Drt ... drt ... drt ....
Benda pipih itu kembali bergetar.
"Aish." Aku mengumpat.
Brak.
Aku membanting keras benda pipih itu ke lantai. Semuanya hancur berantakan.
Lalu aku menuju kamar mandi untuk melakukan kewajiban dan bersiap-siap berangkat sekolah.
****
Saat aku sedang mengenakan jilbab hitam, lonceng yang ada di dekat jendela berbunyi.
Kulihat Nana sudah selesai, lalu aku membuka jendela.
"Yuk," ajaknya untuk berangkat sekolah.
"Aku belum sarapan, Na" ucapku padanya.
"Kalo udah selesai, kamu paggil aku ya," ucapnya lalu menenteng tas.
"Oke," ucapku menutup jendela kamar kembali.
****
"Pagi Ayah, Bunda dan Bibi," seruku melihat mereka yang sedang menghidangkan makanan dan Ayah sedang duduk dimeja makan.
"Pagi, Sayang," sapa Ayah dan Bunda barengan.
"Pagi, Non Ifa," sapa Bibi tersenyum padaku.
Aku segera duduk di samping Bibi dan kami menyantap sarapan dengan khidmat.
***
Setelah sarapan, aku pamit pada Bunda, Ayah dan Bibi.
"Bunda, Ayah, Bibi. Ifa berangkat ya, sama Nana," ucapku menenteng tas dan menyalami mereka.
"Hati-hati," ucap Ayah.
"Uang jajan kamu masih ada?" tanya Bunda, Aku menggelengkan kepala.
"Nih," Bunda menyodorkan uang 35 ribu padaku.
"Makasih Bundaku, Sayang." Aku berucap dan menyalami tangan Bunda, Ayah dan Bibi.
****Aku berjalan sampai depan pintu pagar rumah Nana dan melihatnya sedang mengikat tali sepatu.
"Udah datang?" tanya Nana melihatku dan segera membuka pintu pagar.
"Yuk," ajakku menggandeng tangannya dan pergi sekolah dengan berjalan kaki.
Sekolah kami tidak terlalu jauh. Hanya menempuh dalam waktu 30 menit.
****
Kami sudah memasuki pekarangan sekolah, ada sebuah mobil Lamborghini Aventador bertengger di depan kelas kami.
"Wah bangus banget mobilnya, Fa. Warna hijau kesukaanku," ucap Nana.
"Kamu kayak gak pernah liat deh mobil butut kayak gitu," ucapku ke Nana karena dia terlalu lebay.
"Ifa, ini bukan mobil butut. Ini mobil kayak Rafi Ahmad tahu," ucap Nana girang.
"Ayo, ke kelas," ucapku menarik tangan Nana menuju kelas.
"Kapan ya, aku punya mobil itu? Kapan aku bisa duduk di samping supirnya? Kalo itu punya seorang pria, pasti dia tampan," cerocos Nana melihat ke mobil itu.
"Halumu keterlaluan, Nana. Kamu bisa gila dan nanti aku yang jadi korban ledekan." Aku berucap ketika sampai di tempat duduk kami.
Teng ... teng .... teng ...
Bel masuk berbunyi.
****
Kami segera menuju lapangan walau hari rabu karena, ini apel pagi sekolah.
Aku dan Nana sampai di lapangan. Kami duduk di barisan paling depan dan diikuti dengan siswa lain.
"Baik anak-anak. Hari ini Bapak akan memperkenalkan guru baru kita yaitu Pak Kevin Kurniawan Syarief. Kepada beliau kami persilahkan," ucap Pak Nopri dengan gembira. Tapi, seketika itu juga Aku memalingkan wajah.
"Assalamualaikum warhmatullah wabarokatu," ucapnya dengan muka datar.
"Waalaikum salam warahmatullah wabarokatuh," jawab semua siswa.
"Perkenalkan nama saya Kevin Kurniawan Syarief. Kalian bisa memanggil saya dengan sebutan Pak Kevin," ujarnya memperkenalkan diri.
"Maaf, Pak. Namanya kepanjangan, kalo saya panggil 'sayang' boleh?" tanya kakak kelas dengan genit.
Tapi, Pak Kevin hanya diam tak merespon. Sementara siswa yang lain, merespon dengan menyoraki perempuan tersebut.
"Bapak masih single atau sudah berkeluarga?" tanya salah satu siswa.
"Saya sudah menemukan gadis yang akan dijadikan istri. Jadi, kalian tak perlu bersusah payah untuk mendapatkan perhatian saya, karena jujur saja. Saya merasa jika perempuan itu sama saja dengan mematikan harga dirinya sendiri." Pak Kevin berucap dengan kata lugas, pedasnya dan membuat semua yang ada dilapangan menjadi hening.
"Wah, beruntung sekali gadis itu ya," ucap Nana pada Winda Mey yang ada dibelakangnya.
"Pasti dia menjadi wanita paling istimewa di dunia. Karena sudah mendapatkan laki-laki yang mapan juga tampan," jawab Elvi Dwiyanti yang mendengar kata Nana.
"Kamu tersaingi." Doni berucap menyindir Juwita.
Lalu, Pak Kevin memberikan microphone ke Pak Nopri yang ada di sampingnya.
“Baik, kita sudah korupsi waktu 1 menit. Silahkan masuk ke dalam kelas untuk mengikuti pelajaran pagi ini.”
Pak Nopri mengakhiri pembicaraannya lalu kami berjalan masuk ke kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran pagi ini.
***
Teng ... teng ... teng.
Bel istirahat berbunyi.
Assyifa menyimpan buku di dalam tas dan menatap Nana yang masih sibuk sendiri.
“Kantin yuk,” ajak Nana.
Assyifa menganggukkan kepala seraya tersenyum manis padanya.
“Fa, boleh gabung gak?” Assyifa menoleh ke belakang. Ternyata Elvi dan Mey.
“Boleh.”
Ia menggandeng tangan mereka dan Nana tersenyum bahagia karena anggota kami bertambah 2 orang.
Mereka berjalan menuju kantin Bu Ita. Sampai di kantin, dia duduk di bangku panjang.
Tempat biasa yang sering dia duduki bersama Nana. Di mana lagi kalo bukan di dekat jendela kantin.
“Kalian pesan apa?” tanyaku pada Elvi dan Mey.
“Kalian biasanya pesan apa?” tanya Mey pada mereka.
“Aku dan Nana biasanya pesan bakso dengan es teh manis,” ucapnya pada mereka.
“Boleh deh,” ujar Elvi. Sepertinya dia menyukainya.
“Bu, kayak biasa ya. Tapi, masing-masing 4 porsi.”
Assyifa menghadap ke belakang untuk menatap Bu Ita yang tengah sibuk menyiapkan makanan.
“Oke, deh.”
“Oh iya, kalian berdua aku lihat deket banget. Sahabatan udah berapa lama?” tanya Elvi padanya dan Nana.
“Kami sahabatan waktu masuk SMA dan ternyata kami setetangga,” tutur Nana seraya memeluk Assyifa.
“Iya, bahkan kami juga buat lonceng yang menghubungkan antara jendelanya dan jendela Nana.” Assyifa membalas pelukannya.
“Gak perlu nelfon atau SMS lagi dong,” terka Mey.
“Cukup gerakin loncengnya dari kamarku. Pasti kamar Ifa menimbulkan bunyi yang sangat berisik,” ujar Nana.
Tibalah pesanan mereka yang dibawakan Bu Ita.
“Di habiskan yo.” Bu Ita meninggalkan mereka.
“Ayo, dimakan.”
Assyifa memasukkan kuah bakso ke dalam mulutnya dengan menggunakan sendok.
Uhuk ... uhuk ....
Nana terbatuk-batuk karena tersendak kuah bakso.
"Hati-hati dong.”
Assyifa memberikan instruksi plus segelas es teh manis padanya.
Nana meminumnya dengan tergesa-gesa. Lalu meletakkan kembali gelas tersebut di atas meja.
“Pak Kevin jalan ke sini.”
Nana menunjuk ke arah luar jendela. Mey dan Elvi melihat ke arah tunjuk Nana. Benar saja, Pak Kevin berjalan menuju kantin. Assyifa langsung merongoh saku bajunya.
Deg!
Tubuhnya membeku seketika.
“Kenapa Fa?” tanya Mey pada Assyifa.
“Aku lupa kalo ponselku pecah,” jawabnya dan membuat mereka terkejut bukan main.
“What? Kamu banting?” tanya Nana sambil memegang pundaknya. Pak Kevin berdiri tepat di dekat meja mereka.
“Assyifa, nanti kamu keruangan saya,” ucap Pak Kevin padanya. Nana, Elvi dan Mey menatap Pak Kevin dengan mulut terbuka. Mereka sangat terkejut dengan pemandangan yang ada di depan mereka.
Pak Kevin itu terlihat sangat dekat di depan mata. Ralat, di depan wajah Assyifa sehingga mereka bisa dengan jelas melihat lekuk garis wajah tampan itu bak dewa Yunani. Tak berselang lama, lalu Pak Kevin berlalu pergi dari kantin.
“Kamu buat kesalahan apa lagi, Fa?” tanya Elvi menatapnya dengan iba.
“Ya udah, aku ke ruangan dia dulu.”
Assyifa berdiri dari kursi hendak melangkah. Tapi, di tahan oleh Nana.
“Jangan keluarkan taekwondomu,” nasihat Nana pada sang sahabat.
Assyifa menganggukkan kepalanya. Pastinya dia berbohong, jika terdesak dia akan menggunakan jurus andalannya. Ia lalu berjalan menuju ruang majelis guru dengan tergesa-gesa.
Sampai di sana, dia tak melihat ada guru di sana. Mungkin karena ini jam istirahat. Jadi, mereka meninggalkan ruangan ini, pikir gadis itu. Assyifa kembali melangkahkan kakinya menuju ruang Pak Kevin. Ruang guru killer tersebut.
PoV AssyifaAku sampai di depan pintu milik Pak Kevin.Tok ... tok .... tok ...."Masuk," ucap Pak Kevin dari dalam ruangan.Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam dan menutup kembali pintu tersebut."Ada apa?" tanyaku spontan."Silahkan duduk," ucapnya tanpa melihatku."Lo mau cari masalah ya sama gue?" Aku tetap berdiri."Silahkan duduk," ucapnya lagi.Aku berjalan ke arahnya."Gue gak mau nikah sama lo." Aku berujar dengan tatapan tajam ke arahnya.Dia berhenti melihat berkas yang ada di meja dan beralih menatap ke arahku."Kurang apa saya di mata kamu?" tanya Pak Kevin yang membuat aku muak mendengarnya."Gue udah punya pacar yang akan gue jadikan suami nantinya. Jadi, lo gak perlu dateng ke rumah gue lagi," ucapku bohong."Kenapa kamu mematikan telfon saya tadi pagi?" tanya Pak Kevin melihatku."Aish," umpatku sambil menahan emosi."Gue muak dengan suara lo." Aku beruc
"Ini minumannya," ucap Bibi membawa membawa nampan yang berisi minuman dan sedikit cemilan."Makasih Bi," ucap Tante Rena pada Bibi, lalu mereka mengambil cangkir tersebut dan meminumnya.Kring ... kring ... kring ....Lonceng dari dalam kamarku berbunyi. Mungkin saja Nana membutuhkan sesuatu atau saja dia ingin menanyakan sesuatu padaku.'Aku lupa menutup pintu kamar," batinku."Itu suara apa?" tanya Om Syarief padaku."Itu bunyi lonceng di kamar Ifa, Om," ucapku dengan segera berlari ke atas, di mana kamarku terletak.Sampai di kamar, aku menyibak tirai kamar dan membuka jendela."Ada apa, Na?" tanyaku pada Nana."Rumah kamu kedatangan tamu, ya?" tanya Nana. Aku hanya mengganggukkan kepala sebagai jawaban karena memang benar saat ini rumahku sesang ramai oleh tamu."Pak Kevin," ucapku yang membuat Nana membuka mulutnya lebar-lebar."Kok bisa? Aku penasaran. Aku ke sana, ya?" tanyanya histeris. Pasalnya Pa
"Suka gak sama ponselnya?" tanya Pak Kevin dari sebrang sana."B aja," jawabku. Padahal ini pertama kalinya dibelikan ponsel mahal sama orang lain."Kamu gunain memorinya dengan baik. Jangan sampai ada foto atau video aneh. Awas," ancamnya padaku."Ya ampun, siapa juga mau simpan foto sama video aneh. Paling juga drakor atau foto Jimin," ujarku."Jimin? Siapa dia?" tanyanya heran. Ingin sekali Aku tertawa tapi, kutahan."Kekasih gelapku. Bye," ucapku lalu mematikan panggilan secara sepihak.Aku menyetel alarm jam 05.00 WIB dan tidur.****Beep ... beep ... beep ....Aku bangun mendengar bunyi ponsel."Punya siapa nih?" tanyaku heran."Oh iya, kan kemaren Pak Kevin ngasih ini ke aku," sambung dan beranjak dari tempat tidur dan men-charger ponsel tersebut. Lalu masuk ke dalam kamar mandi.Setelah selesai, Aku segera mengambil anak jilbab hitam beserta jilbab putih lalu memasang di kepalaku."Selesai," seruku
"Cepat banget," ucap Nana padaku. Aku hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu."Ayo kita pulang," ujarnya menarik tanganku dan kami pulang bersama. Berjalan kaki bersama sambil berolahraga santai.***Di perjalanan pulang, aku selalu memikirkan bagaimana aku nanti setelah menikah dengan orang yang tak kukenal sama sekali. Apalagi orang itu membuatku muak, hatiku kesal dan pikiranku berkecamuk melihat tingkahnya yang menurutku bukanlah seorang pria elegan."Mikiran apa sih, Assyifa?" tanya Nana sambil menepuk pelan pundakku tepat di sebelah kanan."Na, gimana ya kehidupan aku setelah menikah? Aku belum siap," ucapku sedih dan menundukkan kepala melihat jalanan aspal yang kami lalui."Kamu kenapa pikirkan soal itu? Yang penting kamu nurut aja. Ini perintah orangtua kamu," ujar Nana menyemangatiku."Udah jangan sedih lagi, ya. Rumah kita udah dekat tuh," ucap Nana sambil menunjuk rumahnya."Kalau ada apa-apa, kamu cukup bunyikan lonceng
Beep ... beep ... beep ...Ponselku bergetar dengan kuat di atas ranjang milikku. Aku mengambil ponsel yang ada di samping tubuhku lalu mematikan alarm yang selalu aku setel."Hoam." Aku menguap sambil merenggangkan otot tangan dan leherku sehingga menghasilkan bunyi di sana."Udah Senin aja," ujarku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sholat subuh dan berangkat sekolah.Setelah selesai, aku melihat daftar mata pelajaran yang akan dibawa untuk hari ini."Selesai," seruku lalu menyandang tas dan keluar dari kamar menuju ke meja makan untuk sarapan.***"Makan dulu cantik," ujar bunda melihatku yang sudah duduk di kursi dengan pakaian seragam sekolah, menenteng tas ranselku."Siap Ibu Negara," ucapku memberi hormat layaknya anak paskibraka pada bunda.Bunda mengambil piring yang ada dihadapanku dan menuangkan nasi goreng ke piringku."Terima kasih Bunda," ucapku mengambil piring yang be
Aku memasukkan benda pipih itu ke dalam saku bajuku dan berjalan santai ke depan pagarnya."Maaf Fa," ucap Nana sambil membuka pintu rumahnya.Nana berlari keluar dan menggandeng tanganku.***Tak terasa kami memasuki pekarangan sekolah dan aku melihat Elvi dan Mey sedang duduk di bangku panjang depan kelas."Hai," sahutku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.Elvi dan Mey membalas lambaian tanganku sambil tersenyum ke arah kami."Aku masukin tas ke kelas dulu ya," ujarku pada mereka dan menarik tangan Nana."Yuk, duduk di depan," ajakku pada Nana."Ayo," ujar Nana menarik tanganku untuk duduk di bangku di mana Elvi dan Mey duduk."Udah lama, ya?" tanya Nana membuka percakapan seraya melihat ke arah Elvi dan Mey."Gak kok," ujar Elvi."Selamat Fa," ujar Elvi padaku.Aku menatap heran sambil mencerna ucapan Elvi yang membuatku bingung."Nana bilang kalau sebentar lagi kamu bakalan dinikahkan sama
[Fa, nanti malam temani aku ke indomaret ya beli skincare.]Nana mengirim pesan di ponselku.[Iya, tapi kok harus pake pesan segala sih?] balasku cepat. Biasanya Nana akan langsung datang ke rumahku tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam kamarku.Ting!Ponselku kembali berdering menanndakan pesan masuk.[Aku lagi di rumah Paman.]Aku tak membalas pesan Nana."Langsung pake gamis lah. Nanti gak susah-susah gantinya," ucapku sambil berjalan ke lemari dan mengambil gamis motif bunga.Setelah selesai memakai gamis, aku turun ke bawah menuju dapur untuk membuat coklat panas.***Sesampainya di dapur, aku langsung menyiapkan cangkir dan mengambil 1 sachet coklat bubur yang sudah tersedia di samping kulkas."Mau ke mana, Non?" tanya Bibi yang sedang mencuci tangannya di wastafel.Aku menyobekkan bungkus coklat bubuk itu."Nanti mau ke Indomaret, Bi. N
Aku dan Nana sampai di pekarangan sekolah. Tapi saat jalan menuju kelas, Nana melihat Pak Kevin sedang berbincang-bincang bersama guru magang di parkiran samping kelasku."Guru magang itu ganjen banget sih sama suami Kamu," ujar Nana melihat Pak Kevin yang sedang berbincang bersama guru cantik itu.Kuakui dia cantik. Dari segi fisik dan bentuk badan."Emang dia cantik," sahutku pada Nana.Aku berjalan memasuki kelas."Gak bisa gitu dong, Fa. 2 hari lagi dia bakal jadi milik kamu," ucap Nana menyusulku dan semua yang ada di kelas heran mendengar ucapan Nana."2 hari lagi? Emang Assyifa kenapa dengan 2 hari lagi?" tanya Tania."Dia sedang bercanda," jawabku cepat sambil duduk di kursi."Aku kira gak ada orang," bisik Nana sambil meletakkan tasnya di atas meja dan menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi.Bel masuk berbunyi, kami mengikuti pelajaran Pak Edward guru bahasa Inggris sampai bel istirahat berbunyi.****Pak Edward
Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me
"Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag
Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.
"Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m
PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat
"Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.
Sampai di kamar, aku melihat Pak Kevin duduk di ranjang sambil menatap ke ponselnya.Aku meletakkan tas di atas meja belajar dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi, Pak Kevin masih saja duduk di atas ranjang."Bisa keluar dulu gak, Pak? Aku mau ganti baju," ujarku pada Pak Kevin sambil mengeringkan rambutku dengan handuk kecil dan menggosok-gosokkan di kepalaku.Pak Kevin beranjak dari ranjang sambil berjalan keluar kamar tanpa melirikku ataupun berbjcara. Setidaknya dia berdehem saja itu sudah cukup bagiku.'Dia lagi PMS?' batinku menatap kepergian Pak Kevin. Aku menggelengkan kepala menatap tingkahnya. Mungkin saja Pak Kevin sedang PMS sekarang.Aku membuka lemari lalu mengambil baju tidur.Setelah selesai, aku menyisir rambutku di meja rias sambil memikirkan perkataan Nana waktu kami berjala menuju sekolah."Apa Pak Kevin udah capek ya, dengan tingkahku?" tanyaku sambil menyisir rambutku menatap wajahku
"Kamu tetap di mobil saja ya," ujar Pak Kevin padaku."Iya," ucapku lalu Pak Kevin memberikan kunci mobilnya dan keluar dari mobil menuju toilet untuk mengambil wudu.Sedangkan aku berada di dalam mobil lalu mengunci semua pintu depan dan belakang. Lalu kembali duduk seperti semulaKruk!"Aduh, pake acara lapar lagi," keluhku karena baru terasa perut sudah keroncongan. Aku mengelus perutku yang berbunyi akibat keroncongan dan belum terisi."Tunggu Pak Kevin selesai sholat aja, deh," ujarku seraya mengeluarkan ponsel di dalam koper untuk menghilangkan rasa suntuk. Aku mulai berselancar di aplikasi facebook untuk menghilangkan rasa boringku.Sekitar sepuluh menit kemudian, barulah Pak Kevin keluar dari mesjid berjalan menuju mobil."Maaf ya, lama," ujar Pak Kevin setelah ia masuk ke dalam mobil."Pak, kita ke indomaret dulu ya. Perut aku sakit," keluhku.Pak Kevin langsung mengeluarkan mobilnya
"Aku hanya melakukan tugas dari Pak Kevin," ucap Annisa padaku.Aku tersenyum ke arahnya walau separuh nyawaku masih tersimpan di bantal. Ya, aku baru saja bangun tidur dan mataku masih terada sangat lengket. Rasanya aku ingin tidur kembali."Pak Kevin mana?" tanyaku pada Annisa."Sedang lari pagi," jawab Annisa.Aku hanya ber oh ria lalu beranjak dari ranjang berjalan menuju kamar mandi."Assyifa," panggil Annisa menghentikan langkahku."Baju-bajumu sudah kumasukkan ke dalam lemari," ujar Annisa seraya melangkahkan kaki ke luar kamar. Semetara aku terdiam di tempatku.'Besok 'kan aku mau pulang,' gumamku masuk ke kamar mandi.***Setelah selesai mandi, aku tak menemukan keberadaan Pak Kevin di kamarnya.'Apa masih di luar?' batinku sambil membuka lemari dan mengambil baju kaos polos warna putih bergaris hitam di padukan dengan celana kulot warna coklat berbahan tebal.Setelah selesai, aku berjalan ke dapur