Clarabella Sutomo, diusianya yang sudah kepala tiga itu dia harus terpaksa tetap melajang karena sang kekasih yang notabene sudah memiliki isteri itu memaksanya menjalani hubungan terlarang dengan dokter jantung yang sudah dipacarinya sejak lama. Arga Yoga Saputra, dokter jantung dengan sejuta pesona itu harus terpaksa menjalani pernikahan atas kehendak orang tuanya, menikahi Indira Yustina Pramudhita, anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja. Arga sampai kapanpun hanya mencintai Clara, membuat dia melakukan segala cara untuk bisa tetap memiliki kekasihnya itu. Lantas bagaimana dengan istri dari Arga? Dan bagaimana jika ada pria ambisius lain yang datang dan menginginkan Clara? Apa yang akan terjadi dan siapa yang akan memiliki hati residen anestesi itu sepenuhnya? Sebuah cerita yang menyadarkan kita bahwa sebenarnya perselingkuhan itu bisa terjadi pada siapa saja, dengan alasan apa saja. Bahwa sebenarnya bukan cinta yang mendasari semua itu ada, melainkan nafsu dan ambisi yang perlahan-lahan mendorong manusia untuk berbuat tidak selayaknya. Surakarta, 9 September 2021
더 보기Rindu itu tak berwujud, tapi hadir di rentang jarak dan waktu.
Rindu itu ... rasa yang tak mudah tuk dibendung.****
Bel sekolah berbunyi, menandakan waktu belajar telah usai. Chrystal segera merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja dan memasukkannya ke dalam tas sekolah, lalu dengan rasa senang ia ikut berhamburan keluar kelas bersama teman-temannya.
Akhirnya hari yang sangat melelahkan ini berakhir juga, gumam Chrystal.
Sesaat Chrystal melihat ke kiri dan ke kanan. Terlihat suasana begitu gembira sama seperti hari-hari sebelumnya. Ada yang segera berlari ke orang tuanya yang sudah dari tadi menunggu untuk menjemput mereka, ada yang berlari ke kantin karena lapar, ada yang langsung menuju mobil jemputan sekolah yang sudah menunggu di parkiran sekolah, dan ada juga yang dengan sabar menunggu ojek online pesanannya datang.
Chrystal melihat jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu melangkah perlahan menuju gerbang sekolah, berbelok ke kiri dan berhenti di halte di depan sekolah. Senang sekali rasanya karena hari ini papa berjanji akan menjemputnya. Jadi, hari ini Chrystal tidak harus pulang ikut mobil jemputan sekolah, dan tadi Chrystal sudah memberitahu Pak Lek, supir mobil jemputan sekolah bahwa hari ini papa yang akan menjemputnya. Berarti Chrystal bisa sampai di rumah lebih awal dari biasanya karena kalau ikut mobil jemputan dia harus menunggu lebih lama lagi, menunggu teman-teman lainnya yang belum selesai belajar dan menunggu teman-temannya selesai kelas.
Tak sabar Chrystal menunggu papa datang menjemputnya. Ia ingin segera tiba di rumah. Entah apa yang akhir-akhir ini membuat Chrystal merasa selalu ingin segera tiba di rumah, dan berada dekat-dekat dengan hp atau laptopnya.
Seandainya saja sekolah mengizinkan siswa untuk membawa hp ke sekolah, pasti saat ini aku bisa langsung mengecek hp atau mungkin saat ini pasti lagi seru-serunya chattingan dengannya, Chrystal bergumam dalam hati dan tanpa disadarinya terukir senyuman kecil di bibirnya.
Tidak terasa Chrystal sudah duduk menunggu selama satu jam, tapi papa masih belum juga datang. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, tidak banyak lagi teman yang terlihat, hanya tinggal beberapa orang saja termasuk dirinya. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang memanggilnya, dengan refleks ia menengok ke arah samping dan ternyata itu adalah teman sekelasnya, Cynthia.
"Chrystal, kamu kok belum pulang? Ga ikut mobil jemputan?"
"Eh Cynthia, belum Cyn. Hari ini aku dijemput papa, jadi aku ga ikut mobil jemputan."
"Oh gitu ya, oke deh. Aku pulang duluan ya Chrys, nyokap sudah nunggu dari tadi." kata Cynthia sambil melambaikan tangannya dan segera berlalu.
"Iya Cyn, hati-hati ya."
"Kamu yang hati-hati bestie."
"Iya deh, makasih."
Selang beberapa menit setelah Cynthia pulang, gerimis pun mulai terdengar, rintik-rintik hujan dengan perlahan mulai turun membasahi jalanan yang terlihat sepi di depan halte sekolah. Chrystal mendengar suara motor dari kejauhan dan suara itu semakin mendekat, lalu berhenti di depan halte. Chrystal senang sekali ternyata itu adalah papanya. Dengan tergesa-gesa ia segera mengambil jas hujan berwarna ungu yang selalu ada di dalam tas sekolahnya, dan mulai memakainya.
Kakinya melangkah dengan penuh semangat menuju motor papa yang menunggunya, dan beberapa saat kemudian mereka pun segera melaju menembus gerimis yang tiba-tiba saja berubah menjadi tetes-tetes hujan yang cukup deras.
Dalam hati Chrystal berharap agar papa akan terus melajukan motornya tanpa berhenti walaupun hujan cukup deras. Chrystal tidak mau membayangkan seandainya papa berhenti dan berteduh dulu untuk menunggu hujan berhenti, berarti ia harus menunggu lebih lama lagi untuk bisa tiba dirumah.
"Jalan terus ... jangan berhenti ... gapapa hujan ... gapapa ... jalan terus aja ... jangan berhenti." Crystal terus bergumam dan berharap dalam hatinya.
Tak terasa menit-menit pun berlalu, akhirnya mereka pun tiba di rumah.
Setibanya di rumah, Chrystal segera membuka jas hujannya yang basah kuyup, lalu menuju rak sepatu yang terletak di garasi, melepaskan kaus kaki dan sepatunya dengan tergesa-gesa. Kemudian ia segera berlari menuju ke kamarnya."Kehujanan ya, Chrystal?"
"Iya ma."
"Segera ganti bajumu nak supaya tidak masuk angin. Setelah itu kita makan ya, mama sudah membuatkan sop ayam kesukaanmu." lanjut mama.
"Wah asik, tunggu ya ma." jawab Chrystal sambil berlari menaiki anak tangga yang menuju ke kamarnya.
Chrystal langsung melesat menuju kamarnya yang berada di lantai atas, membuka pintu dan segera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung mengambil hpnya yg tergeletak di atas meja belajarnya, dan dengan tergesa-gesa membuka aplikasi chatting, tapi sesaat dia terdiam, ada rasa kecewa tebersit di wajahnya.
Kok ga ada chat dari dia ya? Biasanya setiap pulang sekolah chat selalu sudah menunggu.
Chrystal membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil menggenggam hpnya. Chrystal berharap seseorang akan mengirimkan chat untuknya. Pandangannya tertuju pada wallpaper di dinding kamarnya. Di sana ada gambar Menara Eiffel yang tampak begitu megah dan anggun yang ditempel pada dinding dekat tempat tidurnya dan selalu menemani lamunannya sampai ia terlelap ke alam mimpi yang indah. Inilah salah satu alasan yang membuat dirinya sangat betah berlama-lama berada di dalam kamarnya dan terkadang enggan untuk meninggalkan ruangan itu.
Wallpaper Kota Paris dengan Menara Eiffel yang indah, rak buku besar di sudut kamar dengan berbagai macam buku dan novel yang sebagian besar adalah buku-buku dan novel tentang Kota Paris, Prancis. Ia sangat menyukai segala sesuatu tentang Prancis, Paris dan Menara Eiffel. Chrystal bahkan mengoleksi buku-buku tentang Prancis, Kota Paris dan Menara Eiffel. Novel, majalah, dan benda-benda souvenir, seperti gantungan kunci, tote bag, dompet, tas bahkan sendok dan garpu atau botol minum bergambar Paris dan Menara Eiffel. Ia sangat tergila-gila dengan benda-benda tersebut bahkan ia rela bersusah payah hunting ke sana kemari untuk mendapatkannya.
Angannya mulai menari-nari, membayangkan suatu saat nanti di mana ia akan berada di sana di Kota Paris, di antara gemerlapnya lampu-lampu di bawah Menara Eiffel, pergi ke Musée du Louvre, berjalan menyusuri jembatan Pont d' Avignon, melihat Festival Cahaya tahunan terbesar Fête des Lumières, mengunjungi Palais des Papes di Avignon, lalu pergi ke kota tua Lyon dan beribadah di Katedral Basilique Notre-Dame de Fourvière yang begitu anggun dan megah di puncak bukit tertinggi di Kota Lyon, mewujudkan semua yang sangat diimpi-impikannya sejak lama.
Tiba-tiba lamunannya terhenti ketika mendengar suara mama memanggilnya, dan tiba-tiba saja mama sudah berada di dalam kamarnya.
"Lho kok kamu belum ganti baju seragam, nak? Ngapain aja dari tadi?" terdengar suara mama mengagetkannya.
"Iya ma, sebentar lagi."
"Ya ampun sayang, ganti bajumu dan mandi dulu sana, nanti sakit kalau terlalu lama memakai baju yang basah. Abis itu cepat turun ya, kita akan makan, papa sudah menunggu." kata mama.
"Iya ma." jawab Chrystal
"Cepat mandinya ya, mama tunggu."
"Ok ma. Chrystal mandi dulu ya."
Chrystal segera masuk ke kamar mandi. Air hangat yang mengguyur tubuhnya terasa begitu nyaman. Tanpa disadarinya, ia bersenandung lagu kesayangannya.
Hello, it's me
I waswonderingif after all theseyearsyou'd like to meetTo go over everythingThey say that time'ssupposed to heal ya But I ain't done much healingHello, can you hear me?
I'min California dreaming about who we used to be When we wereyounger and freeI'veforgotten how itfelt before the world fell at our feetThere's
such a difference between usAnd a millionmilesSetelah selesai makan siang, Chrystal cepat-cepat kembali lagi ke kamarnya. Untunglah papa harus segera kembali ke kantor, jadi tadi mereka tidak harus berlama-lama berada di meja makan. Chrystal melihat hpnya sekali lagi dan berharap hp itu akan segera berbunyi, tapi masih sama seperti tadi hpnya hanya diam, berarti tidak ada chat yang masuk.
Sekarang ngapain ya?
Mau baca buku sudah dibaca semua, mau bikin pr hari ini tidak ada pr karena hari ini semua mapel ulangan. Mau nonton tv jam segini tidak ada berita atau film yang menarik, main game bosan, mau tidur belum mengantuk.
Ia pun berjalan menuju meja belajarnya, lalu menghirup teh hangat yang tadi dibuatkan mama untuknya. Ia memandang ke luar jendela, hujan masih turun dengan derasnya. Sesekali terdengar suara petir dan terlihat kilat dari balik tirai jendela kamarnya.
Terlintas di benaknya, apa yang sedang dia lakukan di sana ya. Chrystal melirik jam dinding di kamarnya, sekarang tepat jam tiga sore. Sesaat Chrystal menghela nafas, dan bertanya dalam dirinya apakah dia masih tidur ya. Saat ini di sana di belahan bumi tempat tinggalnya baru jam lima pagi karena perbedaan waktu di antara negara mereka hampir 10 jam.
Tak jarang Chrystal harus bangun tengah malam hanya untuk chatting dengannya karena saat itu di sana sedang siang hari, dan ia selalu berusaha mencuri-curi waktu untuk bisa chatting dengan Chrystal di sela-sela jam belajarnya di kampus hanya untuk say Good night pada Chrystal, karena saat itu di sini pasti sudah larut malam.
Ah, tapi biasanya dia selalu bangun pagi sebelum jam lima, khusus untuk menyapaku sepulang dari sekolah, gumam Chrystal dalam hati.
Chrystal pun selalu tak sabar ingin selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan good morning untuknya saat dia terbangun di pagi hari, tapi mungkin saja saat ini dia masih terlelap. Chrystal mencoba untuk menghibur dirinya sendiri.
Akhirnya ia pun menuju rak buku dan mulai mencari sebuah novel untuk dibacanya. Pilihannya jatuh ke sebuah buku yang sebenarnya sudah berulang kali dibacanya, yaitu 'Twilight' karya Stephanie Mayer.
Chrystal mulai membuka halaman demi halaman novel Twilight itu, tapi pikirannya masih melekat pada hp dalam genggamannya. Ia masih terus menunggu, dan berharap agar hp itu segera bernyanyi membawa chat dari dia, tapi hp itu masih tetap diam tak bersuara, menciptakan keheningan. Chrystal masih terus menunggu dan berharap.
Siang ini cuaca begitu terik. Langit bernuansa biru menyegarkan mata. Bersih tanpa ada satupun awan yang menggantung.Lelaki paruh baya itu nampak tengah menggendong bayi laki-laki di dalam sebuah ruangan inap VVIP di rumah sakit miliknya sendiri. Senyum lelaki itu sejak tadi terus mengembang dengan mata memerah. Wajahnya nampak begitu bahagia dengan bayi laki-laki dengan berat badan lahir 3700 gram dan panjang 53 cm itu. Satria Dwipangga Putra. Sebuah nama yang kedua orang tua bayi tampan itu berikan. Nama yang terdengar begitu gagah dan jantan sekali. "Papa udah satu jam-an gendong Angga, nggak capek, Pa?"Dicky menoleh, nampak Jimmy berdiri di sampingnya. Dia sendiri malah tidak sadar sudah selama itu menggendong cucu tampannya ini. Dicky tersenyum, menyerahkan bayi merah itu pada sang ayah. "Berikan ke Indira, sudah jamnya dia menyusu, Jim."Jimmy menerima Angga dengan hati-hati, tersenyum lalu membawa Angga mendekati sang mama yang menanti di atas ranjang. Dicky hanya menata
Dicky melangkah dengan tergesa dan sedikit panik begitu ia selesai menerima panggilan telepon itu. Keringat dingin mengucur membasahi dahi dan wajahnya. Dia panik, sangat panik! Tidak dia hiraukan siapa-siapa saja yang berpapasan dengannya, fokusnya hanya melangkah menuju VK, tempat di mana Indira, anak bungsu kesayangan Dicky dibawa setelah didera kontraksi. Dicky langsung masuk ke dalam, tertegun melihat pemandangan itu ada di depan matanya. Hati Dicky bergetar hebat. Matanya memanas. Dadanya mendadak sesak. Pemandangan itu seperti menampar dirinya dengan begitu keras, menyadarkan dia bahwa apa yang Indira katakan perihal Jimmy itu ada benarnya. Dicky tersenyum, menyeka air matanya perlahan-lahan. Agaknya memang dia harus menurunkan Arga dari tahta hatinya. Memberi kesempatan Jimmy yang statusnya sekarang sudah menjadi menantunya untuk menunjukkan kepada Dicky bahwa dia juga layak. Sama halnya dengan Arga untuk menjadi bagian dari keluarganya, menyandang gelar menantu keluarga Pr
Clara tiba-tiba terjaga, matanya yang masih separuh terbuka itu kontan melirik jam dinding. Ia segera bangkit, turun dari ranjang kemudian meraih sesuatu yang dia simpan di dalam laci nakas. Benda yang sudah dari dulu sekali dia beli dan persiapkan. Tanpa banyak bicara Clara segera masuk ke dalam kamar mandi, jantungnya berdegup kencang. Antara penasaran dan takut kecewa, Clara akhirnya memutuskan untuk segera memastikan apa yang akhir-akhir itu menganggu pikirannya. Dengan hati-hati dia menampung urin miliknya. Urin yang pertama kali dia keluarkan di pagi hari dan inilah yang akan dia pakai nantinya. Tangan Clara sedikit bergetar ketika mencelupkan benda itu ke dalam urin yang sudah dia tampung. Tidak perlu terlalu lama, Clara segera mengangkat benda itu sesuai dengan petunjuk pemakaian. Jantungnya berdegup kencang menantikan ada atau tidaknya pertambahan garis merah di sana. Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Clara masih setia menunggu dengan perasaan tidak karu-karuan. Dan di d
"Key!" Arga tidak tahan lagi, dipeluknya tubuh itu dengan begitu erat. Aroma rambut yang masih basah menguatkan aroma floral yang khas, membuat hasrat Arga yang sudah cukup lama fisik tahan dan pendam, menyalah dan membara seketika. "Ya, Mas?" Balas suara itu lirih, nampak suara itu terdengar malu-malu. "Capek?" Arga menyandarkan kepalanya di bahu, menatap bayangan mereka di cermin besar yang menempel di salah satu sudut kamar mereka. "Lumayan, Mas."Arga tidak peduli kalau Kezia nampak sedikit risih dengan aksinya ini. Toh setelah ini Arga akan melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat gadis belia ini tidak hanya risih, tetapi juga akan .... Arga membalikkan tubuh itu, mata mereka beradu, membuat Arga rasanya ingin melumat Kezia dalam sekali hap. Wajah itu memerah, dan bibir itu ... Arga sudah tidak sabar lagi, dia segera meraih bibir merona yang sudah sangat lama menggoda Arga dengan begitu luar biasa. Bibir itu ... Arga bisa rasakan bibir itu begitu manis. Gairah yang sudah
Kezia menatap bayangan dirinya di cermin. Itu benar dia? Yang dibalut dengan makeup dan busana pengantin itu benar dirinya? Dan yang lebih penting, benar dia sudah siap hendak menikah di usia yang semuda ini? Dengan perlahan-lahan Kezia menghela napas panjang, menghirup udara lalu kembali menghela napas perlahan dan itu dia ulangi sampai berulang kali. Lelaki yang hendak dia nikahi bukan lelaki biasa. Selain dia seorang dokter yang sudah spesialis dan jarak umur yang lumayan banyak, Arga punya masalalu yang bisa dikatakan tidak 'bersih'. Kezia menghela napas panjang, bahkan pengakuan demi pengakuan Arga tempo lalu masih terngiang dan terbayang-bayang dalam benaknya. 'Aku bukan laki-laki baik, Key. Selain mantan istriku yang berselingkuh, aku juga berselingkuh.''Aku pernah memperkosa mantab pacarku dan itu kulakukan saat aku sudah resmi menikah. Menjeratnya dalam hubungan gelap selama bertahun-tahun. Dia aku jadikan selingkuhan selama itu.''Aku kembali memperkosa dan menyiksanya,
Callista turun dari mobil, jujur semenjak kematian sang mama, entah mengapa hidupnya jauh lebih bebas. Dia tidak harus terkurung lagi di apartemen, keluar dengan masker dan kaca mata hitam macam buronan yang takut ketahuan. Kini jujur hidupnya jauh lebih baik, lebih tenang dan damai terlebih setelah ia resmi dinikahi Rudi. Mimpi apa Callista bisa dinikahi lelaki semanis Rudi? Ya walaupun awalnya dia begitu kaku dan sama sekali tidak romantis, namun lama kelamaan Rudi luluh juga di tangannya! Lelaki itu bahkan sangat manis sekarang. Membuat Callista rasanya sampai tidak bisa menghitung lagi berapa kali dia jatuh cinta pada Rudi sampai detik ini. Callista melangkah masuk ke Hypermart. Ada beberapa bahan makanan dan barang-barang lain yang hendak dia beli. Kini dia sudah bisa sedikit demi sedikit memasak. Suaminya yang dengan sabar mengajari dia mengolah bahan makanan di dapur. Meskipun Rudi sendiri sebenarnya tidak memaksa Callista harus bisa memasak, tapi Callista sendiri yang memaks
Dicky menatap nanar undangan yang tadi Arga dan gadis belia itu hantarkan ke mejanya. Ada semacam perasaan tidak rela di hati Dicky melepas Arga menikah dengan wanita lain. Bagaimanapun, sebelum Indira jatuh cinta pada Arga, Dicky sudah lebih dulu jatuh cinta. Jatuh cinta dalam artian lain, bukan cinta seperti pada lawan jenis. Dia sudah lebih dulu membidik Arga henda dia jadikan mantu, ketika kemudian secara kebetulan anak gadisnya sendiri yang meminta agar dijodohkan dengan residen jantung tahun ke tiga itu. Sebuah kebetulan, bukan? Dengan penuh semangat, dulu Dicky langsung melobi ke orang tua Arga. Tidak peduli dia ada di pihak perempuan, lelaki seperti Arga ini tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Arga benar-benar sosok lelaki sempurna di mata Dicky, sosok menantu idaman semua bapak mertua. Satu kesalahan fatal Dicky saat itu adalah tutup mata dengan kondisi Arga yang sebenarnya. Dia tidak mencoba mencari tahu apakah lelaki muda, calon dokter spesialis seganteng Arga ini masih
Morgan meraih dan mencengkeram kuat tangan sang istri. Mereka duduk di barisan bangku paling depan, menyaksikan acara sakral itu di mulai. Clara menoleh dan tersenyum, bisa Morgan lihat istrinya begitu cantik dengan dress warna tosca yang memamerkan bahunya yang putih bersih. "Inget momen kita dulu, nggak?" Bisikan Morgan tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Aku rasa, sampai nanti rambutku memutih semua pun aku tidak akan pernah melupakannya, Sayang!" Balas Clara sama lirihnya. Morgan tersenyum, mengangkat tangan itu lalu mengecup punggung tangan sang istri dengan begitu lembut dan manis. Sementara Clara, ia tersenyum membiarkan sang suami mengecup tangannya. Siapa yang mengira bahwa kepahitan hidup yang dulu Clara alami akan berubah semanis ini? Dari harus rela membiarkan Arga menikahi wanita lain, jatuh dalam jerat ambisi Arga yang masih begitu ingin memilikinya sampai melakukan segala cara, hingga kemudian, Tuhan mempertemukan Clara dengan Morgan dalam kecelakaan yang men
Rudi membeliak ketika akhirnya miliknya bisa terbenam sempurna di dalam inti tubuh Callista. Segala macam prinsip yang selama ini dia pegang teguh luruh sudah. Terlebih betapa hangat dan nikmat sensasi yang Callista suguhkan makin membuat Rudi lupa diri. Rudi menundukkan wajah, menyeka air mata yang menitik di wajah itu. Dikecupnya bibir itu dengan lembut, lalu dengan begitu lirih dia berbisik. "Ini yang kamu minta, kan? Masih meragukan aku?"Mata itu terbuka, masih memerah dengan bayang-bayang air mata. Bukan hanya matanya yang memerah, wajah gadis yang begitu cantik dan menggemaskan di mata Rudi itu juga memerah. Kalau saja rasa nikmat itu tidak menguasai dan menghipnotis Rudi dengan begitu luar biasa, mungkin Rudi akan menyudahi aktivitas ini. "Mas, pelan!"Rudi tersenyum, ia masih belum bergerak sedikitpun, walaupun sebenarnya dia begitu ingin, tapi dia tahan barang sebentar. "Aku nggak bisa janji, Sayang." Rudi balas berbisik, menarik miliknya perlahan-lahan dari dalam sana la
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
댓글