Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas

Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-12
Oleh:  Ayunina SharlynTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Peringkat. 4 Ulasan-ulasan
111Bab
2.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Bukan hal mudah bagi Veronica Prawira memulai hidup baru di kota yang baru. Dia sengaja meninggalkan kota asalnya ingin melupakan tragedi kehilangan suami dan anak semata wayangnya karena kecelakaan. Tidak disangka, dia bertemu rekan bisnis, CEO yang berkharisma, baik hati, dan penuh pesona. Sayangnya, Georgio Hendrick, duda beranak tiga yang dingin. Julukan CEO Sedingin Kulkas yang disematkan pada pria itu tampaknya memang tepat. Apa daya, hati Veronica perlahan luluh karena sang CEO membuat Veronica nyaman dengan usaha dan kehidupan baru yang dia jalani. Di sisi lain, Veronica tanpa sengaja bertemu gadis remaja yang sangat mirip dengan mendiang putrinya. Mereka kemudian menjadi dekat dan gadis ceria, Maureen, meminta agar Veronica bersedia menjadi ibu sambungnya, karena ibu Maureen telah meninggal sejak dia berusia 9 tahun. Veronica diambang kebingungan. Dia mulai dekat dengan CEO dingin yang mampu menawan hatinya, tetapi dia pun ingin menjadi ibu baru bagi Maureen yang seolah membawa mendiang putrinyan kembali. Bagaimana cerita akhir dari perjalanan Veronica? Langsung saja, ikuti kisah Keluarga Hendrick dalam Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1. Pesona CEO Dingin

“Terima kasih, Bu Veronica. Veronica Astrid Prawira. Proposal ini cukup menarik, tetapi tetap keputusan akan kami serahkan kepada pimpinan untuk menyetujuinya atau tidak.” Wanita setengah baya berkacamata itu bicara dengan senyum manis.

Veronica tidak mengira akan mendapat jawaban normatif setelah panjang lebar dia paparkan proposal bisnis yang dia akan lakukan.

“Oh, baik, Bu Ranintya. Kira-kira bisa saya bertemu dengan pimpinan hari ini juga?” Sambil membaca papan nama di meja, Veronica memandang wanita di depannya.

Yang ada di kepala Veronica, begitu proposal dia paparkan, segera akan mendapat sambutan baik dan usaha yang dia rintis pun bisa cepat punya rekan untuk berkembang. Sayang sekali, jawaban itu yang dia terima. Dan Veronica tidak bisa menunggu. Dia harus mendapat kepastian.

“Maaf, Bu, kalau hari ini pimpinan kami sudah punya jadwal. Saya akan sampaikan perihal pengajuan ini dan beliau akan mengatur pertemuan dengan Bu Veronica. Saya kira paling lama tiga hari sampai lima hari ke depan pertemuan bisa dilakukan.” Wanita dengan rambut sebagian mulai memutih itu menjawab dengan tetap tenang, tetap mengurai senyum manisnya.

Tidak! Sampai lima hari ke depan, ada deretan jadwal yang Veronica sudah atur. Ini bisa menunda beberapa hal lain. Tidak bisa!

“Bu Ranintya, saya mohon, sebentar saja, saya minta waktu bertemu dengan pimpinan Ibu. Tidak akan lebih dari lima belas menit, atau … dua puluh menit. Saya mohon, Bu,” ucap Veronica bersungguh-sungguh. Dia tidak boleh kehilangan kesempatan.

Kalau saja Veronica tahu, setelah pemaparan proposal dia masih harus menunggu lebih baik dia minta bertemu langsung saja dengan pimpinan dari awal.

Ranintya cepat menarik senyumnya. Dia cukup terkejut dengan sikap Veronica yang mendesak seperti itu.

“Saya juga meminta pengertian Bu Veronica. Pimpinan saya, CEO perusahaan ini, punya jadwal yang tidak bisa dengan mudah dialihkan. Jam ini beliau masih ada meeting dengan rekan bisnis dari beberapa perusahaan. Usai meeting itu, langsung akan menuju ke lain tempat untuk jadwal selanjutnya. Saya juga harus bersiap mendampingi beliau.” Keramahan wanita itu berubah menjadi tatapan dan nada suara yang tegas.

“Ah, Bu, sekali lagi saya minta maaf. Hari ini saja berikan sa-“

“Bu, Rani! Apa sudah siap?!”

Ranintya mengangkat wajahnya melihat ke arah pintu. Veronia memutar kepala dan melihat juga ke arah yang sama. Seorang pria tampan dan gagah berdiri di sana. Dia mengenakan kaos putih dilengkapi dengan jas hitam.

“Sebentar, Pak Hendrick, saya siap dalam dua menit.” Tegas, Ranintya menjawab. Seandainya Veronica tidak menahannya, pasti dia sudah siap.

Veronica berdiri dan menghadap ke arah pria tampan itu. Wajahnya tegas, dengan pandangan mata tajam dan berkharisma. Dia melihat sekilas pada Veronica lalu beralih pada Ranintya, sekretarisnya.

“Oke, aku tunggu di lobi, Bu Rani,” kata pria itu, kemudian beranjak meninggalkan ruangan itu.

“Pak CEO!” Veronica dengan sigap bergerak dan menuju ke pintu.

Ranintya terkejut melihat secepat itu Veronica bergerak.

“Pak CEO!” panggil Veronica lagi lebih keras.

Pria tampan penuh kharisma itu berbalik, melihat pada Veronica. Seorang wanita tinggi dengan bentuk tubuh sintal dan sikap anggun. Rambutnya berwarna coklat gelap, lurus panjang hingga hampir sepunggungnya. Melihat penampilannya, usianya baru masuk tiga puluhan.

“Perlu dengan saya?” Pria itu menatap tajam pada Veronica.

Suaranya tenang, tapi tegas. Namun, tatapannya dingin dan tajam. Meski begitu, kharismanya kembali menyeruak. Kali ini Veronica terpana. Pesona dari CEO dingin itu tak bisa dia elakkan.

“Saya minta waktu sebentar, saya ingin bicara dengan Pak CEO.” Veronica memberanikan diri.

Dia melangkah tiga tapak ke depan, berhadapan dengan CEO yang berdiri tegak, masih dengan tatapan dingin terarah padanya.

“Saya Veronica Prawira.” Veronica mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

Pria itu hanya menatap saja, tidak bergerak.

“Ehh, saya ingin menyampaikan sesuatu, maksud saya, saya sedang mengembangkan usaha dan ingin melakukan kerja sama dengan perusahaan Bapak.” Veronica segera memperbaiki kesiapannya.

CEO dingin itu membuat Veronica kehilangan fokus. Tapi dia harus segera kembali ke urusannya, tidak boleh sampai kehilangan momen penting itu.

“Pak Hendrick, maafkan saya.” Ranintya muncul dan segera menjelaskan siapa Veronica dan apa tujuannya datang ke kantor itu. Ringkas, jelas, dan padat Ranintya bicara.

CEO dingin itu memandang Veronica selama Ranintya memberi penjelasan. Lalu dia mengulurkan tangannya kepada Veronica.

“Saya Gio, Georgio Hendrick. Silakan ikut dengan saya,” kata Gio lalu berjalan mendahului menuju ke ruangannya.

“Ibu, terima kasih banyak. Sungguh, terima kasih banyak,” ujar Veronica pada Ranintya lalu bergegas menyusul Gio.

Ranintya menarik napas dan menggeleng-geleng. Dia berbalik dan kembali masuk ke dalam ruangannya. Sementara, Gio telah duduk di sofa, di kantornya yang besar dan nyaman. Veronica ikut masuk dan memilih duduk di kursi samping, sedikit berseberangan dengan Gio.

“Silakan. Waktu Anda maksimal lima belas menit,” ucap Gio dengan tatapan tajam, sementara kedua lengan dia lipat di depan dada.

Veronica mengerjap beberapa kali, lalu menarik napas dalam. Dia membuka berkas yang dia bawa dan dia sodorkan di depan Gio.

“Ini proposal saya, Pak. Saya akan paparkan rencana usaha saya yang saya yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan ini,” kata Veronica.

Gio mengambil berkas yang ada di depannya. Dia membacanya sekilas, lalu memperhatikan Veronica yang mulai menjelaskan usaha distro yang dia sedang rintis di kota itu. Veronica sudah mendapatkan ketenangan, sehingga percaya dirinya pun bangkit. Dengan lancar dan lugas dia menyampaikan semua yang dia akan lakukan dan dalam hal apa dia yakin bisa bekerja sama dengan perusahaan yang dipimpin oleh Gio.

Selama kurang lebih sepuluh menit Veronica bicara, tatapan Gio tak beralih. Dia seperti tidak bergerak dan tidak juga berkedip. Dia mencermati wanita cantik di depannya itu dengan detil. Cerdas, penuh semangat, dan sangat menarik. Apa yang dia sampaikan tidak terlalu Istimewa, bukan sebuah usaha besar yang perusahaannya bisa mendapat keuntungan besar pula seandainya menerima kerja sama itu. Tetapi, melihat kesungguhan wanita itu, Gio penasaran.

“Jadi demikian, Pak. Saya yakin, dengan menjalin relasi dalam usaha ini, kita akan berkembang bersama.” Veronica mengakhiri pemaparan proposalnya. Matanya memandang penuh harap pada Gio.

“Anda seyakin itu? Bisnis yang Anda bicarakan, punya saingan terlalu banyak. Dalam hal apa Anda bisa meyakinkan saya, kerja sama ini akan bagus buat perusahaan ini?” Tajam, sedikit sinis kalimat itu terdengar.

Design. Design yang saya buat, pasti akan dengan cepat diminati banyak anak muda. Dan akan terus berinovasi dengan cepat, sesuai pasar dan kebutuhan lapangan.” Cepat dan yakin Veronica menjawab.

“Hmm …” Gio mengerutkan keningnya. Dia berpikir akan mengiyakan atau menolak saja permintaan wanita muda itu. Tidak terlalu ada pengaruh juga bagi bisnisnya yang sudah melebar dengan cepat dalam waktu lebih dua tahun.

“Apa yang membuat design Anda akan bertahan? Keunikan apa yang akhirnya konsumen Anda akan tetap mau mengikuti dan menjadikannya favorit?” Pertanyaan Gio lebih jauh, memastikan bahwa Veronica tahu apa yang akan dia jual.

“Ah, ya …” Veronica ingin cepat menjawab tetapi tiba-tiba dia seperti kehilangan kata-kata. Benar! Keunikan apa yang dia mau tonjolkan sehingga produknya akan bisa berumur panjang bersaing di pasaran.

“Anda tidak yakin?” Gio menyunggingkan senyum di ujung bibirnya. Dia sedikit maju, memastikan Veronica tidak siap dengan jawaban yang Gio butuhkan.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Zia Ivy
Gak sabar, nunggu bucin Veronica sama Gio semangat Ka author ...
2024-04-23 20:02:13
1
user avatar
Teha
mantipsss bener author satu ini! joss gandos, thor!
2024-04-05 06:30:00
1
user avatar
Ayunina Sharlyn
Cerita ini sudah lama di kepala, akhirnya tertuang juga. Moga bisa jadi inspirasi untuk menjalani hari-hari hidup kita yang sering menghadapi hal-hal tak terduga. ...
2024-02-24 13:23:43
0
user avatar
vitha roni70
cerita y bagus seru juga
2024-05-15 14:49:39
1
111 Bab
Bab 1. Pesona CEO Dingin
“Terima kasih, Bu Veronica. Veronica Astrid Prawira. Proposal ini cukup menarik, tetapi tetap keputusan akan kami serahkan kepada pimpinan untuk menyetujuinya atau tidak.” Wanita setengah baya berkacamata itu bicara dengan senyum manis. Veronica tidak mengira akan mendapat jawaban normatif setelah panjang lebar dia paparkan proposal bisnis yang dia akan lakukan. “Oh, baik, Bu Ranintya. Kira-kira bisa saya bertemu dengan pimpinan hari ini juga?” Sambil membaca papan nama di meja, Veronica memandang wanita di depannya. Yang ada di kepala Veronica, begitu proposal dia paparkan, segera akan mendapat sambutan baik dan usaha yang dia rintis pun bisa cepat punya rekan untuk berkembang. Sayang sekali, jawaban itu yang dia terima. Dan Veronica tidak bisa menunggu. Dia harus mendapat kepastian. “Maaf, Bu, kalau hari ini pimpinan kami sudah punya jadwal. Saya akan sampaikan perihal pengajuan ini dan beliau akan mengatur pertemuan dengan Bu Veronica. Saya kira paling lama tiga hari sampai lim
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya
Bab 2. Tampan Tapi Sedingin Kulkas
Veronica menatap Gio dengan mulut sedikit terbuka. Wajah Gio makin dekat. Ketampanannya makin tak terelakkan. Kedua manik tajam itu menghujam hingga ke ulu hati. Debaran kuat pun melanda dada Veronica. “Saya … Pak, saya yakin …” Veronica masih berusaha menjawab, tidak ingin dia akan pulang tanpa hasil. Gio kembali tersenyum sinis. Dia berdiri bersiap meninggalkan ruangan itu. “Anda membuang waktu saya, Nona,” ucap Gio. Lalu pria itu melangkah menuju ke arah pintu. Veronica mengepalkan kedua tangannya. Tidak, ini belum berakhir. “Pak Gio, percaya saya, ini bukan a-“ “Dua hari lagi, jam sepuluh. Temui saya di sini, dengan jawaban yang saya tahu, itu menjadi alasan kuat kita bisa bekerja sama,” sela Gio. Rasa penasarannya pada kegigihan wanita muda itu membuat Gio ingin memberinya kesempatan. “Baik. Saya akan bawakan beberapa contoh. Terima kasih, Pak. Saya pastikan Bapak tidak akan kecewa.” Veronica menatap Gio dengan mata lebar. Semangatnya bangkit mendengar yang Gio sampaikan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-22
Baca selengkapnya
Bab 3. Perjanjian Terjadi
Veronica berdiri dengan tote bag besar di tangannya. Outfit yang dia kenakan sangat berbeda dengan dua hari sebelumnya saat dia datang ke kantor itu. Jika yang lalu dia mengenakan pakaian resmi seorang wanita karir, yaitu setelan berwarna coklat gelap yang manis, kali ini sangat lain. Kostum yang menempel di tubuhnya pagi itu, kaos cerah berwarna biru tosca dengan lengan sedikit lebar dan panjang sampai di pinggang. Lalu celana 7/8 berwarna hitam dengan model unik ada pita di sisi kiri dan kanan kaki, lengkap dengan Sepatu kets putih. Dengan penampilan itu, Veronica tampak beberapa tahun lebih muda. Apalagi dengan rambut tebal coklat miliknya dikuncir tinggi di belakang kepalanya. “Bu Veronica? Mari, silakan masuk!” Ranintya yang sama terkejutnya akhirnya bergerak menyambut Veronica. “Selamat pagi, Pak Gio, Bu Ranintya. Terima kasih,” sapa Veronica. Dia melempar senyum lebar, agar merasa lebih tenang dan tidak terlalu tegang. Dengan tote bag besar di tangan Veronica masuk dan dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-23
Baca selengkapnya
Bab 4. Rayakan Denganku!
Biarkan Veronica menikmati kegembiraan karena berhasil melewati satu tahap dari rencananya. Ada baiknya mengintip kehidupan CEO tampan dan dingin, Gio Hendrick. "Congratulations, Pak Gio Hendrick! Ini lebih dari espektasi. Rencana Bapak berjalan sempurna." Senyum manis dengan mata biru berbinar menatap Georgio Leonard Hendrick.Pria berusia empat puluh empat tahun itu tersenyum dengan tatapan tenang. Auranya yang selalu memunculkan kesan seorang pemimpin yang berkharisma, hadir lagi."Ya, aku juga tidak menduga yang tercapai bahkan lebih baik dari yang direncanakan. Melegakan, semua yang terlibat bekerja luar biasa." Gio kembali mengurai senyum tipis khas miliknya. Dia memandangi wajah ayu di depannya."Tidak berlebihan kalau keberhasilan ini dirayakan, bukan?" Wanita dengan rambut coklat terang itu mencondongkan tubuhnya merapat pada meja, menatap lebih dalam pada mata tegas Gio."Ah, aku tidak memikirkan itu, Bu Shiany," ujar Gio. Dia agak kaget tiba-tiba Shiany mengatakan itu."Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-24
Baca selengkapnya
Bab 5. Kabar Mengejutkan
Mata indah berlensa biru itu menatap tajam tapi manja dan penuh harap pada Gio. Sementara tangan Shiany menggelayut erat di leher Gio. Posisi seperti itu, tak bisa dipungkiri, sisi kejantanan Gio bangkit. Meskipun sekian lama dia tidak menyentuh wanita, dia masih normal dan punya hasrat."Malam ini akan jadi spesial banget. I promise." Shiany memandangi lebih lekat pada Gio.Gio sangat kaget dengan keberanian Shiany. Selama bekerja sama dalam event yang baru mereka sukseskan, sikap Shiany wajar-wajar saja. Tetapi memang tatapan kekaguman sekali waktu Gio lihat jelas dari Shiany. "Bu Shiany, ini di kantor. Jaga sikap Anda." Gio makin memasang wajah dingin. Dia pegang dua tangan Shiany dan menurunkannya."Pak Gio, aku hanya mau membuat Bapak happy. Aku mau happy sama Pak Gio." Tangan Shiany kembali terulur ingin memegang lengan Gio.Gio mundur dua langkah. Wanita cantik ini ternyata lebih dari berani. Usianya masih tergolong muda jika dibandingkan Gio yang tak lama lagi akan masuk kepa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-24
Baca selengkapnya
Bab 6. Memang Mempesona
Gio melangkah masuk ke dalam ruangan IGD menuju ranjang di mana anak keduanya berbaring. Di sampingnya, Maureen memegang lengannya dengan kuat. Gadis itu sangat gugup dan juga dipenuhi rasa takut bercampur rasa bersalah.Tinggal beberapa langkah dari ranjang mereka berhenti. Di depan mereka Felipe terbaring lemah di atas kasur. Kepalanya dibalut perban putih. Ada memar dan luka di wajahnya. Kedua tangan dan kakinya juga banyak luka-luka akibat yang dia alami. Tangan kirinya diinfus, entah obat apa yang dia perlukan.Mata Felipe memandang lurus pada Gio dan Maureen. Tetapi tatapan Felipe terlihat aneh. Dia memandang ke sekelilingnya seolah-olah mencoba memahami apa yang terjadi."Hai, Fel. Apa yang kamu rasa?" Gio maju lagi dua langkah. Maureen terus memegang kuat lengan Gio."Aku? Aku, kenapa?" Pandangan Felipe tampak bingung."Fel!""Kak?!" Gio dan Maureen berseru bareng. Pertanyaan Felipe membuat mereka kaget."Kak, beneran kamu ga ingat apa yang terjadi?" Maureen maju selangkah, t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-28
Baca selengkapnya
Bab 7. Siapa Dia, Papa?!
"Aku bawakan sarapan, Pak. Masih hangat." Shiany menyodorkan kotak berwarna coklat di depan Gio. Gio mengusap-usap mata dan wajahnya. Dia masih harus memaksa dirinya segera dapat kesadaran lagi. Ya, dia tidak sedang bermimpi. Shiany memang datang menemuinya di rumah sakit. "Dari mana kamu tahu aku di sini?" Gio tidak bisa basa-basi. Dia tidak menerima kotak yang masih terulur di depannya. Dia menatap Shiany dengan pandangan tidak suka. "Itu gampang sekali, Pak Gio. Media sosial bisa menjawab apapun yang kita tanya dan menunjukkan apapun yang kita perlu," jawab Shiany. Ya, kenapa tidak terpikir oleh Gio? Anak-anaknya bisa saja meng-up load yang terjadi pada Felipe. Mudah saja mencari jejak digital.Dia duduk di samping Gio sambil memegang kotak yang ditolak Gio. Gio berdiri, mendekati Felipe. Anak muda itu masih lelap dengan posisi kepalanya miring. Perlahan-lahan Gio membetulkan posisinya agar lebih nyaman. "Hhmmm ..." Felipe bergumam. Sepertinya dia merasa ada yang mengganggu ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-29
Baca selengkapnya
Bab 8. Tidak Akan Ingkar
Gio harus menjelaskan pada anak-anaknya kalau dia dan Shiany memang tidak ada apa-apa. Dia harus memilih kata-kata yang tepat agar tidak akan ada lagi pertanyaan dan kecurigaan dari mereka kalau Gio tidak ada hubungan lebih dari rekan kerja dengan wanita itu. Reggy dan Felipe memandang pada sang ayah, menunggu penjelasan. Maureen masih pura-pura sibuk meskipun telinganya siap menerima jawaban. "Bu Shiany itu utusan dari perusahaan lain untuk bekerja sama dengan event di kota. Lebih dua bulan kami bersama-sama mengurus semuanya. Baru tuntas kemarin. Papa juga tidak mengira dia punya perhatian lebih. Serius, Papa bahkan tidak mengatakan kalau anak Papa sedang kena musibah. Dia mendapat kabar dari yang lain." Ketiga anak Gio memperhatikannya. Mereka mau mendengar semuanya, sejelas-jelasnya. "Papa sudah janji akan fokus dengan keluarga. Papa masih sayang mama kalian. Buat Papa tujuan hidup Papa melihat kalian berhasil meraih cita-cita, itu saja." Gio tidak mau menceritakan lebih jauh y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-01
Baca selengkapnya
Bab 9. Kamu Harus Bahagia
Gio merasa deru jantungnya melaju begitu cepat. Hasrat rindunya meningkat. Victoria tiba-tiba ada di depannya. Mata mereka bertemu, tangan pun saling menggenggam. Gio tak akan menyia-nyiakan waktu kebersamaan itu."Vicky, Vicky ...""Mas Gio, kamu yang aku kuatirkan." Victoria mengulang kata-katanya."Aku sangat rindu sama kamu," kata Gio tanpa berkedip, terus memandang wajah cantik wanita paling dia cintai."Mas, kamu harus bahagia," ucap Victoria lembut. Tangannya naik menyentuh pipi Gio. Ada ketulusan dari tatapan mata Victoria."Kamu bahagiaku, Vicky. Kamu tahu itu," ucap Gio. Makin menderu rasa di dadanya. "Kamu pun bahagiaku. Ketiga buah hati kita bukti kebahagiaan kita. Tapi kamu, Mas, kamu harus bahagia ..." Tuttt!!! Tutttt!!!Keras dering telpon terdengar. Gio melonjak dan segera bangun."Astaga ... Aku ketiduran. Dan, Vicky??" Gio benar-benar bermimpi bertemu mendiang istrinya.Tutttt!! Tuttt!! Lagi dering ponsel membahana di ruang kamar itu.Masih belum mendarat, masih te
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-02
Baca selengkapnya
Bab 10. Tidak Mungkin
Pagi datang. Veronica bersemangat memulai hari. Dengan dua karyawatinya tinggal di ruko, di lantai 2, dia tidak lagi merasa kesepian. Veronica sendiri memilih lantai 3 menjadi tempat dia tinggal. Lebih privasi dan tenang.“Mbak, jadi belanja?” Seorang wanita muda menghampiri Veronica yang baru turun dari lantai atas ke distro.“Eih, Tina. Iya. Ada beberapa yang harus aku beli buat besok.” Veronica menjawab dengan senyum ceria di bibirnya.“Perlu aku temani, Mbak?” Tina menawarkan diri.“Hmm …” Veronica berpikir. “Ga usah, deh. Ga banyak juga yang dibeli. Kamu bantu di sini aja, biar semua segera beres.”"Siap!" Tina menyahut dengan mantap."Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi saja. Aku harap yang aku cari ga susah dapatnya, jadi aku bisa cepat balik." Veronica merapatkan jaket tipis yang dia kenakan."Iya, Mbak. Hati-hati di jalan." Tina mengangguk.Veronica keluar distro. Taksi online yang di pesan sudah datang. Dengan cepat Veronica masuk ke dalam kendaraan berwarna putih itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-04-05
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status