Share

SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO
SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO
Penulis: Atieckha

Jual Diri

"Jadi, berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Davin pada sekretarisnya.

Naura menunduk, bingung harus menjawab karena nominalnya sangat tidak masuk akal.

"Sa—satu-" Naura belum sempat menyelesaikannya, namun suara Davin memotong ucapannya.

"Satu juta?"

Naura menghela napas berat. Ia bingung harus menjawab apa. Demi apapun, Naura sangat malu.

"Cepat katakan!" desak Davin.

Sambil memejamkan mata, sang sekretaris kembali menjawab, "Satu miliar, Pak Davin."

Alis Davin sontak berkerut. Bisa-bisanya sekretaris yang baru bekerja satu bulan dengannya berani meminjam uang sebesar itu. "Mau dipakai untuk apa uang itu, Naura?" Suara berat Davin membuat Naura semakin gugup dan menunduk.

"Lihat lawan bicaramu!" ucap Davin lagi.

Naura mengangkat wajahnya, menatap CEO Abimanyu Group, perusahaan nomor satu di Sun City, yang mempunyai ketampanan nyaris sempurna. Kulit putih, tinggi badan 185 cm, kekar, mata abu-abu, hidung mancung, dan rambut yang selalu disisir rapi ke atas.

"Sa—saya harus melunasi biaya pengobatan ibu saya, Pak. Rentenir tempat saya meminjam uang memberi saya waktu tiga hari untuk melunasinya. Kalau saya tidak membayar, maka saya harus siap menjadi istri ketiga," jawab Naura jujur.

Matanya berkaca-kaca karena harapannya hanya pada Davin, meski terdengar mustahil untuk dikabulkan.

"Bukankah itu jauh lebih baik daripada berhutang Naura?" suara Davin seperti mengejeknya. Naura tercekat tak mampu menjawabnya.

"Lalu kamu mau membayarnya pakai apa? Gaji kamu sebagai sekretaris baru di kantor ini berapa?" cecarnya lagi.

"Sa—saya siap bekerja sampai tua di kantor ini, Pak." Davin mendengus sebal mendengar jawaban Naura.

"Dan kamu pikir, setelah kamu bekerja sampai tua di kantor ini, uangnya akan terkumpul? Lalu, biaya hidup kamu mau dicari di mana? Kenapa kamu tidak pinjam pada kekasihmu? Bukankah dia jabatannya bagus di kantor ini, hmmmm?" tanya Davin.

Andai Davin tahu kalau Naura sudah lebih dulu minjam uang sama Aldo, tapi pria itu justru memarahi Naura. Jabatan Aldo sebagai manajer keuangan di kantor ini memang sudah terkenal punya penghasilan fantastis setiap bulan. Tapi dia tak ingin membantu Naura, terlebih uang yang Naura butuhkan sangat besar.

"Apa harta paling berharga yang kamu punya dan bisa dijaminkan pada saya?" tanya Davin.

"Tubuh saya. Hanya tubuh saya yang paling berharga untuk saat ini." Linangan air mata semakin deras, dan Naura tak peduli jika dia disebut menjual diri pada atasannya.

Davin memicingkan mata. "Maksud kamu, kamu mau menyerahkan dirimu untuk melayani saya?"

Naura mengangguk. "Maafkan saya, Pak, karena hanya ini yang bisa saya lakukan. Saya tidak ingin menjadi istri ketiga pria rentenir tua yang bahkan anaknya sudah seusia ibu saya."

Davin ikut geram mendengarnya.

"Memangnya kamu masih perawan, sampai berani bilang kalau tubuhmu yang paling berharga?" tanya Davin.

"Ma--masih Pak."

"Kamu yakin Aldo tak pernah menyentuhmu?"

Naura mengangguk, berhasil membuat pria tampan itu menarik sudut bibirnya.

"Baiklah. Sekarang kamu ikut dengan saya ke hotel. Kalau kamu benar masih perawan dan kamu bisa memuaskan saya, maka saya akan memberimu pinjaman hari ini juga dengan syarat-"

"Sya--syarat?" Naura terbata.

"Ya. Kamu harus tidur dengan saya setiap hari, dan selalu ada saat saya menginginkanmu. Dan kamu baru boleh berhenti melakukannya kalau saya sudah bosan denganmu!"

Naura membisu beberapa saat, entah Aldo akan mau menerimanya dalam keadaan tidak perawan, atau hubungan mereka akan berakhir?

"Baik, Pak," jawab Naura cepat.

Wanita cantik berusia 24 tahun itu tidak memiliki pilihan lain. Dia harus siap menanggung segala risiko. Naura tak peduli dengan pandangan buruk Davin tentang dirinya, juga tak peduli kalau dianggap menjual tubuh pada atasannya, karena saat ini tidak ada cara lain yang bisa ditempuh. Waktu tiga hari sangat singkat untuk bisa mengumpulkan uang sebesar itu.

CEO dan sekretaris barunya pun keluar dari kantor menuju ke hotel yang sudah direservasi sebelumnya.

Setelah sampai di hotel, Davin segera melakukan check-in dan langsung menuju kamar. Jantung Naura semakin berdebar ketika suara pintu kamar hotel dikunci oleh atasannya. Pria itu duduk di atas sofa sambil menaikkan kedua kakinya ke atas meja.

"Buka bajumu, saya mau melihatnya sekarang," ucap Davin.

Naura benar-benar gugup melakukannya. Ini pertama kali ia harus membuka pakaian di hadapan orang lain.

"Cepat buka!" bentak Davin saat menyadari Naura hanya diam.

Tak ada pilihan lain, Naura segera melepaskan pakaiannya hingga menyisakan pakaian dalam yang menutupi aset paling berharga miliknya.

Kulit putih mulus tanpa noda sedikit pun berhasil membuat Davin terpesona. Pria itu melonggarkan dasi yang mulai terasa mencekik lehernya, lalu berjalan mendekati Naura sambil melepaskan jas kerjanya.

"Ukuran dadamu sangat menggoda mataku Naura," ucap Davin berbisik di samping telinga Naura.

Pria itu berdiri di belakang tubuh Naura, mulai menyentuh lengannya hingga ke bawah, membuat tubuh Naura meremang.

Davin mulai mencium leher Naura dengan lembut, dan dengan sekali gerakan, Davin berhasil membuka pengait penutup gunung kembar Naura hingga terlepas ke lantai.

Davin mulai menyentuh dan meremasnya pelan.

"Aaaaaaah," desah pria itu, merasakan gejolak dalam tubuhnya yang tak bisa dikendalikan. Sementara Naura menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara desahan.

Davin membalik tubuh sang sekretaris hingga keduanya berhadapan, mencium bibir Naura penuh hasrat, lalu melepaskannya setelah keduanya kehabisan napas.

"Ingat Naura, kamu harus menjadi simpananku sampai aku yang memintamu pergi, dan jangan pernah berani menceritakan hubungan terlarang kita pada siapapun termasuk Aldo. Apa kamu mengerti?"

"Mengerti, Pak," jawab Naura yang merasa harga dirinya telah hancur. Kegadisan yang ia pertahankan untuk calon suaminya kelak, kini terpaksa ia jual demi biaya pengobatan ibunya.

"Saya janji akan melakukannya dengan pelan, dan saya akan membiayai seluruh keperluanmu bila kamu berhasil membuat saya puas dan ketagihan," kata Davin lagi. Naura kembali hanya bisa mengangguk pasrah.

Davin mulai melepaskan pakaiannya sendiri hingga tubuh keduanya polos. Dia mendorong tubuh Naura pelan ke atas ranjang. Baru saja Davin hendak mengambil posisi di atas tubuh sang sekretaris, suara ketukan pintu kamar hotel itu menghentikan niatnya.

Note Author : Buku ini akan update bab baru setiap jam 12.00 Wib

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Atieckha
siaaaaaaaap
goodnovel comment avatar
Atieckha
kwkwkwkkwkwkwkwk
goodnovel comment avatar
NACL
aku sih gak yakin Mang Davin bakalan bosen. wkwkwkw ketagihan lo Mang.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status