Share

14 Cincin Tunangan Harvey Adam

Penulis: Qeqe Sunarya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-16 08:50:56
Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.

“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”

Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.

Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.

Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.

Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?

Oh, tidak!

Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?
Qeqe Sunarya

Terimakasih sudah voted dan meninggalkan komen positif yang membuat Author bersemangat untuk selalu update.

| 2
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
S.T
di tunggu up nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   15 Restoran Tepi Laut

    Setelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   1 Bos Yang Menjengkelkan

    “Kalau kamu sudah bosan bekerja untuk saya, silakan angkat kaki dari perusahaan ini, Nona Prilly!”Aduh, kenapa lagi ini? Tiba-tiba wajah pemegang tahta tertinggi perusahaan ini berubah serius. Kedua mataku hanya bisa terbelalak takut. Sedangkan kedua tanganku meremas samping rokku dengan cemas.“Ma-maksud Bapak?”Atasanku bangkit dari tempat duduknya, Pria berbadan tegap itu mendekat ke arahku dengan kaki panjangnya. Manik wajahnya yang dingin membuatku semakin menciut saja.“Ya Tuhan, ya Tuhan. Dia berjalan kesini! Salah apa lagi sih, aku?” Aku cemas bukan main.Perlahan aku melangkah mundur seiring Pak Harvey yang makin mendekat, berharap tetap menjaga jarak darinya. Akan tetapi, sayang, tanpa kusadari punggungku sudah mentok menyentuh rak buku. “Sial!” Aku mengumpat lagi dalam hati.“A-ada apa, Pak?” cicitku, Aku benar-benar tidak berani memandang manik cokelat Pak Harvey yang biasanya tanpa ekspresi dan memilih menunduk.“Kamu.” Suaranya yang dalam menggelitik telingaku. Membua

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   2 Dipecat Bos Galak

    Satu bulan ini puluhan juta sudah ku keluarkan untuk membiayai operasi dan perawatan kakakku. Dia belum sadarkan diri juga setelah kecelakaan yang membuat kepalanya gegar otak karena melerai pertengkaran adikku dengan preman. Sekarang apa lagi?Yang benar saja!“Jangan keterlaluan!” Bentakku. “Kakak di rumah sakit belum sadarkan diri sampai sekarang juga karena ulahmu. Aku saja tidak tahu uang tabunganku cukup atau tidak untuk biaya rumah sakit sampai dia sadar nanti. Bisa-bisanya kamu–”“Mau gimana lagi memangnya?” Dia malah balas membentak. “Kalau tidak segera dilunasi, mereka pasti melabrakku lagi.”“Kamu–”“Terus,” selanya lagi. “Utang itu… aku pakai sertifikat rumah Papa sebagai jaminannya. Kalau Kakak tidak ada uang, rumah Papa akan disita… dua hari lagi.”***Malam ini, sepulang dari tempat kerja, Aku bergegas menuju rumah sakit untuk menemani kakakku dengan pikiran yang begitu kacau. Suara adikku di telepon tadi menyebut nominal dua ratus juta dan kata “dua hari lagi” terus te

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   3 Dibawa Kemana Aku?

    “Mr. Bossy?” Aku merasa heran karena tak biasanya kekasih virtual ku ini mengaktifkan nomor ponselnya di siang hari. Ada apa kali ini, momentum nya begitu pas. Apa mungkin chemistry kami yang mengundang Mr. Bossy untuk menelepon ketika Aku sedang terpuruk seperti ini? “Hi, Ily kamu sedang apa?” Aku semakin terisak mendengar kalimat sapaan Mr. Bossy. “Kamu nangis?” Aku masih terus terisak. Belum mulai bicara, bibir ini kelu rasanya, tak tahu harus mulai dari mana untuk bercerita. “Ok, lanjutkan dulu menangisnya. aku disini menunggumu untuk bercerita.” Tapi pengertiannya justru membuat emosiku meluap. “Huaaa, aku dipecat Bos menyebalkan itu,” Tangisku pecah, aku tak sanggup lagi menahannya, berusaha mengatur napasku. “Huf, huf, huf…” Aku mengipas wajahku dengan tangan, berharap air mataku mereda. “Padahal hari ini rencananya aku mau mengambil pinjaman di koperasi kantor karena rumah peninggalan orang tuaku digadaikan adikku, dan kakakku juga sedang sakit.” Seperti tak sadar, a

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   4 Tempat Terakhir Yang Ingin Kududuki

    Setelah sekitar 30 menit duduk bersama si raja neraka dengan hening di dalam mobil. Aku merasakan mobil ini berhenti, tapi aku tidak tau ini dimana. Karena sepanjang jalan aku hanya bergelut dengan gelisahku.Aku memikirkan hutang keluargaku, memikirkan apa yang akan dia lakukan padaku dan bantuan seperti apa yang akan dia berikan. Semua itu hanya bisa kuraba dalam ilusiku.Tiba-tiba asisten pribadi Pak Harvey, bernama Panji yang tadinya duduk di barisan depan dengan tenang, keluar dari mobil, membukakan pintu untukku, mempersilahkanku turun.Begitu aku turun dari mobil dan membalikkan punggungku, “jet pribadi?" Gila, aku baru dadar dan tak percaya, di atas hamparan aspal yang luas di hadapanku, terparkir sebuah jet pribadi milik Adamindo Group. Bukankah ini terlalu membingungkan? Buat apa aku disini?Kita mau menikah di bali, atau bagaimana? Aku bahkan belum siap, siapa walinya, apa maksud dari semua ini?Sontak aku melangkah mundur, tapi seorang pramugari datang dan tersenyum padaku

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   5 Aku Tahu Motifmu Menolongku

    Turun dari pesawat, aku tak bertanya apapun pada Pak Harvey, begitu juga sebaliknya. Bahkan dia meninggalkanku di belakang. Hanya ada Panji yang siaga di sampingku, membantu aku turun dari pesawat. Jujur, aku sangat penasaran sebenarnya, skenario apa ini, ada juga kekhawatiran, bagaimana kalau Raja Neraka ini menipuku? Tapi aku segera mengusir pikiran-pikiran buruk itu, tak mau ambil pusing, ku sugesti otakku dengan afirmasi baik. Selesai dari sini semua masalah keluargaku pasti beres! Di seberang pesawat kami parkir, ada mobil sedan hitam menunggu. Aku paham itu pasti mobil jemputan untuk kami. Dalam jarak tempuh sekitar 30 menit yang sunyi, mobil itu membawa kami masuk ke sebuah halaman bungalow. Jelas sekali terlihat jika di dalam bungalow tersebut sedang ada sebuah acara. Banyak dekorasi selamat datang berhiaskan bunga-bunga segar dengan tema warna soft purple. Yang pertama kali terlintas dalam pikiranku adalah, kenapa diantara warna yang begitu lembut ini, gaunku berwarna

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-22
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   6 Pembalasan

    Pagi ini aku merasa lebih segar meski jam tidurku terbilang kurang. Sebelum subuh tadi aku baru sampai rumah dan baru istirahat setelah berjuang ambil peran dalam drama yang di sutradarai si Raja neraka kemarin. Namun, ketika baru bangun tidur, saat nyawaku belum benar-benar terkumpul. Putra tiba-tiba masuk kamarku tanpa mengetuk pintu dan langsung menegurku. “Kak, Kakak serius ada hubungan dengan Bos Kakak, Harvey Adam ini?” Putra menunjuk layar ponsel di tangannya. Aku hanya menatap Putra tanpa berkata apa-apa. Otakku masih nge-lag. “Kak, dia ini pengusaha terkenal. Kakak maupun keluarga kita gak selevel sama dia, Kak! "Aku takut kalau Kakak cuma dipakai mainan sama dia!” Seketika mataku melebar, “ngomong apa sih?” “Ini…” Putra mendekat, memberikan ponselnya padaku. “Seheboh itu beritanya!"Beberapa saat aku menatap layar ponsel itu dan membaca judul postingan “Ini Alasan Harvey Adam Ditinggalkan Tunangannya!"Wah parah sih ini, kalau begini tentu aku yang paling dirugikan. D

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   7 Kita Akan Menghadapi Ini

    “Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17

Bab terbaru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   15 Restoran Tepi Laut

    Setelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   14 Cincin Tunangan Harvey Adam

    Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   13 Aku Beli Semua Majalah

    Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   12 Membeli Cincin Pertunangan

    “Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   11 Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadinya

    Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   10 Ini Terlalu Cepat

    Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   9 Hai, Kakak Ipar!

    Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   8 Cinta Kilat

    “Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   7 Kita Akan Menghadapi Ini

    “Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status