Beranda / Romansa / Dinikahi CEO Arogan / Bab 1 Sang Gadis

Share

Dinikahi CEO Arogan
Dinikahi CEO Arogan
Penulis: Kirana Senja

Bab 1 Sang Gadis

Penulis: Kirana Senja
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-30 11:38:58

Siang hari, selesai mengajar di taman kanak-kanak tempat ia mencari nafkah, Suci lantas pergi ke tempat untuk menjenguk ibunya yang sedang dirawat. Di saat sinar matahari yang terik, gadis manis nan menawan itu menyusuri jalan yang ramai kendaraan bermotor. Angin menyibakan rambut hitam berkilau dan hitam, dia memang memiliki wajah cantik tapi postur badannya kurus, bahkan asap kendaraan yang hitam dan kotor sudah tak dihiraukan lagi.

Pakaiannya sederhana, cara dia berjalan juga kalem dan anggun. Wajahnya selalu dihiasi senyuman manis dan lembut. Kini dia sedang  membawa sebuah tas anyaman yang berisi makanan.

"Mudah-mudahan ibu senang aku bawakan makanan ini," gumamnya sembari melihat isi tas anyamannya.

Dia hendak menyeberangi jalan raya kemudian masuk gang, ketika dirinya menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuhnya,  tiba-tiba saja suara klakson terdengar nyaring dan mengagetkan hingga menghentikan langkahnya. Suci melihat mobil sport hitam mewah tepat di depannya yang hampir saja menabraknya. 

Suci tak mempermasalahkan insiden ini. Ia anggap itu hanya angin lalu dan bergegas pergi.

"Hei kamu!" 

Suara tegas dan lantang itu membuatnya kaget seketika. Suci menoleh dan matanya begitu terpukau karena yang ia lihat adalah seorang pria gagah, ganteng, berbadan kekar, di wajahnya terdapat brewok dan kumis yang tipis.

"Iya. Anda pasti merasa tidak enak dengan saya barusan, ya. Kalau begitu saya minta maaf," ucap Suci sambil menundukan kepalanya.

Pria itu membuka kacamata hitamnya, di jari kanannya terdapat sebuah cincin berlian berwarna merah. Dan ia langsung memaki.

"Kamu sudah halangi jalan saya. Ingat! untung saya masih punya belas kasihan sama kamu, coba kalau enggak! saya sudah tabrak badan kamu ini."

Suci merasa dirinya menjadi tersangka. Ia pun melawan pria tampan itu dengan berani.

"Cuma gitu saja anda marah? lagian untuk apa anda turun dari mobil kemudian maki-maki saya? harusnya terus melaju, dong!"

*Tiiiiiiid*

Suara klakson memanggilnya. Pria tampan itu tampak gusar. Dia ingin terus melampiaskan amarahnya pada Suci namun seorang lelaki berpakaian seperti bodyguard menghampiri.

"Maaf, Pak Andhika. Ini sudah siang, kita harus bertemu dengan Mr. Chan sekarang juga. Mungkin lain kali kita selesaikan masalah ini."

Pria itu bernama Andhika. Sudah terdengar di telinga Suci.

"Maaf, Pak Andhika. Saya tinggal dulu," pamit Suci, kemudian ia pergi dengan santai.

"Ini belum selesai!" teriak Andhika.

Dan pria tampan itu masuk ke mobilnya dengan wajah yang ketus. Dari bahasa tubuhnya tampak seorang pedendam juga pemarah. 

Suci lantas melanjutkan perjalanannya. Ia berbelok ke arah gang yang tampak sepi, namun baru saja masuk, matanya terbelalak saat mendapati seorang nenek dan anak perempuan yang masih kecil dikerumuni sekawanan begal anak-anak muda. Emosinya mulai terpancing, Suci tak tinggal diam, ia berlari menuju TKP untuk menolong sosok tua itu.

 "Hei kalian! jangan macam-macam sama orang tua!" teriaknya. 

Supirnya sudah terkapar dengan kening yang sudah berlumuran darah segar. Nenek tua itu teriak minta tolong sembari menggendong anak kecil yang merengek karena ketakutan akan ancaman dari para begal berwajah sangar.

"Tolong saya!" teriaknya.

Dan begal yang berambut panjang dengan wajah kusam dan lusuh menantang. "Siapa elo! ini urusan gue!"

Salah satu begal itu menyandera si nenek dengan menekan lehernya yang tampak kehabisan napas.

"Baik, kalau elo berani macam-macam sama nenek gue coba lawan gue dulu! ayo sini!" Suci melawan, ia naik pitam dan terpaksa berbohong mengakui bahwa dia adalah neneknya.

 "Dasar cewek jalang, lo! ayo siapa takut," sahut si begal.

Suci bersiap memasang kuda-kuda untuk menaklukan tiga orang begal muda itu. Rambutnya tersibak angin, raut wajahnya berubah bagai Singa yang baru saja bangun dari tidurnya.

"Nak, hati-hati!" ucap nenek yang masih disandera itu.

"Jangan khawatir, nek! tenang!" sahut Suci.

Dan pertarungan itu terjadi. Berbagai jurus silat ia gunakan untuk melawan dan menaklukan si begal. Ia menendangkan  kakinya ketika salah satu begal hampir saja menghantam punggungnya. 

 *Buk*

Hentakan tangannya berhasil membuat si begal terkapar. Lalu yang satunya lagi ia taklukan melalui hantaman sebuah kayu yang ia ambil, dan lagi-lagi dia berhasil menaklukan si begal. 

"Eh elo cewek gila! lawan gue kalau elo berani! elo udah kalahin temen gue, pastinya gue sakit!"

"Eh, begal! elo ngerampok orang emangnya gak sakit! kalau pengen duit makanya kerja, dong! kerja!" tegas Suci.

Dua begal sudah siap memasang kuda-kuda untuk melawan. Tangan dan kaki mereka hentakan dan siap menghantam lawan.

"Ayo! gue siap jadi lawan elo! karena gue juga bisa silat," ucapnya.

 "Ayo siapa takut! lawan gue!" 

Dan Suci berkata dengan suara lebih keras lagi.

"Langkahi dulu mayatku!"

Ketika insiden itu terjadi, satang sebuah mobil masuk gang itu, dia berhenti kemudian menembakkan sebuah peluru ke atas.

 *Duar*

Spontan suara itu menghentikan aksi bejad mereka. Kemunculan seorang pria tampan nan berwibawa mampu membungkam aksi para begal. 

"Kami dari kepolisian, angkat tangan!" ucap pria itu dengan tegas.

Dengan gesit semua begal diborgol lalu  ia menghubungi kepolisian setempat untuk menangani para begal yang sudah tertahan. Tak lama kemudian beberapa polisi datang untuk membawa tersangka.

Pria itu menghampiri Suci sambil tersenyum merekah.

"Kayaknya aku kenal. Siapa ya?" gumam Suci sambil melirik-lirik.

"Nak," sapa nenek. "Terima kasih, ya. Kamu sudah menolong saya, kalau saja gak ada kamu mungkin kita yang lemah ini udah mati di sini."

"Oh, iya. Aku lupa. Nenek baik-baik saja, kan? gak sakit badannya?" tanya Suci yang mulai cemas.

"Enggak, nak. Tapi badan nenek juga sakit ditekan sama mereka," keluhnya.

Nenek itu tampak memakai cincin berlian berwarna merah melingkar di jari kanannya persis seperti yang dimiliki oleh pria arogan yang ditemui Suci di jalan raya.

"Tante hebat bisa silat." Ucapan manis itu terlontar dari bibir mungil anak perempuan berkucir dua itu. Ia tersenyum merekah.

"Terima kasih, sayang. Kamu gak apa-apa, kan?" kata Suci tersenyum.

Dan pria tampan itu mendekat lalu membuka kacamata hitamnya. Suci langsung tercekat melihat sosok yang tersenyum manis di depannya.

 "Sofyan? aku kira siapa?"

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Sofyan. Lalu, ia membantu supir pribadi si nenek yang masih lemah.

Salah satu teman Sofyan baru saja keluar dari mobil, ia membantu supir tersebut agar segera sadarkan diri. Namun, karena bekas hantaman di wajah dan perutnya, ia tak mampu menggerakkan seluruh persendian badannya. 

"Pak Rustam, ini supir saya. Kita bawa saja dia ke rumah sakit, biar saya yang nyetir," kata nenek.

"Ke rumah sakit? oh, kebetulan saya juga mau rumah sakit, nek. Mau jenguk ibu saya yang sedang dirawat," kata Suci.

"Kalau begitu kita pergi sama-sama," ajaknya.

"Maaf, bu. Sebaiknya, teman saya saja yang nyetir mobilnya. Jangan khawatir, kami dari pihak kepolisian," kata Sofyan dengan lembut.

Suci merasa bersalah atas apa yang terjadi. Namun, ia sadar kadang insiden membahayakan nyawanya bisa datang kapan saja. Nenek dan anak kecil itu lantas masuk ke dalam mobil. Ia masih panik dan badannya gemetaran. 

"Pak sofyan, saya duluan ke rumah sakit, ya?" pamit temannya itu.

"Ok, Don. Tunggu gue di sana," sahutnya.

Suci menghela napas. Matanya mendelik saat mendapati darah segar di lengannya. Ia baru saja merasakan sakitnya terluka akibat terkena hantaman dari begal yang ia lawan dan lukanya mulai memar.

"Kamu itu kadang lembut, tapi barusan kayak Singa," kata Sofyan.

"Kamu tahu dari mana aku di sini?" tanya Suci.

"Biasanya kalau pulang ngajar, kamu lewat sini, kok. Kita ke rumah sakit, sekalian jenguk ibu kamu," ajak Sofyan. "Sekalian juga obati luka lebam itu."

Tak ada pilihan lain selain ikut dengan pria yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Suci merasa senang ketika ada orang yang mau meringankan sedikit bebannya di waktu dirinya ada pada titik terendah.

 "Gimana ibu kamu?"

"Parah, kanker livernya udah parah. Kemarin juga dia gak bisa tidur, gak mau makan, gak minum, bisanya nangis," sahut Suci.

Air matanya mulai berlinang, seraya  mengusapnya perlahan. 

"Kalau ada masalah coba ngomong sama aku," kata Sofyan. "Jangan dipendam terus."

"Itu rumah mau aku jual buat bayar hutang bekas pengobatan ibu, ratusan juta, masa aku harus pinjam dari kamu," ungkap Suci. "Tapi, kamu udah naik jabatan nih?"

Sofyan tersenyum, dari raut wajahnya sudah menunjukan bahwa dia memang sedang bahagia.

"Aku sekarang jadi anggota detektif dan gabung dengan kepolisian, besok mau sidang buat membongkar kasus pembunuhan, aku udah punya bukti banyak. Doakan, ya?"

"Indonesia butuh orang jenius kayak kamu," tukas Suci.

"Masa kamu gak butuh aku," sambung Sofyan.  

"Barusan nenek itu dibawa ke mana?"

"Ke rumah sakit, kita temukan beliau di sana, siapa tahu ketemu," tukas Sofyan.

Batin Suci belum tenang, ia masih ingat pada sosok tua itu.

"Siapa beliau, ya? kok, jadi penasaran begini? Kenapa cincin berlian itu mirip dengan orang arogan yang aku temui di jalan?"

    

    

Bab terkait

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 2 Arogansi Sang CEO

    Ketika tiba di rumah sakit, Suci tak lagi menemukan ibunya di ruang rawat inap biasa. Tabung oksigen dan selang yang menjuntai disertai ranjang pasien dengan selimut yang menggulung dibiarkan begitu saja. Pikiran buruk sudah menghantuinya, batinnya mulai merasa ada sesuatu yang terjadi pada orang tua satu-satunya itu."Di mana ibu?" keluhnya.Kemudian seorang perawat menyambanginya lalu menyapanya."Ini dengan ibu Suci, kan? saya mau kasih kabar kalau ibu Kana baru saja dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan lebih intensif karena kemo sore nanti kemungkinan kami batalkan."Suci tercekat. Terbesit pertanyaan dalam benaknya, rasa gundah mulai meliputi dirinya."Kenapa memang? saya pasti bayar biayanya, sudah kompromi dulu sama dokter," sangkal Suci agak naik pitam."Kondisi ibu Kana saat ini mungkin hanya Tuhan yang menentukan. Tapi, kita masih bisa tengok dia dari dindin

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 3 Emosi Yang Membuncah

    Andhika hendak mencari orang tuanya yang mengalami kecelakaan. Ia hanya datang seorang diri. Saat itu, dia melihat sosok gadis kecil yang sedang berjalan-jalan di luar ruang UGD dan ada pria berbadan kekar menghampirinya."Putri, ya Tuhan!"Andhika berjalan terburu-buru ke ruang UGD. Ia menghempas tangan si pria yang tampak sedang merayu gadis kecil itu."Tunggu! anda mau apakan anak saya!" hardiknya."Oh, kami dari kepolisian. Anda anggota keluarga nenek Diana, kan? kebetulan kami sedang menunggu," jawabnya.Andhika menggendong putrinya lalu menengok neneknya yang sedang berbaring di ranjang."Nenek," panggilnya, ia memeluknya dengan erat."Nenek baru saja dirampok orang, untung ada yang mau menolong, coba kalau enggak," keluh beliau sambil mengusap bahu Andhika.Andhika lantas keluar ruang UGD dan menyambangi pria yang sedang menu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 4 Kehilangan Sosok Ibu

    "Aku harus apa lagi?" batin Suci.Sofyan tetap memeluknya. Mengusap bahu dan rambut gadis itu.Suci terus mengeluhkan kondisinya saat ini yang sedang dirundung masalah. Ibunya sudah semakin parah, hutang bekas pengobatan terus menggunung, bahkan air mata sendunya tak mampu lagi teteskan."Tenang, aku ada di sini buat kamu," kata Sofyan.Tiba di sore hari, dia hendak pulang ke rumahnya dengan menyusuri jalan yang sama. Suci masih mengingat insiden saat menolong seorang nenek dan gadis kecil itu di sana. Ia berdiri sejenak lalu bayangan mereka begitu terngiang-ngiang, apalagi jurus silat yang ia keluarkan saat melawan para begal."Berkesan juga, ya. Kok aku bisa sekuat itu? kenapa aku gak kuat ketika ibuku sakit, ya."Suci pun melanjutkan perjalanannya sendirian. Meski berat dirasa tapi terpaksa harus ia lakukan demi kesembuhan ibunya."

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 5 Obrolan Terakhir

    Andhika menghela napas saat mendapati putrinya tak juga berangkat sekolah. Seragam lucunya sudah ia kenakan namun masih saja bermain-main di dalam rumah dengan skuter kesayangannya."Putri," sapanya. "Putri, papa punya makanan kesukaan kamu, nih. Ada coklat, kue dan strawberry juga."Makanan itu ia berikan. Andhika menatap fokus pada gadis kecilnya yang tak mau merespon sapaannya. Dan Putri hanya mengambil satu buah strawberry lalu ia malah menjauhi ayahnya."Kenapa dia gak mau sekolah?" gumam Andhika.Makanan itu ia simpan di atas meja makan. Dan Andhika hanya menikmati beberapa masakan yang tersaji. Neneknya baru saja muncul, dia membawa sebuah tas, dari pakaiannya saja sudah menunjukan bahwa beliau hendak berpergian."Nek, kok Putri gak mau sekolah? apa dia lagi males saja ya?" tanya Andhika."Ya namanya juga anak, kita gak bisa paksa dia seenaknya,

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-30
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 6. Tragedi Itu Terjadi

    Nenek Diana tidak tahu kalau Suci sebenarnya sudah keluar dari rumah sakit. Ia bersikeras menyuruh supirnya untuk menghentikan mobilnya di depan RS. Namun, beliau agak ragu ketika hendak keluar dari mobilnya. "Benar di sini ada orangnya, bu?" Tanya Pak Rustam. "Apa kita cari saja dulu di sana. Kalau gak ketemu juga mungkin bisa cari Indah. Tapi, kok hati saya kurang enak, ya? Mau ada apa ini?" Gumam beliau sembari mengusap tangannya. Tapi, takdir baik berpihak padanya. Nenek Diana melihat Suci sedang berjalan sendirian di seberang. Matanya mendelik, batinnya sudah tidak sabar lagi untuk segera berpapasan dengan gadis yang telah menolongnya itu. "Pak, itu dia anaknya," ucapnya sambil menunjuk ke seberang jalan. "Iya, harus nyebrang dulu, bu. Nanti, sabar, ya?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 7. Tragedi Kecelakaan

    Motor yang baru saja melintas telah menabrak beliau. Pelaku terpental ke tengah jalan tapi nenek Diana tergeletak di samping mobilnya, pintu mobil agak retak pula. Banyak orang mengerumuni tempat itu, lantas Suci bergegas menghampiri, ia bertekuk lutut sembari memeluk badan nenek Diana yang sudah berlumuran darah. Rasa paniknya mulai melanda tak terbendung lagi untuk menangis meratapi insiden kecelakaan ini "Nenek!" Dan orang yang mengerumuni mereka bertanya-tanya. "Bu, dia nenekmu ya?" "Punya nenek kok dibiarkan sendirian?" "Panggil ambulans saja. Rumah sakit dekat! Cepat!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 8. Amarah Yang Membuncah

    Dengan emosi yang naik pitam Andhika mendekat pada gadis yang tengah menyaksikan kesedihan mereka. Matanya terbelalak kala mata coklatnya melihat Suci yang tampak anggun dan berwajah lembut, ia dekati dengan bahasa tubuh yang amat ditakuti. "Oh, jadi wanita ini yang ditemui nenek," batinnya. "Gadis kampung pasti hidupnya susah, kenapa nenek ambisius ingin ketemu dia?" Dan Andhika pun berdiri dengan menyedekapkan tangan tepat di hadapan Suci. "Siapa kamu?" Tanya Andhika. "Katanya dia yang baru saja ditemui nenek," sahut Indah. "Oh jadi kamu yang sudah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 9. Pilu Saat Di Tempat Terakhir

    "Beneran, kamu masih ingat sama tante?" "Benar, tante. Aku ingat waktu tante melawan orang jahat itu, kan? Yang pakai silat," ucapnya dari bibir mungilnya. Suci tertawa geli mendengar celotehan kecil dari gadis imut di hadapannya itu. "Terus om ini siapa? Pacar tante, ya?" "Oh, dia teman tante, sayang. Om Sofyan, dia detektif. Tahu gak detektif itu apa? Ayo, coba tebak?" "Mana aku tahu, tante. Tapi, sekarang nenek sudah meninggal, dia katanya mau ke surga, nanti aku sama siapa? Sama omah saja gak rame." Wajah gadis kecil itu mendadak suram, menunduk dan tampak cemberut. Suci tetap membalas dengan senyuman hangatnya. Dan menjawab dengan singkat. "Iya, sayang. Nenek mau ke surga." Tiba-tiba Andhika muncul

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04

Bab terbaru

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 59. Menggenggam Takdir

    "Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 58. Biang Keladi Tersebarnya Gosip

    "Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 57. Bersikap Dingin

    "Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 56. Mengamati Jejak

    Suci memeluk Sofyan dengan erat sambil terisak-isak. "Makasih sudah menolong Mas Andhika, ya? Kalau gak ada kamu, aku gak tahu harus minta tolong ke siapa," ucapnya. Sofyan melepas pelukan itu. Lalu menyeka air mata Suci. "Kamu udah cinta sama Andhika, ya? Syukurlah kalau begitu, pertahanan rumah tangganya ya, jangan cerai," pinta Sofyan. "Aku pergi dulu." Tak berselang lama, muncul Ibu Marlina dan Pak Adi. Kepanikan terjadi bahkan ibu kandung Andhika itu meraung-raung di depan ruang rawat. "Gimana kronologisnya?" Tanya Pak Adi. "Anak saya jadi begini, korban kriminal yang tidak tahu diri." "Saya sedang berusaha mencari pelakunya," sahut Sofyan. "Mohon doanya ya, biar kasusnya cepat selesai." "Apa semua ini gara-gara kamu, Suci! Anak saya stress karena berita kamu sama detektif ini, kalau terbukti berselingkuh silahkan kalian hengkang dari kehidupan kami!" Tegas Ibu Marlina. "Suci tidak bersalah apapun," sangkal Sofyan. "Ada pihak lain." "Pokoknya saya lagi gak mau baikan sam

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 55. Orang Asing Pelaku Kriminal

    "Terus, siasat kamu ke depannya mau apa?" Tanya Indah. "Kalau bisa libatkan aku juga ya biar bisa bantu kamu." Andhika tersenyum tipis. Ia menyambangi ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Kamu bisa duduk di depan saya?" Tanya Andhika. Indah menuruti apa kata Andhika. Gadis itu tampak pasrah saja. "Saya sudah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, tinggal mencari orangnya, siapa dalang di balik menyebarnya gosip. Reporter itu yang harus kami usut," ucap Andhika. Wajah Indah memerah, mulutnya tampak gemetaran. "Kenapa? Kamu panik?" Tanya Andhika. Ia lantas ke dapur dan kembali lagi sambil menenteng air hangat. Air hangat itu dia berikan pada Indah dan berkata," Ini buat kamu biar gak panik." Indah tercekat, melihat segelas air hangat yang masih beruap, apalagi Andhika yang tampan yang menyodorkan segelas air itu. "Kamu gak pernah lupa memperhatikan aku," ucap Indah. Lalu, dia menerima segelas air hangat dan diteguk sampai habis. Indah berurai air mata. Bulir bening itu sem

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 54. Kasus Semakin Rumit

    "Suci, bisa saya jelaskan dulu, itu cuma gosip," ucap Andhika. "Iya itu cuma gosip. Pastinya kamu lebih memilih menyelamatkan nama baik keluarga dibanding aku. Selama ini aku cuma jadi korban," keluh Suci. Ia mulai terisak-isak. Kemudian, Sofyan menghadap Suci yang sedang menyeka air matanya. Seraya memberikan selembar tissue dan berkata," Dari tangisnya, saya bisa menebak kamu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kasus ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, saya akan berjuang demi kamu." Mungkin, jika Suci belum menjadi istri orang lain, pasti sudah memeluk Sofyan. "Aku masih bisa menghadapi ini, makasih tawarannya, kamu gak perlu berjuang demi aku. Karena Mas Andhika sudah berjuang lebih dulu," ucap Suci. "Dengar itu, Pak Andhika," tegas Sofyan. Istri Anda ternyata sudah membela mati-matian. Sayangnya, Anda kurang tahu diri. Ingat! Kasus ini semakin rumit, mungkin saja butuh waktu untuk menemukan titik terangnya." "Saya bisa mencari detektif yang lebih

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 53. Ada Dalang Di Balik Semuanya

    "Sekarang, sekalian aku mau ajak Carla," sahut Sofyan. Dia meraih tangan Carla lalu merangkul pinggang bak biola itu. Suci menyusul setelah mereka keluar kantor. Apalagi melihat pemandangan bak sepasang kekasih. "Mereka bukan orang asing, mereka temanku. Apa aku harus siap kehilangan Sofyan," gumamnya. "Kenapa aku merasa keberatan Sofyan dekat sama Carla. Temanku yang hampir hilang dari ingatanku." Saking penasarannya, Suci menguntit dua orang itu ke tempat tujuan. Sebuah perusahaan televisi swasta ternama yang selalu memberitakan gosip miring mengenai keluarga Andhika. Namun, langkah Suci terhenti di sana. Seraya berbalik arah dan pergi. Sementara itu, Sofyan memaksa Carla untuk menemui manajer perusahaan televisi. Sayangnya, Carla tampak keberatan. "Kamu bisa bantu, kan? Saya dapat tugas khusus dari Andhika," ucapnya sambil memelas. "Mau bantuin apa? Kenapa juga kamu bawa aku ke sini?" Protes Carla. "Tanyakan reporter wanita yang katanya teman kamu itu," suruh Sofyan. Ca

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 52. Ada Saja Badai Setelah Cinta Bersemi

    Tak ada cara lain, Suci bermurah hati menerima gulungan tissue dan hendak mengelap baju Indah. Namun, Andhika merebut tissue itu dan berkata," Saya yang salah, kenapa harus istri saya yang melakukan. Kamu bukan barang suruhan orang." Andhika lantas mengelap cairan jus di baju Indah. Meski gulungan tissue itu habis, tidak akan bisa membersihkan nodanya karena sudah terserap kain. Tapi, Indah tidak menolak kebaikan Andhika. Dokter cantik itu tampak menikmati meksipun berdiam diri. "Kalian tahu? Suci itu memang wanita biasa tapi cerdas. Dia mampu menghormati siapapun, memperlakukan orang sekitarnya dengan baik dan tulus. Itulah kenapa saya bertahan dengan dia," terang Andhika. Gulungan tissue itu hampir habis. Andhika menunjukkan sisanya di depan mata Indah. "Noda di baju kamu susah hilang, lebih baik dicuci saja atau mau ganti dengan yang baru?" Tanya Andhika. "Urusan baju itu bukan perkara hati. Aku bisa beli yang lebih bagus lagi," ucap Indah. "Gak usah banyak penjelasan soal k

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 51. Istri CEO Bukan Barang Suruhan

    Dan mereka menjadikan malam untuk berbaikan, saling meminta maaf. Andhika memanfaatkan waktu tersebut menjadi momen yang penuh kasih sayang, mesra dan saling memuaskan. Pagi hari tiba, jam sembilan yang sudah cerah, Andhika dan Suci tampak semangat untuk pergi. Mengenakan baju yang elegan dan perhiasan yang mewah. "Kita berangkat sekarang," ajak Andhika."Kamu semangat banget sih, gak biasanya," ucap Suci. "Yakin mau ketemu Sofyan? Kemarin sempat marah gara-gara aku nyebut nama dia.""Orang arogan itu kadang mikirnya pendek, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga," ucap Andhika. "Kamu segar banget hari ini. Apa karena udah disembur malam tadi ya? Sampai kamu mengejang kenikmatan, kayaknya harus rajin.""Mas, gak usah dibikin serius, kita cuma nikah kontrak, gak lebih," sangkal Suci."Sssstttt, jangan bahas itu, kita pergi sekarang," ajak Andhika.Tiba di kantor kerja Sofyan, mereka berpapasan dengan Indah dan seorang teman wanitanya. Tetapi, Andhika tidak menyapa lebih dulu."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status