Tubuh Shassy pun bergetar saat Keen mulai mengusap belakang tubuhnya.
'Ah, ini tidak boleh berlanjut,' batin Shassy.
Shassy pun segera menegakkan tubuhnya, dan …."Akhh!" pekik Keen sambil memegangi selangkangannya yang baru saja di tendang oleh Shassy.
Shassy pun segera menjauh dari Keen, dan segera mengambil vas bunga yang ada di dekatnya untuk mengancam Keen.
Tapi Shassy segera meletakkan vas itu kembali, ketika melihat Keen yang benar-benar kesakitan karena tendangannya tadi.
'Ah, kalau itunya kenapa-napa, jangan-jangan aku bakal dituntut lagi sama dia,' batin Shassy.
Shassy pun segera mendekati Keen, ia membopong Keen untuk duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu."Bapak sih, pakai aneh-aneh segala … jadi kena tendang, kan? Lagian ngapain sih, Bapak harus minum di saat seperti ini," gerutu Shassy.
'Jadi, dia pikir aku sedang mabuk,' batin Keen, 'Ah, gadis bodoh. Tapi untunglah, jadi aku tidak perlu menjelaskan apapun.' Lalu terukir seutas senyum di bibir Keen.
Shassy lalu mengambilkan air mineral yang ada di dekat tempat tersebut. "Minum Pak."
Keen pun menurut, dan meminum air yang diberikan oleh Shassy.
"Akhh," desah Keen sambil memegangi kepalanya—berpura-pura pusing.
"Pak, Pak Keen!" panggil Shassy.
"Ah, kenapa kamu di sini?" tanya Keen.
"Hufff," Shassy menghela nafas lega, "bapak baru saja … ah sudahlah, yang penting, sekarang Anda segera ganti baju. Sebentar lagi acara di bawah akan segera di mulai."
Shassy pun segera menarik lengan Keen, dan mendorong Keen ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Keen pun keluar dari dalam kamar mandi. Ia menatap Shassy yang tengah menyiapkan pakaian untuk dirinya.
"Kamu sedang apa?" tanya Keen,
"Saya sedang menyiapkan pakaian untuk Anda. Anda cepatlah ganti, dan segera turun," ujar Shassy.
"Kamu memerintahku?"
"Ah, terserah Anda, yang penting Anda cepat turun," ujar Shassy sambil berjalan melewati Keen, dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Keen pun tersenyum. "Dasar gadis bodoh."
*
Di dalam kamar mandi …Shassy pun segera membasuh pundaknya yang terasa perih.
"Ishh, dasar laki-laki brengsek. Apa dia itu siluman serigala, main gigit seenaknya." gerutu Shassy sambil mengusap-usap pundaknya, yang terlihat ada sebuah tanda merah di sana.
Shassy lalu terdiam sejenak. "Tunggu, kalau dia mabuk … kenapa mudah sekali sadarnya? Jangan-jangan …."
Shassy pun segera berbalik dan membuka kamar mandi itu,
"Pak, Pak Keen," panggil Shassy,tapi tak ada sahutan dari luar."Ah, pasti dia sudah pergi."—Shassy menggaruk pelipisnya—"Mungkin aku saja yang terlalu banyak berfikir, mana mungkin dia menggigitku tanpa alasan, kalau bukan karena mabuk," ujar Shassy sambil kembali ke dalam kamar mandi.
Keen yang sedang ada di dekat ranjang pun tersenyum. "Ternyata kamu tidak bodoh, tapi konyol," gumam Keen, lalu melangkah meninggalkan kamar tersebut.
Keen pun segera meninggalkan kamarnya dan pergi ke ruang tamu, di mana acara berlangsung.
"Kak Keen, ayo cepat, semua orang sudah menunggu," ujar Dira.
Keen pun segera berjalan ke tengah acara tersebut, ia seperti biasanya memberikan sambutan dan sebagainya. Acara pun terus berlanjut dengan semestinya, hingga waktunya potong kue.
"Siapa ya, yang akan dapat potongan pertama?" ujar pembawa acara.
Dira pun memberikan potongan pertama pada Tante Tiara.
"Tenyata potongan pertama tetap adalah Mama tercinta ya, Kak Dira?"
Semua orang pun bertepuk tangan dengan meriah.
"Lalu yang kedua?" tanya pembawa acara.
Dira pun tersenyum, dan memberikan potongan kue kedua pada Keenan.
"Oh, Pak Keen pasti kakak yang baik, hingga tak akan tergantikan sepertinya ya," ujar pembawa acara sambil di ikuti tepuk tangan semua orang.
Dira pun memberi tanda pada pembawa acara tersebut.
"Oh, sepertinya masih ada satu lagi, orang spesial di hati putri kita malam ini. Siapakah dia ...." ujar pembawa acara tersebut.
Dira lalu melambaikan tangan, dan pembawa acara itu pun mendekat pada Dira.
Setelah itu, Dira pun berbisik pada pembawa acara tersebut.
"Baiklah, para tamu undangan ... pasti Anda mengira, orang ketiga adalah kekasih Putri cantik kita, bukan? Tapi Anda dan saya salah. Orang ketiga malam ini adalah ...," ujar pembawa acara tersebut memberikan jeda, "Nona Shassy Anastasya."
Shassy yang sedang berbicara dengan Raka pun terkejut saat dirinya dipanggil.
"Saya?" tanya Shassy.
"Iya, Anda, Nona Shassy," ujar pembawa acara tersebut.
Shassy segera meletakkan gelas minumannya di atas meja yang ada di dekatnya. Ia pun segera melangkah maju ke tengah acara tersebut, meninggalkan Raka yang saat ini sedang menatap dirinya dengan rasa tidak puas.
Raka pun terus menatap Shassy dari belakang, sambil menggenggam erat gelas yang ada di tangannya.
*
Di tengah-tengah ruangan tersebut...
"Terima kasih Dir," ujar Shassy, sambil menerima kue dari Dira.
"Sama-sama Kak," sahut Dira dengan senyum manisnya.
"Baiklah, Nona Dira ... saya rasa, saya dan para tamu undangan di sini sangat penasaran dengan, siapakah Nona Shassy yang cantik ini?"
"Kak Shassy adalah Kakak perempuanku, Kakak perempuan yang aku inginkan sejak kecil." ujar Dira dengan lantang.
Shassy pun terkejut dengan ucapan Dira, matanya membola menatap Dira.
"Wah, ternyata Kakak perempuan idaman ya ... selamat ya Pak Keen," ujar pembawa acara tersebut.
Semua orang yang ada di acara itu pun bertepuk tangan dengan meriah, kecuali Raka.
Shassy pun segera menatap ke arah Raka, ia melihat Raka yang pergi meninggalkan ruangan tersebut. Tapi saat Shassy akan melangkah pergi, tiba-tiba lengannya di genggam oleh Keen.
"Kamu mau kemana?" tanya Keen,
"Pak, saya mau permisi sebentar, saya harus—"
"Kamu mau membuat aku malu?" tandas Keen dengan tatapan tajamnya,
"Tapi Pak ...."
"Diam! Kamu berdiri di sini saja, jangan kemana-mana," sergah Keen,
Shassy pun tertunduk, ia menuruti perintah Keen dan benar-benar terus berdiri di tengah-tengah acara tersebut, sebagai tamu kehormatan keluarga itu.
Setengah jam pun berlalu, akhirnya acara itu pun selesai. Shassy langsung keluar dari rumah tersebut dan mencari keberadaan Raka.
"Ah,mas Raka di mana sih ...." gerutu Shassy, sambil terus berusaha menghubungi Raka.
Hingga akhirnya panggilan Shassy pun diangkat.
"Halo, Mas ... kamu di mana?" tanya Shassy.
"Aku sedang di parkiran, kenapa?" tandas Raka yang terdengar kesal.
"Aku ke sana." ujar Shassy.
Kemudian Shassy pun segera berlari secepat mungkin menuju parkiran. Setelah mencari beberapa saat, akhirnya Shassy pun menemukan mobil Raka.
"Mas," panggil Shassy sambil mengetuk kaca mobil tersebut.
Raka pun segera membuka pintu mobil tersebut, ia pun keluar dari dalam mobil sambil membawa sebotol susu di tangannya.
"Kamu kesal?" tanya Shassy, sambil menatap botol susu yang ada di tangan Raka.
"Tidak," sahut Raka.
"Lalu, susu itu?" tanya Shassy sambil menahan tawa.
"Memangnya kenapa? Apa aku tidak boleh minum susu saat sedang baik-baik saja."
"Ya tentu boleh, tapi kamu itu gak bisa bohong," ujar Shassy sambil terus mendekat ke arah Raka.
"Lalu?" tanya Raka.
Shassy pun segera mengecup pipi Raka. "Udah ya, jangan marah," ujar Shassy manja.
"Sudah ku bilang, aku—"
Shassy pun langsung mengambil botol susu yang ada di tangan Raka. "Botol susu ini gak bisa bohong, biar aku tanya pada botol ini. Hai botol susu, katakan pa—"
Tiba-tiba ...
Pyarrr! Botol susu tersebut terjatuh dari tangan Shassy, ketika Raka dengan cepat menghentakkan tubuh Shassy ke dinding yang ada di belakang mereka.
"Kamu harus bertanggung jawab," ujar Raka.
Dan dengan cepat, Raka melumat habis bibir merah muda Shassy.
Shassy pun membalas tautan tersebut dan meletakkan tangannya di pundak Raka, ia menerima setiap pagutan dari Raka yang terkadang kasar, dan terkadang lembut tersebut.
Decakan dan suara-suara halus pun terdengar di sekitar tempat tersebut, membuat suasana pun semakin menegangkan, apalagi saat itu mereka sedang ada di tempat umum yang sewaktu-waktu bisa saja ada orang yang melihat perbuatan mereka.
*
Tidak jauh dari tempat Shassy ...
Keen yang melihat hal tersebut, segera menghantamkan telapak tangannya ke tembok yang ada di sebelahnya.
"Sialan wanita ini," geram Keen.
Lalu Keen pun mendekat ke arah Shassy dan Raka ...
"Ehm!" dehem Keen.Shassy dan Raka pun menghentikan aktifitas mereka.Shassy pun langsung menunduk malu, saat Keen semakin mendekat ke arah mereka."Ada apa Keen?" tanya Raka.Keen pun langsung menatap Shassy sesaat, dan kemudian menatap Raka kembali. "Mama memintaku membawa Shassy ke dalam, ada sesuatu yang ingin di bicarakan."Shassy pun melangkah maju, tapi dengan cepat, Raka berdiri di depan Shassy. "Katakan pada Tante, Shassy tidak enak badan. Jadi aku akan mengantarkannya pulang sekarang," tegas Raka."Mas," lirih Shassy.Raka pun langsung menoleh, dan menatap tajam Shassy.Shassy yang ingin membujuk Raka agar mengizinkannya menemui tante Tiara pun, akhirnya hanya bisa menunduk.
Keen dan Shassy pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Wanita yang tadi duduk berbincang dengan Raka pun segera berdiri dan menyambut Shassy dan Keen."Selamat datang ke tempatku," ujar wanita tersebut.Wanita itu pun segera menuju ke arah Shassy, ia pun segera menjabat tangan Shassy dan memeluknya, seakan mereka sudah akrab sebelumnya.'Apa maksud wanita ini? Atau aku yang terlalu banyak berfikir?' batin Shassy yang merasa aneh dengan sikap wanita tersebut."Sayang, kenalkan, ini Liora. Dia adalah saudara jauh dari mamaku," ujar Raka."Oh, kenalkan aku Shassy," ujar Shassy sambil tersenyum ramah ke arah Liora."Iya, aku sudah mendengar banyak sekali cerita tentang kamu dari Raka," ujar Liora sambil menyenggol bahu Raka dengan menggunakan bahunya sendi
Shassy yang melihat wanita itu pun terkejut dan segera membuka lebar-lebar pintu ruangan yang ada di dekatnya itu.Shassy pun melihat wanita tersebut sedang tersungkur di lantai, dengan beberapa luka memar di tubuhnya."Apa yang kalian lakukan!" teriak Shassy pada 2 orang laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.Kedua laki-laki itu pun segera menatap ke arah Shassy yang hanya menggunakan handuk di tubuhnya."Nah, kalau ini ... baru yang namanya pelayan osen," ujar salah seorang laki-laki yang ada di ruangan tersebut."Kalian laki-laki bodoh, apa yang kalian lakukan ini sangat memalukan," ujar shassy sambil membatu karyawan tersebut berdiri dan Shassy pun melangkah untuk mengambilkan kaca mata milik pegawai tersebut yang tergeletak di la
Setelah Shassy puas menangis, akhirnya Keen pun melepaskan pelukannya.Keen menatap ke arah 2 laki-laki itu."Ingat, siapa yang melakukan ini semua?" Kalimat ini seolah adalah pertanyaan, tapi sangat terasa kalau ada ancaman di balik pertanyaan yang di ucapkan oleh Keen ini.Laki-laki yang tengah bersender di dinding pun segera menjawab. "Ini semua kami yang melakukan Tuan.""Bagus," tandas Keen sambil tersenyum menyeringai ke arah orang tersebut. Keen pun segera membawa Shassy keluar dari ruangan tersebut dan berjalan bersama ke ruang ganti."Kamu segera pakai bajumu, aku akan menunggumu di lorong," ujar Keen.Shassy pun mengangguk pelan dan pe
"Masa sih ada hujan mawar?" gumam Shassy sambil mengambil setangkai mawar yang ada di hadapannya. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk Shassy dari belakang. Shassy pun dengan cepat menginjak sepatu orang yang ada di belakangnya, lalu menarik sikunya ke belakang dan mengenai tepat ke perut orang yang ada di belakangnya."Hah, rasakan kamu!" teriak Shassy sambil menjauh dari orang yang ada di belakangnya.Lalu Shassy pun terkejut melihat orang yang ada di belakangnya tadi."Ishhh!" desis orang tersebut sambil memegangi perutnya terlihat kesakitan."Kamu Mas," ujar Shassy sambil mendekat ke arah Raka, "Kamu sih, ngagetin aku," ujar Shassy sambil mengusap-usap perut Raka.Raka pun segera berdiri tegap, sedangkan Shassy masih terus
Wajah Keen dan Shassy begitu dekat, nafas pun bisa terdengar dengan jelas di antara mereka. Detak jantung Keen pun terasa makin cepat, ketika Shassy pun mulai mengendus-ngendus tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke leher Keen."Kamu wangi sekali," ujar Shassy."Kamu suka?" tanya Keen."Tentu saja aku suka."Degup jantung Keen semakin cepat, ketika tangan Shassy mulai memegang wajahnya."Kamu mau apa?" tanya Keen.Shassy pun mulai tersenyum menggoda. "Aku ya … tentu saja aku mau …."Keen pun kaget, ketika Shassy tiba-tiba saja menggigit lehernya."Rasakan itu, hehehe," tawa Shassy setelah puas menggigit leher
Brak!! Shassy yang sudah tidak tahan dengan tingkah Keen pun akhirnya menggebrak meja itu."Pak, saya itu butuh kepastian dari Anda," ujar Shassy dengan nada tinggi.Keen lalu melirik Shassy sekilas.'Apa maksud lirikan itu?' batin Shassy yang kini menjadi canggung sendiri, karena Keen tak menanggapi hal tersebut."Pak …." panggil Shassy,"Kenapa Kamu takut sekali pada Raka? Bukankah dia kekasih kamu?" ujar Keen dengan santai, lalu ia menyesap kopi buatan Shassy."Ya justru karena Mas Raka itu kekasihku, maka dari itu aku tidak ingin dia salah paham," ujar Shassy yang semakin kesal saja."Seharusnya dia itu percaya pada kamu, apapun yang kamu katakan," ujar Keen sambil
"STOP!" teriak Shassy."SSST!" Suara rem mobil Keen, karena ia menghentikan mobilnya saat itu juga."Ada apa?" bentak Keen yang kesal karena tindakan Shassy yang sembarangan.Shassy yang terkejut mendengar teriakan itu pun, hanya membalasnya dengan senyum canggung."Apa Kamu gila, ini jalan raya!" teriak Keen dengan tatapan tajam mengikuti kalimatnya."Ya, maaf Pak.""Lalu, kenapa Kamu berteriak seperti tadi?" tanya Keen sambil memijat-mijat kepalanya dan membawa mobilnya menepi."Anu Pak, biarkan saya turun di sini."'Apa wanita ini malu pergi ke kantor denganku, sombong sekali dia,' batin Keen sambil menatap tajam
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.