya angin lalu dan bergegas pergi.
"Hei kamu!"
Suara tegas dan lantang itu membuatnya kaget seketika. Suci menoleh dan matanya begitu terpukau karena yang ia lihat adalah seorang pria gagah, ganteng, berbadan kekar, di wajahnya terdapat brewok dan kumis yang tipis.
"Iya. Anda pasti merasa tidak enak dengan saya barusan, ya. Kalau begitu saya minta maaf," ucap Suci sambil menundukan kepalanya.
Pria itu membuka kacamata hitamnya, di jari kanannya terdapat sebuah cincin berlian berwarna merah. Dan ia langsung memaki.
"Kamu sudah halangi jalan saya. Ingat! untung saya masih punya belas kasihan sama kamu, coba kalau enggak! saya sudah tabrak badan kamu ini."
Suci merasa dirinya menjadi tersangka. Ia pun melawan pria tampan itu dengan berani.
"Cuma gitu saja anda marah? lagian untuk apa anda turun dari mobil kemudian maki-maki saya? harusnya terus melaju, dong!"
*Tiiiiiiid*
Suara klakson memanggilnya. Pria tampan itu tampak gusar. Dia ingin terus melampiaskan amarahnya pada Suci namun seorang lelaki berpakaian seperti bodyguard menghampiri.
"Maaf, Pak Andhika. Ini sudah siang, kita harus bertemu dengan Mr. Chan sekarang juga. Mungkin lain kali kita selesaikan masalah ini."
Pria itu bernama Andhika. Sudah terdengar di telinga Suci.
"Maaf, Pak Andhika. Saya tinggal dulu," pamit Suci, kemudian ia pergi dengan santai.
"Ini belum selesai!" teriak Andhika.
Dan pria tampan itu masuk ke mobilnya dengan wajah yang ketus. Dari bahasa tubuhnya tampak seorang pedendam juga pemarah.
Suci lantas melanjutkan perjalanannya. Ia berbelok ke arah gang yang tampak sepi, namun baru saja masuk, matanya terbelalak saat mendapati seorang nenek dan anak perempuan yang masih kecil dikerumuni sekawanan begal anak-anak muda. Emosinya mulai terpancing, Suci tak tinggal diam, ia berlari menuju TKP untuk menolong sosok tua itu.
"Hei kalian! jangan macam-macam sama orang tua!" teriaknya.
Supirnya sudah terkapar dengan kening yang sudah berlumuran darah segar. Nenek tua itu teriak minta tolong sembari menggendong anak kecil yang merengek karena ketakutan akan ancaman dari para begal berwajah sangar.
"Tolong saya!" teriaknya.
Dan begal yang berambut panjang dengan wajah kusam dan lusuh menantang. "Siapa elo! ini urusan gue!"
Salah satu begal itu menyandera si nenek dengan menekan lehernya yang tampak kehabisan napas.
"Baik, kalau elo berani macam-macam sama nenek gue coba lawan gue dulu! ayo sini!" Suci melawan, ia naik pitam dan terpaksa berbohong mengakui bahwa dia adalah neneknya.
"Dasar cewek jalang, lo! ayo siapa takut," sahut si begal.
Suci bersiap memasang kuda-kuda untuk menaklukan tiga orang begal muda itu. Rambutnya tersibak angin, raut wajahnya berubah bagai Singa yang baru saja bangun dari tidurnya.
"Nak, hati-hati!" ucap nenek yang masih disandera itu.
"Jangan khawatir, nek! tenang!" sahut Suci.
Dan pertarungan itu terjadi. Berbagai jurus silat ia gunakan untuk melawan dan menaklukan si begal. Ia menendangkan kakinya ketika salah satu begal hampir saja menghantam punggungnya.
*Buk*
Hentakan tangannya berhasil membuat si begal terkapar. Lalu yang satunya lagi ia taklukan melalui hantaman sebuah kayu yang ia ambil, dan lagi-lagi dia berhasil menaklukan si begal.
"Eh elo cewek gila! lawan gue kalau elo berani! elo udah kalahin temen gue, pastinya gue sakit!"
"Eh, begal! elo ngerampok orang emangnya gak sakit! kalau pengen duit makanya kerja, dong! kerja!" tegas Suci.
Dua begal sudah siap memasang kuda-kuda untuk melawan. Tangan dan kaki mereka hentakan dan siap menghantam lawan.
"Ayo! gue siap jadi lawan elo! karena gue juga bisa silat," ucapnya.
"Ayo siapa takut! lawan gue!"
Dan Suci berkata dengan suara lebih keras lagi.
"Langkahi dulu mayatku!"
Ketika insiden itu terjadi, satang sebuah mobil masuk gang itu, dia berhenti kemudian menembakkan sebuah peluru ke atas.
*Duar*
Spontan suara itu menghentikan aksi bejad mereka. Kemunculan seorang pria tampan nan berwibawa mampu membungkam aksi para begal.
"Kami dari kepolisian, angkat tangan!" ucap pria itu dengan tegas.
Dengan gesit semua begal diborgol lalu ia menghubungi kepolisian setempat untuk menangani para begal yang sudah tertahan. Tak lama kemudian beberapa polisi datang untuk membawa tersangka.
Pria itu menghampiri Suci sambil tersenyum merekah.
"Kayaknya aku kenal. Siapa ya?" gumam Suci sambil melirik-lirik.
"Nak," sapa nenek. "Terima kasih, ya. Kamu sudah menolong saya, kalau saja gak ada kamu mungkin kita yang lemah ini udah mati di sini."
"Oh, iya. Aku lupa. Nenek baik-baik saja, kan? gak sakit badannya?" tanya Suci yang mulai cemas.
"Enggak, nak. Tapi badan nenek juga sakit ditekan sama mereka," keluhnya.
Nenek itu tampak memakai cincin berlian berwarna merah melingkar di jari kanannya persis seperti yang dimiliki oleh pria arogan yang ditemui Suci di jalan raya.
"Tante hebat bisa silat." Ucapan manis itu terlontar dari bibir mungil anak perempuan berkucir dua itu. Ia tersenyum merekah.
"Terima kasih, sayang. Kamu gak apa-apa, kan?" kata Suci tersenyum.
Dan pria tampan itu mendekat lalu membuka kacamata hitamnya. Suci langsung tercekat melihat sosok yang tersenyum manis di depannya.
"Sofyan? aku kira siapa?"
"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Sofyan. Lalu, ia membantu supir pribadi si nenek yang masih lemah.
Salah satu teman Sofyan baru saja keluar dari mobil, ia membantu supir tersebut agar segera sadarkan diri. Namun, karena bekas hantaman di wajah dan perutnya, ia tak mampu menggerakkan seluruh persendian badannya.
"Pak Rustam, ini supir saya. Kita bawa saja dia ke rumah sakit, biar saya yang nyetir," kata nenek.
"Ke rumah sakit? oh, kebetulan saya juga mau rumah sakit, nek. Mau jenguk ibu saya yang sedang dirawat," kata Suci.
"Kalau begitu kita pergi sama-sama," ajaknya.
"Maaf, bu. Sebaiknya, teman saya saja yang nyetir mobilnya. Jangan khawatir, kami dari pihak kepolisian," kata Sofyan dengan lembut.
Suci merasa bersalah atas apa yang terjadi. Namun, ia sadar kadang insiden membahayakan nyawanya bisa datang kapan saja. Nenek dan anak kecil itu lantas masuk ke dalam mobil. Ia masih panik dan badannya gemetaran.
"Pak sofyan, saya duluan ke rumah sakit, ya?" pamit temannya itu.
"Ok, Don. Tunggu gue di sana," sahutnya.
Suci menghela napas. Matanya mendelik saat mendapati darah segar di lengannya. Ia baru saja merasakan sakitnya terluka akibat terkena hantaman dari begal yang ia lawan dan lukanya mulai memar.
"Kamu itu kadang lembut, tapi barusan kayak Singa," kata Sofyan.
"Kamu tahu dari mana aku di sini?" tanya Suci.
"Biasanya kalau pulang ngajar, kamu lewat sini, kok. Kita ke rumah sakit, sekalian jenguk ibu kamu," ajak Sofyan. "Sekalian juga obati luka lebam itu."
Tak ada pilihan lain selain ikut dengan pria yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Suci merasa senang ketika ada orang yang mau meringankan sedikit bebannya di waktu dirinya ada pada titik terendah.
"Gimana ibu kamu?"
"Parah, kanker livernya udah parah. Kemarin juga dia gak bisa tidur, gak mau makan, gak minum, bisanya nangis," sahut Suci.
Air matanya mulai berlinang, seraya mengusapnya perlahan.
"Kalau ada masalah coba ngomong sama aku," kata Sofyan. "Jangan dipendam terus."
"Itu rumah mau aku jual buat bayar hutang bekas pengobatan ibu, ratusan juta, masa aku harus pinjam dari kamu," ungkap Suci. "Tapi, kamu udah naik jabatan nih?"
Sofyan tersenyum, dari raut wajahnya sudah menunjukan bahwa dia memang sedang bahagia.
"Aku sekarang jadi anggota detektif dan gabung dengan kepolisian, besok mau sidang buat membongkar kasus pembunuhan, aku udah punya bukti banyak. Doakan, ya?"
"Indonesia butuh orang jenius kayak kamu," tukas Suci.
"Masa kamu gak butuh aku," sambung Sofyan.
"Barusan nenek itu dibawa ke mana?"
"Ke rumah sakit, kita temukan beliau di sana, siapa tahu ketemu," tukas Sofyan.
Batin Suci belum tenang, ia masih ingat pada sosok tua itu.
"Siapa beliau, ya? kok, jadi penasaran begini? Kenapa cincin berlian itu mirip dengan orang arogan yang aku temui di jalan?"
"Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya
"Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu
"Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke
Suci memeluk Sofyan dengan erat sambil terisak-isak. "Makasih sudah menolong Mas Andhika, ya? Kalau gak ada kamu, aku gak tahu harus minta tolong ke siapa," ucapnya. Sofyan melepas pelukan itu. Lalu menyeka air mata Suci. "Kamu udah cinta sama Andhika, ya? Syukurlah kalau begitu, pertahanan rumah tangganya ya, jangan cerai," pinta Sofyan. "Aku pergi dulu." Tak berselang lama, muncul Ibu Marlina dan Pak Adi. Kepanikan terjadi bahkan ibu kandung Andhika itu meraung-raung di depan ruang rawat. "Gimana kronologisnya?" Tanya Pak Adi. "Anak saya jadi begini, korban kriminal yang tidak tahu diri." "Saya sedang berusaha mencari pelakunya," sahut Sofyan. "Mohon doanya ya, biar kasusnya cepat selesai." "Apa semua ini gara-gara kamu, Suci! Anak saya stress karena berita kamu sama detektif ini, kalau terbukti berselingkuh silahkan kalian hengkang dari kehidupan kami!" Tegas Ibu Marlina. "Suci tidak bersalah apapun," sangkal Sofyan. "Ada pihak lain." "Pokoknya saya lagi gak mau baikan sam
"Terus, siasat kamu ke depannya mau apa?" Tanya Indah. "Kalau bisa libatkan aku juga ya biar bisa bantu kamu." Andhika tersenyum tipis. Ia menyambangi ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Kamu bisa duduk di depan saya?" Tanya Andhika. Indah menuruti apa kata Andhika. Gadis itu tampak pasrah saja. "Saya sudah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, tinggal mencari orangnya, siapa dalang di balik menyebarnya gosip. Reporter itu yang harus kami usut," ucap Andhika. Wajah Indah memerah, mulutnya tampak gemetaran. "Kenapa? Kamu panik?" Tanya Andhika. Ia lantas ke dapur dan kembali lagi sambil menenteng air hangat. Air hangat itu dia berikan pada Indah dan berkata," Ini buat kamu biar gak panik." Indah tercekat, melihat segelas air hangat yang masih beruap, apalagi Andhika yang tampan yang menyodorkan segelas air itu. "Kamu gak pernah lupa memperhatikan aku," ucap Indah. Lalu, dia menerima segelas air hangat dan diteguk sampai habis. Indah berurai air mata. Bulir bening itu sem
"Suci, bisa saya jelaskan dulu, itu cuma gosip," ucap Andhika. "Iya itu cuma gosip. Pastinya kamu lebih memilih menyelamatkan nama baik keluarga dibanding aku. Selama ini aku cuma jadi korban," keluh Suci. Ia mulai terisak-isak. Kemudian, Sofyan menghadap Suci yang sedang menyeka air matanya. Seraya memberikan selembar tissue dan berkata," Dari tangisnya, saya bisa menebak kamu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kasus ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, saya akan berjuang demi kamu." Mungkin, jika Suci belum menjadi istri orang lain, pasti sudah memeluk Sofyan. "Aku masih bisa menghadapi ini, makasih tawarannya, kamu gak perlu berjuang demi aku. Karena Mas Andhika sudah berjuang lebih dulu," ucap Suci. "Dengar itu, Pak Andhika," tegas Sofyan. Istri Anda ternyata sudah membela mati-matian. Sayangnya, Anda kurang tahu diri. Ingat! Kasus ini semakin rumit, mungkin saja butuh waktu untuk menemukan titik terangnya." "Saya bisa mencari detektif yang lebih
"Sekarang, sekalian aku mau ajak Carla," sahut Sofyan. Dia meraih tangan Carla lalu merangkul pinggang bak biola itu. Suci menyusul setelah mereka keluar kantor. Apalagi melihat pemandangan bak sepasang kekasih. "Mereka bukan orang asing, mereka temanku. Apa aku harus siap kehilangan Sofyan," gumamnya. "Kenapa aku merasa keberatan Sofyan dekat sama Carla. Temanku yang hampir hilang dari ingatanku." Saking penasarannya, Suci menguntit dua orang itu ke tempat tujuan. Sebuah perusahaan televisi swasta ternama yang selalu memberitakan gosip miring mengenai keluarga Andhika. Namun, langkah Suci terhenti di sana. Seraya berbalik arah dan pergi. Sementara itu, Sofyan memaksa Carla untuk menemui manajer perusahaan televisi. Sayangnya, Carla tampak keberatan. "Kamu bisa bantu, kan? Saya dapat tugas khusus dari Andhika," ucapnya sambil memelas. "Mau bantuin apa? Kenapa juga kamu bawa aku ke sini?" Protes Carla. "Tanyakan reporter wanita yang katanya teman kamu itu," suruh Sofyan. Ca
Tak ada cara lain, Suci bermurah hati menerima gulungan tissue dan hendak mengelap baju Indah. Namun, Andhika merebut tissue itu dan berkata," Saya yang salah, kenapa harus istri saya yang melakukan. Kamu bukan barang suruhan orang." Andhika lantas mengelap cairan jus di baju Indah. Meski gulungan tissue itu habis, tidak akan bisa membersihkan nodanya karena sudah terserap kain. Tapi, Indah tidak menolak kebaikan Andhika. Dokter cantik itu tampak menikmati meksipun berdiam diri. "Kalian tahu? Suci itu memang wanita biasa tapi cerdas. Dia mampu menghormati siapapun, memperlakukan orang sekitarnya dengan baik dan tulus. Itulah kenapa saya bertahan dengan dia," terang Andhika. Gulungan tissue itu hampir habis. Andhika menunjukkan sisanya di depan mata Indah. "Noda di baju kamu susah hilang, lebih baik dicuci saja atau mau ganti dengan yang baru?" Tanya Andhika. "Urusan baju itu bukan perkara hati. Aku bisa beli yang lebih bagus lagi," ucap Indah. "Gak usah banyak penjelasan soal k
Dan mereka menjadikan malam untuk berbaikan, saling meminta maaf. Andhika memanfaatkan waktu tersebut menjadi momen yang penuh kasih sayang, mesra dan saling memuaskan. Pagi hari tiba, jam sembilan yang sudah cerah, Andhika dan Suci tampak semangat untuk pergi. Mengenakan baju yang elegan dan perhiasan yang mewah. "Kita berangkat sekarang," ajak Andhika."Kamu semangat banget sih, gak biasanya," ucap Suci. "Yakin mau ketemu Sofyan? Kemarin sempat marah gara-gara aku nyebut nama dia.""Orang arogan itu kadang mikirnya pendek, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga," ucap Andhika. "Kamu segar banget hari ini. Apa karena udah disembur malam tadi ya? Sampai kamu mengejang kenikmatan, kayaknya harus rajin.""Mas, gak usah dibikin serius, kita cuma nikah kontrak, gak lebih," sangkal Suci."Sssstttt, jangan bahas itu, kita pergi sekarang," ajak Andhika.Tiba di kantor kerja Sofyan, mereka berpapasan dengan Indah dan seorang teman wanitanya. Tetapi, Andhika tidak menyapa lebih dulu."
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments