Share

6 Pembalasan

Penulis: Qeqe Sunarya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-01 23:23:01

Pagi ini aku merasa lebih segar meski jam tidurku terbilang kurang.

Sebelum subuh tadi aku baru sampai rumah dan baru istirahat setelah berjuang ambil peran dalam drama yang di sutradarai si Raja neraka kemarin.

Namun, ketika baru bangun tidur, saat nyawaku belum benar-benar terkumpul. Putra tiba-tiba masuk kamarku tanpa mengetuk pintu dan langsung menegurku.

“Kak, Kakak serius ada hubungan dengan Bos Kakak, Harvey Adam ini?” Putra menunjuk layar ponsel di tangannya.

Aku hanya menatap Putra tanpa berkata apa-apa. Otakku masih nge-lag.

“Kak, dia ini pengusaha terkenal. Kakak maupun keluarga kita gak selevel sama dia, Kak!

"Aku takut kalau Kakak cuma dipakai mainan sama dia!”

Seketika mataku melebar, “ngomong apa sih?”

“Ini…” Putra mendekat, memberikan ponselnya padaku. “Seheboh itu beritanya!"

Beberapa saat aku menatap layar ponsel itu dan membaca judul postingan “Ini Alasan Harvey Adam Ditinggalkan Tunangannya!"

Wah parah sih ini, kalau begini tentu aku yang paling dirugikan. Dalam kadus sejarah skandal bos dan bawahannya, pasti bawahannya yang dikira menggoda lebih dulu. Orang pasti mengira aku yang merayu si Raja Neraka. Padahal selama ini aku saja tidak tahu kalau sebelumnya Pak Harvey dan Bu Sellyn itu pernah bertunangan.

Oke, Aku membuang napas besar dan mengembalikan ponsel Putra padanya dan mualai menyadarkannya. "Heh, asal kamu tahu ya, kalau Kakak gak lakuin itu, hari ini kita sudah diusir dari rumah ini dan jadi gelandangan.”

Aku berdiri dari tempat tidur, berjalan menuju meja riasku dan merogoh tas besar yang ku taruh di kursinya.

Ku lemparkan sebuah map ke atas kasur.

Pandangan Putra mengikuti map itu.

“Tuh, udah ditebus sertifikat rumahnya.” Aku menunjuk Putra dari jarak sekitar dua meter, “jangan berani lagi menyentuhnya!”

Aku tahu, tadi Putra hanya merasa khawatir padaku, tapi aku benar-benar belum bisa menghilangkan sepenuhnya rasa kesalku padanya. Itu kenapa emosiku tersulut ketika dia menegurku.

“Oh..." Dia mengangguk patuh. "Aku kira…” ekspresinya seperti orang menyerah.

Setelah itu Putra langsung membalikkan badan dan meninggalkan kamarku.

Dari punggungnya aku pun paham, jika sebenarnya Putra merasa bersalah dan menyesal. Kasihan juga kalau di lihat-lihat.

Tapi aku tidak mau memperlihatkan rasa kasihanku. Bagaimanapun dia harus punya rasa jera agar tidak melakukan hal ceroboh lain hari.

Terdiam sejenak, pikiranku tiba-tiba kembali ke si Raja Neraka.

ini tidak bisa dibiarkan, Aku harus minta pertanggung jawaban padanya soal berita heboh ini… Dia itu punya kuasa, masak iya tidak bisa membendung berita buruk yang beredar tentang dirinya?

Aku tidak mau gara-gara berita ini, aku jadi dihujat banyak orang nantinya. Dianggap merusak hubungan orang atau parahnya dikatain Pelakor!

Kebetulan hari ini kami ada janji untuk bertemu, membahas soal kerjasama selanjutnya. Awas saja kalau nanti dia tidak mau membersihkan nama ku, akan kubuat skor kita jadi satu sama!

***

Sesampainya di perusahaan, aku merasa sedikit bingung karena kantor ini sepi.

Aku memutuskan untuk bertanya pada salah satu petugas kebersihan yang sedang bekerja dan katanya sebagian besar dari mereka termasuk Pak Harvey sedang berada di gedung putih.

Aku ingat, perusahaan sejak tahun kemarin memang menjadi sponsor utama pembangunan gedung putih. Sebuah perpustakaan yang berada di pusat kota.

Rupanya, hari ini gedung itu resmi dibuka dan Pak Harvey pasti disana untuk memotong pita peresmian.

Aku segera bergegas kesana dengan mengendarai taksi online.

Sesampainya disana, ternyata acara telah di mulai, pite juga sudah di potong dan semua orang berkumpul di halaman belakang gedung putih untuk mendengarkan sambutan dari pimpinan Adamindo Group.

Aku melihatnya dari kejauhan. Pak Harvey sudah berada di podium, dia bersiap untuk pidato di depan para tamu.

“Selamat Pagi, para tamu yang terhormat, teman-teman terkasih. Saya senang menyambut anda semua disini.”

Seketika, riuh tepuk tangan terdengar dari berbagai penjuru halaman terbuka ini, aku juga melihat Bu Sellyn dan tunangannya di barisan pengunjung.

Pesona seseorang yang sedang berdiri di podium saat ini memang terlihat luar biasa. Sayangnya, mau bagaimanapun dia tetap si Raja Neraka!

Lihat saja, aku akan menunggunya turun dari podium dan menuntut tanggung jawabnya, dia sudah menciptakan situasi yang membuatku tersudut.

“Sebelum kita bicara tentang bisnis, izinkan saya untuk meluruskan sesuatu.” Dia melanjutkan, “tentang berita “skandal” yang baru saja mencuat ke publik. Itu tidak benar!”

Apa? Apa maksudnya tidak benar, jelas-jelas kemarin di hadapan mantan tunangan dan banyak wartawan dia mengatakan kalau aku adalah kekasihnya dan dia menciumku.

Ini tidak bisa dibiarkan!

Seketika aku maju kedepan, entah dorongan apa yang membuatku menjadi pemberani. Aku hanya ingin melakukan apa yang ada dalam hatiku.

Tanpa ragu aku melangkah ke podium. Menatap lurus pada posisi dimana Raja Neraka itu berdiri.

Sempat dia menyadari kedatanganku dan melihatku.

“Kenyataannya…”

Kenyataan apa?

Aku segera mempercepat langkahku menuju podium.

Ini tidak beres!

Pasti dia mau lari dari masalah.

Begitu sampai di podium, aku langsung naik dan tanpa ragu menangkup kedua pipinya. Kemudian ku tutup bibirnya yang bicara seenaknya itu dengan bibirku.

Ku biarkan dia tenggelam dalam lumatan manisku.

Sejenak aku sadar kalau suara dari tempat penonton menjadi begitu sunyi. Mungkin semua orang disini sedang terkejut atas apa yang kulakukan.

Tapi aku tidak peduli, kemarin dia menciumku di tepi pantai. Tapi itu di Bali, di Bali banyak turis asing yang bahkan tidak tabu untuk berpakaian setengah telanjang, berciuman di tempat umum juga tidak ada yang peduli. Tapi tidak disini, ini Ibu kota.

Rasakan kau Raja Neraka!

Pembalasanku lebih memalukan dari apa yang kamu lakukan padaku kemarin.

Namun beberapa detik kemudian, aku merasakan kedua tangan Pak Harvey memeluk pinggangku. Astaga, dia menikmatinya?

Begitu aku melepaskan tautan bibirku, Aku baru menyadari kalau wartawan sudah mengelilingi kami dengan kamera yang terus merekam.

“Ikut saya!” Ucap Pak Harvey.

Dia menggenggam tanganku, membawaku berjalan menuju pintu masuk ke dalam gedung putih.

Beberapa teman kantor yang mengenalku berusaha memanggil.

“Prilly!”

“Prilly, ada apa inj?”

Tapi aku hanya diam melewati kerumunan itu mengikuti langkah Pak Harvey.

Tak lama setelah kami masuk, kami berpapasan dengan sepasang laki-laki dan perempuan. Wajahnya seperti tidak asing.

“Coki?” Aku menghentikan langkahku.

Pria di hadapanku yang sedang memeluk pinggang pasangannya ini seketika melirik tanganku yang sedang di genggam Pak Harvey.

“Lara?” Aku menyapa wanitanya. Dia mengangguk sombong.

“Pak Harvey Adam?” Ucap Coki.

Tapi Pak Harvey hanya menatapnya asing, seolah dia sendiri bingung, siapa laki-laki ini.

“Permisi Ily!” Sapa Coki.

Aku hanya mengangguk, mengijinkan dia untuk segera pergi dari hadapan kami, kemudian segera mengibaskan tangan Raja neraka ini.

“Lepaskan tanganku!”

“Siapa dia?”

“Pacarku.”

“Oh!” Dia mengangguk seperti mengolok.

“Mantan, mantan Pacar!”

“Oh, begitu... Oke,” Pak Harvey memasukkan kedua tangannya ke saku celananya. “Sekarang jelaskan, apa itu tadi!?” menatapku meminta penjelasan.

Sementara pikiranku masih teralihkan pada pertemuanku dengan mantan pacar juga mantan sahabatku sendiri. Sedang apa dia disini? Kenapa juga harus bertemu disaat yang seperti ini?

Otakku jadi tidak bisa mencetak jawaban untuk Pak Harvey.

Satu tahun yang lalu Aku dan Coki berpisah karena mengetahui Coki berselingkuh dengan sahabat ku sendiri, Lara. Iya... wanita yang bersamanya tadi.

“Maaf pak.” Hanya kata maaf jawaban yang bisa dihasilkan otakku sementara ini.

“Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut.

Qeqe Sunarya

Jangan lupa berlangganan untuk mendapat notif update novel ini ya... Dan terimakasih duah meninggalkan jejjak review di kolom komentar. Komentar kalian adalah semangat untuk kami para Author <3

| Sukai

Bab terkait

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   7 Kita Akan Menghadapi Ini

    “Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   8 Cinta Kilat

    “Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   9 Hai, Kakak Ipar!

    Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   10 Ini Terlalu Cepat

    Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   11 Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadinya

    Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   12 Membeli Cincin Pertunangan

    “Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   13 Aku Beli Semua Majalah

    Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   14 Cincin Tunangan Harvey Adam

    Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16

Bab terbaru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   15 Restoran Tepi Laut

    Setelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   14 Cincin Tunangan Harvey Adam

    Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   13 Aku Beli Semua Majalah

    Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   12 Membeli Cincin Pertunangan

    “Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   11 Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadinya

    Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   10 Ini Terlalu Cepat

    Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   9 Hai, Kakak Ipar!

    Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   8 Cinta Kilat

    “Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   7 Kita Akan Menghadapi Ini

    “Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status