Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia

Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia

last updateLast Updated : 2023-06-29
By:  Suzy WiryantyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
21 ratings. 21 reviews
118Chapters
35.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Selama 26 tahun hidup, Raline merasa kesialan kerap mengikutinya ke mana pun ia melangkah. Dua kali dia berhubungan dengan pria dalam waktu cukup lama. Namun, keduanya meninggalkan Raline dan menikahi perempuan lain. Belum lagi, ayahnya pun sekarang bangkrut dan terlilit hutang! Tak ada yang membantunya, sampai Raline bertemu dengan Axel Delacroix Adams. Dalam kurun waktu empat menit, ia dilamar oleh mafia sadis sekaligus kakak laki-laki Lily, rivalnya dulu. Pria itu juga menawarkan uang dua milyar untuk membayar hutang ayahnya. Seperti apakah takdir cinta Raline kali ini? Belum lagi ... untuk menghidupi keluarganya, kali ini Raline memilih untuk menjadi badut jalanan. Apakah Tuan Mafia Kejam itu mau menerima istri yang bekerja sebagai Badut?

View More

Chapter 1

1. Bangkrut

Raline memindai jam di pergelangan tangannya. Pukul 19.30 WIB. Berarti, ia telah menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam untuk mencari pekerjaan.

Ia keluar rumah pada pukul 09.00 WIB tadi pagi. Sialnya dalam kurun waktu sepuluh jam itu, ia belum juga mendapat pekerjaan.

Raline melirik pos Satpam di depan pintu gerbang yang kosong melompong. Namun, Pak Udin atau Bang Jaja tidak lagi di sana.

"Tentu saja, keduanya tidak ada," gumam Raline lesu.

Satpam, supir, ataupun Aristen Rumah Tangga.

Ayah Raline memang telah memberhentikan semua pegawai untuk menghemat pengeluaran,

Raline lantas membuka pintu pagar dan menutupnya perlahan. 

Setelah seharian berjibaku dari satu kantor ke kantor lainnya untuk mencari pekerjaan, Raline ingin mengisi perut dan beristirahat.

Ia merasa sangat lelah. Mungkin dengan beristirahat, ia bisa memulihkan kondisinya. Dengan begitu, diharapkan keesokan harinya ia bisa kembali mencari pekerjaan.

"Semua masalah ini terjadi, itu karena kamu tidak bisa mendidik anak!"

"Mas!"

Baru saja tiba di depan pintu, Raline telah disambut oleh pertengkaran kedua orang tuanya.

Akhir-akhir ini, kedua orang tuanya kerap berselisih paham. Tepatnya, sejak Heru batal menjadi suaminya, karena menikahi Lily.

Dengan lepasnya Heru sebagai kandidat menantu potensial, ayahnya sekarang pusing tujuh keliling.

Dulu, ayahnya tenang-tenang saja terus dan terus meminjam uang panas pada Pak Riswan meski renternir itu menetapkan suku bunga di atas rata-rata.

Ayahnya mengira Heru akan melunasi semua hutang-hutangnya setelah Heru menjadi menantunya.

Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Rencana pernikahan mereka gagal  karena Heru mendadak jatuh cinta pada Lily. 

Semua rencana yang disusun ayahnya, berbalik 180 derajat. Hutang ayahnya semakin menggunung, sementara ayahnya tidak mempunyai uang untuk melunasinya.

Ayahnya bangkrut. Perusahaan mereka telah ditutup sebulan yang lalu.

Sisa uang yang ada, telah habis untuk membayar pesangon para karyawan. Itu pun tidak cukup.

Setiap hari, ada saja mantan-mantan karyawan ayahnya yang berteriak-teriak di luar rumah. Mereka menuntut pesangon yang lebih besar. 

Karena ayahnya memang sudah tidak lagi memiliki uang, ayahnya mendiamkan Raline.

Mau bagaimana lagi? Mereka memang sudah tidak memiliki apapun lagi. Bahkan, rumah yang mereka tempati ini kabarnya akan segera disita oleh bank. Mereka hanya tinggal menunggu waktu. 

Kedua orang tuanya sudah satu satu bulan ini tidak berani keluar rumah. Mereka malu pada tetangga  kanan kiri. Biasanya kedua orang tuanya ini sombong dan tinggi hati. Sehingga pada saat susah seperti ini, para tetangga dengan bahagia menyoraki alih-alih ikut bersusah hati.  

"Pokoknya, ini semua salah dirimu yang tidak bisa mendidik Raline dengan benar!"

Mendengar suara bentakan ayahnya, Raline urung memutar panel pintu.

Ia takut terkena imbas amarah kedua orang tuanya. Jika sedang bertengkar seperti ini, keduanya acapkali menjadikannya pelampiasan atas rasa frustasi. Semua kesalahannya di masa lalu akan terus diungkit-ungkit. Sebaiknya ia menyingkir saja.

Padahal saat ini ia sangat lelah dan lapar. Seharian berkeliling dari satu kantor ke kantor yang lain untuk mencari pekerjaan, benar-benar menguras tenaganya. 

Sialnya lagi, meskipun telah berjibaku seharian, tidak ada satu perusahaan pun yang bersedia menerimanya. Selain ijazahnya yang nilainya memang pas-pasan, mungkin karena isu-isu ayahnya yang bangkrut juga. Makanya mereka semua kompak menolaknya. 

Untuk meminta tolong Aksa atau Heru, Raline tidak berani.

Pada Aksa, dulu Raline pernah berbuat jahat pada Camelia, istri Aksa. Atas desakan ibunya, Raline terpaksa memfitnah Camelia supaya Aksa tidak jadi menikahi Camelia.

Selain itu, Raline juga takut dihajar oleh Camelia. Istri Aksa itu sangat mumpuni dalam ilmu bela diri. Ia bisa dijadikan perkedel oleh Camelia, kalau ia tahu bahwa dirinya berani menemui Aksa lagi.

Meminta bantuan pada Heru, Raline juga tidak enak hati.

Selain masih di rumah sakit, Heru sekarang juga telah menikah dengan Lily. Tidak pantas rasanya jika ia merecoki suami orang.

Lagi pula, dulu ia dan sang mama kerap menyakiti Lily, demi mempertahankan Heru.

Tidak tahu diri sekali kalau ia sekarang mengemis pada Lily, bukan? Makanya, Raline berinisiatif untuk mencari pekerjaan demi menyambung hidup. Ia tidak mau menjadi tukang minta-minta lagi. 

Namun pada kenyataannya, bekerja itu sangat tidak mudah. Terbiasa dimanja sedari kecil, membuat Raline  gamang saat menghadapi kenyataan hidup.

Di luar tembok rumahnya, kehidupan begitu keras. Tanpa koneksi, mencari pekerjaan itu bagai mencari jarum di dalam tumpukan jerami. Sulitnya pangkat tiga. Alias sulit, sulit dan sulit.

Sementara keadaan keuangan keluarganya sudah sampai pada taraf kritis. Selain tidak mampu lagi membayar gaji karyawan,  untuk mengisi perut saja mereka harus benar-benar berhemat.

"Kok aku yang disalahkan? Dari kecil, aku sudah mengajarinya berdandan. Mendidiknya agar pandai membawa diri dan bersikap layaknya seorang wanita kelas atas. Salahku di mana, Mas?"

Bantahan keras sang ibu yang tidak mau disalahkan, memutus lamunan Raline.

Raline meringis. Seperti inilah perangai ibunya apabila diintimidasi. Ibunya akan balik menyerang apabila diserang. 

Nyali Raline menciut.

Ia jadi takut masuk ke dalam rumah.

Karena kalau ia memaksa, sudah bisa dipastikan ia akan menjadi bulan-bulanan kedua orang tuanya.

Tapi kalau tidak masuk, ia sangat lelah dan lapar. Lagi pula, nanti ia akan tidur di mana? Di depan pintu rumah, Raline berhadapan dengan dilema.

"Kamu masih berani bertanya? Salahmu itu tidak mendidik otaknya! Kamu hanya fokus pada penampilan fisiknya, tapi tidak dengan cara berpikirnya!" 

Deg! 

Raline menutup telinga dengan kedua tangan, kala mendengar ayahnya membahas kekurangcerdasannya.

Terkadang, Raline bingung.

Mengapa kedua orang tuanya acapkali menganggapnya bodoh? Padahal di sekolah dulu ia tidak bodoh-bodoh amat. Buktinya ia tidak pernah tidak naik kelas. 

Guru-gurunya dulu juga mengatakan bahwa dirinya cukup cerdas terkait calistung.

Menghapal, ia jagonya. Ia mampu menghapal titik dan koma dalam buku pelajarannya.

Berhitung pun, ya bisalah. Dirinya hanya lemah pada bidang studi yang memerlukan inisiatif sendiri.

Misalnya menggambar atau mengarang. Ia selalu tidak punya ide jika diminta berpikir sendiri. Dalam hal apapun, ia memang memerlukan pengarahan.

 "Kalau cara berpikirnya itu bukan salahku. Tapi salah genetika Mas dong. Toh, benih Mas lah yang menghasilkan Raline!" 

Cukup sudah! Raline memutuskan tidak akan masuk ke dalam rumah.

Lebih baik, ia membeli mie instan dan makan malam di Indomare* saja.

Kalau hanya membeli mie instan, sepertinya sisa uangnya masih cukup. Paling ia akan menghemat untuk tidak membeli air minum.

Perkara tidur, nanti saja ia pikirkan. Kalau hanya sekedar memejamkan mata di pos Satpam juga bisa. Pokoknya, ia harus menunggu emosi kedua orang tuanya reda barulah ia pulang ke rumah.

Dengan langkah tersaruk-saruk, Raline kembali membuka pintu pagar. Niatnya untuk makan dan berisrirahat buyar sudah. 

***

Raline duduk terkantuk-kantuk setelah satu cup popmie berpindah ke perutnya.

Saat ini, ia duduk di depan minimarket komplek. Ia menumpang mengisi perut setelah membeli satu cup popmie di sana.

Raline menggigil kedinginan ketika angin basah bertiup.

Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Raline berdehem. Tenggorokan sakit dan matanya terasa panas. Raline sangat ingin berbaring.

Kepalanya seperti diganduli batu berat, sementara suhu tubuhnya terus merangkak naik. Sembari memeluk diri sendiri, Raline menelungkupkan kepalanya di meja. Ia akan mencoba tidur sebentar untuk meredakan sakit kepalanya.

 Raline tidak tahu berapa lama ia tertidur, kala suara ponsel yang terus berdering membangunkannya. Raline yang kaget, terbangun sembari mengucek-ucek mata. Ternyata ibunya yang menelepon. Dengan segera Raline mengangkat teleponnya. 

"Ha--"

"Ini sudah jam sembilan malam, Raline. Kamu ada di mana?!"

Raline meringis. Belum sempat mengucapkan kata halo, ibunya sudah membentaknya.

"Raline ada di minimarket komplek, Bu. Ada a--"

"Cepat pulang ke rumah! Pak Riswan ingin bertemu denganmu. Pak Riswan akan membicarakan masalah pernikahan."

 Mata Raline terpejam, Dia tahu arah pembicaraan ini.

Dengan tegas, perempun itu pun berkata, "Tidak! Raline tidak mau menikah dengan Pak Riswan! Pak Riswan bahkan lebih tua dari ayah. Istrinya juga banyak sekali. Raline--"

"Jadi kamu memilih kalau ayahmu di penjara oleh Pak Riswan karena hutang dua milyar? Dasar anak durhaka kamu. Ibu tidak mau tahu. Pokoknya kamu pulang sekarang!"

"Apa? Penjara?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(21)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
21 ratings · 21 reviews
Write a review
user avatar
RASYA CACA
selalu suka karya kakak satu ini
2025-01-07 20:35:45
1
user avatar
Me Nana
ceritanya seru. huhu 5bintang utk ceritanya dan author nya yaaa
2023-07-29 00:00:29
3
user avatar
Wieta Wieta
true lies kak, up disini
2023-07-28 14:44:14
3
user avatar
zahra
keren banget ceritanya,,
2023-07-19 13:01:34
3
user avatar
Latem Schot
jgn lma2 donkk thor up nya... :(
2023-06-22 06:58:23
1
user avatar
Latem Schot
lepas nie tunggu lma lg baru baca..... :(
2023-06-05 05:00:37
1
user avatar
Latem Schot
blm up lg...??
2023-06-02 07:34:33
1
user avatar
Latem Schot
blm up thor...??
2023-05-23 06:00:23
1
user avatar
Latem Schot
tdk tiap hari ya thor up nya...??
2023-05-20 05:00:37
1
user avatar
Latem Schot
suka sangat2....rajin up ea thor.... ^_^
2023-05-19 05:35:14
0
user avatar
Latem Schot
blm up thor...??
2023-05-18 06:24:07
1
user avatar
Latem Schot
blm up ya thor...??
2023-05-12 06:32:44
1
user avatar
Leelan Yoja
seru , lucu, sedih, campuur aduuk jadi satu sesaat bisa tertawa, selanjutnya nangissss kejeerr bagussss
2023-05-07 03:21:32
0
user avatar
Halima Tussaddia
bagusss...bklikin gemes
2023-05-06 14:50:54
1
user avatar
Alvin Subeki
Ah mama raline - papa axel akhirnya ada di sini ... pasangan fav selain lily - heru ... setelah ini semoga ada cerita bima - cia ya kak, hehehe
2023-04-15 00:17:33
1
  • 1
  • 2
118 Chapters
1. Bangkrut
Raline memindai jam di pergelangan tangannya. Pukul 19.30 WIB. Berarti, ia telah menghabiskan waktu kurang lebih sepuluh jam untuk mencari pekerjaan. Ia keluar rumah pada pukul 09.00 WIB tadi pagi. Sialnya dalam kurun waktu sepuluh jam itu, ia belum juga mendapat pekerjaan. Raline melirik pos Satpam di depan pintu gerbang yang kosong melompong. Namun, Pak Udin atau Bang Jaja tidak lagi di sana. "Tentu saja, keduanya tidak ada," gumam Raline lesu. Satpam, supir, ataupun Aristen Rumah Tangga. Ayah Raline memang telah memberhentikan semua pegawai untuk menghemat pengeluaran, Raline lantas membuka pintu pagar dan menutupnya perlahan. Setelah seharian berjibaku dari satu kantor ke kantor lainnya untuk mencari pekerjaan, Raline ingin mengisi perut dan beristirahat. Ia merasa sangat lelah. Mungkin dengan beristirahat, ia bisa memulihkan kondisinya. Dengan begitu, diharapkan keesokan harinya ia bisa kembali mencari pekerjaan. "Semua masalah ini terjadi, itu karena kamu tidak bisa men
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more
2. Pertemuan (tak) Sengaja
"Bu, jangan memaksa Raline menikah dengan--Bu... Ibu!" Namun, Raline panik karena ibunya menutup ponsel begitu saja. Raline ketakutan. Tidak! Ia tidak mau menikahi bandot tua mesum seperti Pak Riswan. Ia tidak sudi menjadi tumbal atas ambisi kedua orang tuanya. Dulu, ia selalu mengikuti keinginan kedua orang tuanya yang begitu berambisi ingin menjadi orang kaya. Sedari remaja ia sudah didoktrin harus menuruti keinginan kedua orang tuanya karena dirinya adalah anak satu-satunya. Oleh karena itu ia berpikir, pada dirinyalah kedua orang tuanya memupuk harapan. Dirinya terus didikte harus melakukan ini dan itu yang sebenarnya bertentangan dengan hati nuraninya. Tapi tetap ia lakukan, demi baktinya kepada kedua orang tua. Ia juga pernah terjerumus menjalin hubungan dengan dosennya sendiri sewaktu kuliah di luar negeri. Dirinya kala itu masih sangat muda. Ia begitu haus akan cinta dan kasih sayang. Aksa tidak pernah memperlakukannya sebagai kekasih. Ia sangat kesepian. Makanya
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more
3. Tawaran Pernikahan
Ucapan Axel membuyarkan prikiran Raline yang tengah membayangkan reaksi kedua orang tuanya atas kejutan yang ia bawa. Ia sampai tergagap karena Axel tiba-tiba mengajukan pertanyaan padanya setelah sepanjang perjalanan ia diam seperti patung. Bagaimana ia tidak kaget coba?"Hah... heh... hah... heh... lo kebanyakan bengong mantan pacar Heru," ketus Axel kesal. "Gue tanya, apa yang akan lo katakan pada nyokap bokap lo mengenai kedatangan gue." Axel mencoba memperpanjang kesabarannya. Menghadapi orang rada-rada oneng seperti Raline memang memerlukan kesabaran ekstra."Oh, bilang dong dari tadi!" Raline berdecak. Karakter Axel ini membingungkan. Kalau diam seperti orang bisu. Tapi sekalinya membuka mulut, marah-marah melulu.Breath in, breath out, sabar Axel. Ini orang memang mengesalkan. Tapi, dia juga calon istri lo. Lo harus mulai belajar sabar sampai mengalahkan Bang Sabaruddin, tujang ojek pengkolan."Gue akan bilang pada mereka kalo lo akan menukar gue dengan uang dua milyar rupiah
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more
4. Memulai Rencana
Axel menatap Raline malas. "Ya tidak bagaimana-bagaimana. Kita harus masuk tentu saja. Satu hal yang harus lo ingat. Kalo gue tidak meminta lo bicara, jangan bersuara. Paham?" "Oke. Sebelum gue bisu, gue kasih tahu lo satu hal. Nama aki-aki rentenir itu Pak Riswan. Lo jangan lupa lagi." Raline memperingatkan Axel."Katanya aja mafia? Masa mafia bisa lupa nama orang? Kagak pantes amat lo menyandang julukan seorang mafia," gerutu Raline."Eh mafia itu kerjanya membunuh orang. Bukan menghapal nama orang. Paham lo?" Axel panas karena terus diceng-cengi oleh Raline."Iya... iya... gue cuma mengeluarkan pendapat sebelum jadi orang bisu ntar di dalem. Gue turun dulu. Mau buka pager." Raline membuka pintu mobil. Ia bermaksud melebarkan pintu gerbang. "Kagak usah!" bantah Axel."Lah, kagak usah jadi kita masuknya lewat mana? Terbang? Berubah jadi semut?" Raline lama-lama emosi juga karena semua kalimatnya dibantah oleh Axel."Kagak perlu lo yang turun maksud gue. Sejak lo setuju jadi istri
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more
5. Harga Diri
"Hah, bayar hutang? Calon menantu?" Diberi kejutan bertubi-tubi, membuat Pak Adjie kebingungan. "Ah saya ingat sekarang. Kamu ini adalah Axel Delacroix Adams. Kakak Lily, istri Heru. Kamu ini seorang mafia!" Bu Lidya bangkit dari sofa. Sekarang, ia ingat di mana ia pernah melihat bule gahar ini. Di pernikahan Heru dan Lily! "Betul. Bawa kedua orang tuamu ke dalam Alka--" Axel mendecakkan lidah. Ia lupa lagi nama perempuan ini. "Raline. Nama gue Raline. Inget baik-baik. Jangan lupa lagi. Bagaimana ortu gue percaya kalo lo serius pengen nikahin gue, kalo nama gue aja lo lupa?" bisik Raline di sisi telinga Axel. "Oke. Ra--line." Axel balas berbisik. "Pinter. Oh ya, jangan lupa. Nanti pas lo ngelamar, bilang kalo lo itu kaya. Ortu gue suka khilaf kalau membahas soal harta. Oke kakaknya Lily?" Raline mambalas Axel iseng. Ia mendadak ceria karena telah lepas dari cengkraman Pak Riswan. "Axel. Nama gue Axel. Tapi nanti setelah kita nikah, lo bisa manggil gue Mas Axel." Axel mengulti
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
6. Mencari Rezeki Halal
"Ah lo ngagetin aja kayak jaelangkung. Urusan lo dengan ortu gue udah kelar, belum?" Demi menutupi rasa malu, Raline pura-pura acuh. Axel terlihat mengangguk singkat."Cakep. Lo ngomong apa sih sama mereka?" Raline penasaran. Mengapa cepat sekali Axel meluluhkan hati kedua orang tuanya? Jangan-jangan Axel menodongkan senjata pada keduanya? Dia kan mafia ...."Seperti yang lo pesan. Gue bilang kalo gue kaya."****Raline kini mendorong pintu kaca kantor dengan lesu. Dikepitnya map coklat yang berisi dokumen-dokumen lamaran kerjanya di bawah lengan. Ia kemudian berjalan gontai keluar kantor. Untuk ke sekian kali lamaran kerjanya kembali ditolak. Di depan pintu kaca kantor yang baru saja ia tinggalkan, Raline memandang kantor salah seorang kolega ayahnya miris. Tidak ada yang bersedia menolongnya saat keluarganya tengah terpuruk begini. Beginilah sifat dasar manusia. Didekati ketika berjaya, dan dijauhi ketika tertimpa musibah.Raline memandang nanar map coklatnya yang kini tampak le
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
7. Badut
"Tidak!" jawab Raline cepat sambil mengangguk takzim. "Tidak, tapi kok ngangguk?" sang remaja menjinjitkan alis.Raline menggigit bibit. Dirinya memang cenderung kesulitan jikalau harus berbohong. Istimewa keadaannya sedang lapar begini. Kalau orang sedang lapar, otak cenderung tidak bisa diajak berpikir bukan?"Sesungguhnya Kakak memang lapar. Tapi--" Raline menghentikan kalimatnya. Tidak! Dirinya tidak boleh mengeluh. Bukankah dirinya semalam begitu jumawa mengaku akan berjuang? Masa baru cobaan seiprit begini dirinya sudah menyerah? Tidak bisa!"Tapi...?" Sang remaja putra menanti jawaban. Kedua matanya yang digambari dengan cat hitam tebal menatap dengan penasaran."Tapi Kakak belum punya uang untuk membeli makanan. Uang Kakak hanya cukup untuk ongkos mencari pekerjaan." Raline memutuskan untuk jujur saja. Otaknya tidak sampai, kalau harus berbohong yang panjang-panjang. Dirinya sedang malas berpikir. Yang penting dia 'kan tidak minta-minta. "Oh, Kakak tidak punya uang? Masa s
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
8. Naif yang Hakiki.
"Kamu sebenarnya bekerja di kantor mana sih, Line? Masa pagi sekali masuk kerjanya?" Bu Lidya heran melihat putrinya akan bekerja pada pukul enam pagi."Kantor sejuta umat, Bu," ucap Raline sambil lalu. Ia sibuk mengecek peralatan tempurnya di dalam tas. Spon rias, kuas cat, cotton bud, bedak bubuk teater, bubuk dasar putih, pembubuh bedak, dan krim warna riasan. Semuanya sudah ada. Komplit."Kantor sejuta umat? Kok Ibu baru dengar ada nama kantor yang seperti itu?" Di mana alamat kantormu itu, Line?" Bu Lidya makin heran."Kantor Raline itu ada di mana pun, Bu." Raline menutup resleting tas besarnya. Semua peralatan tempur pemberian Bang Ali telah masuk ke dalam tas. Bang Ali memintanya datang pagi-pagi agar bisa melihat para badut merias wajah. Menurut Bang Ali, modal utama menjadi seorang badut adalah make up badut. Selanjutnya tinggal mental yang kuat dan berani malu.Kantornya ada di jalanan, karena ia akan bekerja menjadi badut. Oleh karenanya tidak salah kalau ia menyebut kant
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
9. Jumpa Lagi.
"Gue nggak terlambat kan, Bang?" Raline masuk ke salam rumah Bang Ali dengan napas tersengal-sengal. Angkot yang ia naiki tadi mengalami pecah ban. Ia harus berganti Angkot dua kali sebelum sampai di rumah Bang Ali. Karena tidak pernah naik Angkot, ia dua kali salah jurusan. Makanya ia terlambat. Para badut ternyata telah selesai merias diri. "Lo punya mata nggak? Kalo punya, lo pasti tahu jawabannya." Ketusnya suara Bang Ali membuat Raline kicep. "Ya kan gue cuma nanya, Bang. Jawab aja, iya lo terlambat. 'Kan nggak susah, Bang. Daripada Abang nyolot pagi-pagi. Ntar si rezeki jadi kabur karena ngeliat Abang marah-marah melulu." Raline berupaya mendinginkan suasana. Ketika tatapan Raline singgah pada anak remaja yang minta dipanggil badut sedih, Raline mengedipkan sebelah matanya. Si remaja meringis melihat tingkah selownya. "Nyaut aja mulut lo." Bang Ali memelototi Raline. Kalau saja ia kemarin bukan si badut sedih yang membuat perempuan yang menurut si badut sedih dulunya kaya i
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
10. Rezeki Bisa Dari Mana Saja.
Suara pintu mobil yang dibuka dan ditutup dengan cepat, membuat nyali Raline ciut. Entah mengapa caranya bertemu Axel acapkali melalui insiden nyaris tertabrak. Raline khawatir. Saat pertemuan mereka ketiga kalinya nanti, jangan-jangan dirinya akan tertabrak sungguhan. "Hei, Badut. Lo itu mau menghibur orang atau mau bunuh diri hah?" Axel mengamuk. Ia nyaris saja menabrak badut berambut gimbal yang tiba-tiba saja menerjang mobilnya yang tengah melaju kencang.Raline berdiri mematung kala Axel mengutukinya. Ia tidak berani bersuara. Karena Axel pasti akan mengenali suaranya ketika ia membuka mulut. Saat ini saja sebenarnya ia sudah ketakutan kalau Axel akan mengenalinya. Walaupun saat ini wajahnya telah digambar menjadi seorang badut, tapi tetap saja Raline khawatir. Siapa tahu Axel masih bisa mengenalinya. Supaya aman, Raline memilih untuk terus diam dan menundukkan wajahnya dalam-dalam."Maaf ya, Om. Kakak badut ini baru saja belajar menjadi badut. Jadi belum terbiasa main di jalana
last updateLast Updated : 2023-03-28
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status