"Satu...Dua...Tiga...Em...".Hitungan Olin berhenti seiring dengan telunjuknya yang ia biarkan mengudara di atas langit yang mendung. Dia sedang menghitung bintang yang masih bertahan digelapnya awan, sesekali terdengar suara isak tangis yang coba ia tahan, bintangnya satu-persatu menghilang tertutup awan gelap di atas langit sana.Airmatanyapun mengalir tanpa bisa ia cegah, bertepatan pada hitungan terakhir pada bintang yang masih bertahan.Hujan yang turun seolah ingin menemani airmatanya agar tidak terlihat banyak orang.
View MoreOlin memoles bibir tipisnya dengan lipstick berwarna merah, entah kenapa dia sangat menyukai warna lipstick itu di usianya yang masih belia, belum genap tujuh belas tahun.Rambut pendek sebahunya dia biarkan bergelombang dengan warna rose gold yang menawan, kalau dilihat-lihat penampilannya sangat jauh dari gadis remaja di usia SMA.Olin menghentikan gerakan tangannya yang sedang merapihkan rambut, ditatapnya pantulan dirinya lewat cermin rias, dan sejenak berpikir, apakah karena hampir satu tahun tidak melanjutkan Pendidikan SMA dia menjadi terlihat lebih tua dari usianya saat ini.“Nggak,”Olin segera menampik pikirannya itu, kepalanya menggeleng-gelang dan terakhir dia menghembuskan napasnya, pipinya terlihat menggembung, lucu.“Gue gak tua, ini penampilan yang menawan.” Lanjut Olin meyakinkan diri.Kali ini Olin mengangguk yakin, dia melanjutkan merapihkan rambutnya kembali.Kreeek
Malam ini Bintang sama sekali tidak bisa tertidur, otaknya masih terus memikirkan jalan keluar dari masalah yang sedang dia alami bersama keluarganya, tarikan napas panjang sudah beberapa kali terdengar. Walaupun dipaksakan untuk terpejam, apa yang terjadi hari ini masih saja menggelayut di pikirannya. "Huh," Bintang menarik napasnya dalam. Rasanya percuma saja, pikir Bintang dalam hati, setelah cukup lama membolak-balikkan badannya pada kasur akhirnya dia bangkit dan bersandar pada badan ranjang. Di liriknya jam diatas meja belajar, sudah jam sepuluh malam, padahal besok dia memiliki jadwal pagi untuk mengajar siswa ditempat private, tetapi mata dan pikirannya tidak bisa di ajak kompromi, dengan gesit dia mengambil handphonenya diatas meja belajar, dia akan menghungin Rian, salah satu teman dekatnya. "Halo," Bintang sedikit bernapas lega saat mendengar jawaban d
Olin kembali menapaki lantai rooftop salah satu gedung di Jakarta, ia memilih untuk duduk di ujung tepi gedung dengan membiarkan kakinya menggantung, meskipun dia perempuan ketinggian bukanlah menjadi sesuatu yang menakutkan untuknya.Malam ini dia tidak berniat untuk menghitung bintang, tangannya masih setia memegang buku-buku yang ia beli tadi sore, dengan semangat Olin membuka buku-buku itu dari plastik pembungkus, sambil membaca judul pada cover buku ingatannya melayang dimana dia memperebutkan salah satu buku dengan Bintang dan Langit.Tanpa sadar sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman."Hmmm," Olin sejenak menarik nafasnya.Dia memilih salah satu dari puluhan buku itu untuk dibacanya, dengan niat yang besar dia mencoba mempelajari buku itu halaman demi halaman.Beberapa menit membaca raut wajah Olin berubah serius, keningnya berkerut dan matanya menyipit menandakan dia bersungguh-sungguh."Ternyata kamu disini."
“Satu…Dua…Tiga…Em…”Hitungan Olin berhenti seiring telunjuk yang ia biarkan mengudara diatas kepalanya.Dia sedang menghitung sisa bintang yang masih bertahan diatas langit yang mendung, sesekali terdengar suara isak tangis yang coba ia tahan, bintangnya satu persatu menghilang tertutup awan gelap diatas sana.Airmatanya pun mengalir tanpa bisa ia cegah bertepatan dengan hitungan terakhir pada bintang yang bertahan.Hujan yang turun seperti ingin menemani airmatanya agar tidak terlihat banyak orang.***Jaket kulit itu ia eratkan pada tubuh rampingnya, setapak demi setapak jalan dipinggir kota tidak membuat langkahnya lelah, tarikan nafas sudah berulang kali terdengar.“ Huh, ” Untuk sekian kalinya ia membuang nafas lelah.Langkahnya terhenti dipersimpangan lampu merah, menunggu sebuah mobil mewah akan menjemputnya, sesekali ia menatap gedung-gedung t
“Satu…Dua…Tiga…Em…”Hitungan Olin berhenti seiring telunjuk yang ia biarkan mengudara diatas kepalanya.Dia sedang menghitung sisa bintang yang masih bertahan diatas langit yang mendung, sesekali terdengar suara isak tangis yang coba ia tahan, bintangnya satu persatu menghilang tertutup awan gelap diatas sana.Airmatanya pun mengalir tanpa bisa ia cegah bertepatan dengan hitungan terakhir pada bintang yang bertahan.Hujan yang turun seperti ingin menemani airmatanya agar tidak terlihat banyak orang.***Jaket kulit itu ia eratkan pada tubuh rampingnya, setapak demi setapak jalan dipinggir kota tidak membuat langkahnya lelah, tarikan nafas sudah berulang kali terdengar.“ Huh, ” Untuk sekian kalinya ia membuang nafas lelah.Langkahnya terhenti dipersimpangan lampu merah, menunggu sebuah mobil mewah akan menjemputnya, sesekali ia menatap gedung-gedung t...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments