Share

Bab 4. Rayakan Denganku!

last update Last Updated: 2024-02-24 10:19:37

Biarkan Veronica menikmati kegembiraan karena berhasil melewati satu tahap dari rencananya. Ada baiknya mengintip kehidupan CEO tampan dan dingin, Gio Hendrick.

"Congratulations, Pak Gio Hendrick! Ini lebih dari espektasi. Rencana Bapak berjalan sempurna." Senyum manis dengan mata biru berbinar menatap Georgio Leonard Hendrick.

Pria berusia empat puluh empat tahun itu tersenyum dengan tatapan tenang. Auranya yang selalu memunculkan kesan seorang pemimpin yang berkharisma, hadir lagi.

"Ya, aku juga tidak menduga yang tercapai bahkan lebih baik dari yang direncanakan. Melegakan, semua yang terlibat bekerja luar biasa." Gio kembali mengurai senyum tipis khas miliknya. Dia memandangi wajah ayu di depannya.

"Tidak berlebihan kalau keberhasilan ini dirayakan, bukan?" Wanita dengan rambut coklat terang itu mencondongkan tubuhnya merapat pada meja, menatap lebih dalam pada mata tegas Gio.

"Ah, aku tidak memikirkan itu, Bu Shiany," ujar Gio. Dia agak kaget tiba-tiba Shiany mengatakan itu.

"Sesekali menyenangkan diri sendiri kurasa wajar, Pak Gio Hendrick." Shiany, menggerakkan kedua bahunya yang terbuka. Pesona wanita muda itu merebak, Gio tak bisa menyangkal itu.

Setelan rok pendek di atas lutut dan blouse tanpa lengan berwarna kuning cerah membuat Shiany makin menyala. Apalagi potongan kain begitu melekat press di tubuhnya yang indah.

Gio tidak bergerak, masih duduk nyaman di kursinya.

"Aku pesan tempat sekarang, Pak. Di sini saja ... hmm ..." Shiany mencari di internet tempat makan mewah sekaligus berada di sebuah hotel.

Saat Shiany menyebutkan nama tempat yang dia akan booking, Gio mengerutkan keningnya. Wajah datar milik pria gagah itu langsung terpampang.

"Kurasa aku tidak bisa malam ini." Gio berkata dengan suara datar juga, sejalan dengan ekspresi mukanya.

Shiany tidak sedikitpun mengalihkan pandangan. Dia harus bisa menaklukkan duda tampan berhati dingin itu. Sudah cukup lama, Shiany penasaran dengan Gio Hendrick. Teman-teman bisnisnya mengatakan CEO salah satu perusahaan tekstil terbesar di kota Malang itu, pria sedingin kulkas. Meski telah sekian tahun menduda, tidak satu kali pun dia tampak dekat dengan wanita.

Siapa yang menyangka, dalam event kerja sama beberapa perusahaan sekota, Shiany ditugaskan kantornya mewakili perusahaan tempat dia bekerja. Shiany tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mendekati Gio.

"Ayolah, Pak. Kita harus merayakan keberhasilan ini." Shiany membujuk. Dia berdiri dan mendekati Gio.

Dengan ponsel di tangan, dia merapat pada Gio menunjukkan indahnya lokasi yang dia pilih untuk pesta keberhasilan mereka menggelar expo besar selama dua bulan.

Gio bergidik saat tubuh Shiany menempel di samping kirinya. Shiany wanita muda yang cantik, cerdas, dan menawan. Pria manapun akan mudah terpesona dengan penampilannya yang seksi dan berani.

"Tempatnya manis banget, Pak. Ini akan jadi momen tak terlupakan di hari penuh kemenangan. Bagaimana?" Shiany membujuk lagi.

Gio memperhatikan layar ponsel wanita berusia dua puluh enam tahun itu. Siapa yang tidak tahu tempat yang Shiany pilih memang berkelas, wah, dan favorit di kota kecil itu.

"Nikmati keberhasilan kamu, Pak Gio. Rayakan denganku," kata Shiany dengan nada sengaja dibuat begitu rupa merayu Gio.

"Oke. Pesan saja." Akhirnya Gio mengalah. Dia tidak mau berdebat panjang dengan Shiany.

Dalam waktu lima belas menit, Gio harus melanjutkan pekerjaannya, ada pertemuan yang sudah terjadwal harus dia hadiri.

"Yes. Aku sudah booking tempat dan kamar," ujar Shiany dengan senyum lebar. Ternyata tidak sesulit yang dia kira. Baru juga Shiany menempel di bahu Gio, pria tampan itu setuju saja yang Shiany katakan.

"Kamar?" Gio melirik Shiany.

"Pak, bisa jadi akan sampai malam sekali kita di sana. Kenapa tidak sekalian kita menginap?" Shiany memegang lengan Gio. Wanita itu semakin berani.

"Jam berapa kamu booking tempat?" tanya Gio. Hatinya meletup membayangkan yang akan terjadi saat dia berdua dengan Shiany di resto lalu lanjut di kamar hotel.

"Jam delapan malam. Kalau lebih sore resto sangat penuh, aku kurang enjoy suka suasana yang teduh, romantis. Bagaimana menurutmu?" Shiany berlagak seolah-olah Gio telah benar-benar takluk padanya.

"Hmm?" Gio masih tak bergerak. Hanya lirikan mata tajam dan tegas milik pria tampan itu yang bereaksi.

"Kurasa Bapak mengerti maksudku." Shiany kembali melempar senyum paling manis. "Sekarang, aku harus kembali. Sampai nanti. Kita bertemu di sini atau ..."

"Sebentar," sahut Gio.

Dia menggerakkan badannya hingga sedikit memaksa Shiany menjauh memberi jarak di antara mereka. Gio bangun dari kursinya, dia berjalan ke arah tengah ruangan.

Pria itu mengeluarkan ponselnya lalu menghubungi seseorang. Shiany memperhatikan Gio, ingin tahu siapa yang Gio telpon.

Tidak sampai dua menit, muncul seorang pria dan seorang wanita di pintu ruangan itu.

"Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" Pria yang adalah salah satu karyawan itu bertanya dengan serius.

"Ah, begini, kalian telah bekerja sangat baik membantu pelaksanaan expo. Hasilnya sukses besar. Bu Shiany mau membuat perayaan untuk itu."

"Pak Gio?" Shiany melebarkan mata mendengar itu.

"Oya? Beneran, Pak?" Karyawan wanita yang berdiri sedikit di belakang teman kerjanya ikut bicara. Wajahnya seketika cerah, tatapan tegang yang sebelumnya tampak, hilang.

"Yup. Makan malam dan menginap di hotel, malam ini." Gio menegaskan sekaligus memberikan alamat lokasi yang akan mereka pakai.

"Wahh!!" Kedua karyawan itu saling memandang dengan wajah sumringah. Gio sengaja mengajak mereka. Keduanya asisten Gio dalam menjalankan proyek besar itu.

"Pak Gio?" Lagi, Shiany ingin menyela. Dia kaget Gio mengajak karyawannya ikut.

"Terima kasih banyak, Bu. Aku bahkan tidak terpikir memberikan reward untuk mereka. Setelah ini mereka pasti akan bekerja dengan lebih baik," lanjut Gio.

"Bu Shiany, terima kasih." Kedua karyawan itu bergantian mengucap terima kasih dengan kegirangan.

Shiany tersenyum tipis dan mengangguk. Rasa kesal mulai memenuhi hatinya.

"Baiklah, kalian bisa kembali bekerja. Aku dan Bu Shiany juga akan melanjutkan pekerjaan. Nanti malam jangan telat," kata Gio.

"Siap, Pak!" jawab keduanya serempak lalu berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

"Pak Gio, aku hanya memesan satu meja dan satu kamar. Perayaan ini buat kita berdua. Karena-"

"Kita bekerja bukan hanya berdua, Bu. Mereka lebih keras bekerja dari kita. Jika boleh, yang lain pun akan aku undang untuk merayakan bersama-sama," tukas Gio menyela ucapan Shiany.

"Pak Gio, Bapak melukai perasaanku." Shiany menatap tajam pada Gio.

Tatapan itu sangat berbeda dengan sebelumnya. Bukan tatapan kekaguman, sebaliknya ada marah di sana.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku ingin berbagi kebahagiaan dengan para karyawan. Aku kira Bu Shiany juga punya pikiran yang sama." Sangat tenang, dengan nada datar Gio bicara.

Dia mencermati Shiany yang memandang padanya dengan wajah sedikit memerah. Gio tahu wanita muda itu tidak terima dengan keputusan Gio menyertakan kedua asistennya ikut dalam acara dadakan yang Shiany buat.

"Ya, oke. Tidak apa-apa. Mereka bisa ikut." Senyum kecut muncul di bibir merah menyala Shiany. Dia berjalan mendekat dan berdiri satu langkah berjarak dengan Gio.

Dia tidak punya pilihan. Toh, dia masih punya kesempatan terus di dekat duda mempesona itu. Dia akan buktikan pada teman-temannya dia bisa membuat Gio luluh dan dengan rela menjadikan Shiany pujaan hati.

"Malam ini, kita rayakan bersama." Shiany melepas tatapan penuh rayuan pada Gio. "Berikutnya aku akan memberimu kejutan, Pak Gio Hendrick."

Cepat tetapi halus, Shiany lebih mendekat dan meraih kedua bahu Gio. Sedikit berjinjit, Shiany memeluk Gio. Wajah mereka bertemu begitu dekat.

Related chapters

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 5. Kabar Mengejutkan

    Mata indah berlensa biru itu menatap tajam tapi manja dan penuh harap pada Gio. Sementara tangan Shiany menggelayut erat di leher Gio. Posisi seperti itu, tak bisa dipungkiri, sisi kejantanan Gio bangkit. Meskipun sekian lama dia tidak menyentuh wanita, dia masih normal dan punya hasrat."Malam ini akan jadi spesial banget. I promise." Shiany memandangi lebih lekat pada Gio.Gio sangat kaget dengan keberanian Shiany. Selama bekerja sama dalam event yang baru mereka sukseskan, sikap Shiany wajar-wajar saja. Tetapi memang tatapan kekaguman sekali waktu Gio lihat jelas dari Shiany. "Bu Shiany, ini di kantor. Jaga sikap Anda." Gio makin memasang wajah dingin. Dia pegang dua tangan Shiany dan menurunkannya."Pak Gio, aku hanya mau membuat Bapak happy. Aku mau happy sama Pak Gio." Tangan Shiany kembali terulur ingin memegang lengan Gio.Gio mundur dua langkah. Wanita cantik ini ternyata lebih dari berani. Usianya masih tergolong muda jika dibandingkan Gio yang tak lama lagi akan masuk kepa

    Last Updated : 2024-02-24
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 6. Memang Mempesona

    Gio melangkah masuk ke dalam ruangan IGD menuju ranjang di mana anak keduanya berbaring. Di sampingnya, Maureen memegang lengannya dengan kuat. Gadis itu sangat gugup dan juga dipenuhi rasa takut bercampur rasa bersalah.Tinggal beberapa langkah dari ranjang mereka berhenti. Di depan mereka Felipe terbaring lemah di atas kasur. Kepalanya dibalut perban putih. Ada memar dan luka di wajahnya. Kedua tangan dan kakinya juga banyak luka-luka akibat yang dia alami. Tangan kirinya diinfus, entah obat apa yang dia perlukan.Mata Felipe memandang lurus pada Gio dan Maureen. Tetapi tatapan Felipe terlihat aneh. Dia memandang ke sekelilingnya seolah-olah mencoba memahami apa yang terjadi."Hai, Fel. Apa yang kamu rasa?" Gio maju lagi dua langkah. Maureen terus memegang kuat lengan Gio."Aku? Aku, kenapa?" Pandangan Felipe tampak bingung."Fel!""Kak?!" Gio dan Maureen berseru bareng. Pertanyaan Felipe membuat mereka kaget."Kak, beneran kamu ga ingat apa yang terjadi?" Maureen maju selangkah, t

    Last Updated : 2024-02-28
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 7. Siapa Dia, Papa?!

    "Aku bawakan sarapan, Pak. Masih hangat." Shiany menyodorkan kotak berwarna coklat di depan Gio. Gio mengusap-usap mata dan wajahnya. Dia masih harus memaksa dirinya segera dapat kesadaran lagi. Ya, dia tidak sedang bermimpi. Shiany memang datang menemuinya di rumah sakit. "Dari mana kamu tahu aku di sini?" Gio tidak bisa basa-basi. Dia tidak menerima kotak yang masih terulur di depannya. Dia menatap Shiany dengan pandangan tidak suka. "Itu gampang sekali, Pak Gio. Media sosial bisa menjawab apapun yang kita tanya dan menunjukkan apapun yang kita perlu," jawab Shiany. Ya, kenapa tidak terpikir oleh Gio? Anak-anaknya bisa saja meng-up load yang terjadi pada Felipe. Mudah saja mencari jejak digital.Dia duduk di samping Gio sambil memegang kotak yang ditolak Gio. Gio berdiri, mendekati Felipe. Anak muda itu masih lelap dengan posisi kepalanya miring. Perlahan-lahan Gio membetulkan posisinya agar lebih nyaman. "Hhmmm ..." Felipe bergumam. Sepertinya dia merasa ada yang mengganggu ti

    Last Updated : 2024-02-29
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 8. Tidak Akan Ingkar

    Gio harus menjelaskan pada anak-anaknya kalau dia dan Shiany memang tidak ada apa-apa. Dia harus memilih kata-kata yang tepat agar tidak akan ada lagi pertanyaan dan kecurigaan dari mereka kalau Gio tidak ada hubungan lebih dari rekan kerja dengan wanita itu. Reggy dan Felipe memandang pada sang ayah, menunggu penjelasan. Maureen masih pura-pura sibuk meskipun telinganya siap menerima jawaban. "Bu Shiany itu utusan dari perusahaan lain untuk bekerja sama dengan event di kota. Lebih dua bulan kami bersama-sama mengurus semuanya. Baru tuntas kemarin. Papa juga tidak mengira dia punya perhatian lebih. Serius, Papa bahkan tidak mengatakan kalau anak Papa sedang kena musibah. Dia mendapat kabar dari yang lain." Ketiga anak Gio memperhatikannya. Mereka mau mendengar semuanya, sejelas-jelasnya. "Papa sudah janji akan fokus dengan keluarga. Papa masih sayang mama kalian. Buat Papa tujuan hidup Papa melihat kalian berhasil meraih cita-cita, itu saja." Gio tidak mau menceritakan lebih jauh y

    Last Updated : 2024-03-01
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 9. Kamu Harus Bahagia

    Gio merasa deru jantungnya melaju begitu cepat. Hasrat rindunya meningkat. Victoria tiba-tiba ada di depannya. Mata mereka bertemu, tangan pun saling menggenggam. Gio tak akan menyia-nyiakan waktu kebersamaan itu."Vicky, Vicky ...""Mas Gio, kamu yang aku kuatirkan." Victoria mengulang kata-katanya."Aku sangat rindu sama kamu," kata Gio tanpa berkedip, terus memandang wajah cantik wanita paling dia cintai."Mas, kamu harus bahagia," ucap Victoria lembut. Tangannya naik menyentuh pipi Gio. Ada ketulusan dari tatapan mata Victoria."Kamu bahagiaku, Vicky. Kamu tahu itu," ucap Gio. Makin menderu rasa di dadanya. "Kamu pun bahagiaku. Ketiga buah hati kita bukti kebahagiaan kita. Tapi kamu, Mas, kamu harus bahagia ..." Tuttt!!! Tutttt!!!Keras dering telpon terdengar. Gio melonjak dan segera bangun."Astaga ... Aku ketiduran. Dan, Vicky??" Gio benar-benar bermimpi bertemu mendiang istrinya.Tutttt!! Tuttt!! Lagi dering ponsel membahana di ruang kamar itu.Masih belum mendarat, masih te

    Last Updated : 2024-03-02
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 10. Tidak Mungkin

    Pagi datang. Veronica bersemangat memulai hari. Dengan dua karyawatinya tinggal di ruko, di lantai 2, dia tidak lagi merasa kesepian. Veronica sendiri memilih lantai 3 menjadi tempat dia tinggal. Lebih privasi dan tenang.“Mbak, jadi belanja?” Seorang wanita muda menghampiri Veronica yang baru turun dari lantai atas ke distro.“Eih, Tina. Iya. Ada beberapa yang harus aku beli buat besok.” Veronica menjawab dengan senyum ceria di bibirnya.“Perlu aku temani, Mbak?” Tina menawarkan diri.“Hmm …” Veronica berpikir. “Ga usah, deh. Ga banyak juga yang dibeli. Kamu bantu di sini aja, biar semua segera beres.”"Siap!" Tina menyahut dengan mantap."Kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi saja. Aku harap yang aku cari ga susah dapatnya, jadi aku bisa cepat balik." Veronica merapatkan jaket tipis yang dia kenakan."Iya, Mbak. Hati-hati di jalan." Tina mengangguk.Veronica keluar distro. Taksi online yang di pesan sudah datang. Dengan cepat Veronica masuk ke dalam kendaraan berwarna putih itu,

    Last Updated : 2024-04-05
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 11. Kunjungan Istimewa

    Kaget juga Maureen dengan kedatangan cowok spesial di hatinya itu. Ternyata Natan berani datang juga ke rumah, padahal Maureen sudah mengancam jangan sampai nongol di rumahnya. Natan memang menyukai Maureen. Dia bahkan menulis surat cinta yang diselipkan dalam lukisan yang dia buat untuk Maureen, saat gadis itu berulang tahun. Lukisan itu yang menjadi biang keladi keributan Maureen dan Felipe.Gara-gara lukisan hadiah dari Natan, keusilan Felipe merajalela. Hingga puncaknya siang itu sepulang sekolah. Karena terlalu kesal Maureen mengancam kabur dan menyeberang jalan, menuju arah berlawanan dengan jalan mereka pulang.Panik, Felipe mengejar Maureen, begitu saja menyeberang jalan, hingga sebuah motor tak bsia menghindar dan menabrak Felipe."Ah, iya, masuklah." Maureen mundur beberapa langkah dari pintu."Kok kamu bisa sama-sama Yerry?" tanya Maureen. Natan melangkah masuk. "Iya, kan dari sekolah barengan," jawab Natan. "Kamu kenal baik sama Yerry?" tanya Maureen lagi. Mereka menuju

    Last Updated : 2024-04-05
  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 12. Papa Ga Boleh Nikah Lagi

    Melihat ekspresi Maureen, Natan tahu Maureen tidak senang dengan ucapannya.“Maaf, aku ga enak nih, tanya kayak gitu,” kata Natan. Tatapan aneh Maureen membuat Natan sadar, dia salah bicara. “Sampai sekarang papa ga pernah bicara soal nikah. Lagian aku ga mau la, punya ibu tiri,” ujar Maureen tegas. Natan tersenyum melihat Maureen manyun. Tapi dia bisa paham mengapa Maureen berpikiran seperti itu. Natan akan ingat baik-baik, Maureen cukup sensitif bicara soal ini. Lebih baik dia tidak mengungkit mengenai ini lagi. "Sorry, Reen. Really sorry," ucap Natan."Dahlah, ga apa-apa." Maureen melempar senyum tapi terlihat kecut.Mereka melanjutkan mengerjakan PR. Lumayan, Natan datang membuat dia lebih semangat belajar. Waktu berlalu, hingga jam lima sore, Yerry dan Natan pulang. ***** Semenjak pembicaraan di teras samping dengan Natan, pikiran Maureen jadi sering tertuju pada papanya. Apa benar papa tidak ingin menikah? Memang papa tidak muda banget, tapi papa masih belum tua juga. Misal

    Last Updated : 2024-04-06

Latest chapter

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 111. Tidak Akan Berubah

    Veronica mendorong Gio agar menjauh. Dengan cepat Veronica bangun dan turun dari ranjang besar itu. Veronica merapikan rambut dan baju yang dia kenakan. “Papa!!” Terdengar lagi teriakan Maureen. “Ah, aku salah strategi. Kenapa aku suruh mereka nyusul ke sini sekarang?” Kesal, Gio berkata. Veronica tersenyum mendengar kalimat itu. Dia mendekati Gio, mengecup pipinya, lalu cepat bergerak menuju ke pintu dan membukanya. Di depan pintu, Maureen berdiri memandang dengan cemas. Di belakangnya Felipe dan Reggy berdiri sama cemasnya, menatap Veronica. “Mama. Mama ga apa-apa?” Maureen mencermati Veronica dengan mata bergerak cepat melihat dari atas ke bawah. “Nggak apa-apa,” kata Veronica. “Papa mana?” tanya Felipe. “Ada di dalam. Masuklah,” jawab Veronica sambil membuka lebih lebar pintu kamar itu. Ketiga anak itu semakin bingung. Veronica terlihat baik-baik saja. Dia tampak tenang dan tidak ada lagi marah meluap seperti yang dia tunjukkan saat masih di rumah. Veronica mendah

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 110. Di-prank?

    Gio mengepalkan tangannya menatap dengan marah pada Veronica. “Oh, kamu mencurigaiku?! Oke! Sekarang, kamu ikut aku. Biar kamu tahu sekalian apa yang aku lakukan tadi malam. Biar kamu puas!” Gio berkata lebih keras dengan wajah juga memerah. “Buat apa? Kamu mau kenalkan aku sama wanita itu? Buat apa!?” sentak Veronica. Geram makin melambung di dadanya yang terasa panas membara. Gio menarik lengan Veronica, tidak memberi kesempatan istrinya menolak. Sekalipun Veronica mencoba melepaskan tangan, Gio tidak melonggarkan pegangan tangannya. “Papa!” Maureen memanggil Gio dengan hati porak poranda. Dia marah, sangat marah papanya bertindak kasar pada Veronica yang tidk lain dan tidak bukan adalah istrinya. Reggy dan Felipe pun bergerak maju dua langkah karena sangat terkejut mendapati orang tuanya sampai ribut di depan mereka. “Kalian juga mau tahu!? Silakan menyusul. Aku akan share lokasinya. Jelas?” Gio melihat pada ketiga anaknya yang melotot dengan pandangan bingung bercampur

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 109. Gio Makin Menakutkan

    “Hmm …” Veronica tersenyum tipis. Ya, kejutan luar biasa! Gio ada main hati dengan wanita lain di belakang Veronica. “Mungkin. Mama belum tahu.”Veronica berusaha tersenyum dengan tatapan tenang, meskipun hatinya terasa pilu.“Tepat banget lagi, Mama ultah di hari Sabtu. Semua ada di rumah,” kata Maureen dengan senyum lebar. “Ah, aku mau masak yang spesial buat Mama, deh, buat sarapan.”“Wah, terima kasih banyak. Tapi Mama mau pergi belanja. Di kulkas tinggal sedikit bahan makanan,” ujar Veronica. Rencananya ingin menenangkan diri harus dia lakukan.“Oke. Pas Mama balik, sarapan sudah siap.” Maureen berucap dengan dua jempol terangkat.Veronica melempar senyum kecil, lalu meninggalkan rumah. Veronica sengaja berjalan saja menuju ke swalayan yang ada di dekat distro. Dia akan ambil waktu di sana menenangkan diri sebelum nanti kembali ke rumah.Lantao 3 di distro memang jadi tempat para karyawan Veronica tinggal sejak Veronica menikah dan tinggal dengan Gio serta anak-anaknya. Ruangan m

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 108. Dikhianati

    Veronica menoleh ke jam dinding di kamar, hampir setengah sepuluh malam. Gio belum juga pulang. Ke mana sebenarnya pria itu? Biasanya, dia akan memberitahu dengan jelas ke mana pergi, ada urusan apa, dan dengan siapa. Tapi kali itu, dia bukan hanya bersikap dingin, tetapi juga tidak mau bicara apapun pada Veronica. Bagi Veronica, sikap Gio itu kembali menjadi CEO tampan sedingin kulkas.Sekali lagi Veronica mengirimkan pesan pada Gio. Tentu saja berharap Gio akan membalasnya.- Kak, belum bisa pulang? Aku tunggu atau aku tidur lebiih dulu?Gio akhirnya membalas pesan itu, setelah hampir sepuluh menit berlalu.- terserahJawaban itu membuat Veronica kesal. Sedang sibuk apa, sih, sampai membalas pesan saja tidak bisa dengan kata-kata yang melegakan? Tidak sabar, Veronica menelpon suaminya. Beberapa kali mencoba, Gio pun menerima panggilan itu.“Kenapa?” tanya Gio datar.“Kakak ada apa? Beritahu aku yang jelas. Aku bingung dengan sikap Kak Gio,” kata Veronica tanpa basa-basi.“Jangan leb

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 107. Apa Salahku?

    Hari hampir malam saat Gio tiba di rumah. Empat hari di luar kota, sangat melelahkan. Dia ingin sekali segera istirahat, bertemu keluarga, dan menikmati waktu untuk menyegarkan penat dirinya. Maureen menyambut Gio di depan pintu. Dengan senyum lebar dia memeluk kuat Gio. Meskipun sudah menjadi gadis dewasa, Maureen tetap saja manja. “Senang Papa pulang. Kak Reggy juga sudah di rumah. Lengkap keluarga kita,” kata Maureen masih bergelayut manja pada ayahnya. “Gimana Reggy? Dia baik?” tanya Gio sambil berjalan menuju ke kamarnya. “Baik. Lagi keluar sama Kak Sita. Biasalah, kangen-kangenan, hee … abis LDR,” jawab Maureen. “Reen masak apa buat makan malam? Papa lapar.” Gio meletakkan koper di dekat lemari pakaiannya. “Ada, udah siap. Tapi mama belum pulang,” kata Maureen. “Ga apa-apa. Ga usah tunggu, keburu sakit perut,” ujar Gio. “Oya, Pa, tiga hari lagi mama ultah. Mau bikin acara, ga?” tanya Maureen. “Oya?” Gio menatap Maureen. Bagaimana bisa dia tidak ingat? “Yaa … Papa sama

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 106. Memandangmu, Memelukmu

    Pasak melangkah menjauh, Randy dan Maureen menuju motor. Tak lama mereka sudah di jalanan yang cukup ramai. Randy mengantar Maureen pulang. Di jalan dia cerita tentang Pasak. Dia pembalap yang sangat lihai dan tajam menyerang lawan. Kayak pasak menghujam tanah dengan dalam. Karena itu dia dipanggil Pasak. Satu lagi Maureen bertemu teman lama Randy. Dan dia mengatakan sesuatu yang memang Randy akui pada Maureen. Randy dulu suka balapan liar tapi dia sudah berhenti. Maureen tersenyum. Dia makin yakin, Randy sungguh-sungguh mau mengubah hidupnya. "Senangnya Kakak di rumah lagi. Kangen banget aku." Maureen memeluk Reggy yang baru masuk rumah. "Aku juga lega akhirnya kembali ke rumah. Kangen masakan kamu sama mama," ucap Reggy dengan senyum. khasnya. "Udah, Reggy istirahat dulu, nanti aja ceritanya," kata Veronica. "Bawa oleh-oleh ga, Kak?" tanya Maureen mengikuti Reggy ke kamarnya. "Ada. Pasti aku bawa buat adikku yang cantik ini." Reggy mengusap kepala Maureen. "Biar aku belum pern

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 105. Kesempatan Berdua Lagi

    Mobil merah keren itu masuk halaman rumah keluarga Hendrick. Randy memarkir mobil dan turun dari mobil. Maureen juga keluar dari mobil itu. Lalu mengeluarkan beberapa belanjaannya dari bagasi. Randy membantu membawakan juga. Mereka masuk dalam ruang tamu, menaruh tas belanjaan di sana. "Terima kasih buat hari ini," kata Randy. Dia tersenyum, hatinya sangat lega. "Aku minta maaf." Maureen melihat Randy. "Untuk apa? Aku seharusnya yang minta maaf karena kejadian tadi." Randy memandang heran pada Maureen. "Aku sengaja minta yang aneh-aneh sama kamu." Maureen melihat tas-tas belanjaan yang tergelak di sofa. "Aku hanya ingin melihat bagaimana sikapmu kalau menghadapi perempuan bawel dan banyak maunya." "Jadi ..." Randy mengerutkan keningnya. Maureen tersenyum lebih lebar. "Aku bukan tipe perempuan yang suka shopping banget. Apalagi yang ga dibutuhkan. Tapi, aku akan jaga baik-baik barang-barang ini. Janji." "Aku lulus tes?" tanya Randy. Maureen lagi melebarkan bibirnya. Dia menga

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 104. Hati Terdalam Randy

    Randy memandang Maureen. Rasanya Randy seperti sedang dikuliti. "Ga ada," jawab Randy. "Setelah papa mama cerai, lalu papa menikah dengan wanita itu, aku mulai malas dengan perempuan. Maksudku, aku menilai perempuan lebih negatif. Hanya memanfaatkan pria untuk kesenangannya. Tentu kecuali mamaku. Makanya aku ga dekat sama siapapun, hampir setahun ini." "Kebiasaan yang lain?" Maureen ingin semua dia tahu, tanpa ada yang Randy sembunyikan. "Tinggal merokok. Meski makin jarang. Sejak kecelakaan, mama tegas bilang ga mau aku celaka. Dan balapan sangat beresiko. Aku ga melakukannya lagi. Minum, sudah lama aku ga lakukan. Pernah Sandy tahu dan dia sangat marah. Dia ga suka kakaknya jadi kayak orang gila. Karena aku sampai mabuk waktu itu." Randy menjawab panjang lebar. Mulai nyaman mengatakan semuanya, walaupun Maureen sangat mungkin akan memilih mundur setelah itu. "Apa yang kamu pikirkan ketika ingin mendekati aku? Jalan dengan cara seperti dengan semua mantan kamu itu?" Tajam dan sin

  • Wanita Pilihan Duda Tampan Sedingin Kulkas   Bab 103. Masa Lalu yang Mengikuti

    "Omongan Nesti ga usah didengarin, Reen. Cewek tomboy ini rada sableng emang." Randy melotot karena jengkel."Hati-hati, Reen! Dia suka makan cewek, hehe ..." Nesti makin jadi."Sudah sana jauh-jauh, hari sial aku ketemu kamu." Randy mendorong Nesti agar pergi dari situ."Bye, Maureen! Bye, ex babe, hee ... hee ..." Masih sempat juga Nesti berceloteh.Maureen makin masam mukanya. Hatinya tidak karuan melihat pemandangan tak terduga di depannya."Reen ..." panggil Randy. Randy bisa membaca tatapan Maupun yang berubah tidak secerah tadi."Oo ... iya. Kita masuk?" kata Maureen. Dia langsung melangkah duluan ke gedung bioskop mencari tempat duduknya.Randy mengikuti dan duduk di sisi Maureen. Dia menaruh popcorn di antara mereka. Dia beli satu tapi yang jumbo.Maureen tidak lagi konsentrasi dengan situasi. Tidak juga bisa memperhatikan film yang mulai ditayangkan. Dia memikirkan Nesti dan kata-katanya. Yang Maureen tangkap, Randy biasa bebas dengan cewek. Entah kenapa perasaannya jadi kur

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status