Share

7 Kita Akan Menghadapi Ini

Penulis: Qeqe Sunarya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-17 08:00:18

“Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku.

Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang!

Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja.

“Eh, Pak!”

Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen!

Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka.

Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil.

Saat aku masih berdiri beberapa langkah dari mobilnya, tiba-tiba kaca mobil diturunkan.

“Cepat masuk!” Ujarnya.

Tanpa pikir panjang aku segera masuk, daripada aku harus menghadapi wartawan sendirian…

Kami pun segera pergi dari tempat itu.

Di tengah perjalanan, sambil memandang Pak Harvey yang fokus menyetir, aku berkata. “Jalan yang terbaik adalah membuat saya menghilang beberapa hari, sampai semuanya tenang. Bagaimana menurut Bapak?”

Tapi bukannya menjawab dia malah membelokkan setirnya tiba-tiba.

Buset! 

Ini membuatku hampir terguling. Seketika aku berpegangan kursi mobil, kemudian dia menghentikan mobilnya.

“Kita akan menghadapi ini!” Ucapnya tegas sambil menatapku di sampingnya. “Media pasti akan mencari tahu segalanya tentang kamu, kamu harus bersikap sewajarnya, paham? Karena itu, saya akan mengantarmu pulang dan pastikan kamu tidak berkata apa-apa pada siapapun!”

“Kamu tidak akan berkomentar apapun tentang semua ini pada siapapun, bahkan teman dekatmu sekalipun! Non-aktifkan juga semua media sosialmu!”

“Dan pukul delapan malam nanti, kamu harus datang ke kantor!”

“Tidak.” Jawabku lugas.

Dia terlihat terkejut dengan jawabanku.

Lalu menegaskan, “dengar. Saya sudah membereskan masalahmu, kita sudah menyetujui perjanjian sebelumnya. Dua bulan lagi Sellyn akan menikah. Kamu akan berpura-pura menjadi tunangan saya selama dua bulan.”

“Tapi Saya tidak nyaman di rumah, Pak!”

“Jangan membantah! Mulai hari ini, apapun yang keluar dari mulut saya adalah perintah!”

“Ta–”

“Ingat, biaya rumah sakit kakakmu tidak sedikit.”

Sial!

Raja Neraka ini… Argh!

“Di dunia ini, Anda adalah orang yang sangat Saya sangat inginkan untuk menghilang.” Itu kata-kata terakhirku sebelum membuka pintu mobilnya, kemudian turun.

Pak Harvey juga ikut turun dari mobil, sambil menunjuk ke arahku dia berkata, “Saya muak dengan tindakan bodoh Anda, Nona Prilly! Dia berjalan mendekat, kemudian kami saling bertatap.

Aku pun tak gentar menjenjangi tatapannya. 

Entah, ego ku serasa tak mau mengalah dengan orang ini. Dia harus tahu kalau aku bukan wanita lemah, Aku tidak takut padanya meski kenyataannya hidupku saat ini bergantung padanya. Semua ini kulakukan agar kedepannya dia tidak memperlakukanku seenaknya.

“Anda tahu, Saya bisa membawa Anda ke pengadilan, menuntut ganti rugi sebesar satu Milyar dan untuk itu, Anda harus bekerja seumur hidup dengan Saya.” Ancamnya.

“Astaga, orang jahat macam apa Anda ini?”

“Kamu sudah merusak reputasi Saya. Mengacaukan strategi saya untuk memperkenalkan kamu pada wartawan sebagai tunangan Saya. Tiba-tiba datang kemudian mencium saya di hadapan umum. Kamu harus bertanggung jawab memperbaiki semua ini!”

Strategi apa yang dia maksud? Strategi mengorbankan nama baikku demi menjaga nama baiknya? Biar dikira orang-orang kalau aku yang merayunya selama ini, begitu?

Mataku seketika membelalak, “Saya sudah minta maaf pada Anda, apa lagi yang Anda mau?”

“Kamu harus ada di kantor, sebelum pukul delapan malam nanti!”

“Saya benci Anda, Pak!” Ucapku dengan nada menantang.

“Posisi kita saling menguntungkan, Nona!” Jawabnya tak kalah sinis.

Aku mengangguk, “ok”. Lalu meninggalkannya dengan emosi.

Aku pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Ini masih lumayan jauh dari rumah, tapi tidak masalah. Rasa marah ku padanya membuatku ingin berjalan sejauh mungkin, kalau perlu terbang sekalian ke langit!

***

Pukul 19:30, Aku sampai di perusahaan milik si Raja Neraka ini.

Mengenakan kemeja lengan pendek warna merah, berbahan street yang pas di badan, celana panjang bahan kain office warna abu model pensil. Kupadukan dengan sepatu stiletto hak tinggi 9 cm warna merah. Aku berjalan penuh percaya diri.

Meski jujur, dalam hatiku gugup sekali rasanya, tapi aku berusaha mengatur napas setenang mungkin. Bagaimanapun aku tidak boleh menunjukkan sisi lemahku pada Raja Neraka itu atau dia akan semakin semena-mena padaku.

Menaiki lift menuju lantai dimana ruang kerja Bapak Harvey Adam yang terhormat berada, aku melihat masih ada beberapa staf yang sedang lembur.

Mereka menyapaku dengan tersenyum canggung.

Pasti mereka sudah tahu dari internet tentang berita kami. Itu kenapa senyum mereka begitu aneh. Tapi aku tak menghiraukannya, aku hanya ingin urusanku dengan si Raja Neraka cepat beres, walau entah bagaimana nasibku selanjutnya.

Sebelum masuk ke ruangan direktur utama perusahaan ini, sejenak aku terdiam dan menatap meja kerja di depan pintu masuknya.

Huft!

Satu tahun aku duduk disana menahan semua kekesalan ketika menjadi sekretaris Raja Neraka ini. 

Ku kira, setelah aku bertemu dengan Mr. Bossy, hidupku akan berubah dan aku tidak akan pernah bertemu lagi dengan Harvey Adam… Namun nasib ternyata mempermainkanku, sekarang aku malah jauh lebih dalam jatuh ke perangkap satu orang yang ku kenal dengan dua kepribadian berbeda.

Ya sudahlah, apa boleh buat. Ku jalani saja jalan hidup yang ada di depan mataku.

Aku mengetuk dua kali pada pintu besar di hadapanku, kemudian langsung membukanya dan melihat pria itu sedang berada di balkon ruangan ini, sambil memegang gelas, memandangi langit malam.

Aku segera menghampirinya.

Menyadari kedatanganku, dia berbalik dan melihat jam tangannya.

Sedikit mengangguk puas, dia bertanya. “Mau minum apa?”

Aku menggelengkan kepalaku.

Dia berjalan menuju meja di dekatnya dan menambah minuman lagi ke gelas yang ia bawa, “poin pertama, Anda akan bertindak seperti tunangan Saya selama dua bulan kedepan.”

“Kenapa?” Aku bersedekap, melipat kedua tanganku sambil melihatnya.

Dia menghampiriku, “apanya yang kenapa?”

“Kenapa Saya harus menjadi tunangan Anda? Untuk membuat mereka berpisah?”

“Iya.”

“Lalu kalau mereka tidak putus?”

“Mereka pasti putus.”

“Kalau tidak putus?” tanyaku lagi.

“Jangan khawatir, kontrak tidak akan diperpanjang.” Dia melanjutkan, “Setelah dua bulan, kesepakatan selesai dan Kamu tidak akan berurusan dengan Saya lagi.”

“Kalau mereka putus dalam satu bulan?”

“Semakin cepat mereka putus, semakin cepat semuanya berakhir.”

“Apa Anda melakukan semua ini agar Bu Sellyn kembali pada Anda?’

Dia menarik napas, “ketika kontrak selesai, Saya tetap akan menanggung biaya pengobatan kakakmu sampai dia sembuh. Saya juga akan menanggung keperluan sehari-harimu.”

Cih!

Ini berlebihan, dia pikir aku bisa di bodohi. Bukannya kalau seperti itu artinya aku masih terikat dengannya? Aku tidak lumpuh, aku tidak mau punya sangkutan hutang budi dengannya, aku masih bisa bekerja di tempat lain dan tidak harus tersiksa setiap hari bekerja dengan Bos arogan seperti dia.

“Tidak perlu sampai seperti itu, Pak!” “Maksud Saya, Saya tidak mau uang Anda!”

“Apa yang kamu inginkan?”

“Tidak ada… Sudah cukup bagi Saya, Anda sudah membantu menebus rumah peninggalan orang tua Saya dan karena hari ini saya sudah merusak reputasi anda, Saya hanya ingin memperbaiki semuanya, makanya Saya datang kesisni.”

“Selain itu, Saya ingin membantu mengembalikan wanita yang Anda cintai ke pelukan Anda. Itu saja… Dua bulan akan cepat berlalu. Kemudian Saya akan menghilang dari hidup Anda.”

“Tidak bisa seperti itu,” Dia menatapku. “Dalam perjanjian, kedua belah pihak harus mendapat keuntungan. Saya sudah berjanji, dan perjanjian itu bukan topik untuk diskusi!”

Aku mengangguk mengerti dan berpikir sejenak.

“Kalau begitu beri saja Saya pekerjaan!” Aku melanjutkan, “sampai kontrak berakhir, saya akan bekerja disini selama dua bulan.”

“Bukannya kamu tahu seberapa sulit mendapat pekerjaan di perusahaan Saya? Bahkan kamu sudah Saya pecat.”

“Saya Anda pecat hanya karena sebenarnya Anda masih kesal dengan pelayan cafe yang lupa menaruh irisan bawang bombay ke roti isi Anda, kan? Saya tahu itu, karyawan cafe itu juga sudah dipecat karena Anda, bukan?”

Ketika aku melihat dia tak bisa berkata-kata, aku tahu ini kesempatanku untuk menyudutkannya lebih dalam. 

“Saya tidak peduli dengan kontrak itu. Anda bisa menuntut Saya kalau Anda mau, saya akan membayar kompensasi dengan bekerja untuk Anda… Permisi!”

Aku pun berjalan akan meninggalkannya.

Qeqe Sunarya

terimakasih untuk komentar positifnya ya... Author makin semagat deh

| Sukai

Bab terkait

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   8 Cinta Kilat

    “Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   9 Hai, Kakak Ipar!

    Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   10 Ini Terlalu Cepat

    Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   11 Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadinya

    Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   12 Membeli Cincin Pertunangan

    “Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-24
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   13 Aku Beli Semua Majalah

    Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-27
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   14 Cincin Tunangan Harvey Adam

    Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-16
  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   15 Restoran Tepi Laut

    Setelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02

Bab terbaru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   15 Restoran Tepi Laut

    Setelah keluar dari toko perhiasan, Pak Harvey mengajakku ke sebuah restoran dengan pemandangan tepian laut ibu kota. Pelayan restoran disana langsung mengarahkan kami duduk di meja paling sudut di depan jendela besar yang sangat strategis menampakkan pemandangan laut dengan beberapa bukit yang menakjubkan.Begitu duduk, aku mengamati view istimewa restoran ini. Ini pemandangan yang luar biasa. Tapi aku heran, karena sejak datang, Pak Harvey justru sibuk membolak balik buku menu tanpa sedikitpun memperdulikan pemandangan disini dan membuatku bertanya.“Sejak kita duduk, Anda tidak sekalipun menoleh ke pemandangan sekeliling kita.”“Saya sering kesini, ini tempat favorit saya, saya sudah hafal diluar kepala bagaimana bentuk pemandangan disini.” jawab Pak Harvey sambil terus sibuk membolak-balik buku menu, sambil sesekali membalas pesan masuk di ponselnya.Aku bergumam, “Ini hal terbodoh yang pernah saya dengar di hidup saya.”Bagaimana tidak jadi hal terbodoh? Definisi dari tempat favo

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   14 Cincin Tunangan Harvey Adam

    Begitu Pak Fikri pergi, aku sudah tidak tahan untuk meminta penjelasan tentang pesta pertunangan ini.“Siapa yang mengizinkan anda memutuskan untuk mengadakan pesta pertunangan ini sendiri, pak Harvey?”Wajah pak Harvey seketika berubah tegas. “Kita bicara di dalam!” dia melangkah masuk ke ruang konferensi dengan aku di belakangnya.Begitu kami masuk, Pak Harvey menutup pintu, “Ily, jangan pernah meneriaki saya lagi!” tekannya.Aku meletakkan tas tanganku diatas meja konferensi dengan sedikit membanting.Dia pikir, cuma dia yang bisa marah disini dan aku akan takut, kemudian tunduk padanya?Oh, tidak!Aku semakin mendekat dan ku jenjangi tatapan mata Pak Harvey, “Lalu. saya harus berterimakasih, gitu? Setidaknya anda beritahu saya kalau akan ada pesta pertunangan. Bukan malah saya tidak tahu apa-apa seperti ini!? Apa—apa yang anda pikirkan tentang saya? Anda menganggap saya sebagai mainan anda? Anda pikir saya akan mengikuti apapun kemauan anda seperti kerbau dicocok hidungnya, begitu?

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   13 Aku Beli Semua Majalah

    Setelah membeli cincin, aku pulang ke rumah menggunakan taksi online dan turun di ujung jalan besar, karena aku berniat untuk mampir membeli makan siang di warteg. Namun ketika aku berjalan melewati warung kaki lima di trotoar milik Mbak Lastri. Dia menyapaku, “Ily dari mana, cantik banget?” “Ini–” Aku baru akan menjawab sapaannya ketika tiba-tiba aku terkejut melihat apa yang ada di rak koran dan majalah hadapanku. “Astaga!” Aku ternganga. Ada fotoku yang sedang mencium Pak Harvey kemarin, sudah terpampang di sampul majalah. “Aa~ Mbak Lastri, kok gini?” Aku merengek protes padanya. “Kenapa Ily?” Dia melongokkan kepalanya keluar dari gerobaknya. “Aku pikir kita prend? Tetangga akrab gitu, tapi kok jahat~” Aku menunjuk majalah di depanku. Mbak Lastri mengerutkan dahi, “Lah, kenapa marah sama aku, memangnya aku yang tulis beritanya? Agennya titip itu, ya sudah aku taruh di tempatnya.” Sebenarnya kalau dipikir-pikir benar juga, Mbak Lastri hanya menerima ini dari agen, “tapi k

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   12 Membeli Cincin Pertunangan

    “Oke, lupakan! Saya akan memperkenalkan seseorang, mungkin kalian sudah kenal, tapi sekali lagi saya akan memperkenalkan dia sebagai tunangan saya.” Tangan pak Harvey menengadah menunjukku. Aku menganggukkan kepala menyapa mereka. “Dan pada saat yang sama, mulai sekarang dia akan menjadi asisten pribadi saya di perusahaan ini.” Di samping Bu Riri, aku melihat Bu Lena membelalakkan matanya, “Apa dia akan menggantikan saya?” dia panik. “Tidak Lena, Anda akan mengajari Prilly tentang semuanya, oke? Sementara ini anda akan bekerja satu ruangan dengannya.” Pak Harvey beralih, “Riri, Panji. Bisa ke ruangan saya sekarang?” “Lena, bantu Prilly mulai bekerja lebih lanjut!” Sesuai instruksi bos besar, kami pun membubarkan diri. Tinggal aku dan Bu Lena tersisa. Sebelumnya Bu Lena adalah seniorku, tapi entah keadaan macam apa ini, dalam waktu singkat, aku menggantikan dirinya bahkan satu ruangan dengannya. Aku tersenyum canggung padanya, “Jadi, kita mulai dari mana?” “Y-Ya, ayo pergi ke ru

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   11 Hari Pertama Menjadi Asisten Pribadinya

    Dengan terpaksa, aku mengikuti Pak Harvey untuk menemui Ibu nya. Gugup, tapi seperti biasa, aku tidak akan memperlihatkan sisi lemahku di hadapan orang-orang seperti mereka. Satu tahun kemarin aku sudah cukup menahan diri, tapi kali ini keadaannya berbeda, hubungan kita untuk saling menguntungkan. Bukan atasan dan bawahan secara harfiah. “Silahkan Tuan Harvey, Nona Prilly!” Ada seorang pria yang mempersilahkan kami masuk ketika tiba di pintu, aku rasa dia asisten Ibu Pak Harvey. Dia terlihat ramah, bahkan sedikit gemulai untuk seorang laki-laki. “Terimakasih Syarif!” Jawab Pak Harvey. Kami pun berjalan masuk melewati Ibu Pak Harvey yang sudah lebih dulu duduk. Aku mengikuti Pak Harvey dan duduk di sebelahnya setelah dipersilahkan. Wanita paruh baya nyentrik itu terus menatapku, melihat penampilanku yang kali ini sedang memakai baju semi casual, sesekali dia mencebik juga menghembuskan napas remeh. Di perusahaan yang sekarang dikelola oleh Pak Harvey memang tidak mewajibkan peke

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   10 Ini Terlalu Cepat

    Raja Neraka ini langsung tancap gas.Aku terhenyak. Seketika meraih sabuk pengaman dan memakainya sambil panik.Bodohnya aku… Kenapa juga tadi langsung masuk mobil terus duduk?“Apa yang Anda lakukan?” Aku meminta penjelasan dengan ketus padanya.“Dalam perjanjian, setiap pagi kita akan berangkat ke kantor bersama-sama!”“Dari mana Bapak tahu rumah saya? Astaga, konyol kalau saya menanyakan itu!” Aku langsung meralat kembali pertanyaanku.Mencari alamat rumahku bagaikan mengupas kulit kacang tanah untuk seorang Harvey Adam.“Tadi, Saya itu sedang menjelaskan tentang pertunangan kita di depan sahabat Saya. Apa susahnya turun menyapa mereka sebentar, Pak?”“Saya tidak tahu, lain kali saja saya menyapa mereka.” Ucapnya begitu santai, sedangkan aku benar-benar kesal padanya.“Yah! Itu harus!” “Harus kalau Bapak ingin drama ini berjalan dengan baik!”Sedetik Aku menghela napas untuk menenangkan diri, “ini masih jam enam pagi, mau kemana kita sebenarnya?” mendadak suaraku meninggi, emosiku n

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   9 Hai, Kakak Ipar!

    Aku memulai hidup baru hari ini… Mulai hari ini, aku akan berpura-pura menjadi tunangan seorang pria yang selama ini menjadi momok dalam hari-hariku sebelumnya. Tapi semua ini akan berakhir setelah dua bulan. Aku yakin, dengan mudah aku akan melewatinya. Setelah itu dia akan bersama wanita tercintanya dan aku akan kembali menata hidupku yang lebih indah… Pikiran-pikiran baik ini ku ucapkan terus menerus seperti mantra, sambil tersenyum, menyirami bunga-bunga milik Kak April di halaman rumahku pagi ini. Sejenak memandangi bunga-bunga di taman sederhana yang tadinya setiap pagi dirawat Kak April, hatiku merasa sedih… “Kak, aku akan rawat bunga Kakak sampai Kakak sembuh,” gumamku. Kakak cantikku yang satu itu memang hobi sekali menanam bunga, tangan hangatnya membuat apapun yang ditanamnya selalu tumbuh subur. Ah… Aku merindukannya. Lekas sembuh ya, Kak… Ketika pikiranku melayang ke rumah sakit bersama Kak April, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara sapaan dua wanita. “Ily!” “Se

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   8 Cinta Kilat

    “Tunggu!” Yes! Aku menang. Aku tahu dia pasti akan memanggilku dan setuju dengan permintaanku. Aku menghela napas besar untuk berdrama seolah-olah malas, kemudian berbalik melihatnya yang sudah berada di belakangku. Kami sudah masuk dalam ruangan kantornya saat ini. “Duduk dulu!” Pak Harvey memundurkan kursi mempersilahkanku duduk. “Silahkan!” Aku duduk dan memangku tasku. “Kamu akan kembali bekerja disini, tapi bukan sebagai sekretaris saya, melainkan asisten pribadi!” “Baik, Saya akan menjadi asisten anda.” Jawabku seketika dengan tegas. “Tapi saya ingin menambahkan sesuatu di poin perjanjian.” Pak Harvey duduk di kursi kerjanya, tepat di hadapanku, aku melanjutkan perkataanku, “Anda tidak boleh menyakiti Saya!” “Menyakiti bagaimana maksudnya?” Tanyanya bingung. “Anda adalah Pria yang dingin dan kejam. Jadi Saya hanya ingin memastikan kalau Anda tidak akan menyakiti Saya, Anda tidak akan mempermalukan Saya di depan semua orang.” “Lanjutkan!” “Sementara itu dulu!” “Oke,”

  • Teman Kencan Online-ku Ternyata si Boss Jutek   7 Kita Akan Menghadapi Ini

    “Hah? Apa? Maaf?” Kedua alis Pak Harvey bertaut, terlihat tidak puas pada jawabanku. Tujuanku menciumnya di depan umum memang untuk balas dendam, agar dia tidak bisa mencabut deklarasi yang kemarin dia buat, kalau aku adalah kekasihnya. Aku tidak mau dianggap buruk sendirian… Ini saatnya untukku membela diri, namaku di luar sana sedang di gunjing habis-habisan sebagai perusak hubungan orang! Namun Pak Harvey juga tidak meminta penjelasan lebih, dia malah meninggalkanku melangkah keluar dari gedung putih begitu saja. “Eh, Pak!” Aku malah yang jadi kesal. Harusnya dia minta penjelasan, kalau perlu memaksaku. Agar aku bisa mengajaknya adu argumen! Beberapa detik menoleh kanan dan kiri, aku melihat para wartawan berbondong-bondong masuk ke gedung putih. Rupanya Pak Harvey segera meninggalkan gedung ini karena melihat mereka. Sontak aku terhenyak dan tidak ada pilihan lain. Aku segera ikut pergi keluar menyusul Pak Harvey yang terlihat memasuki mobil. Saat aku masih berdiri beberapa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status