Tolong bijak dalam membaca! Di dalam cerita ini mengandung unsur 21+ dan juga Comedy yang akan membuat Anda terhibur, Shassy adalah kekasih Raka, yang merupakan sepupu dari Keenan sang CEO tampan yang terkenal dengan sifatnya yang dingin dan kejam.Tapi di sisi lain, Shassy bekerja sebagai sekertaris pribadi dari Keenan. Shassy pun mendapat julukan 'Sekertaris Terkuat' karena sanggup bekerja dengan Keenan lebih dari satu bulan.Tekanan dari Keenan sempat membuat Shassy frustasi. Tapi dukungan yang tidak di harapkan oleh Shassy, muncul dari orang terdekat Keenan. Dukungan itu memaksa Shassy untuk terus bersama dengan Keenan.Hingga akhirnya … "Keen, besok aku akan bertunangan dengan Shassy," ujar Raka"Apa kamu buta, hingga mau bertunangan dengan wanita itu," dengus Keenan, yang tak bisa mengungkapkan alasan di balik kalimatnya itu,Akankah Shassy dan Raka bersatu seperti janji mereka? Ataukah ia akan beralih menjadi menantu dari Mutiara Andara-ibu dari Keenan yang sangat menyayanginya?HAPPY READING …,
View MoreSiang itu, di sebuah perusahaan terkenal di Jakarta, hampir semua ruangan karyawan sepi tanpa suara orang berbicara, hanya terdengar gesekan pena dan kursi yang sesekali bergeser karena semua orang sedang berkonsentrasi pada pekerjaannya.
Tapi berbeda dengan salah satu ruangan yang paling ujung, di sana terdengar suara dengkuran halus dari seorang karyawati yang tengah menempelkan wajahnya di meja kerjanya.
Hingga beberapa saat kemudian, ada karyawati lain yang masuk ke dalam ruangan itu dengan gelisah.
"Shas, Shas!" seru karyawati tersebut. Ia mencoba membangunkan Shassy dengan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Tunggu sebentar, lima menit saja aku sangat capek," ujar Shassy yang masih menyandarkan kepalanya di meja kerja.
"Shass, cepat bangun kalau tidak—" Kalimat teman kerja Shassy itu terputus ketika terdengar suara langkah kaki yang berhenti di belakang tubuhnya.
Karyawan yang tadi terus mencoba membangunkan Shassy pun segera berbalik dan tersenyum canggung pada laki-laki tampan yang sedang menatap tajam dirinya.
"Eh, Pak Keen," ujar karyawati tersebut sambil tersenyum sampai menampakkan deretan giginya.
Keenan Revaldo Brahmanto, itulah nama laki-laki yang lahir dengan paras mempesona dan juga menjabat sebagai CEO perusahaan tersebut. Tatapan tajamnya bagai belati, tapi saat ia tersenyum tak ada wanita yang bisa menolak pesonanya.
"Kamu kenapa di sana, minggir!" bentak Keen sambil menatap tajam ke arah karyawati tersebut.
Karyawati itu pun melirik ke arah Shassy yang masih tertidur pulas.
'Semoga kamu selamat Shass,' batin karyawati tersebut yang dengan cepat menyingkir dari hadapan Keen.Karyawati itu pun segera berhambur tapi ia tak benar-benar pergi, ia memilih mengintip dari luar ruangan tersebut.
"Eh, ada apa?" tanya salah seorang karyawan lain yang saat ini sedang melewati karyawati yang mengintip itu.
"Husst," ujar karyawati tersebut sambil meletakkan telunjuk di depan mulutnya.
Karyawati tersebut segera menarik temannya, dan mereka pun mengintip bersama.
*
Di dalam ruangan.
Keen terus menatap ke arah Shassy yang masih tertidur pulas, hingga beberapa detik kemudian ia mengambil sebuah buku dari dekat Shassy dan menjatuhkan buku tersebut di atas meja Shassy dengan sengaja.
DAGHH! Suara buku tebal tersebut terdengar menggema di ruangan itu.
Tapi Shassy tak bergerak sedikit pun, ia terus terlelap dan malah tersenyum-senyum tak jelas.
"Wanita ini," geram Keen dengan tangan yang mengepal.
"Shassy!" teriak Keen yang sudah sangat kesal.
"Iya bang, satu porsi banyakin sambelnya," ucap Shassy yang masih memejamkan matanya.
Mata Keen pun membulat, mendengar ucapan Shassy.
"Shassy Anastasya Subagyo!" Keen meneriakkan nama lengkap Shassy di dalam ruangan tersebut.
Suara Keen benar-benar melengking tinggi, hingga bergema cukup lama di ruangan itu.
Shassy langsung berjingkat kaget karena suara Keen yang bagai petir menghantam ruangan tersebut.
"Eh! Ayam, kucing, jaran, anj—" Kalimat Shassy terhenti seketika saat melihat Keen yang menatap tajam dirinya.
"Lanjutkan kalimatmu!" perintah Keen dengan nada sinis.
"Maaf Pak, tadi saya terlalu terkejut, jadi sa—"
"Jadi apa?" sergah Keen. "Jadi seperti ini cara kamu menghormati atasan kamu?"
Shassy pun mencoba membela dirinya dengan membantah. "Tidak Pak, itu karena Anda mengagetkan saya, akhirnya saya jadi latah."
"Jadi kamu menyalahkan saya?" ujar Keen dengan mata yang membulat, memberikan tekanan.
Shassy lalu menundukkan kepalanya.
"Tidak Pak, saya tidak berani," ujar Shassy yang terpaksa menelan bulat-bulat rasa kesal di hatinya.
"Bisa-bisanya aku punya sekertaris seperti kamu, dasar tidak berpendidikan!" cemooh Keen.
'Dasar congek, telinganya itu benar-benar bermasalah. Kalau bukan bos, sudah aku lempar pakai sepatu, orang ini,' batin Shassy sambil terus menundukkan kepalanya.
"Kenapa diam saja, apa kamu bisu?" tandas Keen.
"Tidak Pak," jawab Shassy dengan nada rendah.
"Jadi kamu tahu kalau kamu salah?"
"Tahu Pak," jawab Shassy dengan pasrah.
"Besok pagi, aku ingin melihat ringkasan perkembangan perusahaan kita selama lima tahun di atas meja kerjaku." Keen.
Mendengar ucapan Keen, Shassy pun langsung mendongakkan wajahnya dan menatap ke arah Keen dengan mata bulat indahnya.
"Tapi Pak, baru kemarin saya lembur menger—" Kalimat Shassy terhenti lagi ketika Keen mengernyitkan dahi padanya. "Baik Pak, saya akan mengerjakannya," ucap Shassy yang segera mengganti kalimatnya.
Shassy sadar, jika ia memprotes Keen, itu sama artinya dengan memprovokasi Keen untuk berlaku lebih tidak masuk akal lagi pada dirinya.
"Bagus, kamu makin pintar. Tidak sia-sia kamu bekerja di sini selama 2 bulan," ujar Keen sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan Shassy.
Setelah Keen benar-benar meninggalkan tempat tersebut, Shassy pun segera duduk kembali di kursinya. Selang beberapa saat, ia mulai memukul-mukulkan kepalanya ke meja kerjanya itu.
"Shass," panggil karyawan yang sedari tadi mengintip Shassy.
Dua orang karyawan yang tadi mengintip segera berlari ke arah Shassy. Mereka memegangi pundak Shassy untuk menghentikan tindakan Shassy tersebut.
"Kalian ngapain?" tanya Shassy sambil menatap kedua orang tersebut dengan tatapan heran.
"Kami pikir kamu mau—"
"Bunuh diri?" tandas Shassy cepat.
Kedua orang itu pun mengangguk perlahan.
"Kalau pun aku ingin bunuh diri, aku tidak sudi bunuh diri karena laki-laki sialan itu!" ujar Shassy dengan lantang.
"Sabar Shass, sabar."
"Apa menurut kalian aku ini kurang sabar?" tanya Shassy dengan mata yang memerah.
Kedua orang tersebut hanya diam, tak bisa menjawab perkataan Shassy.
"Cukup! Aku akan mengundurkan diri," ujar Shassy sambil mengepalkan tangannya.
"Kamu yakin Shass?"
"Aku yakin. Aku tidak mau gila gara-gara laki-laki itu," ucap Shassy dengan keyakinan penuh.
Kedua orang tersebut tidak heran dengan ucapan Shassy, karena para sekertaris Keen sebelumnya juga mengalami gangguan kecemasan setelah satu bulan bekerja pada Keen. Mereka semua selalu mengundurkan diri setelah mendapatkan gaji pertama mereka.
"Ya sudah Shass kalau itu memang keputusanmu, padahal kamu baru mendapat gelar sekretaris terkuat loh."
Shassy pun menghela napas dalam. "Buat apa gelar itu, kalau akhirnya aku stres."
"Hehhehe, iya deh iya kami mengerti kok."
"Ya sudah, aku akan menyusun surat pengunduran diriku dulu," ucap Shassy yang ingin membuka laptopnya kembali.
Tapi, tiba-tiba suara telpon kantor yang ada di mejanya berbunyi nyaring.
'Siapa?' batinnya.
Shassy lalu menarik napas dalam-dalam, dan segera mengangkat gagang telepon tersebut.
"Halo selamat siang," sapa Shassy dengan nada ramah.
"Tidak usah bicara manja seperti itu," sergah Keen yang ada di balik panggilan tersebut.
Shassy pun menjauhkan gagang telepon tersebut dari dirinya. Ia lalu memukul-mukulkan kepalanya ke meja lagi, tapi kali ini dengan perlahan.
Setelah hening beberapa saat.
"Shass!" panggil Keen dengan kasar.
"Iya Pak," sahut Shassy dengan nada lembutnya lagi.
"Kamu segera ke ruanganku."
"Sekarang Pak?" tanya Shassy.
"Kamu pikir kapan," jawab Keen yang terdengar kesal.
"Iya Pak, saya paham," ujar Shassy sambil mengangguk-ngangguk padahal itu hanya sedang menelepon.
"Cepat, aku tunggu kamu lima menit. Kalau kamu—"
"Baik Pak, saya segera ke sana," tukas Shassy yang segera mematikan panggilan tersebut.
"Kenapa Shass?" tanya dua orang yang masih di samping Shassy.
"Ceritanya nanti saja, sekarang aku harus segera menemui laki-laki batako itu," ucap Shassy sambil berlalu meninggalakan ruangannya.
Shassy terus berlari dan dengan terburu-buru menaiki lift untuk pergi keruangan Keen yang ada di lantai lima.
**
Sementara itu di ruangan Keen,
"Iya Ma, sebentar lagi dia akan sampai di ruangan ini Mama tunggu saja," ucap Keen.
"Ya sudah, pokoknya nanti kamu ajak Shassy pulang ke rumah. Mama kangen sama dia," ujar Mutiara Andara, ibu Keenan.
"Tapi Ma," ucap Keenan yang terdengar enggan.
"Pokoknya Mama gak mau tahu, kamu harus membawa Shassy ke rumah, titik!" Nyonya Tiara.
"Baik Ma," jawab Keenan pasrah.
"Ya sudah, Mama mau masak dulu kalau begitu."
"Iya Ma," sahut Keen, yang langsung mematikan panggilan tersebut.
Kemudian ...
Klakk! Shassy langsung membuka pintu ruangan tersebut. Ia pun langsung berlari ke arah Keen.
"Ada apa, Pak?" tanya Shassy yang terlihat ngos-ngosan.
"Apa kamu tidak tau caranya mengetuk pintu?" hardik Keen.
"Pak, Anda jangan keterlaluan! Saya itu cepat-cepat kemari, karena Bapak yang menyuruh saya ke ruangan ini dalam 5 menit. Dan sekarang, Bapak memarahi saya karena pintu? Bapak itu pernah berpikir nggak sih?" omel Shassy.
"Kamu memarahiku?" tanya Keen dengan perasaan tidak senang.
"Iya, itu karena Anda keterlaluan. Saya mengundurkan diri Pak, suratnya akan saya kirimkan setelah ini!" ujar Shassy dengan lantang.
"Kamu tidak bisa keluar dari perusahaan ini," ucap Keen dengan suara khasnya.
"Kenapa?" tanya Shassy sambil mengernyitkan keningnya.
"Nanti sepulang kerja, kamu ikut aku pulang ke rumah!" perintah Keen.
"Maaf Pak, saya—"
"Orang yang bisa mengeluarkan kamu dari sini adalah ibuku." Keen.
"Tapi Pak, itu saya—" Kalimat Shassy terpotong lagi.
"Ingat, gaji kamu bulan ini masih ada di perusahaan."
Shassy pun mendengus kesal dan terus mengutuk Keen di dalam hati karena sikap Keen yang terasa seperti sedang menyiksanya.
"Sudah, kamu boleh pergi sekarang," ujar Keen yang terdengar seperti sedang mengusirnya.
Shassy tercengang, lalu bertanya, "Hanya itu Pak?"
"Kamu mau ak—"
"Tidak!" teriak Shassy sambil berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan tersebut.
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments