Kurelakan Surga Untuk Maduku

Kurelakan Surga Untuk Maduku

last updateLast Updated : 2022-10-07
By:  AthalazOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
8 ratings. 8 reviews
20Chapters
4.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Usia pernikahan Rahma dan Ridwan sudah menginjak angka 10 tahun, tapi mereka belum di karuniai anak. Orang tua Ridwan terus mendesak anaknya untuk menikah lagi, mampukah Rahma dan Ridwan mempertahankan rumah tangga mereka?

View More

Chapter 1

Permintaan Mama Mertua

“Istrimu kok nggak hamil-hamil, Wan?” tanya seorang kerabat kepada mas Ridwan suamiku.

Mas Ridwan tak menjawab, bahkan senyum yang biasa menghiasi bibir tipisnya sirna entah kemana.

Aku yang tadinya berniat menghampiri dan menyapa mereka, akhirnya tak jadi. Memilih mundur pelan-pelan lalu berbalik.

“Rahma, mau kemana?!” tanya sebuah suara dari belakang. Saat menoleh, ternyata ibu mertua.

“Mau ke mana? Masa nggak menyapa tamu, mereka ini kan keluarga Mama, kamu jadi mantu kok nggak ada sopan-sopannya,” omel ibu mertua di depan keluarganya.

Hari ini ulang tahun mama mertua yang ke lima puluh lima tahun, walaupun umurnya sudah lebih dari setengah abad, tapi penampilannya masih seperti umur empat puluhan, sangat modis. Hampir tiap tahun selama aku menjadi menantu di keluarga mas Ridwan, Mama mertua selalu membuat acara yang mewah di saat hari lahirnya.

“Mau ke kamar mandi sebentar, Ma!” jawabku berbohong.

“Nanti saja, tahan saja dulu, ” larang Mama Anita.

Dia menarik tanganku kemudian bergabung dengan mas Ridwan dan beberapa keluarga mama.

“Ehh, Rahma. Apa kabar?” ucap tante Ani, saudara sepupu mama.

“Alhamdulillah baik, tante,” jawabku sambil tersenyum.

“Kamu belum hamil juga? Kamu nggak mandul kan?” tanya tante Ani bertubi-tubi.

Wajahku yang tadinya tersenyum, kini berubah masam, bisa ku pastikan mukaku pun telah memerah menahan amarah. Ku palingkan muka tak ingin melihat wajah tante Ani.

“Tentu tidaklah tante, kami berdua sehat kok,” sela mas Ridwan. Terlihat wajahnya pun memerah menahan kesal.

“Jangan marah dulu, Wan. Tante Cuma bertanya, kamu menikah kan sudah sepuluh tahun, tapi kok istrimu belum hamil, Rika anak tante saja sudah lagi hamil anak ke tiga.” Tante Ani mulai lagi membandingkan antara kami dan anaknya. Sejak cucu pertamanya sampai cucunya yang masih dalam kandungan.

“Nit, coba degh kamu bawa menantumu ini ke dokter spesialis supaya di cek kesuburan nya lagi, kasian loh. Ridwan itu anak tunggal, kalau sampai dia tak punya anak, bisa putus silsilah keluarga Adi Brata.” Mulut tante Ani tak berhenti berbicara.

“Aduh, An. Sudah berkali-kali aku mengajak Rahma untuk ke dokter kandungan, tapi dasar anaknya aja yang nggak mau menurut, dia nggak pernah mau ikut kata-kata,” keluh mama kepada sepupunya itu.

“Atau kamu nikahkan Ridwan lagi, aku punya calonnya. Anaknya baik, cantik, pintar, dari keluarga terpandang dan yang pasti dia bakalan bisa ngasih kamu cucu,” ucap tante Ani.

“Tante, Stop! Kalau tante masih sibuk dengan urusan rumah tangga saya, lebih baik tante pulang saja,” usir mas Ridwan.

Wajah tante Ani berubah pucat, dia tak menyangka kalau mas Ridwan akan berkata seperti itu kepadanya.

“Wan, kamu ngomong apa? Dia itu tante kamu, masa kamu usir.” Mama menegur mas Ridwan.

Beberapa keluarga yang tadinya cuek, kini mulai memperhatikan kami, ku dekati mas Ridwan dan memegang lengannya.

“Mas, sudah! nggak enak di liat banyak orang,” bisikku.

“Ma, ingetin sama sepupu Mama itu, kalau nggak usah urusin rumah tangga aku, urusin saja rumah tangga Rika, masa suaminya sudah hampir setahun nggak pulang tapi kok bisa hamil lagi,” ucap mas Ridwan.

Aku mencubit lengan mas Ridwan, supaya dia diam tak memperpanjang masalah. Muka tante Ani berganti menjadi merah, entah menahan amarah atau malu.

“Sudah, kalian ini apa-apaan sih! Ayo, lebih baik acaranya segera di mulai,” perintah papa Adi.

Ayah mas Ridwan memang orang yang bijak, tak suka ikut campur urusan orang lain, biasanya jika aku di pojokkan oleh keluarga suami, maka dia yang akan menengahi. Beda dengan mas Ridwan yang akan cepat sekali tersulut emosinya.

Mama mengikuti kemauan papa, dia segera menarik tante Ani menuju ruang tamu, sedangkan aku menarik mas Ridwan agar ke dapur, ku dudukan dia di kursi makan, lalu ku ambilkan air putih dari dalam kulkas, ku sodorkan air es ke mulutnya. Awalnya dia menolak, tapi tetap saja ku paksa sampai dia meminumnya.

“Kamu kok sabar banget sih di bully kayak gitu?” tanya mas Ridwan dengan suara bergetar.

Aku tahu dia masih menahan amarahnya, ku usap lembut rambutnya yang hitam legam, lalu mengecup pucuk kepala kekasih halalku itu. Dia melingkarkan tangan di pinggangku, menyandarkan kepala di perutku, lalu berbisik.

“Cepat hadir di perut ini yah, nak! Kami menantikanmu.”

Ku hapus air mata yang tiba-tiba saja lolos dari pelupuk mata, aku tau bagaimana usaha mas Ridwan merayu Allah untuk di beri amanah berupa anak. Namun, sepertinya Allah masih ingin mas Ridwan terus meminta, sehingga sampai sepuluh tahun usia pernikahan. Kami tak juga di beri amanah itu.

“Ayo, Mas. Kita keluar, nanti Mama nyariin.” Ku tarik tangan mas Ridwan yang enggan berdiri.

Kami melangkah ke halaman belakang, tempat pesta berlangsung, kami berkumpul menyanyikan lagu selamat ulang tahun, lalu ikut bergabung dengan para tamu, tak ada yang aneh, semua berjalan lancar, hanya tante Ani yang selalu membuang pandangannya ketika melihat kami. Pesta berlangsung dengan meriah, selama dua jam para tamu yang datang di suguhkan dengan berbagai acara, mulai dari potong kue, games, menyanyi sampai makan-makan. Pesta selesai tepat jam sepuluh malam, mama melarang kami pulang karena ada hal yang ingin di bicarakan katanya.

Aku dan mas Ridwan sedang menunggu mama yang sedang berganti pakaian, sedangkan papa Adi tengah sibuk dengan hapenya.

Tak lama, mama Anita keluar dari kamar dan berkumpul dengan kami di ruang keluarga.

“Selamat ulang tahun, Ma! Ini kado dari kami berdua,” ucap mas Ridwan, dia berdiri lalu berjalan ke arah mamanya, mereka berpelukan.

“Makasih, sayang,” ucap  mama dengan wajah tersenyum. Dia membuka kado dari kami, wajahnya kaget melihat sebuah jam merek Rokel kesukaannya. Langsung saja, jam itu di pakai dan dia foto untuk dia bagikan di akun media sosialnya. Papa mertua menggeleng melihat istrinya yang begitu narsis.

“Ma, nanti aja pamernya, sekarang Mama ngumpulin kami di sini untuk apa?” tanya papa.

“Baiklah, karena kita semua sudah kumpul, Mama mau membahas perkataan tante Ani yang tadi,” ucap mama.

“Ucapan yang mana, Ma?” tanya mas Ridwan.

“Yang soal cari istri lagi buat kamu,” ucap mama enteng.

Hape yang sedari tadi ku pegang terlepas, aku kaget mendengar ucapan mama Anita. Papa dan mas Ridwan menatapku, segera ku bungkukkan badan memungut hapeku kembali.

“Mama ini apa-apaan sih? kok sampai mau mendengar ide gila tante Ani,” sungut mas Ridwan.

“Ide gila dari mana? Tante Ani itu bener loh, Wan. Kalian kan sudah sepuluh tahun menikah, masa Rahma belum hamil juga,” ucap mama.

“Ridwan nggak akan mau nikah lagi, titik!”

“Apa kamu tidak kasihan sama mama dan papa? Kami ini sudah tua, sudah dari dulu merindukan cucu.”

“Tapi tidak harus dengan menikah lagi kan, Ma?!” ucap mas Ridwan frustasi.

Aku hanya terdiam, sudah lama ku persiapkan hati untuk adegan seperti ini. Aku tidak bisa memungkiri jika cepat atau lambat mama atau papa akan memberikan pilihan ini kepada mas Ridwan. Mengingat mas Ridwan anak tunggal.

“Mau cara apa? Adopsi?! Kita lagi bicara penerusnya keluarga Adi Brata, Mama tidak masalah kamu adopsi, tapi Mama tetap ingin darah daging kamu sendiri, apa salah?” ucap mama dengan suara bergetar.

Aku menunduk, tak berani menatap ke arah mereka, aku tau bagaimana Mama Anita. Dia sosok mertua yang baik, selama ini dia memperlakukan ku dengan lembut, tak pernah marah.

“Rahma, apa yang Mama minta ini berlebihan?” tanya mama padaku.

Aku yang tak siap dengan pertanyaan seperti itu, gelagapan. Tak tau harus menjawab apa.

“Sudah! Wan, fikirkanlah apa yang di sampaikan oleh Mamamu, Papa sebenarnya tidak keberatan kalau kamu mengadopsi anak, tapi kalau masih bisa punya anak sendiri, itu lebih bagus, untuk Rahma, tolong fikirkan juga ya, Nak! Dan terakhir untuk Mama, kasih mereka kesempatan, jangan mengambil keputusan yang gegabah apalagi jika itu pendapat dari orang lain,” ucap Papa. Seperti biasa, dia akan menjadi hakim, memutuskan sesuatu, dan tak boleh di bantah.

“Baik, Pa. Nanti kami diskusikan, untuk Mama, maaf kalau belum bisa memberi Mama cucu, do’akan semoga Rahma cepat hamil,” ucapku.

Mama berdiri, mendekat kepadaku dan kami saling berpelukan. Aku tau wanita di depanku ini berhati lembut, hanya saja ada orang-orang di sekitarnya yang selalu berusaha menghasut.

Setelah berbasa-basi sebentar, kami pamit pulang, jam sudah menunjukkan angka dua belas malam ketika sampai di rumah.

Sedari tadi menahan haus, aku langsung melangkah ke dapur setelah memasuki rumah, sedangkan mas Ridwan langsung masuk ke dalam kamar, untuk membersihkan badan.

Baru saja aku membuka kulkas, terdengar teriakan dari mas Ridwan.

“Rahma, ke sini sekarang!”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Cucu Suliani
Bae bener merelakan buat madunya...
2021-12-24 22:37:59
0
user avatar
RIA
Aduh judulnya sangat menohok buat saya namun isi cerita sungguh memberi pelajar hidup yg luar biasa, semangat thor up nya
2021-12-24 22:33:08
0
user avatar
Erni sari
semangat terus Thor.
2021-12-24 22:29:45
0
default avatar
Tri Nur
Semangat up kakkk
2021-11-10 08:45:37
1
user avatar
Lolitta
Keren banget thor ceritanya, selalu berhasil menguras emosiku
2021-11-09 22:34:33
1
user avatar
Khara Asha
semangat thor ............
2021-11-09 22:08:48
1
user avatar
Cucu Suliani
Semangat ya Rahma sama Ridwan
2021-11-09 20:40:45
1
user avatar
Oot
Hmmhhhh, sepertinya perjalanan Rahma nggak akan mudah. Semangat kak othorrrr.
2021-11-09 20:39:43
1
20 Chapters
Permintaan Mama Mertua
“Istrimu kok nggak hamil-hamil, Wan?” tanya seorang kerabat kepada mas Ridwan suamiku. Mas Ridwan tak menjawab, bahkan senyum yang biasa menghiasi bibir tipisnya sirna entah kemana. Aku yang tadinya berniat menghampiri dan menyapa mereka, akhirnya tak jadi. Memilih mundur pelan-pelan lalu berbalik. “Rahma, mau kemana?!” tanya sebuah suara dari belakang. Saat menoleh, ternyata ibu mertua. “Mau ke mana? Masa nggak menyapa tamu, mereka ini kan keluarga Mama, kamu jadi mantu kok nggak ada sopan-sopannya,” omel ibu mertua di depan keluarganya. Hari ini ulang tahun mama mertua yang ke lima puluh
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
Kabar Berita
Aku segera berlari menuju kamar, terlihat mas Ridwan sedang duduk di pinggir tempat tidur, di menutup matanya dengan kedua telapak tangan, terlihat bahunya berguncang. Aku tertegun. “Apa yang membuat suamiku bisa menangis seperti ini?” tanyaku dalam hati. Ku dekati dia, tanganku mengusap kepalanya dia semakin sesenggukan. Dia bangkit lalu memelukku dengan erat. “Selamat sayang, penantian kita berbuah,” bisiknya di telingaku. Aku tak mengerti maksudnya, ku dorong dia lalu menatapnya meminta penjelasan. Dia menunjuk ke tempat tidur, terlihat sebuah testpack. Aku teringat tadi pagi memang memakai testpack karena sudah telat tiga minggu, tapi karena buru-buru hendak ke ru
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
Tamu di rumah mertua
Aku merosot dari kursi mendengar perkataan sang Dokter, Mas Ridwan membantuku kembali duduk. Lalu mengusap punggung, memberi kekuatan.“Bisa di jelaskan, Dok?” tanya Mas Ridwan.“Ini masih dugaan Pak, perlu di lakukan pemeriksaan lanjutan, seperti tes laboratorium, apakah ini tumor atau kanker. Supaya kita bisa ambil tindakan selanjutnya. Saya harap Bapak dan Ibu bisa memahami dan mau mengikuti prosedur, itu semua untuk kebaikan bersama,” terang Dokter kepada kami.“Apa akan berpengaruh kepada bayi kami Dok?” tanyaku sambil mengusap perutku yang masih rata.“Sedikit banyak akan berpengaruh, tapi untuk sekarang belum jelas, jadi lebih baik kita melakukan tes yang di perlukan, baru membicarakan tindakan yang akan di lakukan,” ucap Dokter yang bernama Aina.“Baiklah, Dok. Kapan Istri saya bisa melakukan tes?” tanya mas Ridwan.“Terserah Bapak, hari ini juga bisa, tapi hasil baru
last updateLast Updated : 2021-10-14
Read more
Kram Perut
“Saya kenapa? Harusnya tante yang menguatkan kami menjalani takdir yang telah Allah berikan, ini malah sebaliknya, menjadi gunting dalam lipatan. Ingat tante, dalam islam memang di perbolehkan beristri lebih dari satu, tapi jika mampu. Kalau tidak mampu cukup satu! Dan saat ini Ridwan belum mampu, jadi berhenti menyodorkan segala macam perempuan ke hadapan saya. Karena saya tidak TERTARIK!!” ucap Ridwan memotong ucapan tantenya itu.  Mama Anita terlihat cemas melihat Ridwan yang biasanya sopan kepada yang lebih tua kini seperti tak ada sopan santunnya.  “Nak, nggak boleh ngomong gitu. Biar bagaimanapun tante Ani bermaksud baik, dia cuma ingin melihat keluarga kita memiliki penerus.” Mama Anita membuka suara.  “Tenang, Ma! Tanpa penerus pun, keluarga Adi Brata akan berjaya dan di kenang selamanya,” jawab Ridwan telak.  Ku pegang tangan lelaki hal
last updateLast Updated : 2021-10-16
Read more
Ridwan (Keputusan Sulit)
Aku memacu mobil di kecepatan seratus kilometer perjam, hal yang tak pernah ku lakukan, untung saja mobil sport keluaran terbaru yang di belikan mama seminggu lalu sangat mendukung untuk dikendarai dengan kecepatan tinggi. Awalnya aku menolak mobil itu karena merasa tak butuh barang mewah seperti itu, tapi mama beralasan bahwa karena aku direktur sebuah perusahaan elite, transportasi yang aku pake harus mencerminkan siapa aku.Sesekali aku melirik ke arah Rahma, jantungku semakin cepat terpacu ketika kulihat wajah istriku semakin pucat, lantai mobil tempat kakinya berpijak hampir tertutupi darah.“Ya... Allah, selamatkan istri dan anakku, aku membutuhkan mereka, jangan kau ambil mereka secepat ini!” doaku dalam hati.Tangan kiriku mengelus lembut bahunya, tak ada reaksi, ku goncang bahu sambil memanggil namanya tapi tetap tak ada sahutan. Tanganku bergetar, keringat sebesar biji jagung mengalir di dahiku.Untung saja jalan yang ku lalui tak ma
last updateLast Updated : 2021-10-18
Read more
Kenyataan
Aku mengerjapkan mata, nampak bayangan plavon berwarna putih. Kembali ku tutup mata, sepertinya aku sedang bermimpi.Sayup-sayup ku dengar suara lantunan ayat suci Al-Quran, dari suaranya aku tersenyum, pasti mas Ridwan. Lelaki halalku itu memang paling suka mengaji, apalagi kalau sedang menunggu waktu shalat subuh.Aku tertegun, kembali ku buka mata, cahaya lampu yang teranang kembali membuatku harus mengerjapkan mataku berkali-kali, berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu.Berangsur-angsur penglihatanku telah kembali, aku mengedarkan pandangan.“Aku dimana?” tanyaku, sambil berusaha bangkit.“Auuuuu,” teriakku. Nyeri terasa menjalar dari perutku.Mas Ridwan berhenti memurojaah hafalan, dia gehas mendekat kearah ku.“Mau kemana sayang? Jangan bergerak dulu!” ujar mas Ridwan. Nampak dari caranya memandang terlihat rasa khawatir.“Mas, aku kenapa? Perutku kok sak
last updateLast Updated : 2021-10-26
Read more
Gedoran di Pintu Kamar
“Kamu ngapain?”Mas Ridwan menegur Siska yang tiba-tiba saja masuk ke mobil kami.“Uhuk... uhuk,” aku terbatuk karena menahan tawa.“A— nu, mama kamu nyuruh aku ikut di mobil kalian,” ucapnya dengan wajah tertekuk.“Ngapain ikut kami?” tanya mas Ridwan lagi.“Kan aku mau ke rumah kalian!”“Ngapain ke rumahku?” tanya mas Ridwan, dia tak memberi jeda untuk wanita itu berfikir.Karena tak mendapatkan jawaban, mas Ridwan mendekat ke pintu yang dekat dengan Siska, dia lalu membukanya.“Silahkan turun, atau mau aku seret!” tegas mas Ridwan.Dengan terpaksa Siska turun dari mobil, aku masih menutup mulut, tawa sudah menggelitik tenggorokan.Bum!!!Pintu mobil di banting dengan kencang, Siska nampak berlari mengejar mobil mama yang baru saja memutar haluan.“Huahahaha,” tawaku pecah, aku memegang perut yang
last updateLast Updated : 2021-11-07
Read more
Membayar Hutang
Prang!Mas Ridwan melempar botol parfum yang kebetulan ada di nakas samping pintu, kami semua melihat ke arahnya, aku begidik ngeri, melihat mata suamiku menatap nyalang ke arah tantenya.“Keluar kamu dari rumahku!” usir mas Ridwan.Aku menutup mulut, selama sepuluh tahun menikah, baru kali ini ku dengar mas Ridwan memanggil keluarganya dengan bsebutan KAMU, biasanya dia sangat sopan kepada orang lain.Aku berusaha bangkit dari posisi tidur, ingin menenangkan dia, namun kondisiku tak memungkinkan, perutku rasanya di sayat jika aku banyak bergerak.Tante Ani masih terpaku di tempatnya, dia berkacak pinggang seolah menantang mas Ridwan.“Wan, sadar kamu, Istrimu itu sudah memberimu minum darah h*id, jadi kamu menurut seperti ini,” ucap tante Ani.Mama Anita hanya menutup mulut, tak menyangka sepupunya akan berkata seperti itu.
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more
Kedatangan Mama
“Kamu tidak perlu membayar uang yang tadi asal kamu mau mengabulkan permintaanku,” ucapku cepat.“A— pa, itu Bu?!” tanyanya ragu.“Kamu harus menikah dengan suamiku!”Mata gadis itu membulat, dia menutup mulut dengan kedua tangan, aku melipat tangan depan dada. Menunggu sampai rasa terkejutnya hilang, wajar jika dia syok mendengar perkataanku barusan.Wanita mana yang tak kaget jika di datangi seorang perempuan, lalu memintanya menjadi istri dari suaminya, tentu banyak yang menolak.“Bagaimana?” tanyaku akhirnya, gadis itu masih menunduk, tak berani menatap ke arahku, dari tangannya yang memilin ujung kemejanya, bisa ku pastikan dia sedang gelisah atau takut.“Tidak usah takut, aku bukan orang jahat,” lanjutku ketika sekian lama aku menunggu tapi dia tak menjawab.“Ke— napa, Ibu mau, saya menikah dengan suami Ibu?” tanyanya kemudian.“Aku
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more
Pov Alana (Setuju)
Baru saja kulipat mukenah yang kupakai shalat, tatkala terdengar ketukan di pintu depan. Ku lirik jam butut yang menggantung di dinding. Jam satu dini hari, kembali terdengar ketukan, kali ini suara perempuan sedang memberi salam.  Aku melangkah cepat membuka pintu, takutnya tetangga ada yang butuh bantuan.  Ceklek!  Anak kunci ku putar dan membuka pintu, aku terkejut melihat orang yang baru saja datang. Hatiku sedikit takut, jangan sampai dia akan meminta uangnya sekarang.  “Boleh saya masuk?” tanya wanita itu dengan sopan.  Aku mengangguk lalu bergeser memberi jalan kepadanya. Setelah dia masuk dan duduk di kursi plastik, aku lalu berkata.  “Aku belum punya uangnya, bukankah saya meminta Anda untuk kembali besok?” tanyaku langsung, tak ingin berbasa-basi.  “Aku ke sini buk
last updateLast Updated : 2021-11-20
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status