Home / Romansa / Dinikahi CEO Arogan / Bab 5 Obrolan Terakhir

Share

Bab 5 Obrolan Terakhir

Author: Kirana Senja
last update Last Updated: 2021-05-30 11:45:19

Andhika menghela napas saat mendapati putrinya tak juga berangkat sekolah. Seragam lucunya sudah ia kenakan namun masih saja bermain-main di dalam rumah dengan skuter kesayangannya. 

 "Putri," sapanya. "Putri, papa punya makanan kesukaan kamu, nih. Ada coklat, kue dan strawberry juga."

Makanan itu ia berikan.  Andhika menatap fokus pada gadis kecilnya yang tak mau merespon sapaannya. Dan Putri hanya mengambil satu buah strawberry lalu ia malah menjauhi ayahnya.

 "Kenapa dia gak mau sekolah?" gumam Andhika.

Makanan itu ia simpan di atas meja makan. Dan Andhika hanya menikmati beberapa masakan yang tersaji. Neneknya baru saja muncul, dia membawa sebuah tas, dari pakaiannya saja sudah menunjukan bahwa beliau hendak berpergian.

 "Nek, kok Putri gak mau sekolah? apa dia lagi males saja ya?" tanya Andhika.

"Ya namanya juga anak, kita gak bisa paksa dia seenaknya, semuanya harus terserah dia, ya sudah kita orang tuanya mengalah saja," sahutnya.

Andhika melirik-lirik wajah neneknya yang tampak pucat tapi bercahaya. Dalam hatinya bergumam tak seperti biasanya beliau terlihat seperti itu. Rasa cemasnya mulai melanda, ada rasa takut akan kehilangan nenek tercinta. 

 "Sudah satu minggu nenek gak nafsu makan, mungkin hari ini mau ke dokter Indah lagi, tapi pengen juga ketemu sama gadis yang sudah menolong nenek minggu lalu, soalnya gak sempet bilang terima kasih sama dia," kata beliau dengan suara agak lirih.

 "Nenek tahu dia ada di mana?"

"Ya, di rumah sakit itu. Dia bilang kalau ibunya juga lagi sakit dirawat juga di sana. Siapa tahu masih ada. Tapi, gimana hubungan kamu sama Indah? ada niat ke pelaminan?" tanya nenek, pertanyaan itu membuat Andhika bingung.

 "Aku gak pernah ada hubungan apapun sama dia, lagian gak pernah nyaman. Dianya aja yang suka kepedean, mungkin pengennya dia, aku ini jadi suaminya. Kita cuma berteman sejak sekolah dulu," tandas Andhika.

"Ya nenek juga gak suka. Indah memang cantik, lembut, juga keturunan dari keluarga terhormat, tapi nenek gak suka sama dia, entah kenapa, ya? Begitu juga mama kamu itu," kata nenek.

Andhika hanya merespon sewajarnya. Dalam benaknya tak terbesit rasa cinta atau suka sedikitpun pada wanita yang berprofesi sebagai dokter itu. 

"Nenek benar mau pergi sekarang? tapi jangan lagi lewat gang sempit atau kecil yang rawan begal, ya. Jangan lagi kayak kemarin," kata Andhika.

"Tenang, nenek merasa baik-baik saja," tukasnya. Kemudian beliau menghabiskan sarapannya. 

Sebelum berangkat, orang tua itu menemui cucu buyutnya. Beliau memeluk, mencium keningnya lalu memeluknya. Entah mengapa gadis kecil itu tak mau lepas dari dekapan nenek yang selalu ada untuknya. Bahkan sempat menangis dan meronta-ronta ingin ikut dengannya.

"Aku pengen ikut nenek, pah! Boleh, kan?" lirihnya.

 Andhika, ayahnya mencoba merangkul dan menggendong Putri dan bergegas masuk ke dalam rumahnya lagi. Beruntung ada mama Marlina yang segera menggendong gadis kecil yang sedang merengek itu.

 "Kenapa cucu oma? nangis? ih, cantiknya hilang, dong," ucapnya sembari mengusap air mata cucunya itu.

 "Pengen ikut nenek," lirihnya. "Habisnya papa sukanya marah-marah."

Andhika tertegun dengan ucapan polos putrinya. Ada rasa malu bahkan terkesan jaim. 

"Putri sayang, tenang suatu saat papa gak bakal marah lagi, asalkan kamu mau berangkat sekolah, ya?"

"Gak mau! Gak mau sekolah!" Sahutnya dengan suara keras, dia semakin merengek. 

"An, lebih baik kamu berangkat kerja, nanti siang katanya ayah kamu mau pulang dari China. Mama udah kangen dia," kata beliau.

 "Bukannya masih satu minggu lagi? kok, sudah mau pulang?" batin Andhika.

Andhika tak mampu menaklukan sikap putrinya yang sedang tantrum. Ia memilih untuk mengalah saja daripada suara tangisnya semakin keras. Kemudian dia pamit pergi ke kantor dan bergegas menyetir mobilnya.

Tiba di kantor yang ia pimpin. Empat orang bodyguard menyambutnya untuk mengawal beliau. Semua orang menyambutnya dengan baik bahkan menunduk ketika atasannya melintas di depan mereka. Andhika memang CEO yang tegas bahkan keras kepala.  

Ketika menuju lantai dua di mana ada ruang kerjanya, ada seorang lelaki yang menyambanginya. Menatapnya dengan tajam lalu melemparkan sepatunya pada sang CEO tampan itu.

"Eh brengsek! gue gak terima keputusan elo yang pecat gue seenaknya, sudah gue bilang insiden korupsi uang bukan salah gue!"

Lelaki itu memarahi Andhika sambil berteriak hingga suaranya mengundang perhatian orang di sekitarnya. Para bodyguard berusaha memaksanya agar keluar dari kantor tersebut. 

"Keluarkan dia dari sini! sekarang juga! najis, kalau masih ada koruptor seperti dia!" tegasnya.

Lelaki itu terus meronta meminta pekerjaannya dikembalikan. Namun semua orang tak mampu menaklukan sikap keras kepala sang CEO. Sikap teganya memang sudah dikenal oleh semua pekerja. 

Dia memang penerus dari perusahaan Sanjaya Group yang mengelola keuangan, perdagangan tingkat Asia dan sejumlah pertanian. Auranya semakin berwibawa ketika ia menduduki kursi jabatannya.

"Selamat pagi, Pak Presdir," ucap Pak Yudi, sekretaris pribadi sekaligus penasehatnya.

Andhika malah membuka sebuah dokumen. Tak mau menjawab ucapan salam dari sekretaris berusia 57 tahun itu. 

"Barusan ada mantan karyawan kita muncul lagi di kantor ini. Kenapa bisa begitu? pesangon dia lumayan, kan?"

"Begini, sebenarnya kita masih mencari siapa saja yang terlibat dengan kasus korupsi di perusahaan, pastinya kita tidak tinggal diam. Semoga saja bulan depan atau berikutnya bisa ditemukan siapa pelakunya," sahut Pak Yudi.

Bel berbunyi, Pak Yudi bergegas membuka pintunya dan muncul sosok wanita yang berprofesi sebagai dokter itu.

 "Indah? kenapa datang ke sini?" tanya Andhika.

"Aku bawakan ini buat Putri," ucapnya sembari membuka sebuah kotak berisi boneka, ia tunjukan ada sebuah kalimat yang tertera. "Tuh, untuk Putri Intan Sanjaya."

 "Berapa kali lagi kamu hobi kasih hadiah buat Putri?" Andhika berkilah.

Indah menghela napas. Ia menyimpan kembali boneka itu di kursi sofa.

"Kamu gak suka? ya sudah kalau gak suka aku buang saja," ucapnya kesal.

Andhika melihat Indah yang tampak gusar karena telah menolak hadiahnya secara halus. Ia lalu mendekati wanita itu.

"Kamu harusnya praktek, kan?"

"Nanti siang aku baru praktek ke rumah sakit," sahut Indah.

"Nenekku katanya mau ke sana, menemui wanita yang sudah menolongnya minggu lalu, katanya dia mau ketemu kamu juga," ungkap Andhika.

 Indah keheranan. Dahinya mengernyit. "Ketemu? sama aku?"

Andhika mengangguk pelan. Indah membawa tasnya lagi kemudian berpamitan. Ia hendak memeluk Andhika namun ditolaknya dengan halus.

"Aku pergi dulu, siapa tahu nenek ada di sana," pamitnya.

Setelah Indah pergi, Andhika kembali duduk di kursi tapi tangannnya tidak sengaja menepak sebuah foto neneknya sampai jatuh dan pecah. Pelan-pelan ia mengambilnya lagi dan menatap foto wanita rambutnya sudah memutih itu. 

 "Nenek? ada apa ini?" gumamnya.

Andhika teringat pada sosok wanita yang akan ditemui neneknya. Seorang gadis yang sempat menyelamatkan nyawa neneknya.

"Katanya nenek mau ketemu sama si cewek yang sudah menolongnya dari para begal, siapa sih cewek itu? awas kalau kamu macam-macam! kalau sampai terjadi sesuatu pada nenekku akan kucari kamu sampai dapat!" gumam Andhika.

Ponsel Andhika berbunyi. Tertera nomor yang tidak dikenal memanggilnya. Dan setelah menekan tombol hijau terdengarlah suara asing yang berbicara.

"Kamu pasti akan mendapat balasan yang menyakitkan. Lihat saja nanti. Boss arogan kayak kamu harusnya mati! dan perlu kamu ingat satu hal, nenek kamu sebentar lagi mati!"

Suara itu berasal dari seorang lelaki. Entah siapa orangnya. Andhika merasa dirinya terancam dan mulai mencemaskan neneknya yang sedang pergi.

"Siapa yang baru saja memanggilku?" gumam Andhika. "Atau ada hubungannya dengan gadis itu?"

     

    

Related chapters

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 6. Tragedi Itu Terjadi

    Nenek Diana tidak tahu kalau Suci sebenarnya sudah keluar dari rumah sakit. Ia bersikeras menyuruh supirnya untuk menghentikan mobilnya di depan RS. Namun, beliau agak ragu ketika hendak keluar dari mobilnya. "Benar di sini ada orangnya, bu?" Tanya Pak Rustam. "Apa kita cari saja dulu di sana. Kalau gak ketemu juga mungkin bisa cari Indah. Tapi, kok hati saya kurang enak, ya? Mau ada apa ini?" Gumam beliau sembari mengusap tangannya. Tapi, takdir baik berpihak padanya. Nenek Diana melihat Suci sedang berjalan sendirian di seberang. Matanya mendelik, batinnya sudah tidak sabar lagi untuk segera berpapasan dengan gadis yang telah menolongnya itu. "Pak, itu dia anaknya," ucapnya sambil menunjuk ke seberang jalan. "Iya, harus nyebrang dulu, bu. Nanti, sabar, ya?"

    Last Updated : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 7. Tragedi Kecelakaan

    Motor yang baru saja melintas telah menabrak beliau. Pelaku terpental ke tengah jalan tapi nenek Diana tergeletak di samping mobilnya, pintu mobil agak retak pula. Banyak orang mengerumuni tempat itu, lantas Suci bergegas menghampiri, ia bertekuk lutut sembari memeluk badan nenek Diana yang sudah berlumuran darah. Rasa paniknya mulai melanda tak terbendung lagi untuk menangis meratapi insiden kecelakaan ini "Nenek!" Dan orang yang mengerumuni mereka bertanya-tanya. "Bu, dia nenekmu ya?" "Punya nenek kok dibiarkan sendirian?" "Panggil ambulans saja. Rumah sakit dekat! Cepat!"

    Last Updated : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 8. Amarah Yang Membuncah

    Dengan emosi yang naik pitam Andhika mendekat pada gadis yang tengah menyaksikan kesedihan mereka. Matanya terbelalak kala mata coklatnya melihat Suci yang tampak anggun dan berwajah lembut, ia dekati dengan bahasa tubuh yang amat ditakuti. "Oh, jadi wanita ini yang ditemui nenek," batinnya. "Gadis kampung pasti hidupnya susah, kenapa nenek ambisius ingin ketemu dia?" Dan Andhika pun berdiri dengan menyedekapkan tangan tepat di hadapan Suci. "Siapa kamu?" Tanya Andhika. "Katanya dia yang baru saja ditemui nenek," sahut Indah. "Oh jadi kamu yang sudah me

    Last Updated : 2021-06-03
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 9. Pilu Saat Di Tempat Terakhir

    "Beneran, kamu masih ingat sama tante?" "Benar, tante. Aku ingat waktu tante melawan orang jahat itu, kan? Yang pakai silat," ucapnya dari bibir mungilnya. Suci tertawa geli mendengar celotehan kecil dari gadis imut di hadapannya itu. "Terus om ini siapa? Pacar tante, ya?" "Oh, dia teman tante, sayang. Om Sofyan, dia detektif. Tahu gak detektif itu apa? Ayo, coba tebak?" "Mana aku tahu, tante. Tapi, sekarang nenek sudah meninggal, dia katanya mau ke surga, nanti aku sama siapa? Sama omah saja gak rame." Wajah gadis kecil itu mendadak suram, menunduk dan tampak cemberut. Suci tetap membalas dengan senyuman hangatnya. Dan menjawab dengan singkat. "Iya, sayang. Nenek mau ke surga." Tiba-tiba Andhika muncul

    Last Updated : 2021-06-04
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 10. Gugatan Konyol

    Satu minggu setelah kematian nenek Diana, pihak kepolisian menghubungi Sofyan untuk menindak lanjuti kasus penyebab kecelakaan. Pelaku sama sekali belum ditemukan, apalagi sudah beredar kabar di media bahwa kasus ini adalah kecelakaan misterius. "Bagaimana ini? Aku belum bisa berbuat banyak. Aku terlalu fokus sama penagih hutang, hampir gak punya waktu buat urus ini urus itu, mana berat badanku makin hari makin berkurang," keluh Suci. "Pasti ada jalannya. Suatu hari pasti ketemu siapa pelakunya, aku kan detektif, masa gak percaya," kata Sofyan. Tentunya Suci belum mampu ikhtiar sendiri. Kekalutan hatinya masih menyerang dirinya, namun karena semangatnya dia mampu menghadapi yang terjadi saat ini.

    Last Updated : 2021-06-05
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 11. Ketika Lapar Melanda

    ketika Suci duduk kursi panjang di luar ruangan itu. Ia membuka botol minuman kemudian diteguknya hingga habis. "Segarnya. Aku sekarang udah lega. Sidang ini masih lanjut?" "Sampai tuntas mungkin dua atau tiga kali lagi," jawab Sofyan. "Sofyan. Doakan aku, ya. Semoga bisa bayar semua hutang aku yang segunung, mungkin dalam waktu dekat ini aku mau berangkat buat kerja di luar negeri," kata Suci. "Serius? Kerja di sana perlu tenaga besar, mental juga siap sedia. Kamu sanggup?" "Ya sanggup, dong. Siapa yang mau bayar hutang aku yang banyak itu coba? Daripada aku stress lebih baik kerja, kan? Memang berat tapi mau giman

    Last Updated : 2021-06-12
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 12. Perdebatan Tentang Gugatan

    "Bagaimana dengan fotonya? Kalian sudah ambil beberapa pose, kan?" Tanya Adhika pada bodyguard pribadinya. Salah satu bodyguard memberikan hasil potret kepada majikannya itu. Seketika wajah Andhika kembali sumringah. "Bagus!" "Kalau boleh tahu, kenapa Anda lakukan ini?" "Sebarkan ini di media sosial, aku ingin membuktikan bahwa CEO kaya raya seperti aku mampu berbuat baik pada siapapun meski pada musuhnya, kalian tahu? Namaku harus bersih! Kalian sama sekali gak merasakan sakit hati saya karena kehilangan orangtua," sahutnya. Semua bodyguard menepuk kening karena mendapati kebodohan majika

    Last Updated : 2021-06-20
  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 13. Kegalauan Andhika

    Kabar tentang gugatan seorang kaya raya pada gadis miskin itu sudah tersebar di media televisi dan jaringan sosial. Pihak wartawan dan netizen bahkan mengolok-olok sikap konyol sang penggugat yang dirasa memalukan. Tak ayal, ini membuat Andhika menjadi sangat gusar. Pada berita di televisi itu menayangkan sosok Suci sedang duduk di kursi persidangan yang tunduk setia mendengar vonis dari hakim. Sedangkan Andhika terlihat sedang bersedekap sembari menengadahkan kepala sehingga tampak angkuh. "Sialan! Siapa yang nyebarin berita ini! Dasar wartawan sialan, urusan mereka juga bukan, ngapain ikut campur masalah gue!" Keluhnya. Dan seorang reporter itu menegaskan bahwa aksi tersebut hanyal

    Last Updated : 2021-06-23

Latest chapter

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 59. Menggenggam Takdir

    "Jujur saja kamu mau menyingkirkan Suci dari hidup saya," ucap Andhika. "Sayangnya, gagal!""Aaarrrghhh!" Indah berteriak. Dokter itu menutup telinganya sambil terisak-isak. "Kamu gak pernah menghargai cinta aku, Andhika!""Karena demi cinta kamu menghalalkan segala cara. Padahal masih ada pria lain yang mau menikahi kamu. Sayangnya, rencana kamu untuk menghancurkan rumah tangga saya sudah gagal. Saya terlanjur mencintai Suci," terang Andhika. "Yang kamu lakukan itu menyakitkan, saya gak pernah menyakiti kamu.""Mungkin bagi dokter Indah sangat menyakitkan, tapi waktu saya tertimpa gosip perselingkuhan itu memang benar-benar mengecewakan, perilaku kamu gak bisa dimaafkan, Indah," tegas Sofyan.Sofyan mengeluarkan sebuah borgol di hadapan Indah . Pemandangan itu tentunya membuat Indah sesak nafas dan panik."Sekarang saya tanya, apa kamu pelaku penusukan sewaktu di Monas?" Tanya Andhika. "Apa buktinya kalau aku pelakunya?" Tanya Indah."Waktu saya lap sepatu kamu dengan tissue. Saya

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 58. Biang Keladi Tersebarnya Gosip

    "Perlu kamu ingat, jangan sekali-kali lagi kamu sebarkan gosip mengenai saya dan istri. Akhir-akhir ini saya mendapat musibah, kenapa kamu gak sebarkan saja beritanya, biar semua orang tahu kalau orang jahat berkeliaran di sekitar," ucap Andhika. Andhika tampaknya tidak mau berlama-lama berhadapan dengan Revi. Ia menghindar dari pertemuan itu sampai Indah menyusulnya. "Katanya mau ketemuan, tapi malah kabur," protes Sofyan. "Sorry, saya harus tugas sekarang," pamit Revi. Kemudian, staf khusus kantor muncul. Seorang pria tampak geram berhadapan dengan Revi. Ia berkata," Saya sudah mendengar percakapan kamu sama dia. Revi, sejak kapan kamu jadi MC di infotainment? Acara apaan itu?" Lantas, Sofyan menunjukkan sebuah borgol besi di hadapan gadis itu dan berkata," Anda tahanan kami." Revi melunglai, dia duduk dahulu di sofa dan mulai terisak-isak. "Kenapa? Apa ada peran lain di belakang kamu? Kalau masih menutupi kasus terpaksa saya akan laporkan kamu ke pengadilan, bisa dikenai hu

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 57. Bersikap Dingin

    "Kan ada aku, Mas? Aku istri kamu," ucap Suci. "Aku yang lebih berhak melayani kamu. Selama jadi istri ya aku yang harusnya layani suami.""Maaf, aku lagi gak butuh kamu," tukas Andhika. Tiga hari kemudian, Andhika pulang ke rumah. Tidak ada senyum yang tersungging di wajahnya kecuali kepada sang gadis kecilnya."Mana anak Papa?" "Ini, Papa," sahut Putri. Meskipun dalam kondisi belum pulih, Andhika tetap menggendong gadis kecilnya."Mas, hati-hati," pinta Suci."Pa, Mama bilang hati-hati tapi kok diem aja?" Tanya Putri. "Lagi berantem, ya?""Enggak, Sayangku. Malam ini kamu tidur temenin Papa ya, biar ada teman ngobrol, udah lama Papa gak masuk ke dunia kamu," ucapnya. Andhika lantas mengajak Putri ke kamarnya.Sementara itu, Suci menyambangi dapur, menyiapkan masakan untuk keluarganya. Ketika, mengiris sayuran, tiba-tiba mertuanya menyapa. "Suci, kamu masak buat kapan?" Tanya Pak Adi."Makan malam nanti, aku mau buatkan makanan yang enak buat keluarga, anggap saja ini perayaan ke

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 56. Mengamati Jejak

    Suci memeluk Sofyan dengan erat sambil terisak-isak. "Makasih sudah menolong Mas Andhika, ya? Kalau gak ada kamu, aku gak tahu harus minta tolong ke siapa," ucapnya. Sofyan melepas pelukan itu. Lalu menyeka air mata Suci. "Kamu udah cinta sama Andhika, ya? Syukurlah kalau begitu, pertahanan rumah tangganya ya, jangan cerai," pinta Sofyan. "Aku pergi dulu." Tak berselang lama, muncul Ibu Marlina dan Pak Adi. Kepanikan terjadi bahkan ibu kandung Andhika itu meraung-raung di depan ruang rawat. "Gimana kronologisnya?" Tanya Pak Adi. "Anak saya jadi begini, korban kriminal yang tidak tahu diri." "Saya sedang berusaha mencari pelakunya," sahut Sofyan. "Mohon doanya ya, biar kasusnya cepat selesai." "Apa semua ini gara-gara kamu, Suci! Anak saya stress karena berita kamu sama detektif ini, kalau terbukti berselingkuh silahkan kalian hengkang dari kehidupan kami!" Tegas Ibu Marlina. "Suci tidak bersalah apapun," sangkal Sofyan. "Ada pihak lain." "Pokoknya saya lagi gak mau baikan sam

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 55. Orang Asing Pelaku Kriminal

    "Terus, siasat kamu ke depannya mau apa?" Tanya Indah. "Kalau bisa libatkan aku juga ya biar bisa bantu kamu." Andhika tersenyum tipis. Ia menyambangi ruang tamu kemudian duduk di sofa. "Kamu bisa duduk di depan saya?" Tanya Andhika. Indah menuruti apa kata Andhika. Gadis itu tampak pasrah saja. "Saya sudah melaporkan kasus ini ke pihak berwajib, tinggal mencari orangnya, siapa dalang di balik menyebarnya gosip. Reporter itu yang harus kami usut," ucap Andhika. Wajah Indah memerah, mulutnya tampak gemetaran. "Kenapa? Kamu panik?" Tanya Andhika. Ia lantas ke dapur dan kembali lagi sambil menenteng air hangat. Air hangat itu dia berikan pada Indah dan berkata," Ini buat kamu biar gak panik." Indah tercekat, melihat segelas air hangat yang masih beruap, apalagi Andhika yang tampan yang menyodorkan segelas air itu. "Kamu gak pernah lupa memperhatikan aku," ucap Indah. Lalu, dia menerima segelas air hangat dan diteguk sampai habis. Indah berurai air mata. Bulir bening itu sem

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 54. Kasus Semakin Rumit

    "Suci, bisa saya jelaskan dulu, itu cuma gosip," ucap Andhika. "Iya itu cuma gosip. Pastinya kamu lebih memilih menyelamatkan nama baik keluarga dibanding aku. Selama ini aku cuma jadi korban," keluh Suci. Ia mulai terisak-isak. Kemudian, Sofyan menghadap Suci yang sedang menyeka air matanya. Seraya memberikan selembar tissue dan berkata," Dari tangisnya, saya bisa menebak kamu membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Kasus ini bisa selesai dalam waktu satu atau dua bulan ke depan, saya akan berjuang demi kamu." Mungkin, jika Suci belum menjadi istri orang lain, pasti sudah memeluk Sofyan. "Aku masih bisa menghadapi ini, makasih tawarannya, kamu gak perlu berjuang demi aku. Karena Mas Andhika sudah berjuang lebih dulu," ucap Suci. "Dengar itu, Pak Andhika," tegas Sofyan. Istri Anda ternyata sudah membela mati-matian. Sayangnya, Anda kurang tahu diri. Ingat! Kasus ini semakin rumit, mungkin saja butuh waktu untuk menemukan titik terangnya." "Saya bisa mencari detektif yang lebih

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 53. Ada Dalang Di Balik Semuanya

    "Sekarang, sekalian aku mau ajak Carla," sahut Sofyan. Dia meraih tangan Carla lalu merangkul pinggang bak biola itu. Suci menyusul setelah mereka keluar kantor. Apalagi melihat pemandangan bak sepasang kekasih. "Mereka bukan orang asing, mereka temanku. Apa aku harus siap kehilangan Sofyan," gumamnya. "Kenapa aku merasa keberatan Sofyan dekat sama Carla. Temanku yang hampir hilang dari ingatanku." Saking penasarannya, Suci menguntit dua orang itu ke tempat tujuan. Sebuah perusahaan televisi swasta ternama yang selalu memberitakan gosip miring mengenai keluarga Andhika. Namun, langkah Suci terhenti di sana. Seraya berbalik arah dan pergi. Sementara itu, Sofyan memaksa Carla untuk menemui manajer perusahaan televisi. Sayangnya, Carla tampak keberatan. "Kamu bisa bantu, kan? Saya dapat tugas khusus dari Andhika," ucapnya sambil memelas. "Mau bantuin apa? Kenapa juga kamu bawa aku ke sini?" Protes Carla. "Tanyakan reporter wanita yang katanya teman kamu itu," suruh Sofyan. Ca

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 52. Ada Saja Badai Setelah Cinta Bersemi

    Tak ada cara lain, Suci bermurah hati menerima gulungan tissue dan hendak mengelap baju Indah. Namun, Andhika merebut tissue itu dan berkata," Saya yang salah, kenapa harus istri saya yang melakukan. Kamu bukan barang suruhan orang." Andhika lantas mengelap cairan jus di baju Indah. Meski gulungan tissue itu habis, tidak akan bisa membersihkan nodanya karena sudah terserap kain. Tapi, Indah tidak menolak kebaikan Andhika. Dokter cantik itu tampak menikmati meksipun berdiam diri. "Kalian tahu? Suci itu memang wanita biasa tapi cerdas. Dia mampu menghormati siapapun, memperlakukan orang sekitarnya dengan baik dan tulus. Itulah kenapa saya bertahan dengan dia," terang Andhika. Gulungan tissue itu hampir habis. Andhika menunjukkan sisanya di depan mata Indah. "Noda di baju kamu susah hilang, lebih baik dicuci saja atau mau ganti dengan yang baru?" Tanya Andhika. "Urusan baju itu bukan perkara hati. Aku bisa beli yang lebih bagus lagi," ucap Indah. "Gak usah banyak penjelasan soal k

  • Dinikahi CEO Arogan   Bab 51. Istri CEO Bukan Barang Suruhan

    Dan mereka menjadikan malam untuk berbaikan, saling meminta maaf. Andhika memanfaatkan waktu tersebut menjadi momen yang penuh kasih sayang, mesra dan saling memuaskan. Pagi hari tiba, jam sembilan yang sudah cerah, Andhika dan Suci tampak semangat untuk pergi. Mengenakan baju yang elegan dan perhiasan yang mewah. "Kita berangkat sekarang," ajak Andhika."Kamu semangat banget sih, gak biasanya," ucap Suci. "Yakin mau ketemu Sofyan? Kemarin sempat marah gara-gara aku nyebut nama dia.""Orang arogan itu kadang mikirnya pendek, tapi setelah dipikir-pikir ada benarnya juga," ucap Andhika. "Kamu segar banget hari ini. Apa karena udah disembur malam tadi ya? Sampai kamu mengejang kenikmatan, kayaknya harus rajin.""Mas, gak usah dibikin serius, kita cuma nikah kontrak, gak lebih," sangkal Suci."Sssstttt, jangan bahas itu, kita pergi sekarang," ajak Andhika.Tiba di kantor kerja Sofyan, mereka berpapasan dengan Indah dan seorang teman wanitanya. Tetapi, Andhika tidak menyapa lebih dulu."

DMCA.com Protection Status