Share

Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku
Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku
Author: Lalita

Bab 1

Author: Lalita
Saat memasuki bulan ketiga mempersiapkan kehamilan, Rhea melihat pesan yang dikirimkan oleh seorang wanita bernama Stella, seorang sekretaris, di obrolan sosial media Jerico, suaminya.

"Sepertinya piama yang baru kubeli sedikit kekecilan. Bagaimana kalau kamu datang dan membantuku untuk melihat apakah memang kekecilan atau nggak?"

Selain mengirimkan beberapa patah kata itu, wanita tersebut juga mengirimkan sebuah foto dirinya yang sedang mengenakan piama berwarna merah dengan memperlihatkan belahan dadanya. Ya, sebuah foto yang sangat menggoda.

Tanpa Rhea sadari, cengkeramannya pada ponsel menjadi bertambah erat. Saat dia melihat isi obrolan mereka sebelumnya, dia mendapati mereka hanya mendiskusikan tentang pekerjaan seperti biasa. Dia pun mengerutkan keningnya.

'Apa mungkin dia salah kirim, atau ....'

Saat itu juga, tangan seseorang melingkari pinggangnya dari belakang, membuat pemikirannya terputus.

Saat menempelkan tubuhnya pada wanitanya, Jerico menggigit daun telinga Rhea dengan lembut.

"Sayang, aku sudah selesai mandi. Kamu ingin melakukannya di sofa atau di tempat tidur?"

Sebelum Rhea sempat bereaksi, dia langsung menggendong wanita itu dan menempatkannya di sofa, lalu menekan tubuh wanita itu di bawah tubuhnya.

"Karena kamu nggak berbicara, kalau begitu aku yang bantu kamu pilih saja. Mari kita lakukan di sofa saja."

Suaranya terdengar sedikit serak, sorot matanya yang terpaku pada Rhea juga seperti dipenuhi oleh gairah. Dalam sekejap, wajah Rhea menjadi sedikit kemerahan.

Dia memang seorang wanita yang cantik. Di bawah pencahayaan lampu, pipinya yang memerah membuatnya terlihat makin menggoda.

Sorot mata Jerico menjadi makin bergairah. Saat dia menundukkan kepalanya dan hendak "melahap" bibir manis wanitanya, tiba-tiba wanita di bawah tubuhnya itu memalingkan wajah.

Merasakan penolakan dari istrinya, Jerico menundukkan kepalanya menatap Rhea. Sorot matanya dipenuhi kebingungan.

"Sayang, ada apa?"

Seorang pria yang biasanya selalu bersikap tegas dan disegani di perusahaan itu, kini malah menatap Rhea dengan sorot mata sedih, sampai-sampai membuat hati Rhea melembut. Namun, dia tetap mengingat foto erotis yang dikirimkan oleh seorang wanita pada suaminya tadi.

Dia mengulurkan satu lengannya untuk menutupi dadanya, lalu mengulurkan lengannya yang satu lagi untuk menyodorkan layar ponsel ke hadapan pria itu.

"Coba kamu jelaskan padaku, apa ini?"

Jerico melirik layar ponsel sekilas. Kemudian, keningnya langsung berkerut. Dia segera mengambil alih ponsel dari dalam genggaman istrinya dan melakukan panggilan telepon.

Tak lama kemudian, panggilan telepon sudah terhubung.

"Pak Jerico, ada urusan apa Bapak mencariku?"

Raut wajah Jerico sangat muram, nada bicaranya sedingin es.

"Stella, sejak kapan kamu mengganti pekerjaan menjadi seorang PSK? Mengapa aku nggak tahu?"

Setelah terdiam selama beberapa detik, baru terdengar suara panik wanita yang bernama lengkap Stella Boganta itu. "Maaf, Pak Jerico, tadi aku ingin mengirimkan pesan itu kepada pacarku .... Mungkin saat mengirimnya, tanpa sengaja aku salah tekan ...."

"Kalau sampai kejadian seperti ini terulang lagi, kamu nggak perlu datang bekerja lagi!"

Selesai memutuskan panggilan telepon itu, saat dia mengalihkan pandangannya ke arah Rhea, ekspresinya yang tadinya dingin, kembali berubah menjadi hangat, bahkan diwarnai dengan sedikit kesedihan.

"Sayang, dia salah mengirim pesan. Kalau kamu masih marah, besok aku akan memecatnya. Sekarang sudah larut, jangan membuang-buang waktu untuk orang nggak penting sepertinya. Kita sudah seminggu nggak bertemu, malam ini kamu harus memberiku kompensasi!"

Selesai berbicara, dia melingkarkan tangannya ke pinggang Rhea dan mulai mencium bibir istrinya.

Namun, walaupun kejadian hari ini sudah jelas, tetapi suasana hati Rhea sudah menjadi buruk. Dia sudah tidak berniat melakukan hal itu lagi.

Dia mendorong Jerico menjauh darinya dan berkata, "Malam ini aku sudah sedikit lelah .... Besok baru kita lanjutkan saja."

Kilatan kekecewaan melintas di mata Jerico. Namun, dia juga tidak memaksa Rhea.

"Oke, kalau begitu kamu tidur saja dulu. Sekarang aku masih belum mengantuk, aku akan pergi ke ruang baca untuk menangani pekerjaanku sebentar."

"Hmm."

Saat tengah malam, tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras.

Rhea terbangun karena suara hujan. Dia mengulurkan lengannya, meraba-raba sampingnya. Namun, yang dia rasakan hanyalah aura dingin tanpa adanya hawa manusia.

Dia menoleh dan melihat jam sejenak. Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul tiga lewat enam belas menit dini hari.

'Eh? Apa jam segini Jerico masih sedang menangani pekerjaannya?'

Rhea turun dari tempat tidur, mengenakan mantel tidur, lalu pergi ke ruang baca. Saat dia membuka pintu ruang baca, dia mendapat suasana di dalam ruangan gelap gulita. Jerico tidak berada di dalam ruangan!

Tanpa dia sadari, cengkeramannya pada gagang pintu menjadi makin erat. Perlahan-lahan, hatinya mulai mencelus.

"Ting!"

Tiba-tiba, ponselnya berbunyi. Dalam suasana kegelapan malam yang sangat hening itu, bunyi ponsel terdengar sangat jelas.

Melihat undangan pertemanan dari orang asing, Rhea sudah mulai merasakan firasat. Setelah dia menerima undangan pertemanan itu, dia dan Jerico sudah tidak bisa kembali seperti dulu lagi.

Tepat pada saat ini, tiba-tiba terdengar suara petir bergemuruh di luar jendela, sampai-sampai tangan Rhea bergetar saking ketakutannya dan menekan tombol menolak undangan pertemanan tanpa sengaja.

Tak lama kemudian, beberapa pesan undangan pertemanan kembali masuk ke ponselnya.

"Eh? Kamu masih belum tidur, ya? Apa karena suamimu nggak berada di sampingmu untuk menemanimu?"

"Karena suara petir bergemuruh dan mati listrik membuatku ketakutan, dia khawatir dan datang menemaniku."

"Apa kamu nggak ingin tahu sekarang suamimu berada di mana?"

...

Melihat orang tersebut terus-menerus mengirimkan kata-kata seolah-olah sedang pamer itu, tangan Rhea yang sedang menggenggam ponsel bergetar tanpa henti.

Setelah waktu berlalu cukup lama, dia baru menerima undangan pertemanan itu.

Setelah undangan pertemanan diterima, orang tersebut langsung mengirimkan sebuah alamat, dilengkapi serangkaian angka.

Rhea menggigit bibirnya. Setelah membaca pesan tersebut, dia langsung mengambil kunci mobilnya dan mengendarai mobilnya ke alamat tersebut.

Saat tiba di depan pintu vila tersebut, jam sudah menunjukkan pukul empat lewat dini hari. Setelah memasuki rangkaian angka yang dikirimkan oleh orang tersebut, pintu pun terbuka.

Lampu di ruang tamu masih menyala. Dari sepanjang koridor hingga ke pintu kamar, terlihat jas seorang pria, serta pakaian dan celana dalam seorang wanita berserakan di sana. Dilihat dari pemandangan tersebut, sangat jelas bahwa keduanya sudah sangat tergesa-gesa untuk melakukan hal itu.

Saat melihat piama yang robek di depan pintu kamar, hanya ada satu hal yang tebersit dalam benaknya, 'Oh, ternyata begitu.'

Walaupun sepanjang koridor hingga mencapai kamar hanya beberapa meter, tetapi Rhea merasa seperti seluruh tenaganya sudah terkuras habis, sampai-sampai saat dia sudah mencapai pintu kamar, dia merasakan kepalanya seperti berputar-putar dan langkahnya terasa berat.

Dia mengulurkan lengannya yang gemetaran, membuka pintu itu dengan perlahan-lahan.

Ranjang besar yang berantakan, seorang pria dan seorang wanita yang berpelukan erat tanpa berpakaian sama sekali, deru napas yang berat, pemandangan yang erotis itu benar-benar menyakitkan indra penglihatan Rhea.

Dua insan itu seakan-akan hanyut dalam dunia mereka sendiri, sama sekali tidak mendapati dirinya yang berdiri di depan pintu.

Tangan Rhea yang sedang menggenggam gagang pintu kamar mulai memucat, telapak tangan putih mulusnya mulai terlihat memerah karena besarnya kekuatan yang dikerahkannya.

Dia sudah menghabiskan waktu bersama Jerico selama delapan tahun, mulai merajut kasih dengan pria itu di bangku sekolah hingga akhirnya menikah. Mereka adalah pasangan sempurna yang membuat teman-teman di sekeliling mereka merasa iri pada mereka.

Sebelum kejadian hari ini terjadi, dia sama sekali tidak menyangka kata berkhianat akan muncul di antara dirinya dengan Jerico, sosok pria yang sangat dicintainya itu.

Namun, kini kenyataan seolah memberinya pukulan yang keras.

Ternyata, tidak peduli seberapa tulus dan sempurna kata-kata dalam ikrar pernikahan, juga tidak bisa mengubah fakta bahwa perasaan seseorang mudah berubah.

Saking muaknya melihat pemandangan itu, dia tidak bisa tahan lebih lama lagi. Dia segera berbalik dan berlari dengan terhuyung-huyung ke arah pintu keluar. Kemudian, dia langsung masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya pergi.

Saat melewati sebuah bar, Rhea memberhentikan mobilnya dan masuk ke dalam.

Saat Weni Silrus tiba di lokasi, dia sudah meneguk dua botol wiski dan sudah terlihat agak mabuk.

"Weni, kamu sudah datang, ya ...."

Melihat Rhea yang dikelilingi oleh sekitar empat atau lima orang model pria, Weni mengerutkan keningnya.

"Kalian semua keluar sekarang juga!"

"Jangan usir mereka, biarkan mereka di sini saja ...."

"Cepat keluar!"

Setelah mengusir model-model pria itu pergi, Weni duduk di samping Rhea dan berkata, "Sebenarnya apa yang telah terjadi?! Apa Jerico benar-benar sudah berselingkuh?!"

Weni adalah teman satu asrama Rhea saat mereka kuliah dulu, juga merupakan saksi kisah cinta antara Rhea dan Jerico yang sudah terjalin dari bangku sekolah hingga pada akhirnya membangun rumah tangga bersama.

Selama bertahun-tahun ini, Weni menyaksikan Jerico memperlakukan Rhea dengan sangat baik dengan mata kepalanya sendiri. Jadi, setelah mendengar Rhea mengatakan Jerico selingkuh, reaksi pertamanya adalah memikirkan apakah adanya kemungkinan salah paham antara dua insan itu.

Begitu mendengar nama Jerico disebut, sorot mata Rhea berubah menjadi gelap. Rasa sakit yang luar biasa kembali menghujam hatinya.

"Sekarang aku nggak ingin mendengar nama itu lagi."

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Wiwit Gustiningsih
sukaaaa bangettt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 2

    Selesai mengucapkan satu kalimat itu, dia kembali mengangkat gelasnya dan meneguk minuman di dalam gelas itu hingga habis tak bersisa.Selama bertahun-tahun ini, dia tidak pernah memikirkan adanya kemungkinan Jerico akan mengkhianatinya.Saat melihat pria itu bersama wanita lain di atas ranjang, hatinya seperti tercabik-cabik dan teriris-iris."Aku merasa dia sangat mencintaimu, nggak kelihatan seperti orang yang akan berselingkuh. Mungkin ada kesalahpahaman."Rhea mendengus dingin dan berkata, "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, apa mungkin bisa disebut dengan kesalahpahaman?"Suasana di dalam ruang pribadi langsung hening seketika. Melihat Rhea meneguk segelas demi segelas minuman itu seperti orang yang sudah tidak bersemangat hidup lagi, Weni tidak bisa menahan dirinya lagi dan segera merampas gelas dalam genggaman temannya itu. "Biarpun dia benar-benar berselingkuh, seharusnya kamu juga bukan mabuk-mabukan seperti ini untuk menghukum dirimu sendiri. Apa ... rencanamu selanju

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 3

    Saat dalam perjalanan pulang, setelah ragu cukup lama, Rhea mengirimkan pesan kepada Arieson yang sudah ada dalam kontak pertemanannya selama tiga tahun, tetapi tidak pernah saling bertukar pesan dengannya itu."Paman ... bisakah Paman memegang kejadian malam ini nggak pernah terjadi? Saat itu, aku benar-benar sudah mabuk dan salah masuk kamar."Setelah menunggu sangat lama, dia tidak memperoleh pesan balasan dari Arieson.Rhea mengerutkan keningnya dan mengirimkan sebuah pesan lagi.Kali ini, dia hanya mengirimkan sebuah tanda tanya.Namun, begitu pesan dikirim, muncul sebuah tanda seru berwarna merah, disertai sebuah pesan elektronik."Dibutuhkan persetujuan dari pengguna ini terlebih dahulu sebelum Anda bisa mengirim pesan padanya. Saat ini, Anda masih bukan temannya ...."Rhea mengatupkan bibirnya dengan rapat. 'Dia bahkan sudah menghapus kontak pertemananku. Seharusnya dia nggak ingin mengungkit hal itu lagi, 'kan?'Setelah berpikir demikian, akhirnya Rhea bisa menghela napas lega

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 4

    Rhea tertegun sejenak, lalu meronta dengan sekuat tenaganya.Selama mengingat pria itu baru saja mencium wanita lain semalam, dia hanya merasa jijik sekaligus marah."Hmmphhhh ... lepaskan ...."Upaya yang dilakukan oleh Rhea sama sekali tidak berarti apa-apa dihadapkan dengan kekuatan luar biasa Jerico. Tangannya yang sedang melingkari pinggang wanita itu bukan hanya tidak mengendur, tetapi malah makin erat.Karena meronta dengan sekuat tenaga, tak lama kemudian handuk yang menutupi tubuh Rhea pun terlepas. Dari sudut pandang Jerico, dada wanita itu terekspos dengan sangat jelas.Begitu melihat pemandangan menggoda itu, sorot matanya langsung berubah menjadi gelap. Dia hanya merasakan gairah menjalar di sekujur tubuhnya.Jarak antara tubuh mereka sangat dekat, bahkan hampir menempel satu sama lain. Karena itulah, Rhea segera menyadari perubahan dalam tubuh Jerico.Dia merasa kesal sekaligus marah. Dia langsung mengambil tindakan dengan menggigit pria itu dengan keras. Saat itu juga, a

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 5

    Melihat sorot mata sedingin es pria di hadapannya itu, Rhea merasa dulu dirinya benar-benar sudah buta. Bisa-bisanya dia jatuh cinta pada seorang pria seperti Jerico.Sorot mata kesedihan tampak jelas di matanya, tetapi dia tidak ingin menunjukkan sisi rentannya di hadapan pria sialan itu.Rhea menepis tangan Jerico dengan keras, menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan naik ke lantai atas.Saat ini, hanya ada satu pemikiran dalam benaknya, yaitu segera mencari sebuah pekerjaan. Dengan begitu, dia baru bisa pindah keluar dan memikirkan cara untuk bercerai dengan Jerico.Rhea memilih pakaian dengan asal dan berganti pakaian. Kemudian, dia menjepit rambutnya dengan asal, lalu segera turun ke lantai bawah.Dia adalah tipe orang yang santai, tidak terlalu memedulikan penampilannya.Dulu, demi memberikan kesan yang baik pada anggota Keluarga Thamnin, saat pergi menghadiri perjamuan Keluarga Thamnin, dia selalu merias dirinya secara khusus.Sekarang, dia sudah malas memedulikan orang-ora

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 6

    Rhea mengangkat kepalanya, hendak berbicara. Namun, Jerico sudah terlebih dahulu menggenggam tangannya dan berkata sambil tersenyum, "Nenek, kami sedang bersiap-siap punya anak!"Dia ingin segera menepis tangan Jerico, tetapi pria itu menggenggam tangannya dengan sangat erat, sama sekali tidak memberinya kesempatan untuk terlepas dari genggaman itu.Karena pria itu membuatnya kesal, maka jangan salahkan dia juga membuat pria itu merasakan hal yang sama.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Nyonya Besar Thamnin dan berkata, "Nenek, belakangan ini aku sedang mencari pekerjaan. Jadi, mungkin masalah punya anak harus ditunda terlebih dahulu."Begitu Rhea selesai berbicara, suasana di ruang tamu langsung berubah menjadi hening seketika.Jerico menggenggam tangannya dengan sangat erat, ekspresi pria itu juga berubah menjadi sangat muram.Merasakan rasa sakit yang menjalar dari pergelangan tangannya, Rhea mengerutkan keningnya.Sorot mata Arieson tertuju pada tangan Jerico yang menggenggam ta

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 7

    Tubuh Jerico langsung membeku. Dalam sekejap, raut wajahnya berubah menjadi sangat masam.Cengkeramannya pada dagu Rhea juga kian kuat. Setelah beberapa detik berlalu, dia baru melepaskan wanita di hadapannya, lalu berbalik menghadap Arieson.Melihat seulas senyum tipis di wajah Arieson, mau tak mau Jerico juga memaksakan seulas senyum."Nggak, nggak. Paman, ada urusan apa Paman datang mencariku?"Sudut bibir Arieson terangkat ke atas. "Nenekmu memintaku untuk kemari memanggil kalian makan.""Oke, terima kasih, Paman. Maaf sudah merepotkan.""Nggak masalah. Tapi, bagaimanapun juga, tempat ini adalah kediaman Keluarga Thamnin. Jerico, sebaiknya kamu memperhatikan sikapmu."Saat berbicara, dia melirik dagu Rhea yang memerah karena dicengkeram tadi, sorot mata mempermainkan tampak jelas di wajahnya.Menyadari sorot mata Arieson tertuju pada Rhea, Jerico mengerutkan keningnya, lalu melangkah satu langkah untuk menghalangi pandangan pamannya."Paman, aku sudah mengerti."Boleh dibilang, bai

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 8

    Jerico mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia menatap beberapa patah kata itu dengan lekat, sorot matanya tampak muram.Setiap kali dia berhubungan intim dengan Stella, dia sudah mengambil langkah pengamanan. Jadi, hanya ada dua kemungkinan, yaitu wanita itu sedang membohonginya, atau wanita itu telah melakukan sesuatu pada kondom yang mereka gunakan.Kedua kemungkinan itu sudah melampaui batas toleransi Jerico.Dia langsung menghubungi Stella dan berkata, "Di mana kamu sekarang?"Mendengar nada bicara dingin dan amarah dalam ucapan pria itu, kesedihan menyelimuti hati Stella."Pak Jerico, aku sudah hamil. Apa kamu sama sekali nggak merasa senang?"Jerico tertawa dingin dan berkata, "Apa kamu yakin kamu sudah hamil dan hamil anakku?""Pak Jerico, aku hanya berhubungan intim denganmu seorang. Anak dalam kandunganku adalah anakmu atau bukan, bukankah kamu sudah mengetahuinya dengan jelas?"Nada bicara mempertanyakan sekaligus sedih terdengar dalam ucapannya, tetapi ucapannya hanya membu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 9

    Tangisan Stella langsung terhenti. Dia berkata dengan sorot mata sedih, "Pak Jerico, perasaanku padamu sangat tulus."Mengingat dirinya telah jatuh ke dalam perangkap wanita itu, perasaan jijik dan benci langsung menyelimuti hati Jerico."Memangnya berapa nilai ketulusanmu itu?"Dia mengeluarkan selembar kartu bank, melemparkannya ke atas meja, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi dan berkata, "Di dalam kartu bank itu ada empat miliar. Bawa uang itu ke rumah sakit, lalu gugurkan anak itu sendiri. Kalau nggak, aku akan meminta pengawalku untuk membawamu ke rumah sakit secara paksa. Seharusnya kamu sudah tahu pilihan seperti apa yang harus kamu ambil, bukan?"Setelah ragu sejenak, Stella mengambil kartu bank itu, lalu berlari keluar dari restoran sambil menutupi wajahnya.Setelah menghubungi pengawalnya untuk mengawasi Stella ke rumah sakit, Jerico memutuskan panggilan telepon dengan kesal.Melihat foto Rhea di layar ponselnya, ekspresinya sedikit melembut.Hampir tidak ragu sama sekal

Latest chapter

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 139

    Maudi mengeluarkan teriakan dengan suara melengking. Dia menggenggam gaunnya dengan kuat, sorot mata penuh ketakutan tampak jelas di matanya."Ah! Jangan mendekat ... jangan mendekat! Aku bersedia untuk berlutut meminta maaf!"Awalnya dia mengira Arieson hanya menggertaknya saja. Siapa sangka pria itu benar-benar memerintahkan para pengawalnya untuk melakukan hal tersebut. Pria itu benar-benar gila.Kalau pakaiannya sampai dilepas di sini, dia benar-benar tidak perlu hidup lagi.Berlutut meminta maaf adalah pilihan yang lebih baik dibandingkan pakaiannya dilepas di sini.Dengan ekspresi sedingin es, Arieson mencibir dan berkata, "Oke, kalian semua, mundur."Begitu mendengar perintah dari sang majikan, orang-orang berpakaian hitam itu pun segera mundur. Maudi terjatuh terduduk di lantai. Gaunnya yang digenggamnya dengan erat itu, masih belum dilepaskan. Namun, rambut dan pakaiannya tampak sangat berantakan. Dia terlihat menyedihkan.Dengan ekspresi ketakutan menghiasi wajahnya, dia berg

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 138

    "Atau, apa Pak Andre merasa permintaan maafmu sangat bernilai?"Semua orang mengalihkan pandangan ke arah pintu. Mereka melihat Arieson berjalan memasuki ruangan bersama Vino Lugan, tuan rumah sekaligus penyelenggara perjamuan malam kali ini.Vino tampak tersenyum, sedangkan Arieson memasang ekspresi sedingin es. Aura dingin seperti menyelimuti dirinya.Sorot mata Andre berubah menjadi gelap. Kalau orang itu adalah Jerico, pasti masih akan mempertimbangkannya.Namun, kalau orang itu adalah Arieson, mungkin masalah malam ini akan sulit untuk ditangani.Ekspresi Jerico juga berubah menjadi sangat masam. Awalnya tadi Rhea sudah hendak menyetujui sarannya. Sekarang Arieson datang melakukan intervensi lagi, pasti akan memengaruhi kerja sama Grup Thamnin dengan Perusahaan Farmasi Haion."Pak Arieson, kejadian kali ini memang salah Maudi. Aku juga sudah bilang, Maudi bisa meminta maaf. Bahkan, kalau ada kompensasi apa pun yang diinginkan oleh Nona Rhea, selama bisa kupenuhi, pasti akan kusetu

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 137

    "Rhea, apa uang yang kuberikan padamu nggak cukup?! Mengapa kamu sampai melakukan hal seperti ini?!"Rhea melirik pria itu sekilas. Sorot mata ganas dan penuh amarah pria itu membuatnya merasa pria itu sangat asing baginya.Dia bahkan mencurigai kalau bukan karena ada begitu banyak orang, mungkin saja Jerico akan mempertanyakannya sambil mencekiknya.Dia tertawa pelan dan berkata, "Jerico, ternyata kamu memang sudah berubah."Dulu, Jerico tidak akan pernah mencurigainya, tetapi sekarang pria itu bahkan merasa dia adalah orang yang akan mencuri barang orang lain.Benar saja, setelah hati seseorang berubah, mata orang tersebut juga bisa berubah menjadi buta.Dia mengeluarkan kalung berlian dalam tasnya, lalu berkata pada Maudi dengan penuh penekanan, "Nona Maudi, tolong lihat dengan jelas, apa ini adalah kalungmu? Kalau aku nggak salah ingat, sepertinya tadi Nona Jeni bilang kalungmu itu berbentuk angsa yang berhiaskan berlian."Di bawah pencahayaan, kalung berlian dalam genggaman Rhea i

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 136

    Setelah mendengar ucapan Rhea, orang-orang lainnya langsung bereaksi kembali. Mereka menatap Jeni dan Maudi dengan ekspresi sedikit tidak puas.Ya, benar. Maudi sendiri yang menghilangkan kalungnya, apa hubungannya dengan mereka? Atas dasar apa tas mereka harus diperiksa?Hanya seuntai kalung bernilai ratusan miliar saja, di rumah mereka masing-masing, bahkan bisa mengeluarkan tujuh hingga delapan untai kalung seperti itu. Untuk apa mereka merendahkan diri mereka untuk mencuri?Melihat sorot mata tidak bersahabat orang-orang itu, kilatan dingin melintasi mata Jeni.Dia tidak menyangka Rhea begitu pandai bersilat lidah, cukup sulit dihadapi.Akan tetapi, sebentar lagi dia pasti tidak akan bisa bersikap keras kepala seperti itu lagi.Jeni menghela napas, lalu berkata dengan sedikit tidak berdaya, "Yah, aku mengajukan cara ini juga demi membuktikan kita semua nggak bersalah, juga demi membantu Maudi menemukan kembali kalungnya. Bagaimanapun juga, kalung itu memiliki makna yang berbeda bag

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 135

    Jerico mengerutkan keningnya. Saat dia hendak berbicara, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang seperti naik beberapa oktaf itu menggema di seluruh aula perjamuan."Ah! Kalungku hilang!"Suaranya sangat keras. Dalam sekejap, langsung menarik perhatian semua orang.Tak lama kemudian, ada staf yang menanyakan padanya apa yang terjadi. Mengetahui kalungnya hilang, staf tersebut segera meminta orang untuk menyalakan lampu dalam aula perjamuan.Dalam sekejap, aula perjamuan kembali terang benderang."Nona Maudi, jangan khawatir. Kami akan segera mengatur orang untuk melakukan pencarian. Kalau terjatuh di dalam aula perjamuan, seharusnya bisa ditemukan sesegera mungkin."Maudi menunjukkan ekspresi panik. "Bagaimana kalau kalian mengambil rekaman kamera pengawas? Seharusnya bisa ditemukan dengan cepat. Hilangnya pasti di sini."Staf tersebut berkata dengan ekspresi meminta maaf, "Maaf, Nona Maudi, untuk memastikan kerahasiaan dan keamanan perjamuan malam amal, nggak ada kamera pengawas

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 134

    Jeni menoleh, melirik Maudi sekilas. "Kamu mengenalnya?"Kalau dia tidak salah ingat, Maudi juga baru kembali ke tanah air belum lama ini.Maudi mencibir dan berkata, "Tentu saja aku kenal. Dia dan wanita jalang yang mengganggu Andre itu adalah teman baik."Mengingat Weni si wanita jalang itu, ekspresi penuh kebencian pun menghiasi wajah Maudi.Kalau bukan karena dia pergi ke luar negeri, bagaimana mungkin Weni bisa punya kesempatan untuk bersama Andre?Awalnya hari ini dia berencana untuk menargetkan Weni, tetapi Weni tidak datang. Jadi, menargetkan Rhea juga sama saja.Kilatan terkejut melintasi mata Jeni. Dia mengerutkan keningnya dan berkata, "Apa rencanamu? Apa yang ingin kamu lakukan?"Maudi menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak. Kemudian, dia melepaskan kalung berlian yang menghiasi lehernya."Dengar-dengar kondisi finansial keluarganya nggak baik. Kalau begitu, masuk akal saja dia mencuri."Mata Jeni berkedip, tetapi dia tidak buka suara untuk menghentikan Maudi.Dengan ke

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 133

    Rhea menuangkan larutan ke dalam labu, larutan mulai bereaksi. Sementara itu, dia sendiri duduk di samping untuk mencatat data-data penelitian tersebut.Sambil mencatat, dia sedikit melamun.Hingga ponselnya berdering, dia baru tersadar kembali.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Jerico, Rhea langsung menekan tombol jawab."Ada apa?""Rhea, malam ini ada sebuah perjamuan malam amal, kamu ikut menghadirinya bersamaku, ya."Rhea mengalihkan pandangannya ke bawah, kilatan hanyut dalam pemikiran sendiri melintas di matanya. Beberapa detik kemudian, dia berkata, "Oke, pakaian seperti apa yang perlu kusiapkan?""Kamu nggak perlu memikirkan hal-hal ini, aku akan meminta sekretarisku menyiapkannya untukmu."Karena Jerico bersedia untuk mengatur segala sesuatu untuknya, Rhea juga tidak peduli lagi. Setelah menyepakati jam berangkat, dia pun memutus panggilan telepon itu.Waktu berlalu dengan cepat. Tak lama kemudian, sudah sore menjelang malam, sudah waktunya pulang kerja.Rhea mencatat

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 132

    Ekspresi Arieson berubah menjadi sangat muram dan dingin. "Nona Jeni, aku harap kamu tahu apa yang sedang kamu katakan."Jeni tertawa pelan, lalu menatap lawan bicaranya itu tanpa rasa takut dan berkata, "Tentu saja aku tahu apa yang sedang kukatakan, hanya saja Pak Arieson, apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Kamu mengincar istri keponakanmu sendiri. Kalau sampai hal seperti ini tersebar, seharusnya kamu juga tahu jelas apa yang akan dihadapi oleh Nona Rhea."Arieson menyipitkan matanya dan berkata, "Kamu sedang mengancamku?""Tentu saja nggak, aku hanya berencana untuk membantumu.""Oh? Nona Jeni, bagaimana rencanamu membantuku?"Merasakan aura dingin yang terpancar dari tubuh Arieson, Jeni melangkah maju dua langkah dan berkata, "Pak Arieson, seharusnya kamu tahu jelas biarpun Nona Rhea bercerai dengan Pak Jerico, kalian berdua juga nggak mungkin bisa bersama. Bagaimana kalau kamu bersamaku saja? Aku akan membantumu menyembunyikan rahasia ini."Arieson mencibir, setiap kata

  • Suami Baruku Ternyata Paman Mantan Suamiku   Bab 131

    Namun, kalau dia tidak mengatakannya, hatinya malah diliputi dengan kekesalan.Tepat pada saat dirinya tengah diselimuti perasaan kesal, Rhea sudah selesai sarapan, lalu beranjak dari kursi dan pergi.Melihat punggung istrinya yang kian menjauh itu, Jerico membanting alat makannya di meja, membuat Ijan terkejut bukan main."Tuan Muda, apa sarapan hari ini nggak sesuai selera?"Jerico tidak berbicara. Dengan memasang ekspresi muram, dia bangkit, lalu pergi.Begitu dia berjalan keluar dari vila dan masuk ke dalam mobilnya, ponselnya berdering.Melihat itu adalah panggilan telepon dari Siska, Jerico menjawab panggilan telepon itu sambil mengerutkan keningnya. "Ibu, untuk apa pagi-pagi buta begini Ibu meneleponku ....""Jerico, apa kamu tahu mengenai Rhea mandul?!"Ekspresi Jerico langsung berubah menjadi sedingin es. "Stella yang memberi tahu Ibu?""Kamu nggak perlu memedulikan siapa yang memberitahuku. Kalau dia benar-benar mandul, segera ceraikan dia!"Mendengar nada bicara memerintah S

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status