Demi bisa melunasi biaya pengobatan Ibunya, Naura terpaksa menjual dirinya pada sang atasan yang sudah mempunyai tunangan. Di sisi lain, Davin Abimanyu hanya ingin bersenang-senang, menikmati tubuh sekretarisnya yang polos itu. Namun semakin lama, mengapa keduanya jadi kecanduan satu sama lain?
View MoreSetelah selesai melakukan peninjauan proyek, Davin mengajak semua timnya untuk makan siang bersama di restoran. Bukan hanya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka, tapi juga karena hari ini adalah hari yang istimewa—ulang tahun pernikahannya dengan Naura.Mereka memilih restoran mewah dengan suasana yang nyaman dan pelayanan eksklusif. Tim Abimanyu Group duduk di meja panjang, berbincang santai sambil menunggu pesanan mereka datang. Meskipun mereka masih dalam perjalanan dinas, suasana jauh lebih santai dibandingkan rapat atau pertemuan resmi.Naura duduk di sebelah Davin, seperti biasa. Ia tersenyum melihat suaminya tampak lebih rileks dibandingkan tadi pagi. Setelah serangkaian pembicaraan serius mengenai proyek hotel yang akan dibangun, kini mereka bisa menikmati waktu bersama dengan lebih santai.Setelah beberapa saat, makanan pun mulai dihidangkan. Semua menikmati hidangan sambil mengobrol ringan, membahas berbagai hal di luar pekerjaan. Suasana akrab membuat waktu tera
“Boy, boleh kami pergi duluan Kau pesan saja minuman semua aku yang akan membayarnya,” ucap Jackson menghentikan cumbuan Boy dengan salah satu wanita itu.“Kau mau kemana? Di sini saja,” ucapnya. Jackson menggeleng, “dia masih lugu,” jawabnya sambil melirik Penelope yang sudah setengah sadar akibat minuman keras yang diminum berlebihan.Boy terkekeh, “lanjutkan,” jawabnya.Jackson segera membawa Penelope ke sebuah hotel mewah yang sering ia datangi bersama para wanita penghibur. Meski Penelope sudah terlihat mabuk, namun wanita itu masih sadar kalau yang bersamanya saat ini adalah Jackson. Setelah melakukan check in, keduanya buru-buru masak ke dalam kamar. Tanpa ragu Jackson segera melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Penelope.Pandangannya mulai berkabut saat melihat tubuh polos Penelope di depan matanya. Di balik gaun malam yang dikenakan oleh Penelope, tak ada pakaian dalam sama sekali yang dipakai oleh perempuan ini. Bahkan bagian bawahnya sudah dicukur habis bulunya, hingga
“Sepertinya temanku ada di sini, namanya Boy. Dia sangat berkuasa dalam bisnis gelap, bahkan hanya dalam waktu tiga bulan, dia sudah mulai bisa menguasai pasar. Hal itu terjadi karena dia punya keberanian untuk mengambil risiko. Kalau kamu bertemu orangnya, aku bisa menghubunginya sekarang," ucap Jackson pada Penelope.Orang ini hanya salah satu dari beberapa orang yang akan dihubungi oleh Jackson untuk mendongkrak popularitas Penelope. Jika usaha Penelope berhasil, tidak hanya perempuan itu yang sukses, tapi dirinya juga akan kecipratan kesuksesan. Tak ada yang gratis dalam setiap tindakan Jackson selama ini, bahkan tak pernah ada kata gagal dalam setiap langkahnya.Penelope mengangguk lalu menjawab, "Kalau memang dia ada di sini, bolehlah ditelepon. Siapa tahu bisa lebih akrab."Jackson pun mengangguk lalu segera menghubungi Boy, dan pria itu dengan senang hati akan segera datang. Dia meminta Jackson menunggu sepuluh menit saja.Apa pun yang diperintahkan oleh Jackson, tentu saja Bo
Jackson melumat bibir Penelope. Pria itu tanpa ragu memperdalam ciumannya. Siapa sih yang nggak tertarik dengan wanita cantik dan seksi yang terkenal dengan julukan janda hot. Jackson sudah mendengar banyak tentang Penelope. Dan dia pun bekerja untuk wanita ini tidak ingin tidak mendapatkan hasil apapun. “Dadamu sangat menggodaku, Penelope,” bisik Jackson setelah ciuman mereka terlepas dan meraup oksigen sebanyak mungkin. Sebagai wanita dewasa yang sudah tidak memiliki suami, tentu dia ingin bersentuhan dengan pria dewasa juga. Tapi untuk menjalin hubungan dengan brondong yang selama ini banyak mengejar-ngejarnya, Penelope tidak mau. Dia lebih baik menyerahkan dirinya untuk kepentingan bisnis. Penelope lelah hidup menjadi orang miskin. Dia ingin membuat keluarganya bangga kalau harta titipan mandi yang suaminya jatuh ke tangan yang tepat. Penelope berambisi untuk mengalahkan kepopuleran mendiang suaminya di kota ini.Wanita itu dengan nakal, naik ke atas pangkuan Jackson. “Aaah, ka
Malam sudah larut. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh ketika Davin akhirnya keluar dari kamar anak-anaknya setelah memastikan si kembar tidur dengan nyenyak. Ia menutup pintu kamar mereka dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan buah hatinya yang baru saja terlelap.Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju kamarnya sendiri, siap untuk beristirahat bersama Naura. Hari ini terasa panjang, dan tubuhnya mulai menuntut istirahat. Namun, sebelum sempat membuka pintu kamar, suara dering telepon menghentikan langkahnya.Davin merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Dahinya sedikit berkerut. Panggilan dari nomor asing di jam segini biasanya bukan kabar baik.Ia menjawab telepon dengan suara tenang, "Halo.""Pak Davin?" Suara berat dan tegas terdengar dari seberang."Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?""Ini Inspektur Mark, Pak. Saya menghubungi Anda mengenai kasus Bryan."Davin langsung tegak di tempatnya. Nama itu membawa kem
"Ada apa?" tanya Penelope pada salah satu sahabat baiknya."Aku mau kamu memberikan kabar baik untukku," ucapnya sekali lagi, penuh penekanan, menatap pria yang duduk di hadapannya."Tentu saja ini kabar baik! Kalau bukan kabar baik, mana mungkin aku mau menghubungimu? Aku tahu kau sekarang adalah perempuan yang sangat sibuk," jawab pria itu bergurau sambil tersenyum ke arah Penelope.Penelope mengangguk lalu bertanya, "Cepat katakan, informasi apa yang kau bawa?"Pria di hadapannya menghela napas sebelum akhirnya menjawab, "Jackson sudah mau bertemu denganmu nanti malam di hotel bintang lima. Dia akan mewujudkan impianmu, dan aku yakin sebentar lagi tempat hiburan malam yang kau impikan selama ini akan segera terwujud," ucapnya penuh keyakinan, seolah berita yang ia bawa adalah kabar paling membahagiakan untuk Penelope."Kamu serius? Dia sudah mau menemuiku?" tanyanya memastikan."Seriuslah! Dia sudah datang ke kota ini. Temui dia nanti malam, berpenampilanlah yang seksi. Kalau misal
Naura duduk di kursi roda, menatap kosong ke arah taman belakang. Pandangannya jauh, seolah pikirannya melayang bersama angin yang berembus pelan dari celah balkon kamarnya. Sejak tadi, ia berada di sana, menyaksikan langsung perdebatan antara Davin dan Sang Mama di taman belakang. Setiap kata yang keluar dari mulut suaminya, setiap nada tegas yang ia gunakan untuk meyakinkan Laura, semuanya terdengar begitu jelas di telinganya.Naura sejujurnya merasa lega. Setidaknya, ada seseorang yang memahami perasaannya. Sang Mama yang dulu begitu dingin padanya, kini justru berdiri di pihaknya, mencoba membela kegundahan hatinya. Namun, di balik kebahagiaan kecil itu, ada luka yang menggores perasaannya.Davin tetap memilih mempertahankan kerja sama ini. Bahkan, ketika Laura menyinggung tentang kemungkinan Penelope memiliki niat tertentu terhadapnya, suaminya tetap berpegang pada logika bisnis. Seolah-olah, keputusan untuk tetap menjalin kerja sama dengan wanita itu lebih penting daripada menja
Davin menatap Sang mana dengan ekspresi penuh ketegasan. Sorot matanya tajam, mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab besar yang ia pikul selama ini. Ia bukan lagi anak kecil yang bisa didikte begitu saja, bukan pula seorang suami yang mudah goyah hanya karena kecemburuan pasangannya.Ia adalah seorang pemimpin, seseorang yang telah membangun impiannya dari nol hingga menjadi sebuah kerajaan bisnis yang berdiri kokoh selama puluhan tahun."Mama ini bicara apa sih? Davin bukan pimpinan perusahaan yang baru berdiri kemarin sore. Davin sudah membangun perusahaan itu selama puluhan tahun, Ma!" suaranya terdengar dalam dan mantap, memenuhi seluruh ruangan.Davin tidak main-main dengan ucapannya. Selama ini, ia telah bekerja keras siang dan malam demi memastikan bahwa perusahaan yang ia dirikan tidak hanya berkembang, tetapi juga tetap menjadi tempat bergantung bagi ribuan karyawan dan keluarganya. Ia paham betul bahwa keputusan yang diambilnya tidak bisa hanya berdasarkan emosi, apalagi
Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t
"Jadi, berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Davin pada sekretarisnya. Naura menunduk, bingung harus menjawab karena nominalnya sangat tidak masuk akal. "Sa—satu-" Naura belum sempat menyelesaikannya, namun suara Davin memotong ucapannya. "Satu juta?" Naura menghela napas berat. Ia bingung harus menjawab apa. Demi apapun, Naura sangat malu. "Cepat katakan!" desak Davin. Sambil memejamkan mata, sang sekretaris kembali menjawab, "Satu miliar, Pak Davin." Alis Davin sontak berkerut. Bisa-bisanya sekretaris yang baru bekerja satu bulan dengannya berani meminjam uang sebesar itu. "Mau dipakai untuk apa uang itu, Naura?" Suara berat Davin membuat Naura semakin gugup dan menunduk. "Lihat lawan bicaramu!" ucap Davin lagi. Naura mengangkat wajahnya, menatap CEO Abimanyu Group, perusahaan nomor satu di Sun City, yang mempunyai ketampanan nyaris sempurna. Kulit putih, tinggi badan 185 cm, kekar, mata abu-abu, hidung mancung, dan rambut yang selalu disisir rapi ke atas. "Sa—saya harus m...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments