Aku Prilly, kata orang aku wanita mandiri, kuat, pekerja keras dan bisa diandalkan keluarga. Tapi mereka tidak tahu kalau aku hampir gila! Setiap hari aku harus menghadapi Bos di kantorku yang dingin, kejam dan suka menekan. Tingkahnya selalu membuat kami karyawannya mengelus dada, hingga aku menamainya si Raja Neraka. Dari situ aku sadar, kalau sekuat apapun seseorang, tidak mungkin bisa bersandar di bahunya sendiri, aku butuh seseorang yang mendukungku melewati ini semua. Hingga dalam kesepian dan depresiku satu tahun yang lalu, aku mendownload sebuah aplikasi dating dan berkenalan dengan Mr. Bossy. Kehadiran Mr. Bossy cukup mewarnai hidupku. Terkadang kami menjadi teman, ada kalanya dia menjadi penasehatku, penyemangatku. Bahkan kami juga kerap bertukar gairah dengan cara yang biasa di sebut phone s*x. Tapi sudah satu tahun kami berhubungan, tidak juga ada wacana pertemuan. Aku bingung! Hingga pada suatu ketika, musibah menerpaku. Aku terlilit hutang dan dalam kesulitan keuangan yang harus segera di bereskan. Mr. Bossy menawarkan bantuan dan kami memutuskan untuk bertemu di sebuah cafe. Dan setelah aku tahu siapa dia, saat itulah kekonyolan ini di mulai… Masalahku mungkin teratasi, tapi hidupku justru menjadi semakin pelik. Namun mungkinkah aku akhirnya juga baper?
Lihat lebih banyakSetelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo
Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?
Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k
“Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru
Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke
Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n
Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se
“Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”
“Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa
“Kalau kamu sudah bosan bekerja untuk saya, silakan angkat kaki dari perusahaan ini, Nona Prilly!”Aduh, kenapa lagi ini? Tiba-tiba wajah pemegang tahta tertinggi perusahaan ini berubah serius. Kedua mataku hanya bisa terbelalak takut. Sedangkan kedua tanganku meremas samping rokku dengan cemas.“Ma-maksud Bapak?”Atasanku bangkit dari tempat duduknya, Pria berbadan tegap itu mendekat ke arahku dengan kaki panjangnya. Manik wajahnya yang dingin membuatku semakin menciut saja.“Ya Tuhan, ya Tuhan. Dia berjalan kesini! Salah apa lagi sih, aku?” Aku cemas bukan main.Perlahan aku melangkah mundur seiring Pak Harvey yang makin mendekat, berharap tetap menjaga jarak darinya. Akan tetapi, sayang, tanpa kusadari punggungku sudah mentok menyentuh rak buku. “Sial!” Aku mengumpat lagi dalam hati.“A-ada apa, Pak?” cicitku, Aku benar-benar tidak berani memandang manik cokelat Pak Harvey yang biasanya tanpa ekspresi dan memilih menunduk.“Kamu.” Suaranya yang dalam menggelitik telingaku. Membua...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen