Pembalasan Istri Tersakiti

Pembalasan Istri Tersakiti

last updateLast Updated : 2024-10-08
By:  Say_the nameOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
18Chapters
512views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Anais sangat mencintai Garvi dan mendedikasikan hidupnya selama 3 tahun pernikahan. Namun, yang dia dapatkan hanyalah hinaan dan pengkhianatan. Keluarga Garvi memperlakukan Anais dengan buruk setelah kehilangan buah hatinya. Dengan penuh keberanian, Anais menceraikan Garvi dan memulai hidup baru. ================= Ramaikan author di IG @ersa_lee Mamaci

View More

Chapter 1

Bab.1 Kehilangan

“Istri anda harus segera dioperasi, Tuan Anderson.” 

Seorang dokter meminta persetujuan dari Garvi Anderson tentang istrinya yang datang ke Rumah sakit karena mengalami pendarahan parah dan dalam keadaan hamil besar. 

Ia adalah Anais, wanita yang sudah menjadi istri Garvi Anderson sejak 3 tahun kebelakang. Semua berawal dari Eis— wanita itu kerap disapa, memergoki suaminya tengah berbuat tidak senonoh dengan seorang wanita di dalam kamarnya. Dan lebih parahnya, wanita itu juga tengah hamil besar.

Alih-alih merasa malu, Garvi justru murka karena merasa terganggu dengan kedatangan istrinya. Perdebatan penuh emosi yang melibatkan pertengkaran fisik pun tidak dapat dihindari. Membuat perut Anais membentur meja dengan keras.

Garvi Anderson, Wakil Direktur dari ADS Grup itu mengusap kasar wajahnya seraya menatap sang istri yang terbaring di atas brankar UGD dan tidak sadarkan diri dengan netra berkaca-kaca. Rasa takut terlukis di wajahnya saat dirinya dihadapkan sebuah keputusan yang sulit. 

‘Apa yang harus kulakukan?’ raungnya dalam hati. 

Suara-suara dari penghuni lain di balik tirai membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih. Kedua tangannya tertahan di wajah, menatap kosong ke arah sang istri. Keputusan harus dibuat, dan setiap pilihan pasti ada resikonya.

“Lakukan saja yang terbaik,” pungkas Garvi pada Dokter yang menangani istrinya. 

Ia kembali menatap wajah Anais yang diiringi hembusan napas berat.

***

“Kenapa kamu tega melakukan hal itu padaku, Gar?” tanya Anais dengan cairan bening yang mulai turun membasahi pipinya. Dengan posisi setengah duduk, ia menepuk-nepuk dadanya lantaran rasa sesak mulai melanda. Sejam yang lalu, Anais baru siuman setelah dua hari tidak sadarkan diri. Dan mendapati sebuah kenyataan yang pahit, ia harus kehilangan bayinya.

Garvi tidak terima jika Anais menyalahkannya atas keputusan yang sudah diambilnya. Dan bukannya berterima kasih padanya.

“Anais Adiyaksa! Mengertilah. Bayi itu sudah tidak bernyawa ketika kamu sampai di Rumah Sakit. Lalu apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku membiarkannya tetap berada dalam perutmu, bukan?” serunya seraya menggeser kursi dengan kasar.

Isakan tangis Anais yang menggema di ruang VVIP yang sunyi, membuat Louis Anderson—ayah mertuanya murka dan menyuruhnya untuk berhenti menangis. 

Pria paruh baya pemilik Grup ADS itu duduk dengan menyilangkan kaki dan melipat kedua tangannya di sofa yang berada di sudut ruangan menatap menantunya dengan tatapan tajam penuh amarah. Seakan seluruh kebenciannya tertumpah pada wanita malang itu. 

Di sebelahnya,  adik Garvi yang bernama Casie yang tengah menatap Anais dengan pandangan tidak suka. Tak ada satupun anggota keluarga Garvi yang menyukai Anais. Sungguh wanita yang malang.

Anais menangis tanpa suara dan tertunduk sambil meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya saat ayah mertua juga turut andil menyalahkan dirinya.

Selama ini, Anais tidak pernah mempermasalahkan perlakuan seluruh anggota Anderson padanya. Karena baginya, Garvi adalah segalanya. Sikap Garvi selama ini juga tidak ada yang aneh, hingga kejadian Garvi yang  kepergok bersama dengan Sarah beberapa hari lalu, dan itu merubah sikapnya.

“Tidak ada yang perlu dipermasalahkan, Anais. Daripada menyalahkanku terus, lebih baik kamu diam dan istirahat,” ucap Garvi dengan nada kesal. 

“Lagi pun, menangis darah juga nggak akan membuat anak kita kembali hidup,” imbuh Garvi lagi. Kemudian Garvi menyeret kakinya menjauh dari brankar Anais. Anais hanya bisa menatap suaminya penuh tanda tanya.

Louis sudah pergi lebih dulu yang diikuti oleh Casie.  Dan sekarang putra sulungnya juga ikut meninggalkan kamar Anais. Padahal Anais itu butuh penghiburan.

“Kamu mau kemana, Gar?” tanya Anais saat melihat Garvi menjauh.

Garvi yang sudah berdiri diambang pintu menoleh menatap Anais. Kemudian ia menarik napas panjang dan berkata, “Aku mau ke kamar Sarah.”

“Tapi aku membutuhkanmu di sini,” rengek Anais seraya bangkit dari ranjang. Ia turun dari ranjang dengan bersusah payah dan hampir jatuh untuk mengejar Garvi. Ia bahkan melepas jarum infus yang melekat di punggung tangannya untuk meraih lengan kekar pria itu.

“Jangan manja, Anais. Sarah baru saja melahirkan anakku. Aku harus menemaninya!” ucap Garvi seraya melepaskan tangan Anais dari lengannya.

“Tapi, Gar. Aku—”

“Anais! Sudah aku katakan jangan manja!” seru Garvi seraya mendorong tubuh Anais hingga tersungkur di atas lantai Rumah sakit yang dingin. Anais menangis karena merasakan sakit luar dalam.

Garvi pergi begitu saja tanpa memedulikan Anais yang menangis memanggil nama Garvi.

Di sisi lain, seorang pria berdiri menatap sepasang suami istri tersebut. Kedua tangannya mengepal dan tatapannya tajam namun tak dapat diartikan.

***

“Makanlah sedikit. Jika tidak, kamu akan tambah sakit,” pinta seorang pria paruh baya pada Anais. Ia adalah Jordan, orang yang selama ini menjaga Anais setelah kakeknya meninggal 10 tahun yang lalu karena penyakit yang dideritanya. Sedangkan orang tuanya sendiri meninggal saat Anais berusia 8 tahun.

Anais setengah duduk di atas brankar dan memalingkan wajahnya ke arah lain. Sebagai tanda penolakannya terhadap permintaan Paman Jordan. Netranya tak sengaja beradu dengan pria yang sedari tadi duduk manis di sudut sofa. Pria yang menyaksikan Anais di tinggalkan oleh suaminya.

“Ia langsung datang saat mendengar kamu kehilangan bayimu.” Anais kembali menoleh menatap pria tua yang wajahnya sudah dipenuhi keriput itu.

“Aku tidak menyuruhnya,” balas Anais tak acuh. 

Pria yang kerap disapa Jati itu adalah paman angkatnya yang bekerja di luar kota Snowdee. Setelah mendapat kabar musibah yang menimpa adik angkatnya itu, ia segera kembali untuk melihat keadaan Anais.

Kumarajati diadopsi oleh Adiyaksa—kakek Anais saat Anais berusia 10 tahun. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Namun, sikap Anais berubah acuh pada Jati setelah kakeknya meninggal.

“Kalian pergilah. Aku nggak mau Garvin atau keluarganya melihat kalian ada di sini,” usir Anais pada Paman Jordan.

Paman Jordan menatap sekilas pada Jati. Setelah Jati mengangguk samar, mereka segera bangkit dan meninggalkan kamar inap Anais.

“Istirahatlah. Jika butuh sesuatu, hubungi Paman atau Jati,” pesan Paman Jordan.

Anais mengangguk lemah, namun tak berkeinginan untuk menatap Jati meskipun pria itu sangat berharap jika kedatangannya akan disambut oleh Anais.

Anais berbaring dan menyembunyikan  tubuhnya di bawah selimut, berniat untuk memejamkan netranya. Beberapa bagian dari tubuhnya terasa nyeri akibat terjatuh saat didorong oleh Garvi.

Anais mendengus kesal karena matanya tak kunjung terpejam. Akhirnya ia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar mencari udara segar.

Dengan menyeret kakinya dan tiang infus di tangan kirinya, Anais berjalan menyusuri lorong bangsal VIP Rumah sakit. Sesekali ia mengusap jejak air matanya. Teringat bagaimana ia harus kehilangan buah hati yang dengan susah payah ia dapatkan. Nyatanya, Garvin bahkan seakan tak ambil pusing dengan hal itu.

“Menikahlah denganku.”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
18 Chapters
Bab.1 Kehilangan
“Istri anda harus segera dioperasi, Tuan Anderson.” Seorang dokter meminta persetujuan dari Garvi Anderson tentang istrinya yang datang ke Rumah sakit karena mengalami pendarahan parah dan dalam keadaan hamil besar. Ia adalah Anais, wanita yang sudah menjadi istri Garvi Anderson sejak 3 tahun kebelakang. Semua berawal dari Eis— wanita itu kerap disapa, memergoki suaminya tengah berbuat tidak senonoh dengan seorang wanita di dalam kamarnya. Dan lebih parahnya, wanita itu juga tengah hamil besar.Alih-alih merasa malu, Garvi justru murka karena merasa terganggu dengan kedatangan istrinya. Perdebatan penuh emosi yang melibatkan pertengkaran fisik pun tidak dapat dihindari. Membuat perut Anais membentur meja dengan keras.Garvi Anderson, Wakil Direktur dari ADS Grup itu mengusap kasar wajahnya seraya menatap sang istri yang terbaring di atas brankar UGD dan tidak sadarkan diri dengan netra berkaca-kaca. Rasa takut terlukis di wajahnya saat dirinya dihadapkan sebuah keputusan yang sulit.
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
Bab.2 Mendapat Hinaan
“Garvi?!” seru Anais seraya mengerutkan keningnya. Melihat pria yang masih berstatus sebagai suaminya dengan buket bunga besar di tangannya tengah berlutut di hadapan seorang wanita. “Sarah Dania!” gumam Anais.Wanita yang bernama Sarah dan Garvi mengalihkan atensinya pada Anais. Garvi sedikit tersentak dengan kedatangan Anais yang tak terduga. Namun ia kembali menguasai perasaannya, dan menatap Anais penuh amarah.“Ngapain kamu di sini?” tanya Garvi tidak suka. Ia kemudian menarik pinggang Sarah dalam pelukannya. Membuat mata Anais memanas.“Harusnya aku yang tanya, Garvi. Kamu ngapain di sini?” ucap Anais balik bertanya. Meski sebenarnya ia tahu sedang apa Garvin bersama Sarah. Ia hanya menolak kenyataan yang ia lihat.Sarah Dania, seorang aktris yang cukup terkenal. Ia dikenal sebagai wanita baik-baik dan lemah lembut, sehingga banyak orang memuja kebaikan dan kecantikannya. Termasuk para kaum adam.Tapi siapa sangka, justru wanita baik-baik itu merebut seorang pria beristri. Dan
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
Bab.3 Aku Pergi!
“Apa di rumahmu, kamu nggak punya kaca? Sehingga kamu nggak melihat seperti apa dirimu itu?” tanya Louis Anderson dengan nada angkuhnya.“Jika kamu masih berharap untuk menjadi bagian keluarga Anderson, jangan pernah bermimpi. Aku tidak akan menerimamu kembali di rumahku. Meski hanya menjadi pelayan. Pelayan saja kamu tidak pantas!” hina Louis.“Sarah, masuklah! Di luar udara sangat dingin. Tidak baik untukmu. Banyak mata melihat juga,” ucap Louis pada Sarah. Dan nada bicaranya sangat berbeda. Jika bicara dengan Sarah ia akan lembut dan bernada rendah, namun jika dengan Anais, maka pria paruh baya itu akan meledak-ledak penuh emosi. Seakan Anais sudah melakukan kesalahan yang fatal baginya dan keluarganya.Awalnya, saat Anais dikenalkan pada keluarga Anderson oleh Garvi, sikap itu sudah terlihat bahkan sangat kentara. Terlebih mengetahui jika Anais adalah seorang yatim piatu. Bahkan tanpa menunggu penjelasan Anais lebih lanjut, Louis sudah memandang dirinya dengan sebelah mata.Anais
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
Bab.4 Hari Baru
“Baguslah!” seru Jati merasa girang. “Tanpa diminta, aku pasti akan membantumu. tenang saja,” lanjutnya dengan senyum lebar.Senyuman Jati justru membuat Anais kesal. Membuatnya teringat kejadian saat di Rumah sakit. Saat Anais memeluk Jati secara tiba-tiba karena membutuhkan seseorang untuk bersandar. Anais melakukan itu karena emosi yang sedang menguasai hati dan pikirannya. Tapi karena kejadian itu, hubungan mereka berangsur membaik meski Anais masih merasa canggung.Memberikan pelukan pada Jati, memang bukan pertama kalinya bagi Anais. Tapi sudah sekian lama ia tidak melakukannya, membuatnya merasa aneh dan canggung. ‘Apa kejadian hari itu tidak membuatnya merasa canggung sama sekali?’ pikirnya dalam hati.“Saya akan selalu siap kapanpun dibutuhkan. Jadi jangan sungkan jika membutuhkan sesuatu, Nona,” ucap Paman Jordan hormat.Paman Jordan selalu memanggil Anais dengan sebutan Nona. Dan itu tidak berubah meski Anais sudah melarangnya. Paman Jordan mengatakan jika itu sudah menj
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
Bab.5 Memulai Rencana
Anais menoleh ke sosok pemilik suara yang berada di sampingnya. Wanita dengan gaun malam berwarna hitam yang terbuka dan menampilkan hampir seluruh dadanya. Anais memutar bola matanya malas, sepertinya akan ada perdebatan sengit antara mereka. Jujur saja, pertemuannya dengan Sarah, adalah sesuatu yang tidak baik. Anais yakin jika salah satu dari keluarga Anderson juga berada di tempat ini. Atau mungkin semua.“Apa maksudmu dengan wanita sepertiku?” tanya Anais pura-pura menanggapi. Dalam hatinya, ia sangat malas untuk berurusan dengan Sarah.Mereka berdua berdiri berdampingan menatap angin kosong. Tentu saja dengan pikiran mereka masing-masing.“Apa kamu datang untuk menggoda pria di pesta ini?” tuduh Sarah pada Anais.Anais menertawakan pertanyaan Sarah dalam hati. ‘Menggoda? Bukankah kata-kata itu tepat untuk menggambarkan dirimu?’ batin Anais sinis.Melihat tidak ada perlawanan dari Anais, Sarah kembali memprovokasi Anais. Ia beralih menatap wanita dengan surai panjang yang terger
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more
Bab.6 Rencana Pertama
“Ini masih pagi buta. Bisa nggak sih nggak usah teriak-teriak? Ganggu tau nggak?” keluh Anais dengan suara serak, seraya menjauhkan ponsel itu dari yang menelponnya.Anais menganggap hari masih gelap, padahal matahari sudah hampir berada di atas kepala. Namun, kata-kata kasar yang ia tangkap oleh indra pendengarannya menyadarkannya bahwa hari gelap yang ia pikirkan ternyata salah. Umpatan-umpatan itu juga menandakannya bahwa Garvi sudah menerima surat gugatan yang ia kirimkan untuknya. Anais membuka matanya cepat, menoleh ke arah benda kecil yang duduk manis di atas nakas.Waktu menunjukan pukul 08.25, waktu yang cukup siang untuk memulai hari. Tanpa ingin mendengar keluhan apapun dari Garvi, Anais segera menutup telponnya secara sepihak. Kemudian turun dari peraduan dan menuju kamar mandi. Dapat ditebak apa yang terjadi di ujung sambungan. Pria itu masti semakin menggila.“Ini baru langkah pertama, Garvi. Sebelum kamu menggugat cerai, aku melakukannya lebih dulu. Dan aku janji, aku n
last updateLast Updated : 2024-07-24
Read more
Bab.6 Bertemu Lagi
Bab.6“Aak!” pekik Anais saat segelas jus yang ada di mejanya berpindah mengenai wajah dan bajunya.Anais mengusap kasar wajahnya yang terasa dingin, serta bajunya yang kotor. Dihadapannya, seorang wanita tengah berdiri dengan santai namun menatapnya dengan pandangan sinis.Sarah Dania! Wanita yang telah merebut suaminya, saat ini ada dihadapannya. Benar-benar hari yang buruk.Anais refleks berdiri sembari menatap tajam pada wanita itu dan berseru, “Apa-apaan kamu ini?!” Sarah tidak bergeming dengan teriakan Anais yang menampilkan sebagian emosinya. Namun, wanita yang menjadi lawan bicaranya hanya diam berdiri di tempat. Sarah melihat sekeliling, mereka berdua menjadi pusat perhatian. Terdapat banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka karena suara Anais cukup keras. “Nona, aku nggak melakukan apapun, kenapa kamu berteriak padaku?” tanya Sarah memutar balikan fakta.Anais mengerutkan dahinya, mencoba mengerti maksud ucapan Sarah. Baru beberapa detik yang lalu ia datang dan menyi
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more
Bab.8 Cerita Tentang Anais
“Hei! Minggir kamu, jangan menghalangi!”Jati melihat pria yang berteriak padanya melalui ekor matanya. Tanpa menggubris keributan yang sedang terjadi, kemudian menarik lengan Anais untuk menjauh dari tempat itu.Sepanjang langkah mereka keluar, Anais meronta minta untuk dilepaskan, tapi Jati juga tidak memedulikan teriakan Anais. Ia tetap membawa Anais hingga ke tempat parkir.“Lepasin nggak!” teriak Anais sembari melepaskan cengkraman tangan Jati. Anais menatap Jati penuh kesal seraya mengusap lengannya yang sedikit terasa sakit karena Jati menariknya terlalu kuat.Menyadari hal itu, Jati sadar dengan tindakannya dan meminta maaf pada Anais karena telah membuatnya kesakitan.“Apa-apaan sih, kamu! Main tarik aja! Kamu pikir aku kambing?” kesal Anais.Anais yang merasa kesal pada Jati, memalingkan wajahnya ke arah lain seraya melipat kedua tangan di depan dada.“Aku menarikmu dari tempat itu karena aku nggak mau kamu terluka,” jawab Jati dengan wajah datar.Anais menjadi semakin kesal
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more
Bab.9 Apa Rencana Anais?
“Kamu nggak percaya sama aku? Kamu anggap kalau aku ini bohong dan ngarang cerita ke kamu? Gitu?”Sarah tersulut emosi saat ucapan Garvi seolah membela Anais. Ia merasa tidak terima dengan sikap Garvi yang terkesan membela mantan istrinya itu.Bagai orang yang kebakaran jenggot, Garvi mencari alasan agar Sarah tidak marah dengan ucapannya. Dengan terbata, ia berucap, “Bukan gitu, aku cuma nggak percaya kalau Anais—”Sarah meletakkan kedua tangan di pinggang dengan wajah merah padam. Menatap penuh amarah pada pria yang rencananya sebentar lagi akan menjadi suaminya.“Jadi, kamu lebih percaya Anais daripada aku?” potong Sarah kemudian.Garvi melipat bibirnya menyadari kesalahan yang dibuatnya. Ia tak menyangka jika kata-kata yang tak sengaja ia ucapkan kini membuatnya dalam masalah. Ia segera bangkit dari tempat duduknya yang nyaman untuk menghampiri Sarah dan menenangkan wanita pujaan hatinya itu agar tidak marah padanya.Garvi mencoba membujuk Sarah dan beralasan tidak melihatnya seca
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more
Bab.10 Polemik Hati
Anais, bisa kita bicara sebentar?” tanya Jati pada Anais yang hendak melangkahkan kakinya menuju anak tangga. Anais baru saja kembali ke rumah setelah seharian berada di luar rumah. Setelah kejadian di toko kue tadi siang, Anais pergi untuk melihat butik milik temannya sekaligus mengganti pakaiannya yang kotor terkena jus dan juga bercak kue. Anais menghentikan langkahnya, kemudian menoleh pada Jati dengan menaikan satu alisnya. Ia memutuskan untuk menyetujui ajakan Jati meski dalam hatinya merasa enggan untuk berbicara dengan anak angkat dari kakeknya tersebut. Anais menyilangkan kedua tangan di dadanya. Lalu bertanya, “Ngomong apa?” Jati mengutarakan keresahannya tentang acara yang akan diadakan oleh perusahaan, yang akan melibatkan Sarah dan juga keluarga Garvi karena mereka ada di daftar undangan. Jati juga bertanya tentang tanggapan Anais jika ADS Grup yang notabene adalah perusahaan milik keluarga suaminya dibatalkan dalam daftar undangan. Mendengar ucapan Paman angkatnya
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status