PEMBANTU NAIK KELAS

PEMBANTU NAIK KELAS

last updateLast Updated : 2023-12-13
By:  artfingerOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 ratings. 5 reviews
82Chapters
4.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Rere menandatangani perjanjian pra-nikah dengan sahabatnya yang juga anak kos di rumah ibunya: Freza. Namun, karena sebuah misi untuk menjadi pembantu rumah tangga di keluarga kaya, keduanya harus hidup terpisah selama maksimal satu tahun! Latar belakang keluarga Rere yang cukup sederhana, membuat Rere tidak terlalu kesulitan menjalani misi ini. Justru, para majikannya begitu kaget saat mengetahui bahwa Rere begitu pintar. Sayangnya, Rere tidak pernah tahu bahwa suaminya merupakan keturunan dari orang terkaya di Indonesia. Bagaimana kisah perjalanan cinta Rere dan Freza, terutama saat orang-orang di sekitarnya menganggap dia adalah “Pembantu Naik Kelas”?

View More

Chapter 1

Bab 1. Cincin Berlian

TIIN. TIIN.

Sebuah klakson mobil terdengar begitu nyaring, yang membuat kesal beberapa anak kos di bangunan tempat mobil itu menghentikan lajunya.

Mobil sport dua pintu berwarna putih, dilengkapi suara knalpot Akrapovic itu menanti seseorang.

Rere berlari tunggang langgang dari kamarnya menuju sumber suara yang membuat kegaduhan barusan.

Ternyata benar, suara klakson tadi berasal dari mobil seseorang yang sudah dia nanti sejak setengah jam yang lalu.

Bahkan, dia sudah begitu sulit memilah dan memilih baju untuk hari ini sejak dua jam yang lalu. Akhirnya, sebuah dress merah selutut yang warnanya agak pudar, dilengkapi lengan tiga per empat, serta dandanan ala kadarnya pun membuatnya begitu percaya diri untuk mendekati mobil tersebut.

Saat tiba di pintu gerbang, salah satu anak kos laki-laki di rumahnya sedang berdiri memegang pagar, dan berbicara dengan tamunya.

“Wih, mobil baru lagi, bree?” tanya anak kos itu, “Mau jemput siapa? Turunlah! Nggak sopan, dong, cuma ngebunyiin klakson doang.”

“Freza, nggak usah ikut campur deh. Aku yang punya rumah ngerasa biasa saja. Zeega sopan, kok.” Segera saja Rere menjawab kalimat Freza, lelaki yang menyewa salah satu kamar kos di rumahnya.

Rere segera meminta maaf kepada Zeega atas kelakuan Freza, yang dibalas segera oleh Zeega, “Nggak pa-pa Re, dia bener.”

Zeega melenggang turun dari mobil sport-nya, dan segera membukakan pintu bagi Rere. Yang dibukakan pintu langsung senyum-senyum sendiri kegirangan, tetapi hanya sebuah senyum simpul yang berani dia tunjukkan.

“Terima kasih ya.”

“Dengan senang hati, tuan putri.” Zeega menjawab dengan sedikit membungkuk dan satu tangannya dilambaikan, serta tangan lainnya di depan dada. Adegan yang sudah pasti membuat para kaum hawa seperti diterbangkan ke awan, merasa sangat dihargai dan dihormati.

“Lebay,” ledek Freza dengan senyum sinisnya. Mata Rere langsung saja melotot ke arah Freza dan memonyongkan bibirnya.

Tidak perlu waktu lama, Zeega sudah melangkah memasuki mobil, sambil melambaikan tangan ke arah Freza dengan tatapan hormat dan sedikit membungkuk.

Maklum, meskipun Freza seakan akrab dengan mereka, sebenarnya dia satu tingkat di atas mereka berdua. Namun, karena beberapa masalah yang terjadi pada Freza, dia telat satu tahun sehingga saat ini berada di semester terakhir bersama Rere dan Zeega.

Dengan tak acuh, tubuh Freza berbalik untuk memasuki area bangunan kos dan tidak menyambut salam dari Zeega.

Seakan, dia merasa tidak menyukai Zeega. Padahal, Zeega terkenal selalu berperilaku baik di kampus.

***

Hanya perlu 20 menit bagi Zeega untuk melajukan mobil, hingga tiba di sebuah pusat perbelanjaan di tengah kota. Waktu yang cukup singkat bagi seorang lelaki yang begitu pandai mengemudi, didukung dengan lalu lintas yang belum begitu ramai saat siang hari.

Berbeda dengan Rere yang merasa waktu 20 menit itu begitu lama. Selama perjalanan, mulut Rere seakan kelu, tak mampu berucap sepatah kata pun. Kedua tangannya saling ditelungkupkan, sembari punggungnya bersandar ke kursi.

Sesekali dia mencuri pandang ke pria di sebelahnya, yang terlihat begitu anggun mengemudi. Dan segera mengalihkan lirikan mata saat wajah Zeega seakan tertuju padanya.

Zeega tidak memasuki gedung parkiran, melainkan berhenti di depan lobby dan menyerahkan kunci pada petugas valet parking.

Tak lupa, lagi-lagi tindakan Zeega membukakan pintu bagi Rere, mampu melelehkan diri wanita itu hingga rasanya lutunya lunglai. Namun, dia tidak boleh sampai jatuh.

Beberapa orang melirik ke arah pasangan yang baru turun dari mobil itu.

Dengan tak acuh, mereka terus melenggang melewati beberapa pasang mata yang mengawasi. Bagi Rere, pandangan itu membuatnya sedikit sombong.

Dia merasa bahwa orang-orang itu iri dan tidak habis pikir bagaimana bisa seorang lelaki tinggi, tampan, dengan kulit yang begitu putih bak pualam bisa berjalan bersama seorang wanita berkulit kuning langsat, disertai dandanan yang sangat minimalis.

Apalagi mereka turun dari mobil yang tidak biasa.

Zeega menuntun untuk memasuki pintu masuk gedung perbelanjaan, dan mereka menuju ke area yang lebih sepi.

Di area ini banyak diperjual-belikan barang-barang dari brand ternama, sehingga pantas jika memang tidak banyak pengunjung.

Langkah kaki pria berambut hitam dengan gaya french-crop itu menuju sebuah toko perhiasan. Rere bingung.

Belum sempat dia bertanya, suara ponsel Zeega berbunyi dan langsung diangkat oleh pemiliknya.

“Re, kamu pilih-pilih dulu cincin yang menurut kamu bagus ya. Aku angkat telepon dulu sebentar.” Kaki pria itu melangkah keluar toko untuk menjawab telepon.

Kalimat terakhir tadi membuat tubuh Rere kaku. Dia berusaha mencerna kalimat Zeega, tetapi tetap saja bingung dan tidak menemukan jawaban dari kebingungannya.

Jantungnya yang dari tadi sudah berdetak kencang, kini terpacu menjadi semakin kencang. Bagaimana bisa aku milih cincin? Cincin untuk apa? tanyanya dalam hati.

Rere berusaha mengingat kejadian beberapa hari terakhir. Memang mereka berdua sering bersama di kampus, untuk mengerjakan tugas, makan siang, bahkan sesekali Zeega mengantar-jemputnya.

Beberapa kali pria itu memang meminta tolong untuk dibantu belajar dan mengerjakan tugas. Selain itu, kelakuan Zeega terasa begitu baik terhadap Rere.

Namun, dia selalu membuang jauh-jauh pikiran bahwa Zeega memang menyukainya. Selain karena status sosial mereka berbeda, dia pun bukan wanita populer dan cantik di kampus, meskipun juga tidak termasuk cewek jelek.

Contohnya hari ini, laki-laki itu memperlakukan Rere layaknya sang putri. Tangannya memegang dadanya, menahan detakan jantungnya yang semakin cepat.

Apa maksud semua ini, pikirnya.

“Nona, maaf. Ada yang bisa saya bantu?” sapa seorang wanita penjaga toko.

Sontak saja Rere kembali tersadar dan memandang ke sumber suara.

Saat tubuhnya mendekat ke meja kaca transparan yang memamerkan beberapa perhiasan, wanita tadi seakan menahan tawanya. Sesekali dia berbalik muka ke belakang untuk mengatur napas.

Rere tidak peduli dengan tingkah pelayan toko di hadapannya.

“Mbak, coba lihat yang ini dan itu,” pinta Rere kepada sang pramuniaga.

Dua buah cincin kini diletakkan di atas meja untuk diteliti oleh Rere. Dia mengangkat salah satu cincin dan melihat dari berbagai sudut. Cicin itu bertatahkan emas puti dan batu-batu permata berukuran kecil.

Dia pun mencoba cincin yang satu lagi. Hanya ada satu batu permata berukuran cukup besar pada cincin kedua tersebut.

Dia memasukkan cincin itu di salah satu jarinya, dan menjulurkannya untuk melihat apakah terlihat indah. Saat dia mendekati sebuah cermin bundar di atas meja untuk melihat keserasian cincin dengan jarinya, dia mendapati ada yang aneh dengan wajahnya.

Hah! Bagaimana bisa? Berarti dari tadi pelayan toko ini ngetawain aku? gumamnya dalam hati. Dia segera berlari keluar toko tanpa melepaskan cincin tersebut.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
DePeEs
Keren. Ayo thor, lanjutkan!
2022-06-29 02:05:08
1
user avatar
Butterfly 98
keren ceritanya... semangat author ...
2022-06-18 16:50:18
1
user avatar
SachanStory
ceritanya keren Kaka, alurnya juga menarik, semangat terus...
2022-06-10 01:47:53
1
user avatar
Yukha
Pembantu naik kelas? keren banget, sukak sama alurnya, mangat Kak ...
2022-06-01 14:20:27
1
user avatar
Tyarasani
Ceritanya menarik, alirnya juga keren, semangat up thor ...
2022-05-31 10:33:36
1
82 Chapters
Bab 1. Cincin Berlian
TIIN. TIIN. Sebuah klakson mobil terdengar begitu nyaring, yang membuat kesal beberapa anak kos di bangunan tempat mobil itu menghentikan lajunya.Mobil sport dua pintu berwarna putih, dilengkapi suara knalpot Akrapovic itu menanti seseorang. Rere berlari tunggang langgang dari kamarnya menuju sumber suara yang membuat kegaduhan barusan.Ternyata benar, suara klakson tadi berasal dari mobil seseorang yang sudah dia nanti sejak setengah jam yang lalu. Bahkan, dia sudah begitu sulit memilah dan memilih baju untuk hari ini sejak dua jam yang lalu. Akhirnya, sebuah dress merah selutut yang warnanya agak pudar, dilengkapi lengan tiga per empat, serta dandanan ala kadarnya pun membuatnya begitu percaya diri untuk mendekati mobil tersebut. Saat tiba di pintu gerbang, salah satu anak kos laki-laki di rumahnya sedang berdiri memegang pagar, dan berbicara dengan tamunya. “Wih, mobil baru lagi, bree?” tanya anak kos itu, “Mau jemput siapa? Turunlah! Nggak sopan, dong, cuma ngebunyiin klakson
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 2. Will You Marry Me?
Di toilet, Rere segera mencuci mukanya yang sudah tampak seperti adonan tepung yang di-templok-in sembarang ke wajahnya. Dalam sekejap, bedak bayi serta polesan lip-balm yang dia gunakan di wajah pun luntur, kemudian hanya menyisakan muka alaminya. Pikirannya memutar ulang ingatan saat di dalam mobil Zeega, sewaktu berangkat tadi. Sempat lelaki itu terlihat menahan tawa, tetapi Rere tak acuh karena sedang grogi.Namun, sekarang semuanya jelas. Wajahnya sudah berantakan sejak berangkat tadi. Dia merutuki diri sendiri, merasa begitu bodoh dan jelek. Hatinya sakit jika membayangkan perasaan malu yang sejak tadi dipendam oleh teman jalannya, Zeega. Kedua tangannya masih memegangi wajahnya setelah dicuci. Saat itu pula, dia menyadari sebuah cincin masih tersemat di jemarinya. Perasaan takut segera menyergap. Tanpa menunda, kakinya segera berlari keluar toilet menuju toko perhiasan. Di depan toko, sudah tidak terlihat Zeega. Wajah Rere begitu tegang saat memasuki area dalam toko yang ter
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 3. Cinta Monyet
Melihat ekspresi wajah Rere yang begitu lucu, Freza tidak mampu menyembunyikan tawanya. Suaranya begitu keras, membumbung ke langit-langit cafe. “Pasti itu tadi ekspresi kamu waktu Zeega bilang kayak gitu tadi, ya?” selidik Freza. Dia menggoda Rere setelah wanita itu menceritakan beberapa kejadian yang dialami di mall, saat tadi mereka berboncengan motor menuju cafe. Dengan emosi yang belum stabil, Rere menggerakkan lengan dengan kekuatan penuh untuk melemparkan tas tangannya tepat ke muka Freza. Sebagai anggota karate, refleks lelaki itu cukup baik hingga mampu menghindar tepat pada waktunya. “Ketawa lagi, aku lempar lagi, pakai piring nanti,” tambah Rere. Freza mengatupkan kedua tangannya pertanda meminta ampun kepada Rere. Sebelum pertengkaran melebar, sang pramusaji datang membawa pesanan mereka. Energi yang sudah terkuras cukup banyak membuat Rere memakan nasi gorengnya begitu cepat dan lahap.Freza mencoba mengutarakan pikirannya lagi. “Kamu sih, lelaki kayak begitu, kok,
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 4. Prosesi Akad
Tidak terasa sudah selesai masa-masa perkuliahan bagi Rere dan teman-teman seangkatannya, termasuk Freza dan beberapa mahasiswa lain yang juga telat pun mampu mengikuti wisuda di periode yang sama.Masih terasa aneh bagi Rere bahwa, saat wisuda beberapa hari yang lalu tidak diikuti oleh Zeega. Padahal, tiga bulan sebelumnya, dia malah takut saat mau masuk ke kampus akan bertemu temannya itu, setelah kejadian di mall yang memalukan itu. Namun, dia malah disuguhi berita bahwa sehari setelah kejadian tidak mengenakan di mall, Zeega memutuskan pindah kuliah dan tidak ada lagi kabarnya.Karena menjadi misteri, bahkan setelah beberapa bulan pun kepergian Zeega yang tiba-tiba masih menjadi berita segar yang selalu diperbincangkan di beberapa kesempatan. Rere pun terkadang masih bertanya-tanya, bahkan sesekali membicarakan hal ini kepada Freza.“Apaan sih, Re. Udah lama, masih dibahas juga. Kita ini sudah wisuda, yang berlalu biarlah berlalu,” jawab Freza ketus.“Iya sih. Tapi, aku itu kasian
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 5. Hadiah dari Ibu
Rere terus terpojok hingga tubuhnya membentur meja wastafel, hingga dia tidak bisa kabur ke mana pun.“Mas, kamu mau apa? Aku mau keluar dulu, biar kamu bisa ganti piama,” kata Rere lirih sambil berusaha mendorong tubuh tinggi besar itu. Sayangnya, usahanya tidak membuahkan hasil. Tubuh kecilnya tidak mampu menyingkirkan lelaki di hadapannya.Kedua tangan Freza melingkari pinggang Rere, tanpa berucap sepatah kata pun. Wajah wanita itu menjadi semerah kepiting rebus. Napasnya tidak beraturan. Dia tidak mampu membayangkan apa yang akan terjadi terhadap keduanya di dalam sini. Sedangkan Freza, hanya senyum-senyum menikmati kegugupan istrinya itu.Rere menutup matanya seketika. Dan detik berikutnya, sebuah suara ponsel dari arah kamar, membuatnya membuka mata kembali.“Ada telepon, Mas. Jangan-jangan itu Ibu. Aku angkat dulu, ya?” Tangan Rere berusaha melepaskan rengkuhan lengan Freza di pinggangnya. Dia berlari secepatnya saat kesempatan kabur terbuka lebar. Lelaki itu terus tersenyum me
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 6. Hari Pertama Bekerja
Rere membuka surat tersebut dan membacanya. Isi surat tersebut tidaklah banyak, tetapi cukup mampu membuat air matanya tidak mau berhenti.[Rere sayang,Ini adalah hadiah untuk pernikahanmu. Maaf, Ibu tidak memiliki harta untuk bisa diberikan.Satu yang pasti, Ibu akan selalu mendoakan untuk kesuksesanmu, dan agar pernikahanmu dengan Nak Freza dilimpahi kebahagiaan.Ibu tidak khawatir menyerahkanmu kepada Nak Freza, karena dia begitu baik, terhadapmu dan juga Ibu.Ibu berharap, kamu mau menggunakan hadiah dari Ibu ini. Untuk menjaga dirimu, saat mungkin Ibu sudah tidak bisa mendampingimu lagi suatu saat nanti.Ibu sayang Rere selalu.]Dia letakkan surat itu kembali ke dalam kotak, dan mengambil selembar hijab berwarna pelangi dari dalamnya. Warna hijab itu begitu indah. Pelangi yang akan selalu menghiasi hidup Rere, meskipun ibunya sudah tidak lagi di sisinya. Rere memeluk hijab itu sambil berucap terima kasih yang begitu dalam. Meskipun ibunya tidak di sini, dia yakin bahwa sang ibu
last updateLast Updated : 2022-05-23
Read more
Bab 7. Berita Pertunangan
Langkah kaki Freza berjalan cepat memasuki bandara. Seorang wanita paruh baya, dengan lipstik merah merona melengkapi penampilannya yang cantik dan elegan. Wanita yang berdiri di bagian dalam pintu masuk itu tersenyum dan menyambut kedatangannya.“Selamat datang, Tuan Muda. Mari ikuti saya.” Wanita bernama Merlyn tersebut merupakan asisten pribadi Freza.Tubuh mereka menjauh dari keramaian bandara untuk penerbangan regular. Menuju area bandara yang lebih sepi, kemudian masuk ke sebuah lounge yang hampir tidak ada orang di sana.Lounge itu dilengkapi dengan fasilitas mewah, untuk memanjakan para penumpang pesawat jet pribadi. Merlyn terus berjalan melewati sofa tunggu, meja yang menghidangkan makanan dari berbagai negara, lalu sedikit berbelok menuju sebuah pintu yang agak tersembunyi.Sidik jarinya ditekankan pada sebuah sensor di pintu untuk membuatnya terbuka. Ruangan itu lebih kecil dari lounge yang barusan mereka lewati, tetapi semua fasilitas yang ada tidak kalah mewah dan lengka
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more
Bab 8. Di Luar Ekspektasi
Selesai mengantarkan Fika hingga naik ke mobil jemputan sekolah, Rere kembali ke dalam dan memulai pekerjaannya.“Akhirnya anak itu mau juga disuruh siap-siap. Ayo Rere, semangat!” ujarnya menyemangati diri sendiri.Dia langsung menuju dapur. Ada tumpukan piring kotor yang sepertinya sudah ada sejak kemarin.Pandangannya beralih pada selembar kertas yang tertempel di pintu kulkas. Kata majikan perempuannya, itu catatan yang dia perlu tahu. Setelah membaca cepat, ternyata sebagian isinya tentang penggunaan peralatan otomatis.“Berarti nyuci piringnya pakai alat cuci otomatis, ya? Mmm … mana, ya?” Kepalanya celingukan mencari alat cuci piring di sekitar situ.Dibukanya sebuah pintu kotak di bawah meja, dengan kaca gelap di bagian depannya. Itu adalah oven, bukan alat cuci piring.Di sebelahnya, ada beberapa pintu-pintu lain yang dia buka satu per satu untuk memastikan isinya. Akhirnya dia bisa menemukan yang dicari.Segera saja dia masukkan semua piring yang kotor. Sesuai instruksi di c
last updateLast Updated : 2022-06-02
Read more
Bab 9. Permainan di Drama Korea
“Assalamualaikum, Eyang.” Freza mendekati tempat tidur neneknya, lalu mencium tangan wanita tua itu.Sudah hampir enam bulan, sang nenek terbaring di ranjang karena penyakit stroke-nya. Menurut dokter, neneknya bisa segera berjalan kembali, selama rajin mengikuti terapi. Namun, dia urung karena merasa tidak diperhatikan oleh keluarganya. Rasanya lebih baik cepat diambil nyawa saja.Matanya berbinar saat melihat satu-satunya orang yang paling dia rindukan akhirnya datang.“Waalaikumussalam. Freza … sayang ….” kata Rowena.“Eyang, aku sudah lulus kuliah, lho.” Senyumnya begitu lebar saat mengabarkan berita bahagia tersebut.“Alhamdulillah. Berarti ada yang temani Eyang lagi di rumah ini.”Bagi Rowena, hanya cucunya yang paling memahami dan mengerti dirinya. Selalu bersedia mendengarkan kenangan-kenangan masa lalu yang membangkitkan gairahnya, serta mampu membuat senyum itu merekah. Senyum yang jarang lagi tampak belakangan ini. Karena semua orang di rumah besar itu lebih memilih menyib
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more
Bab 10. Menjadi Pencuri di Rumah Sendiri
Keringat dingin seakan mengguyur tubuh rampingnya. Ketakutan membelenggu. Bagaimana jika nanti nyonya rumahnya begitu marah? Bagaimana jika dia diusir di hari pertama bekerja? Yang paling penting, dia takut jika Fika megalami hal serius. "Sudah selesai. Anak cantik sudah bisa pulang," kata seorang dokter jaga di IGD rumah sakit. "Terima kasih, Dok," jawab Fika dengan senyum polosnya. "Berarti, kakinya Non Fika nggak pa-pa, kan, Dok? Nggak ada yang bahaya?" serobot Rere. "Nggak bahaya. Anak cantik ini terkilir, tapi sudah diobati. Kakinya sementara ini perlu diperban, jangan dilepas. Nanti saya kasih surat izin untuk tidak sekolah dulu, hingga dua hari ke depan." Sang dokter menjelaskan dengan sabar. Napas Rere begitu lega mendengar penjelasan barusan. Dia harus ekstra menjaga majikan kecilnya, merawat luka serta mengganti perbannya. Selain itu, beberapa hari ke depan, Fika tidak akan bisa bersekolah. Jadi, dia akan membantu mengejar pelajaran. Yang perlu diwaspadai sekarang ad
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status