Beranda / Romansa / Dinikahi CEO Arogan / Bab 2 Arogansi Sang CEO

Share

Bab 2 Arogansi Sang CEO

Penulis: Kirana Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-30 11:39:16

Ketika tiba di rumah sakit, Suci tak lagi menemukan ibunya di ruang rawat inap biasa. Tabung oksigen dan selang yang menjuntai disertai ranjang pasien dengan selimut yang menggulung dibiarkan begitu saja. Pikiran buruk sudah menghantuinya, batinnya mulai merasa ada sesuatu yang terjadi pada orang tua satu-satunya itu.

"Di mana ibu?" keluhnya.

Kemudian seorang perawat menyambanginya lalu menyapanya.

"Ini dengan ibu Suci, kan? saya mau kasih kabar kalau ibu Kana baru saja dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan lebih intensif karena kemo sore nanti kemungkinan kami batalkan."

Suci tercekat. Terbesit pertanyaan dalam benaknya, rasa gundah mulai meliputi dirinya.

"Kenapa memang? saya pasti bayar biayanya, sudah kompromi dulu sama dokter," sangkal Suci agak naik pitam.

"Kondisi ibu Kana saat ini mungkin hanya Tuhan yang menentukan. Tapi, kita masih bisa tengok dia dari dinding kaca, ayo ikut saya ke ruang ICU," ajak perawat itu.

Sofyan memeluknya, isak tangis Suci membasahi dada pria yang tengah mencintainya itu. Dibiarkan menangis dalam dekapannya. 

"Kita tengok ibu, jangan cemas, kalau ada apa-apa biar aku bantu," kata Sofyan meredakan kesedihan wanita itu.

Dari dinding kaca itu tampak seorang ibu yang dulu melahirkan dan juga membesarkan dirinya. Batinnya hancur saat selang oksigen, alat infusan, juga alat medis lain melingkar di badannya. Beliau tampak berat untuk bernapas, kembang kempis dadanya menandakan ada kepedihan luka yang teramat sakit. 

Isak tangis Suci tak mampu ia bendung lagi. Ia menyandarkan punggungnya di dinding kaca itu.

"Harus apa lagi aku? biaya rumah sakit besar, hutangku udah banyak," keluhnya. "Sofyan, mau pinjamkan aku uang, gak? aku pasti lunasi hutangku sama kamu."

"Iya, ada. Biar aku ambil nanti langsung transfer ke rekening rumah sakit ini. Yang penting ibu kamu tertangani dulu," kata Sofyan mencoba menenangkan Suci yang tengah berurai air mata.

Suci mencoba duduk di kursi tunggu. Sofyan merangkul gadis itu dengan erat hanya sekedar ingin membuatnya tenang. Seolah tak rela kehilangan keceriaan darinya. Biasa tersenyum manis tapi kali ini ia menangis sejadi-jadinya.

Ponselnya berbunyi. Sofyan terkejut ketika membuka sebuah pesan bahwa dirinya harus segera bertugas dengan pihak kepolisian. Dengan berat hati dia hendak meninggalkan Suci yang masih perlu perhatian darinya. 

"Aku gak bisa nemenin kamu lama-lama di sini. Maaf ya Suci, ada tugas negara yang mesti aku kerjakan hari ini," ucapnya dengan wajah memelas. 

"Iya, itu tugas negara yang mesti kamu kerjakan, jangan khawatir, aku baik-baik saja di sini," sahut Suci dengan lembut.

Sofyan merangkulnya kemudian mencium kening gadis itu. Raut wajahnya tersirat bahwa dia amat berat hati harus meninggalkan Suci sendirian.

 "Kalau ada apa-apa, hubungi aku saja. Pasti aku bantu," tukas Sofyan. Dan ia pun pamit pergi. "Aku pergi dulu, ya. Jaga diri kamu."

Sofyan berlalu darinya. Dalam benaknya, sebenarnya Suci ingin sekali membongkar pintu ruang ICU tersebut hanya untuk menghadap ibunya. Tapi, apa daya tangan tak sampai. Untuk kali ini dia bersikap cengeng karena menyaksikan ibunya yang belum sadarkan diri juga.

"Maaf, kamu masih di sini?" sapa dokter wanita itu. 

"Saya lagi tunggu ibu saya yang di sana, lihat saja dia belum sadarkan diri juga. Ingin rasanya segera mendekat, saya takut kehilangan beliau dalam waktu dekat ini," lirihnya.

Terlihat jelas dokter tersebut bernama Indah Kharisma sesuai yang tertera di seragam putih yang ia kenakan. Parasnya anggun, postur badannya tinggi dan langsing juga kulitnya bersih dan mulus. Dari wajahnya saja menunjukan bahwa dia orang yang baik. 

 "Maaf, dokter ini yang juga menangani ibu saya, kan?" tanya Suci.

 "Bukan, saya bukan spesialis penyakit dalam. Saya ini dokter anak, tapi daripada kamu tunggu di sini lebih baik di ruang lain saja biar bisa istirahat," ucap dokter Indah.

"Enggak, makasih. Saya mau tunggu beliau saja di sini. Terima kasih atas tawarannya," ucap Suci. 

"Ya sudah, saya tinggal dulu," pamit dokter Indah, ia pun pergi ke koridor lain.

Suci bersikeras ingin menunggu ibunya yang terkapar di ranjang itu. Dia hanya ingin menghadap ibunya meski hanya lima menit saja. Namun, sesuai anjuran dokter, terpaksa harus menunggu waktu agar bisa memasuki ruang ICU itu.

Dan saat itu juga ada dua orang menyambanginya. Seorang perawat dan dokter pria menyapanya.

 "Kamu Suci, anak dari ibu Kana?" tanya dokter itu.

"Iya, pak dokter, kenapa?"

"Ikut kami ke dalam," ajak mereka.

Saat pintu ruang ICU dibukakan, Suci merasakan jantungnya berdegup kencang, suara oksigen dan infusan terdengar nyaring disertai bau obat yang menyengat. Suci dibiarkan menghadap ibunya yang ternyata sudah sadarkan diri.   

 "Ibu," lirihnya.

Dokter itu berdiri di sampingnya hendak memeriksa bekas sayatan operasi di bagian perut. Suci tak kuasa menahan rasa pilunya ketika melihat darah segar berwarna merah menempel di perban yang menutupi luka itu.

"Kami sudah lakukan operasi pengangkatan kankernya, jadi beliau harus rela kehilangan separuh livernya, jangan khawatir, manusia masih bisa hidup hanya dengan setengah organ liver saja," tandas dokter.

Tangan ibunya menyentuh tangan Suci. Batinnya tertegun mendapati ibunya yang sadar dan mengalami kesulitan untuk bicara.

"Ibu pasti kuat, yang sabar ya? Suci lagi berusaha," ucapnya lembut.

"Nak, maafkan ibu ya. Selama tiga tahun kamu harus rawat ibu yang sakit ini, baik-baik ya, nak. Jaga diri kamu, ibu mau istirahat dulu," ungkapnya dengan suara parau dan lelah.

Suci mencium tangan ibunya. Sepatah dua patah kata pun ia sudah bahagia mendengar kata yang terucap dari mulut ibunya yang pucat pasi. Sayangnya, dokter hanya mengizinkannya lima menit saja di dalam ruang ICU itu meski Suci masih berat mengambil langkah untuk meninggalkan ruangan tersebut.

"Nak Suci, mari ikut saya ke ruang pribadi, ada yang harus kita bicarakan," ajak dokter.

Perasaan Suci sudah tak karuan. Pikirannya mulai kalut dan gusar. Wajahnya sudah pucat karena panik dan gemetaran. Hingga sampai di ruangan dokter tersebut, tiba-tiba saja beliau menyodorkan sebuah lembaran dan sebuah pena. 

 "Apa ini, dok?"

"Kondisi ibu kamu sebenarnya sudah stadium lanjut, kami mohon maaf saja. Bukannya kami menyerah, tapi kita tunggu saja keajaiban dari Tuhan. Kami hanya manusia biasa. Kalau tidak keberatan, silahkan tanda tangan untuk merelakan beliau," tandas dokter.

Suci membaca kalimat di sebuah lembaran kertas itu. Tertera biaya yang harus ia bayar sebesar tiga ratus juta rupiah. Ia tercekat, lalu matanya tertuju pada dokter di depannya itu. Dari raut wajahnya sepertinya pihak rumah sakit sudah menyerah dengan kondisi ibunya saat ini.

 "Dok, kasih saya waktu agar bisa mendapatkan uang sebanyak ini, ya?" ucap Suci memohon.

 "Pihak rumah sakit dan juga saya yang menangani ibu Kana memberi keringanan untuk yang mengalami kesulitan ekonomi, jadi jangan khawatir," sahutnya. "Bagaimana, kamu mau tanda tangan sekarang atau nanti saja?"

Suci menghela napas. Dadanya terasa sesak ketika harus menjawab. 

 "Sa--saya, saya gak mau tanda tangan, maaf! biar Tuhan saja yang kasih keputusan buat beliau."

Dokter pun mengangguk pelan. Beliau sebenarnya merasa iba padanya. Apa mau dikata jika kondisi pasiennya sudah dekat dengan kematian. 

"Saya tinggal dulu, ya. Mau ada perlu dulu," pamit Suci. Ia membawa berkas itu dan matanya tak henti-hentinya membaca tiap kata yang tertulis. 

Ketika Suci mulai belok ke koridor lain. Sosok pria tampan yang berbadan kekar itu menabrak badannya sampai berkas itu bertebaran kemana-mana. 

"Kita bertemu lagi. Minggir! jangan halangi jalan saya!" hardik pria itu dengan lantang.

Berkas itu melayang dan menutupi wajah si pria arogan tersebut. Ia mengambilnya lalu merobeknya.

 "Jangan! kenapa kamu robek berkas itu, bisa anda bersikap lebih sopan?" Suci melawan dengan suara lebih keras.

"Maaf, saya tak punya waktu untuk berdebat. Orang tua saya kecelakaan, kita bisa selesaikan ini nanti saja," tegas pria itu.

Suci naik pitam ketika menghadapi pria arogan itu.

"Ingat, ya! ibu saya juga sakit, itu berkas yang harus ditanda, kenapa anda merobeknya! tidak sopan, gak ada ahlak!"

 "Suatu saat kamu akan berurusan dengan saya! Ingat itu!" balasnya dengan ketus dan berlalu bergitu saja meninggalkan Suci yang tengah kecewa atas sikap arogannya. 

Suci pun merasa terinjak bahkan tersinggung dan hanya melunglai. Ia malah memperhatikan pria itu hendak berjalan ke koridor lain. 

"Dia ganteng tapi arogannya minta ampun. Terus, kenapa dia ada di rumah sakit ini, ya?" 

Bab terkait

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 3 Emosi Yang Membuncah

    Andhika hendak mencari orang tuanya yang mengalami kecelakaan. Ia hanya datang seorang diri. Saat itu, dia melihat sosok gadis kecil yang sedang berjalan-jalan di luar ruang UGD dan ada pria berbadan kekar menghampirinya."Putri, ya Tuhan!"Andhika berjalan terburu-buru ke ruang UGD. Ia menghempas tangan si pria yang tampak sedang merayu gadis kecil itu."Tunggu! anda mau apakan anak saya!" hardiknya."Oh, kami dari kepolisian. Anda anggota keluarga nenek Diana, kan? kebetulan kami sedang menunggu," jawabnya.Andhika menggendong putrinya lalu menengok neneknya yang sedang berbaring di ranjang."Nenek," panggilnya, ia memeluknya dengan erat."Nenek baru saja dirampok orang, untung ada yang mau menolong, coba kalau enggak," keluh beliau sambil mengusap bahu Andhika.Andhika lantas keluar ruang UGD dan menyambangi pria yang sedang menu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 4 Kehilangan Sosok Ibu

    "Aku harus apa lagi?" batin Suci.Sofyan tetap memeluknya. Mengusap bahu dan rambut gadis itu.Suci terus mengeluhkan kondisinya saat ini yang sedang dirundung masalah. Ibunya sudah semakin parah, hutang bekas pengobatan terus menggunung, bahkan air mata sendunya tak mampu lagi teteskan."Tenang, aku ada di sini buat kamu," kata Sofyan.Tiba di sore hari, dia hendak pulang ke rumahnya dengan menyusuri jalan yang sama. Suci masih mengingat insiden saat menolong seorang nenek dan gadis kecil itu di sana. Ia berdiri sejenak lalu bayangan mereka begitu terngiang-ngiang, apalagi jurus silat yang ia keluarkan saat melawan para begal."Berkesan juga, ya. Kok aku bisa sekuat itu? kenapa aku gak kuat ketika ibuku sakit, ya."Suci pun melanjutkan perjalanannya sendirian. Meski berat dirasa tapi terpaksa harus ia lakukan demi kesembuhan ibunya."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 5 Obrolan Terakhir

    Andhika menghela napas saat mendapati putrinya tak juga berangkat sekolah. Seragam lucunya sudah ia kenakan namun masih saja bermain-main di dalam rumah dengan skuter kesayangannya."Putri," sapanya. "Putri, papa punya makanan kesukaan kamu, nih. Ada coklat, kue dan strawberry juga."Makanan itu ia berikan. Andhika menatap fokus pada gadis kecilnya yang tak mau merespon sapaannya. Dan Putri hanya mengambil satu buah strawberry lalu ia malah menjauhi ayahnya."Kenapa dia gak mau sekolah?" gumam Andhika.Makanan itu ia simpan di atas meja makan. Dan Andhika hanya menikmati beberapa masakan yang tersaji. Neneknya baru saja muncul, dia membawa sebuah tas, dari pakaiannya saja sudah menunjukan bahwa beliau hendak berpergian."Nek, kok Putri gak mau sekolah? apa dia lagi males saja ya?" tanya Andhika."Ya namanya juga anak, kita gak bisa paksa dia seenaknya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 6. Tragedi Itu Terjadi

    Nenek Diana tidak tahu kalau Suci sebenarnya sudah keluar dari rumah sakit. Ia bersikeras menyuruh supirnya untuk menghentikan mobilnya di depan RS. Namun, beliau agak ragu ketika hendak keluar dari mobilnya. "Benar di sini ada orangnya, bu?" Tanya Pak Rustam. "Apa kita cari saja dulu di sana. Kalau gak ketemu juga mungkin bisa cari Indah. Tapi, kok hati saya kurang enak, ya? Mau ada apa ini?" Gumam beliau sembari mengusap tangannya. Tapi, takdir baik berpihak padanya. Nenek Diana melihat Suci sedang berjalan sendirian di seberang. Matanya mendelik, batinnya sudah tidak sabar lagi untuk segera berpapasan dengan gadis yang telah menolongnya itu. "Pak, itu dia anaknya," ucapnya sambil menunjuk ke seberang jalan. "Iya, harus nyebrang dulu, bu. Nanti, sabar, ya?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 7. Tragedi Kecelakaan

    Motor yang baru saja melintas telah menabrak beliau. Pelaku terpental ke tengah jalan tapi nenek Diana tergeletak di samping mobilnya, pintu mobil agak retak pula. Banyak orang mengerumuni tempat itu, lantas Suci bergegas menghampiri, ia bertekuk lutut sembari memeluk badan nenek Diana yang sudah berlumuran darah. Rasa paniknya mulai melanda tak terbendung lagi untuk menangis meratapi insiden kecelakaan ini "Nenek!" Dan orang yang mengerumuni mereka bertanya-tanya. "Bu, dia nenekmu ya?" "Punya nenek kok dibiarkan sendirian?" "Panggil ambulans saja. Rumah sakit dekat! Cepat!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 8. Amarah Yang Membuncah

    Dengan emosi yang naik pitam Andhika mendekat pada gadis yang tengah menyaksikan kesedihan mereka. Matanya terbelalak kala mata coklatnya melihat Suci yang tampak anggun dan berwajah lembut, ia dekati dengan bahasa tubuh yang amat ditakuti. "Oh, jadi wanita ini yang ditemui nenek," batinnya. "Gadis kampung pasti hidupnya susah, kenapa nenek ambisius ingin ketemu dia?" Dan Andhika pun berdiri dengan menyedekapkan tangan tepat di hadapan Suci. "Siapa kamu?" Tanya Andhika. "Katanya dia yang baru saja ditemui nenek," sahut Indah. "Oh jadi kamu yang sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 9. Pilu Saat Di Tempat Terakhir

    "Beneran, kamu masih ingat sama tante?" "Benar, tante. Aku ingat waktu tante melawan orang jahat itu, kan? Yang pakai silat," ucapnya dari bibir mungilnya. Suci tertawa geli mendengar celotehan kecil dari gadis imut di hadapannya itu. "Terus om ini siapa? Pacar tante, ya?" "Oh, dia teman tante, sayang. Om Sofyan, dia detektif. Tahu gak detektif itu apa? Ayo, coba tebak?" "Mana aku tahu, tante. Tapi, sekarang nenek sudah meninggal, dia katanya mau ke surga, nanti aku sama siapa? Sama omah saja gak rame." Wajah gadis kecil itu mendadak suram, menunduk dan tampak cemberut. Suci tetap membalas dengan senyuman hangatnya. Dan menjawab dengan singkat. "Iya, sayang. Nenek mau ke surga." Tiba-tiba Andhika muncul

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 10. Gugatan Konyol

    Satu minggu setelah kematian nenek Diana, pihak kepolisian menghubungi Sofyan untuk menindak lanjuti kasus penyebab kecelakaan. Pelaku sama sekali belum ditemukan, apalagi sudah beredar kabar di media bahwa kasus ini adalah kecelakaan misterius. "Bagaimana ini? Aku belum bisa berbuat banyak. Aku terlalu fokus sama penagih hutang, hampir gak punya waktu buat urus ini urus itu, mana berat badanku makin hari makin berkurang," keluh Suci. "Pasti ada jalannya. Suatu hari pasti ketemu siapa pelakunya, aku kan detektif, masa gak percaya," kata Sofyan. Tentunya Suci belum mampu ikhtiar sendiri. Kekalutan hatinya masih menyerang dirinya, namun karena semangatnya dia mampu menghadapi yang terjadi saat ini.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05

Bab terbaru

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 59. Menggenggam Takdir

    "Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 58. Biang Keladi Tersebarnya Gosip

    "Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 57. Bersikap Dingin

    "Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 56. Mengamati Jejak

    Suci memeluk Sofyan dengan erat sambil terisak-isak. "Makasih sudah menolong Mas Andhika, ya? Kalau gak ada kamu, aku gak tahu harus minta tolong ke siapa," ucapnya. Sofyan melepas pelukan itu. Lalu menyeka air mata Suci. "Kamu udah cinta sama Andhika, ya? Syukurlah kalau begitu, pertahanan rumah tangganya ya, jangan cerai," pinta Sofyan. "Aku pergi dulu." Tak berselang lama, muncul Ibu Marlina dan Pak Adi. Kepanikan terjadi bahkan ibu kandung Andhika itu meraung-raung di depan ruang rawat. "Gimana kronologisnya?" Tanya Pak Adi. "Anak saya jadi begini, korban kriminal yang tidak tahu diri." "Saya sedang berusaha mencari pelakunya," sahut Sofyan. "Mohon doanya ya, biar kasusnya cepat selesai." "Apa semua ini gara-gara kamu, Suci! Anak saya stress karena berita kamu sama detektif ini, kalau terbukti berselingkuh silahkan kalian hengkang dari kehidupan kami!" Tegas Ibu Marlina. "Suci tidak bersalah apapun," sangkal Sofyan. "Ada pihak lain." "Pokoknya saya lagi gak mau baikan sam

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 55. Orang Asing Pelaku Kriminal

    "Terus, siasat kamu ke depannya mau apa?" Tanya Indah. "Kalau bisa libatkan aku juga ya biar bisa bantu kamu." Andhika tersenyum tipis. Ia menyambangi ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Kamu bisa duduk di depan saya?" Tanya Andhika. Indah menuruti apa kata Andhika. Gadis itu tampak pasrah saja. "Saya sudah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, tinggal mencari orangnya, siapa dalang di balik menyebarnya gosip. Reporter itu yang harus kami usut," ucap Andhika. Wajah Indah memerah, mulutnya tampak gemetaran. "Kenapa? Kamu panik?" Tanya Andhika. Ia lantas ke dapur dan kembali lagi sambil menenteng air hangat. Air hangat itu dia berikan pada Indah dan berkata," Ini buat kamu biar gak panik." Indah tercekat, melihat segelas air hangat yang masih beruap, apalagi Andhika yang tampan yang menyodorkan segelas air itu. "Kamu gak pernah lupa memperhatikan aku," ucap Indah. Lalu, dia menerima segelas air hangat dan diteguk sampai habis. Indah berurai air mata. Bulir bening itu sem

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 54. Kasus Semakin Rumit

    "Suci, bisa saya jelaskan dulu, itu cuma gosip," ucap Andhika. "Iya itu cuma gosip. Pastinya kamu lebih memilih menyelamatkan nama baik keluarga dibanding aku. Selama ini aku cuma jadi korban," keluh Suci. Ia mulai terisak-isak. Kemudian, Sofyan menghadap Suci yang sedang menyeka air matanya. Seraya memberikan selembar tissue dan berkata," Dari tangisnya, saya bisa menebak kamu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kasus ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, saya akan berjuang demi kamu." Mungkin, jika Suci belum menjadi istri orang lain, pasti sudah memeluk Sofyan. "Aku masih bisa menghadapi ini, makasih tawarannya, kamu gak perlu berjuang demi aku. Karena Mas Andhika sudah berjuang lebih dulu," ucap Suci. "Dengar itu, Pak Andhika," tegas Sofyan. Istri Anda ternyata sudah membela mati-matian. Sayangnya, Anda kurang tahu diri. Ingat! Kasus ini semakin rumit, mungkin saja butuh waktu untuk menemukan titik terangnya." "Saya bisa mencari detektif yang lebih

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 53. Ada Dalang Di Balik Semuanya

    "Sekarang, sekalian aku mau ajak Carla," sahut Sofyan. Dia meraih tangan Carla lalu merangkul pinggang bak biola itu. Suci menyusul setelah mereka keluar kantor. Apalagi melihat pemandangan bak sepasang kekasih. "Mereka bukan orang asing, mereka temanku. Apa aku harus siap kehilangan Sofyan," gumamnya. "Kenapa aku merasa keberatan Sofyan dekat sama Carla. Temanku yang hampir hilang dari ingatanku." Saking penasarannya, Suci menguntit dua orang itu ke tempat tujuan. Sebuah perusahaan televisi swasta ternama yang selalu memberitakan gosip miring mengenai keluarga Andhika. Namun, langkah Suci terhenti di sana. Seraya berbalik arah dan pergi. Sementara itu, Sofyan memaksa Carla untuk menemui manajer perusahaan televisi. Sayangnya, Carla tampak keberatan. "Kamu bisa bantu, kan? Saya dapat tugas khusus dari Andhika," ucapnya sambil memelas. "Mau bantuin apa? Kenapa juga kamu bawa aku ke sini?" Protes Carla. "Tanyakan reporter wanita yang katanya teman kamu itu," suruh Sofyan. Ca

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 52. Ada Saja Badai Setelah Cinta Bersemi

    Tak ada cara lain, Suci bermurah hati menerima gulungan tissue dan hendak mengelap baju Indah. Namun, Andhika merebut tissue itu dan berkata," Saya yang salah, kenapa harus istri saya yang melakukan. Kamu bukan barang suruhan orang." Andhika lantas mengelap cairan jus di baju Indah. Meski gulungan tissue itu habis, tidak akan bisa membersihkan nodanya karena sudah terserap kain. Tapi, Indah tidak menolak kebaikan Andhika. Dokter cantik itu tampak menikmati meksipun berdiam diri. "Kalian tahu? Suci itu memang wanita biasa tapi cerdas. Dia mampu menghormati siapapun, memperlakukan orang sekitarnya dengan baik dan tulus. Itulah kenapa saya bertahan dengan dia," terang Andhika. Gulungan tissue itu hampir habis. Andhika menunjukkan sisanya di depan mata Indah. "Noda di baju kamu susah hilang, lebih baik dicuci saja atau mau ganti dengan yang baru?" Tanya Andhika. "Urusan baju itu bukan perkara hati. Aku bisa beli yang lebih bagus lagi," ucap Indah. "Gak usah banyak penjelasan soal k

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 51. Istri CEO Bukan Barang Suruhan

    Dan mereka menjadikan malam untuk berbaikan, saling meminta maaf. Andhika memanfaatkan waktu tersebut menjadi momen yang penuh kasih sayang, mesra dan saling memuaskan. Pagi hari tiba, jam sembilan yang sudah cerah, Andhika dan Suci tampak semangat untuk pergi. Mengenakan baju yang elegan dan perhiasan yang mewah. "Kita berangkat sekarang," ajak Andhika."Kamu semangat banget sih, gak biasanya," ucap Suci. "Yakin mau ketemu Sofyan? Kemarin sempat marah gara-gara aku nyebut nama dia.""Orang arogan itu kadang mikirnya pendek, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga," ucap Andhika. "Kamu segar banget hari ini. Apa karena udah disembur malam tadi ya? Sampai kamu mengejang kenikmatan, kayaknya harus rajin.""Mas, gak usah dibikin serius, kita cuma nikah kontrak, gak lebih," sangkal Suci."Sssstttt, jangan bahas itu, kita pergi sekarang," ajak Andhika.Tiba di kantor kerja Sofyan, mereka berpapasan dengan Indah dan seorang teman wanitanya. Tetapi, Andhika tidak menyapa lebih dulu."

DMCA.com Protection Status