Setelah Shassy puas menangis, akhirnya Keen pun melepaskan pelukannya.
Keen menatap ke arah 2 laki-laki itu.
"Ingat, siapa yang melakukan ini semua?" Kalimat ini seolah adalah pertanyaan, tapi sangat terasa kalau ada ancaman di balik pertanyaan yang di ucapkan oleh Keen ini.
Laki-laki yang tengah bersender di dinding pun segera menjawab. "Ini semua kami yang melakukan Tuan."
"Bagus," tandas Keen sambil tersenyum menyeringai ke arah orang tersebut.
Keen pun segera membawa Shassy keluar dari ruangan tersebut dan berjalan bersama ke ruang ganti.
"Kamu segera pakai bajumu, aku akan menunggumu di lorong," ujar Keen.
Shassy pun mengangguk pelan dan pergi ke ruangan yang lebih dalam untuk mengambil pakaiannya.
**
Di tempat Raka.
Setelah melihat kejadian Shassy dan Keen, Raka pun kembali ke dalam ruangan berendam.
Raka yang masuk ke dalam ruangan tersebut, tak lantas kembali berendam. Ia memilih untuk duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut.
"Hai Ka, di mana mereka?" tanya Liora yang masih menikmati waktu berendamnya,
"Aku tidak tau," ujar Raka sambil menggenggam erat gelas yang ada di tangannya.
Liora pun merasa ada yang aneh dengan jawaban dari Raka, akhirnya ia membuka matanya dan menatap ke arah Raka. "Apa yang terjadi?"
"Tidak ada apa-apa," sahut Raka dengan tatapan tajam yang jarang sekali terlihat dari kedua mata indahnya.
Liora pun segera naik, keluar dari kolam tersebut.
"Katakan saja, Kamu tidak bisa membohongi aku," ujar Liora sambil berjalan menjauh untuk mengambil handuk ganti.
"Sudah aku katakan, tidak ada apa-apa!" sergah Raka.
Liora yang sudah mengganti handuknya pun, segera berjalan ke arah Raka dan duduk di kursi yang ada di dekat Raka.
"Ini masalah Shassy dan Keen, kan?" tanya Liora.
Raka pun langsung menatap Liora.
"Sudah, Kamu tidak perlu heran, tentu aku bisa melihat kalau Keen itu menyukai kekasih kamu."
"Apa maksud kamu?" tandas Raka.
"Apa kamu tidak bisa melihatnya? Sudah sangat jelas kalau Keen itu menyukai wanitamu. Aku saja, yang sudah mengejar dia selama 2 tahun, tidak bisa mendekatinya apalagi terlihat di depan matanya. Tapi Dia terus-terusan mengawasi wanitamu, seolah menjaga sesuatau yang menjadi miliknya." ujar Liora.
Raka pun mengacak-ngacak rambutnya, saat mendengar kalimat Liora.
"Apa aku yang terlalu longgar pada Shassy?" gumam Raka.
"Hufff," Liora menghela nafas, "Kalau mengingat kepribadian kamu sih, harusnya ... tidak."
"Lalu?" tanya Raka.
"Ingat ya! Kamu sebagai laki-laki tidak boleh terlalu mengekang wanitamu, kalau tidak ... pasti mereka akan kabur," sahut Liora dengan santai.
Raka pun mengusap-usap dagunya. "Lalu aku harus bagaimana?"
"Yang jelas, kamu harus segera membawanya ke rumah om dan tante. Mereka sudah berkali-kali bertanya padaku, tentang wanita yang kamu rahasiakan ini." sahut Liora.
"Tapi dia tidak mau Li ...." sahut Raka.
"What? Dia tidak mau? yakin?" tanya Liora, yang menunjukkan suara asli cemprengnya di depan Raka.
Raka terkejut dan menahan tawa saat mendengar suara cempreng tersebut.
"Ehmm," Liora berdehem memperbaiki suaranya, "Udah, cepat jawab pertanyaanku. Mana mungkin ada wanita yang menolak di ajak ke rumah orang tua pacarnya, kecuali—"
Raka pun langsung menyela kalimat Liora, "Itu 1 tahun lalu, aku sempat menanyainya saat ...." Raka ragu untuk meneruskan kalimatnya.
"Jangan bilang, kalau kamu tidak serius menanyainya?" tanya Liora.
"Bukan tidak serius Li," jawab Raka, "Hanya saja ... kamu kan tau sendiri, aku ini suka canggung jika di depan wanita."
"Lalu?"
"Jadi aku bertanya padanya saat bermain truth or dare," ujar Raka sambil menatap ke arah lain.
Liora lalu menatap Raka dengan tatapan aneh. "Ka ... Ka, kenapa sih ada orang ganteng tapi ... Ah, sudahlah."
"Mau bagaimana lagi Li, itu sulit sekali aku hilangkan." ujar Raka.
"Sekarang, jika aku membantu kamu, apa kamu yakin mau menjadikan Shassy sebagai istri kamu?" tanya Liora memastikan.
"Aku yakin Li, dia itu tidak seperti wanita lainnya. Dan sepertinya, aku memang sudah jatuh cinta pada Shassy,"
Tiba-tiba ...
SRAKKK! Suara pintu ruangan itu di buka.
Liora dan Raka menatap ke arah Keen yang kini tengah berdiri di depan pintu.
"Ka, aku akan mengantar Shassy pulang," ujar Keen.
Raka pun langsung berdiri dari tempat duduknya. "Di mana dia?" tanya Raka dengan nada tinggi.
Terlihat Shassy yang sedang bersembunyi di belakang tubuh Keen.
"Ka," lirih Liora.
Raka lalu menatap ke arah Liora.
"Pak Keen, apa Shassy baik-baik saja?" tanya Liora.
"Ya," sahut Keen dengan dingin.
"Ka, mungkin lebih baik, biarkan Shassy diantar oleh Pak Keen lebih dulu. Bukankah kita masih punya urusan di sini?" ujar Liora sambil memberi tanda pada Raka.
Raka pun mengepalkan tangannya, dan mulai merendahkan suaranya, "Baiklah, maaf. Tolong kamu hantarkan Shassy, dan tolong jaga dia."
"Ya, tentu." sahut Keen yang segera menutup kembali pintu ruangan itu.
"Akhhh!" teriak Raka sambil mengacak-acak rambutnya sekali lagi.
"Ini pelajaran nomer 1, Tenang, jaga emosi kamu dan jangan sampai kamu menakuti Shassy karena sikap cemburuan kamu. Mengerti?"
"Baik," sahut Raka.
**
Di tempat Keen dan Shassy.
Shassy pun berjalan dengan cepat meninggalkan tempat tesebut. Ia bahkan setengah berlari ke arah mobil Keen.
"Kamu kenapa?" tanya Keen yang dengan santainya membuka pintu mobil tersebut.
"Ah, Bapak tidak tau ... Mas Raka itu kalau kesal, suka aneh-aneh tingkahnya," ujar Shassy yang segera masuk ke dalam mobil.
"Oh ya?"
"Tentu saja Pak, kalau kumat cemburunya ... haduh, udah seperti anak kecil tingkahnya," ujar Shassy yang dengan santai bercerita pada Keen.
Keen mengernyitkan keningnya. "Apa benar seperti itu?"
"Iya Pak, saya saja terkadang suka pusing menghadapinya," ujar Shassy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Keen pun membawa mobil tersebut meninggalkan tempat tersebut dengan santai, sambil mendengarkan semua cerita Shassy.
'Aku tidak tau kenapa ... sebenarnya aku kesal mendengar cerita kamu, tapi kenapa aku tidak ingin menghentikan kamu bicara,' batin Keen yang terus menatap jalanan.
Lalu setelah cukup lama mendengarkan Shassy bercerita ...
"Kalau kamu memang merasa berat bersama dengan Raka, kenapa kamu terus bersama dia?" tukas Keen.
"Karena hanya Mas Raka yang mau sama saya. Hahaha," tawa Shassy.
"Bagaimana jika ada orang lain yang mau pada kamu?"
"Ada sih ... jelek-jelek begini, saya cukup populer loh Pak di kantor. Tapi ...."
"Tapi kenapa?" sahut Keen.
"Hufff" Shassy menghela nafas, "Mungkin tidak akan ada orang lain yang bisa setulus Mas Raka dalam menyukai saya Pak. Bukankah saya orang yang beruntung?"
"Hemm," gumam Keen.
Keen pun mempercepat mobil tersebut agar bisa sampai di tempat Shassy.
**
Satu bulan berlalu setelah kejadian tersebut. Keen dan Shassy pun semakin akrab, walau pun mereka masih sering bertengkar sesekali. Begitu juga dengan hubungan Raka dan Shassy yang semakin baik, karena Raka yang terus mengikuti arahan dari Liora.
Hingga pagi itu di perusahaan RB, tempat Shassy bekerja ...
Pagi itu semua karyawan terlihat heboh. Shassy yang saat ini sedang berdiri di depan mesin foto copy pun ikut penasaran.
"Hei, ada apa sih, heboh sekali?" tanya Shassy pada salah satu teman kerjanya
"Itu Shass, ada Idol yang datang ke perusahaan," sahut teman Shassy.
"Idol? Korea? Memangnya perusahaan kita mulai ikut bisnis di dunia hiburan ya, aku kok tidak tau masalah ini," ujar Shassy.
"Ah, mana aku tau. Udah, aku mau cuci mata dulu," ujar teman Shassy yang segera kabur meninggalkan Shassy.
"Ah, dasar ...." gumam Shassy.
Shassy pun kembali berkonsentrasi pada mesin foto copy di depannya. Hingga ...
Tiba-tiba ada sebuah bunga mawar yang jatuh di hadapan Shassy.
"Apa ini?" ujar Shassy sambil menatap ke atas.
"Masa sih ada hujan mawar?" gumam Shassy sambil mengambil setangkai mawar yang ada di hadapannya. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk Shassy dari belakang. Shassy pun dengan cepat menginjak sepatu orang yang ada di belakangnya, lalu menarik sikunya ke belakang dan mengenai tepat ke perut orang yang ada di belakangnya."Hah, rasakan kamu!" teriak Shassy sambil menjauh dari orang yang ada di belakangnya.Lalu Shassy pun terkejut melihat orang yang ada di belakangnya tadi."Ishhh!" desis orang tersebut sambil memegangi perutnya terlihat kesakitan."Kamu Mas," ujar Shassy sambil mendekat ke arah Raka, "Kamu sih, ngagetin aku," ujar Shassy sambil mengusap-usap perut Raka.Raka pun segera berdiri tegap, sedangkan Shassy masih terus
Wajah Keen dan Shassy begitu dekat, nafas pun bisa terdengar dengan jelas di antara mereka. Detak jantung Keen pun terasa makin cepat, ketika Shassy pun mulai mengendus-ngendus tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke leher Keen."Kamu wangi sekali," ujar Shassy."Kamu suka?" tanya Keen."Tentu saja aku suka."Degup jantung Keen semakin cepat, ketika tangan Shassy mulai memegang wajahnya."Kamu mau apa?" tanya Keen.Shassy pun mulai tersenyum menggoda. "Aku ya … tentu saja aku mau …."Keen pun kaget, ketika Shassy tiba-tiba saja menggigit lehernya."Rasakan itu, hehehe," tawa Shassy setelah puas menggigit leher
Brak!! Shassy yang sudah tidak tahan dengan tingkah Keen pun akhirnya menggebrak meja itu."Pak, saya itu butuh kepastian dari Anda," ujar Shassy dengan nada tinggi.Keen lalu melirik Shassy sekilas.'Apa maksud lirikan itu?' batin Shassy yang kini menjadi canggung sendiri, karena Keen tak menanggapi hal tersebut."Pak …." panggil Shassy,"Kenapa Kamu takut sekali pada Raka? Bukankah dia kekasih kamu?" ujar Keen dengan santai, lalu ia menyesap kopi buatan Shassy."Ya justru karena Mas Raka itu kekasihku, maka dari itu aku tidak ingin dia salah paham," ujar Shassy yang semakin kesal saja."Seharusnya dia itu percaya pada kamu, apapun yang kamu katakan," ujar Keen sambil
"STOP!" teriak Shassy."SSST!" Suara rem mobil Keen, karena ia menghentikan mobilnya saat itu juga."Ada apa?" bentak Keen yang kesal karena tindakan Shassy yang sembarangan.Shassy yang terkejut mendengar teriakan itu pun, hanya membalasnya dengan senyum canggung."Apa Kamu gila, ini jalan raya!" teriak Keen dengan tatapan tajam mengikuti kalimatnya."Ya, maaf Pak.""Lalu, kenapa Kamu berteriak seperti tadi?" tanya Keen sambil memijat-mijat kepalanya dan membawa mobilnya menepi."Anu Pak, biarkan saya turun di sini."'Apa wanita ini malu pergi ke kantor denganku, sombong sekali dia,' batin Keen sambil menatap tajam
"Selamat siang Tante," ucap Shassy dengan senyum manis mengembang di wajahnya.Melati yang mendengar suara Shassy pun langsung menoleh. "Siang juga," ucap Melati dengan nada datar.'Wah, sudah kena racun sepertinya,' batin Shassy sambil terus tersenyum pada tante Melati yang enggan menatapnya, karena salah paham yang belum terselesaikan."Eh, ada Sherin. Kamu sejak kapan di sini Sher?" tanya Shassy masih dengan nada ramahnya, padahal rasanya ia sudah ingin melemparkan vas bunga yang ada di dekatnya ke wajah adik tirinya itu."Ah, Kak Shassy, aku baru saja datang. Kamu jangan salah paham," ujar Sherin dengan nada lembutnya. Nada lembut itu terucap dari bibirnya yang menggunakan lipstik berwarna pink terang.Sherin lalu menatap ke arah Raka yang sedang berdiri di samping Shassy. "Eh
Deg-deg-deg! Jantung Shassy berdegup kencang, saat ayah Raka menggantung kalimatnya.'Oh tuhan, apa tidak enak ya ….' batin Shassy yang terlihat begitu gugup, ia pun terus menundukkan wajahnya dan terus berharap jawaban baik yang di berikan oleh ayah Raka."Lumayan," Ayah Raka melanjutkan kalimatnya.Shassy pun langsung tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya menyembunyikan perasaan yang begitu senang di hatinya.'Kalau gak ada orang, aku udah nyanyi seriosa di sini,' batin Shassy yang masih menyembunyikan perasaan senang di dalam dirinya.Lalu …"Paman, coba juga kueku. Ini tadi aku antri 1 jam loh untuk membelinya," ujar Sherin sambil mengambilkan sepotong kue, Sherin bermaksud memberikan sepotong kue itu pada Ayah Raka.
"AAAAAA!" teriak Shassy yang begitu ketakutan saat itu."Diam!" bentak Keen."Astaga! Pak Ken, Anda mengagetkanku saja," ujar Shassy sambil mengusap-usap dadanya."Kamu itu yang ngapain malam-malam begini teriak di kantor, apa kamu kurang kerjaan? Mau, aku tambahin lagi kerjaan kamu?" ujar Keen yang kini dengan santai berjalan di depan Shassy.'Hais, kalau bukan karena kamu, mana mungkin aku berteriak seperti ini,' gerutu Shassy di dalam hati.Shassy pun terus berjalan di belakang Keen hingga mereka sampai di di luar gedung tersebut. Setelah sampai di luar gedung perusahaan, ia segera berlari ke tempat parkir.Saat ia sampai di tempat parkir, ia mulai menggaruk pelipisnya. "Di mana motorku?"ujar Shassy sambil menatap s
Shassy yang baru mendengar keterangan dari Dira lewat telepon pun langsung berlari ke arah parkiran perusahaan. Ia bergegas membawa motornya meninggalkan perusahaan itu."Aduh lama sekali, pakai macet segala!" gerutu Shassy, ketika dirinya sedang berada di persimpangan lampu merah. Sebenarnya dia berada di urutan ke-3 dari depan, hanya saja baginya saat itu terasa sangat lama, karena ia sedang terburu-buru.Shassy pun memacu motornya secepat mungkin. Iya tak peduli dengan suara klakson dari kendaraan yang ia lewati.Bahkan beberapa kali kita hampir saja menyenggol kendaraan lain karena tak bisa berkonsentrasi.Hingga akhirnya 25 menit kemudian, ia sampai di tempat yang dikatakan oleh Dira. Sasi segera turun dari motornya, ia menatap sekitar mencari keberadaan Dira."Di mana dia, bukankah katanya dia ada d
Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari
Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan
Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.
"Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d
Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.
Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba
Tiga hari kemudian. Sore itu Keen kembali ke rumah lebih awal."Shass," panggil Keen mencari Shassy di dalam kamar mereka."Aku di balkon," sahut Shassy dari arah balkon.Keen pun segera masuk ke dalam balkon kamar tersebut, ia melihat Shassy yang tengah duduk santai di sana. "Kamu belum bersiap?" tanyanya sambil duduk di kursi yang ada di dekat Shassy.Shassy pun menatap Keen. "Andaikan aku tidak ikut, bagaimana?" tanyanya."Apa kamu takut?" tanya Keen sambil tersenyum meremehkan."Aku hanya tidak ingin ada masalah. Jika aku ke sana, kamu tahu sendiri orang tua itu pasti akan membuat masalah seperti kemarin," jawab Shassy lalu menggigi
Shassy yang mendengar hal tersebut pun hanya bisa menghela napas panjang. "Aku adalah Shassy," ujar Shassy menjawab kebingungan laki-laki terebut.Laki-laki itu pun langsung berbalik dan menatap Shassy dengan heran. "Apa maksud kamu?" tanyanya."Ya … nama asliku Shassy bukan Ana, walaupun namaku memang Shassy anastasya sih," jawab Shassy dengan santai."Lalu maksud laki-laki itu?""Ben, dia memang suamiku," jawab Shassy sambil berjalan ke arah laki-laki tersebut."Tapi bukannya Cakra itu …""Beni," panggil Shassy memotong kalimat Beni yang hampir saja keceplosan."Maaf, tapi aku pikir kamu itu …" ujar Beni yang tiba-tiba teringat sesuatu. "Ah, jangan
Semua wanita itu pun langsung menatap ke arah pisau yang ada di tangan Shassy tersebut."Lihat itu," ujar salah satu wanita itu sambil menunjuk ke arah pisau di tangan Shassy.Shassy pun langsung menyahut, "Aku baru—""Geledah tempat ini!" teriak yang lainnya.Kemudian para ibu-ibu itu pun masuk ke dalam rumah tersebut, mereka masuk ke dalam setiap ruangan dan juga ke dapur."Kamu tidak apa-apa Wen?" tanya Shassy kembali memperhatikan keadaan temannya."Sedikit benjol sepertinya, tadi digetok pakai teplon sama ibu baju merah," jawab Weni sambil mengusap usap keningnya.Shassy pun mendesah kasar. "Sebenarnya mereka itu kenapa," ujarnya kesal.