"Ehm!" dehem Keen.
Shassy dan Raka pun menghentikan aktifitas mereka.
Shassy pun langsung menunduk malu, saat Keen semakin mendekat ke arah mereka."Ada apa Keen?" tanya Raka.
Keen pun langsung menatap Shassy sesaat, dan kemudian menatap Raka kembali. "Mama memintaku membawa Shassy ke dalam, ada sesuatu yang ingin di bicarakan."
Shassy pun melangkah maju, tapi dengan cepat, Raka berdiri di depan Shassy. "Katakan pada Tante, Shassy tidak enak badan. Jadi aku akan mengantarkannya pulang sekarang," tegas Raka.
"Mas," lirih Shassy.
Raka pun langsung menoleh, dan menatap tajam Shassy.
Shassy yang ingin membujuk Raka agar mengizinkannya menemui tante Tiara pun, akhirnya hanya bisa menunduk.
"Baik," sahut Keen sambil berbalik meninggalkan tempat tersebut.
'Ah, kenapa aku jadi seperti orang yang ketahuan selingkuh,' batin Shassy.
Raka pun langsung menoleh dan berbalik menatap Shassy. "Sayang, maafkan aku ya," ujar Raka sambil mengusap wajah Shassy.
Shassy pun mengangguk perlahan.
"Baiklah, ayo kita tinggalkan tempat ini," ujar Raka.
"Iya," sahut Shassy.
Akhirnya mereka pun masuk ke dalam mobil, dan meninggalkan tempat tersebut.
**
Di dalam ruang tamu keluarga Keen.
"Kak, di mana Kak Shassy?" tanya Dira sambil berjalan menghampiri Keen.
"Dia pergi," tukas Keen dengan nada yang kasar.
"Pergi ke mana Kak?" imbuh Dira.
Keen pun tak menyahut dan langsung pergi ke lantai atas, masuk ke dalam kamarnya.
Setelah masuk ke dalam kamar, Keen segera menutup pintu kamar dan mematikan lampu utama kamar itu.
Keen hanya menyisakan satu lampu tidur yang ada di dekat ranjangnya, membiarkan lampu tersebut tetap menyala."Tap, tap, tap!" Suara langkah kaki Keen berjalan ke arah balkon.
Setelah sampai di balkon, Keen langsung menatap ke arah gerbang utama rumah tersebut.
Keen langsung mengacak-ngacak rambutnya, saat mengingat kejadian yang terjadi di dalam kamar itu dan begitu pun kejadian di tempat parkir tadi. 2 hal yang berlawanan itu, membuatnya pusing dan gelisah.
"Wanita itu mulai membuat aku gila," gumam Keen.
Keen pun diam cukup lama, dan kemudian ...
"Wanita sialan, dasar penggoda!" geram Keen, saat terlintas bayangan Shassy dan Raka yang sedang berciuman.
**
Keesokan harinya …
Shassy pun bekerja seperti biasanya, tak ada yang salah hari itu. Hingga …
Tring!! Ponsel Shassy berbunyi.
Shassy pun segera mengangkat ponselnya tanpa melihat nama yang tertera di dalam ponsel tersebut.
"Halo," sapa Shassy.
"Halo Sayang," sahut Raka,
"Eh, Mas ... ada apa? Tumben kamu telpon jam segini, emang lagi gak sibuk ya?" tanya Shassy sambil terus menatap layar komputernya.
"Kenapa? Kamu gak suka kalau aku menelpon?" goda Raka.
"Ah, kamu tuh ya ... ya suka lah, tapi inikan waktunya kerja, nanti—" Kalimat Shassy terputus, ketika tiba-tiba ponsel yang sedang di letakkan antara bahu dan telinganya itu di tarik oleh orang lain.
"Halo ... halo Shass," ujar Raka yang terus memanggil Shassy, karena Shassy tiba-tiba saja memutus kalimatnya.
"Pak," ujar Shassy sambil menatap Keen yang saat ini menatap tajam ke arahnya.
Keen pun tak menyahut sedikitpun, dan langsung membawa ponsel tersebut sedikit menjauh.
"Halo," sahut Keen.
"Halo Keen, ternyata itu kamu," ujar Raka dengan santai.
"Kamu tau kan, ini waktunya kerja. Di kantor ini di larang bermain ponsel saat waktu kerja," tegas Keen.
"Tapi kan dia itu calon ipar kamu."
"Apa seperti itu cara bekerja kamu? Tapi di sini berbeda, semua karyawan di sini sama. Bagaimana pun hubungan di luar, saat di dalam perusahaan semuanya sama." imbuh Keen yang bicara tegas seperti sebelumnya.
"Baiklah, aku salah. Tapi sore ini aku ingin dia pulang cepat, aku ingin mengajak dia dan kamu pergi."
Keen pun menautkan alisnya yang tebal.
"Sudahlah, nanti malam kita bertemu di tempat yang aku kirimkan, oke?"
"Hemm," gumam Keen.
"Sudahlah, jangan bersikap dingin seperti itu. Aku akan memberikan proyek yang menarik untukmu," bujuk Raka.
"Baiklah," sahut Keen.
Keen pun segera mematikan panggilan tersebut, lalu mengembalikan ponsel tersebut pada Shassy.
"Kamu tau apa kesalahanmu?"
Shassy pun menunduk. "Iya Pak, saya tau."
"Sudahlah ... Kamu segera siapkan berkas, kita akan rapat 10 menit lagi," ujar Keen sambil memijat-mijat keningnya.
"Baik Pak," sahut Shassy yang masih menunduk di hadapan Keen.
Keen pun segera berbaik dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Huh, dasar bos killer! Bikin jantungan saja." teriak Shassy.
Kemudian Shassy pun segera melakukan semua yang diperintahkan oleh Keen.
**
Setelah pulang kerja, Shassy pun pergi ke tempat parkir seperti biasa. Ia pun segera mengeluarkan motor maticnya dengan santai. Hingga ...
"Kamu mau ke mana?" tanya Keen.
"Saya mau pulang," sahut Shassy dengan santai.
"Apa kamu tidak punya janji?"
"Janji?" gumam Shassy sambil mengerutkan keningnya.
Keen pun menghela nafas. "Ayo ikut aku."
"Tidak Pak, saya mau pulang. Saya mau segera istirahat," tolak Shassy.
Keen pun segera menatap Shassy dengan tajam.
"Maaf Pak, tapi ini sudah waktunya pulang kerja. Jadi saya tidak akan menuruti perkataan Anda," sahut Shassy sambil menatap ke arah lain menyembunyikan rasa takutnya pada Keen.
"Kamu mau ikut, atau dipaksa?" ancam Keen.
Mata Shassy pun membulat mendengar kalimat Keen.
"Aku hitung sampai tiga, satu ... dua ...."
Shassy langsung mengangkat tangannya dan membuka buku jarinya lebar. "Baiklah, saya ikut Anda."
Keen pun tersenyum mendengar keputusan Shassy, dan melihat Shassy yang mengembalikan motornya ke tempat semula.
"Heh, menyusahkan saja," gerutu Shassy sambil masuk ke dalam mobil Keen.
Keen pun langsung mengemudikan mobilnya meninggalkan perusahaan dengan cepat.
"Kamu tidak senang?" tanya Keen.
'Pakek tanya lagi, ya jelas gak senanglah. Dasar batako!' teriak Shassy di dalam hati.
"Tidak, Pak. Tapi, kita mau ke mana?" sahut Shassy sambil menunjukkan senyum palsu.
"Bukankah kamu ada janji dengan Raka," jawab Keen.
shassy pun langsung menepuk jidatnya. "Jadi ini karena mas Raka?"
"Kalau bukan dia, menurutmu karena apa?" sahut Keen.
"Astaga, pantas saja hari ini dia tidak protes saat aku menolak ajakannya, ternyata karena ada Bapak," ujar Shassy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ssssst" Keen langsung mengerem mobil itu.
Shassy pun sempat terpental saat mobil itu berhenti mendadak.
"Hah, ada apa Pak?" tanya Shassy yang kebingungan, ia pun terus menatap sekitar, mencari tau jika ada sesuatu yang tertabrak atau sejenisnya.
Keen lalu menatap ke arah Shassy. "Jadi, Kamu menolaknya?"
"Tentu saja, Bapak kan tau sendiri bagaimana sifat mas Raka itu. Anda dan mas Raka mah enak, mau libur ... tinggal libur, mau santai ... tinggal santai. Lha kalau saya dan para pegawai kecil lainnya kan harus kerja ekstra."
"Jadi kamu benar-benar menolaknya?" tanya Keen sekali lagi.
"Iya, Pak, memangnya ada apa sih?" tanya Shassy yang kelihatan bingung dengan tatapan aneh Keen.
Lalu ...
Tringgg! Bunyi ponsel Shassy.
"Halo," sahut Shassy.
"Halo Sayang, kamu dan Keen sudah sampai mana?" tanya Raka.
"Kamu nakal ya," sahut Shassy dengan nada manja.
"Hahhaha," tawa Raka, "Ya mau bagaimana lagi, lalu kalian sudah sampai di mana?"
"Aku masih di jalan bersama Pak Keen," sahut Shassy.
'Sial sekali,' batin Keen.
"Berikan telpon ini pada Keen." ujar Raka.
Shassy pun menatap Keen. "Pak, mas Raka ingin bicara."
Keen pun mengambil ponsel milik Shassy. "Ya," sahut Keen.
"Kamu cepatlah sedikit, dan hati-hati membawa calon iparmu."
"Hemm." sahut Keen.
"Jangan sampai kamu membawa kabur calon iparmu," ujar Raka dengan santai.
Keen pun mengernyitkan dahinya, dan tak menjawab sedikitpun.
"Kenapa kamu tidak menjawab? Jangan-jangan kamu benar-benar ingin merebut iparmu? Hahaha," ujar Raka sambil tertawa santai.
Keen tau kalau Raka itu tidak sedang bercanda dengan dirinya, semua kalimat itu adalah sebuah sindiran untuk dirinya.
"Ah, mana mungkin mas, kamu jangan bicara aneh-aneh," sahut Shassy yang takut kalau Keen akan marah.
"Kamu dengar sendiri kata kekasihmu ini."
"Baiklah, kalau begitu aku tunggu kalian." ujar Raka.
Kemudian Raka segera mematikan panggilan tersebut, dan Keen pun segera melemparkan ponsel tersebut ke arah Shassy.
Dan Keen pun mengemudikan kembali mobilnya ....
*
15 menit kemudian, akhirnya mereka pun sampai di tempat yang di tuju.
"Ini ...." ujar Shassy gelisah.
"Ayo masuk, kita lihat apa yang di inginkan oleh Raka," ujar Keen yang juga agak tidak senang dengan tempat yang dipilih Raka.
Mereka pun masuk ke dalam sebuah tempat yang bernuansa jepang itu. Dan saat mereka memasuki tempat tersebut, terlihat seorang wanita yang sedang memakai pakaian khas jepang dan mengobrol santai dengan Raka.
"Sayang," panggil Raka yang segera berdiri dan menghampiri Shassy.
Shassy pun menyungging senyum canggung di bibirnya.
Keen dan Shassy pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Wanita yang tadi duduk berbincang dengan Raka pun segera berdiri dan menyambut Shassy dan Keen."Selamat datang ke tempatku," ujar wanita tersebut.Wanita itu pun segera menuju ke arah Shassy, ia pun segera menjabat tangan Shassy dan memeluknya, seakan mereka sudah akrab sebelumnya.'Apa maksud wanita ini? Atau aku yang terlalu banyak berfikir?' batin Shassy yang merasa aneh dengan sikap wanita tersebut."Sayang, kenalkan, ini Liora. Dia adalah saudara jauh dari mamaku," ujar Raka."Oh, kenalkan aku Shassy," ujar Shassy sambil tersenyum ramah ke arah Liora."Iya, aku sudah mendengar banyak sekali cerita tentang kamu dari Raka," ujar Liora sambil menyenggol bahu Raka dengan menggunakan bahunya sendi
Shassy yang melihat wanita itu pun terkejut dan segera membuka lebar-lebar pintu ruangan yang ada di dekatnya itu.Shassy pun melihat wanita tersebut sedang tersungkur di lantai, dengan beberapa luka memar di tubuhnya."Apa yang kalian lakukan!" teriak Shassy pada 2 orang laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.Kedua laki-laki itu pun segera menatap ke arah Shassy yang hanya menggunakan handuk di tubuhnya."Nah, kalau ini ... baru yang namanya pelayan osen," ujar salah seorang laki-laki yang ada di ruangan tersebut."Kalian laki-laki bodoh, apa yang kalian lakukan ini sangat memalukan," ujar shassy sambil membatu karyawan tersebut berdiri dan Shassy pun melangkah untuk mengambilkan kaca mata milik pegawai tersebut yang tergeletak di la
Setelah Shassy puas menangis, akhirnya Keen pun melepaskan pelukannya.Keen menatap ke arah 2 laki-laki itu."Ingat, siapa yang melakukan ini semua?" Kalimat ini seolah adalah pertanyaan, tapi sangat terasa kalau ada ancaman di balik pertanyaan yang di ucapkan oleh Keen ini.Laki-laki yang tengah bersender di dinding pun segera menjawab. "Ini semua kami yang melakukan Tuan.""Bagus," tandas Keen sambil tersenyum menyeringai ke arah orang tersebut. Keen pun segera membawa Shassy keluar dari ruangan tersebut dan berjalan bersama ke ruang ganti."Kamu segera pakai bajumu, aku akan menunggumu di lorong," ujar Keen.Shassy pun mengangguk pelan dan pe
"Masa sih ada hujan mawar?" gumam Shassy sambil mengambil setangkai mawar yang ada di hadapannya. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk Shassy dari belakang. Shassy pun dengan cepat menginjak sepatu orang yang ada di belakangnya, lalu menarik sikunya ke belakang dan mengenai tepat ke perut orang yang ada di belakangnya."Hah, rasakan kamu!" teriak Shassy sambil menjauh dari orang yang ada di belakangnya.Lalu Shassy pun terkejut melihat orang yang ada di belakangnya tadi."Ishhh!" desis orang tersebut sambil memegangi perutnya terlihat kesakitan."Kamu Mas," ujar Shassy sambil mendekat ke arah Raka, "Kamu sih, ngagetin aku," ujar Shassy sambil mengusap-usap perut Raka.Raka pun segera berdiri tegap, sedangkan Shassy masih terus
Wajah Keen dan Shassy begitu dekat, nafas pun bisa terdengar dengan jelas di antara mereka. Detak jantung Keen pun terasa makin cepat, ketika Shassy pun mulai mengendus-ngendus tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke leher Keen."Kamu wangi sekali," ujar Shassy."Kamu suka?" tanya Keen."Tentu saja aku suka."Degup jantung Keen semakin cepat, ketika tangan Shassy mulai memegang wajahnya."Kamu mau apa?" tanya Keen.Shassy pun mulai tersenyum menggoda. "Aku ya … tentu saja aku mau …."Keen pun kaget, ketika Shassy tiba-tiba saja menggigit lehernya."Rasakan itu, hehehe," tawa Shassy setelah puas menggigit leher
Brak!! Shassy yang sudah tidak tahan dengan tingkah Keen pun akhirnya menggebrak meja itu."Pak, saya itu butuh kepastian dari Anda," ujar Shassy dengan nada tinggi.Keen lalu melirik Shassy sekilas.'Apa maksud lirikan itu?' batin Shassy yang kini menjadi canggung sendiri, karena Keen tak menanggapi hal tersebut."Pak …." panggil Shassy,"Kenapa Kamu takut sekali pada Raka? Bukankah dia kekasih kamu?" ujar Keen dengan santai, lalu ia menyesap kopi buatan Shassy."Ya justru karena Mas Raka itu kekasihku, maka dari itu aku tidak ingin dia salah paham," ujar Shassy yang semakin kesal saja."Seharusnya dia itu percaya pada kamu, apapun yang kamu katakan," ujar Keen sambil
"STOP!" teriak Shassy."SSST!" Suara rem mobil Keen, karena ia menghentikan mobilnya saat itu juga."Ada apa?" bentak Keen yang kesal karena tindakan Shassy yang sembarangan.Shassy yang terkejut mendengar teriakan itu pun, hanya membalasnya dengan senyum canggung."Apa Kamu gila, ini jalan raya!" teriak Keen dengan tatapan tajam mengikuti kalimatnya."Ya, maaf Pak.""Lalu, kenapa Kamu berteriak seperti tadi?" tanya Keen sambil memijat-mijat kepalanya dan membawa mobilnya menepi."Anu Pak, biarkan saya turun di sini."'Apa wanita ini malu pergi ke kantor denganku, sombong sekali dia,' batin Keen sambil menatap tajam
"Selamat siang Tante," ucap Shassy dengan senyum manis mengembang di wajahnya.Melati yang mendengar suara Shassy pun langsung menoleh. "Siang juga," ucap Melati dengan nada datar.'Wah, sudah kena racun sepertinya,' batin Shassy sambil terus tersenyum pada tante Melati yang enggan menatapnya, karena salah paham yang belum terselesaikan."Eh, ada Sherin. Kamu sejak kapan di sini Sher?" tanya Shassy masih dengan nada ramahnya, padahal rasanya ia sudah ingin melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke wajah adik tirinya itu."Ah, Kak Shassy, aku baru saja datang. Kamu jangan salah paham," ujar Sherin dengan nada lembutnya. Nada lembut itu terucap dari bibirnya yang menggunakan lipstik berwarna pink terang.Sherin lalu menatap ke arah Raka yang sedang berdiri di samping Shassy. "Eh
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.