Share

Hukuman Darinya?

Penulis: Authoring
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 06:56:39

Tok ... tok ... tok ...

Di sela-sela mereka menyantap makan malam, terdengar suara pintu diketok oleh seseorang dari luar rumah. Jam seperti ini biasanya Pak Asep sudah pulang ke rumahnya.

“Biar Ifa aja.”

Gadis itu meletakkan sendok di piring lalu berjalan ke pintu depan.

Ceklek!

Pintu dibuka dari dalam oleh Assyifa.

Terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi berdiri di depan pintu rumahnya dengan posisi membelakanginya.

“Mau cari siapa?” tanya Assyifa sembari keluar rumah dan menutup pintu.

Di saat pertanyaan itu berakhir, ia membalikkan tubuh menghadap ke arah gadis itu. Ternyata itu adalah Pak Kevin.

“Saya akan memberikan hukuman padamu,” ucapnya sambil tersenyum manis ke arah Assyifa. Assyifa masuk kecalam rumah rumah dan kembali menutup pintu serta menguncinya.

‘Gawat! Kalo Ayah sama Bunda sampai tahu, gimana?’ batinnya.

“Ifa, siapa yang datang?” tanya bunda sedikit berteriak dari dapur.

“Anu, kurir salah alamat, Bun,” jawabnya asal. Assyifa melangkahkan kaki menuju dapur.

Tok ... tok ... tok ....

Lagi-lagi terdengar suara ketokkan pintu dari luar. Dia mengurungkan niat dan kembali berdiri di dekat pintu. Bunda datang menghampirinya dengan tergesa-gesa.

“Buka pintunya, Ifa. Itu ada tamu, jangan berdiri aja,” ucap bunda kesal karena sang anak tak jua membukakan pintu itu, lalu berjalan mendekati pintu.

“Eh, jangan Bunda.” Assyifa menahan langkahnya wanita itu dengan menarik pergelangan tangannya.

“Awas.”

Bunda menggeser tubuhnya pelan lalu dia menyentuh gang pintu tersebut.

Ceklek!

Assyifa membalikkan tubuh membelakangi pintu sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan.

‘Tamatlah riwayatmu, mungkin ajalmu akan sampai di sini,' batinnya.

“Rena? Sudah lama kita tidak bertemu.”

Gadis itu terkejut dengan ucapan bundanya barusan. Tadi Pak Kevin, sekarang Rena. Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, dia menoleh ke depan dan melihat wanita paruh baya bersama suaminya sambil tersenyum pada Bunda.

“Masuk, yuk.”

Bunda mempersilahkan mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa.

“Wah, ini anak kamu, Ranti?” dia menatap ke arahnya.

“Iya, namanya Assyifa. Ayo, salam mereka, Nak.”


Bunda memperkenalkan anaknya lalu Assyifa mencium kedua tangan mereka.

“Siapa Bun?”

Ayah menghampiri mereka yang sedang duduk di ruang tamu.

“Wah, akhirnya Syarief datang juga.” Ayah menyalami suami Tante Rena sambil berpelukan. Seperti sudah lama tidak berjumpa saja.

“Anak kamu mana?” tanya bunda pada Tante Rena.

“Tadi-“

“Assalamualaikum.” Ucapan Tante Rena terpotong karena salam seseorang dari luar rumah.

“Waalaikum salam,” ucap mereka bersamaan. Dari bayang-banyang lantai rumah, dia berjalan masuk ke dalam rumah Assyifa.

“Pak Kevin,” ucap Assyifa membelalakkan mata karena tak percaya dengan kehadirannya di sini.

“Kalian sudah saling kenal?” tanya Tante Rena padanya. Dia menggukkan kepala menjawab pertanyaannya.

“Ayo, masuk.” Ayah mempersilahkannya masuk ke dalam dan duduk di sofa bersama mereka.

“Ifa, buatin tamu kita minuman,” pinta bunda padanya. Dengan malas, dia berjalan ke dapur untuk membuatkan para tamu minuman.

Sampai di dapur, Assyifa meletakkan gelas besar lalu mengisinya dengan teh dan air panas. Lalu dia menyiapkan cangkir yang akan di hidangkan sambil menuangkan gula di masing-masing cangkirnya. Setelah air panas dan tehnya tercampur rata, dia mengambil saringan lalu menuangkan ke dalam cangkir tanpa ampas teh. Lalu member beberapa kotak es batu di dalamnya.

“Biar Bibi aja, Non.” Bibi menghampirinya.

“Udah jadi kok Bi.” Dia membawa cangkir dengan nampan dan berjalan ke ruang tamu.


Sampai di ruang tamu, dia meletakkan cangkir di atas meja dan menyimpan nampan di belakang punggungnya.

Assyifa mempersilahkan mereka meminumnya, tapi tidak dengan Pak Kevin. Tante Rena mengambil secangkir es teh manis lalu mencicipinya.

“Manis sekali, sama seperti yang membuatnya,” puji Tante Rena. Assyifa membalas pujiannya dengan tersenyum tipis.

“Kevin ini mengajar di sekolah Assyifa dan nanti setelah menikah dia yang akan mengambil alih perusahaanku,” ucap Om Syarief pada ayah.

“Kedatangan kami di sini untuk menyatukan Kevin bersama Assyifa. Bagaimana Malik?” tanya Om Syarief pada ayah.

Jadi, mereka sudah bersekongkol? Apa maksud dari semua ini?

“Maaf, Om. Saya gak bisa,” tolak gadis itu dengan tegas.

“Kenapa Sayang? Pak Kevin sudah mapan dan juga tampan,” bisik bunda yang sepertinya setuju dengan pendapat Om Syarief.

“Tapi, Ifa gak mau. Titik.”

Dia berjalan menuju kamar.

Ceklek!

Pintu kamar dibuka dan dia langsung membanting tubuhnya di ranjang dengan kasar.

"Bisa-bisanya mereka jodohin aku dengan guru killer itu. Apa jangan-jangan ini adalah hukuman dari Pak Kevin?” Assyifa menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Ah, sungguh lelah dia hari ini.

Kring ... kring ... kring....

Lonceng di kamarnya berbunyi. Dia berjalan menuju jendela dan membuka jendela kamarnya.

“Apa Na?” tanyanya lesu.

“Aku mau main ke rumah,” jawabnya. Assyifa hampir saja kehilangan kata-kata.

“Jangan Na. Di rumah lagi ada tamu,” ucap Assyifa berbohong pada Nana.

“Oh, tapi kok kamu di dalam kamar, sih? Gak disambut gitu tamunya?” tanyanya sambil duduk di kursi dan menopang dagunya dengan sebelah tangan.

“Ya, gak lah. Itu ‘kan--"

Tok ... tok ... tok ....

Ucapannya terhenti karena suara ketokkan dari kamarnya.

“Bentar, ya.” Gadis itu berjalan menuju pintu kamar.

Ceklek!

"Kamu gak sopan tahu sama keluarga Om Syarief. Masa cowok seganteng itu kamu tolak, sih?” cerocos bunda padanya.

 Wanita itu sama halnya seperti teman-teman sekelas bahkan juga perempuan-perempuan satu sekolahnya. Apa yang mereka kagumi dari pria bernama Kevin itu? Dia bahkan bukan seorang idol.

“Dia bukan tipe Ifa, bun,” ucap gadis itu dengan polos sambil melipat tangan di depan dada.

“Bunda tunggu di ruang tamu.”

Bunda meninggalkannya dan berjalan ke ruang tamu. Mungkin keluarga Om Syarief masih di sana.

Dia kembali berjalan ke arah jendela karena Nana menunggunya.

“Apa kata Bunda?” tanya Nana penasaran.

“Anu, bunda nyuruhku membuatkan minuman untuk tamu.” Lagi-lagi hanya kebohongan yang keluar dari mulut gadis itu.

“Ya udah, kamu layani dulu tamunya,” tukas Nana.

“Kamu gak marah?” tanyanya dengan hati-hati.

“Hahaha, ngapain sih aku marah sama kamu. Udah tutup jendelanya, nanti Bunda yang marah.” Nana menutup jendela kamarnya.

‘Maaf, Na. Untuk kesekian kalinya aku bohongi kamu,’ batinnya seraya menutup jendela kamar dan turun ke bawah.

“Assyifa, kami pulang dulu, ya.” Tante Rena berjalan menghampiri Assyifa yang berdiri di dekat anak tangga.

Assyifa hanya diam sambil menyalami tangan Tante Rena dan Om Syarief.

“Assalamualaikum.” Mereka berjalan ke luar rumah.

“Waalaikum salam,” jawab mereka serentak. Bunda dan Ayah mengantar mereka sampai depan pagar rumah. Sedangkan Assyifa kembali masuk ke dalam kamar.

Dia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 19.23 WIB. Assyifa berjalan masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi, cuci wajahnya sekaligus mengambil wudu karena sebentar lagi adzan isya’ berkumandang.

19.30 WIB

Adzan isya’ berkumandang. Assyifa memakai mukenah dan melaksanakan sholat isya. Selesai sholat, dia duduk di kursi dekat meja rias untuk memakai serum wajah serta sleep mask. Setelah selesai, dia membaringkan tubuhnya di ranjang dan menutup mata.

***

05.02 WIB

Drtt ... drtt ....

Gadis itu terusik karena ponselnya bergetar. Itu sangat mengganggu waktu tidurnya dan ia benar-benar marah dan muak di waktu yang bersamaan.

“Aduh, siapa sih nelfon pagi-pagi buta,” cecar Assyifa sambil menjangkau ponsel yang sudah beralih tempat di atas ranjang.

Assyifa meraih benda pipih dan langsung menggeser ke atas tombol hijau.

“Lo gila ya, nelfon orang pagi-pagi buta. Gak punya etika lo!” teriaknya di depan ponsel dengan mata terpejam.

“Kamu gak sekolah?” Suara bariton itu sangat dia kenali. Kenapa pria itu menelponnya pagi-pagi buta seperti ini? Seketika matanya yang tadi terpejam, terbuka dengan sempurna. Degup jantungnya memompa darah yang ada di dalam tubuhnya, mengalir dengan cepat.

‘Pak Kevin,’ batinnya dan mematikan panggilan secara sepihak.

****

Wah, gimana part kali ini?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gemar Be
Terlalu cepat alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Married With Killer Teacher   Pak Kevin Jalan ke Sini

    Drt ... drt ... drt ....Benda pipih itu kembali bergetar."Aish." Aku mengumpat.Brak.Aku membanting keras benda pipih itu ke lantai. Semuanya hancur berantakan.Lalu aku menuju kamar mandi untuk melakukan kewajiban dan bersiap-siap berangkat sekolah.****Saat aku sedang mengenakan jilbab hitam, lonceng yang ada di dekat jendela berbunyi.Kulihat Nana sudah selesai, lalu aku membuka jendela."Yuk," ajaknya untuk berangkat sekolah."Aku belum sarapan, Na" ucapku padanya."Kalo udah selesai, kamu paggil aku ya," ucapnya lalu menenteng tas."Oke," ucapku menutup jendela kamar kembali.****"Pagi Ayah, Bunda dan Bibi," seruku melihat mereka yang sedang menghidangkan makanan dan Ayah sedang duduk dimeja makan."Pagi, Sayang," sapa Ayah dan Bunda barengan."Pagi, Non Ifa," sapa Bibi tersenyum padaku.Aku segera duduk di samping Bibi dan kami menyantap sarapan den

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • Married With Killer Teacher   Kamu Banting Ponselnya?

    PoV AssyifaAku sampai di depan pintu milik Pak Kevin.Tok ... tok .... tok ...."Masuk," ucap Pak Kevin dari dalam ruangan.Aku membuka pintu lalu masuk ke dalam dan menutup kembali pintu tersebut."Ada apa?" tanyaku spontan."Silahkan duduk," ucapnya tanpa melihatku."Lo mau cari masalah ya sama gue?" Aku tetap berdiri."Silahkan duduk," ucapnya lagi.Aku berjalan ke arahnya."Gue gak mau nikah sama lo." Aku berujar dengan tatapan tajam ke arahnya.Dia berhenti melihat berkas yang ada di meja dan beralih menatap ke arahku."Kurang apa saya di mata kamu?" tanya Pak Kevin yang membuat aku muak mendengarnya."Gue udah punya pacar yang akan gue jadikan suami nantinya. Jadi, lo gak perlu dateng ke rumah gue lagi," ucapku bohong."Kenapa kamu mematikan telfon saya tadi pagi?" tanya Pak Kevin melihatku."Aish," umpatku sambil menahan emosi."Gue muak dengan suara lo." Aku beruc

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • Married With Killer Teacher   Gak Usah Gengsian Sama Saya

    "Ini minumannya," ucap Bibi membawa membawa nampan yang berisi minuman dan sedikit cemilan."Makasih Bi," ucap Tante Rena pada Bibi, lalu mereka mengambil cangkir tersebut dan meminumnya.Kring ... kring ... kring ....Lonceng dari dalam kamarku berbunyi. Mungkin saja Nana membutuhkan sesuatu atau saja dia ingin menanyakan sesuatu padaku.'Aku lupa menutup pintu kamar," batinku."Itu suara apa?" tanya Om Syarief padaku."Itu bunyi lonceng di kamar Ifa, Om," ucapku dengan segera berlari ke atas, di mana kamarku terletak.Sampai di kamar, aku menyibak tirai kamar dan membuka jendela."Ada apa, Na?" tanyaku pada Nana."Rumah kamu kedatangan tamu, ya?" tanya Nana. Aku hanya mengganggukkan kepala sebagai jawaban karena memang benar saat ini rumahku sesang ramai oleh tamu."Pak Kevin," ucapku yang membuat Nana membuka mulutnya lebar-lebar."Kok bisa? Aku penasaran. Aku ke sana, ya?" tanyanya histeris. Pasalnya Pa

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-11
  • Married With Killer Teacher   Jimin Siapa?

    "Suka gak sama ponselnya?" tanya Pak Kevin dari sebrang sana."B aja," jawabku. Padahal ini pertama kalinya dibelikan ponsel mahal sama orang lain."Kamu gunain memorinya dengan baik. Jangan sampai ada foto atau video aneh. Awas," ancamnya padaku."Ya ampun, siapa juga mau simpan foto sama video aneh. Paling juga drakor atau foto Jimin," ujarku."Jimin? Siapa dia?" tanyanya heran. Ingin sekali Aku tertawa tapi, kutahan."Kekasih gelapku. Bye," ucapku lalu mematikan panggilan secara sepihak.Aku menyetel alarm jam 05.00 WIB dan tidur.****Beep ... beep ... beep ....Aku bangun mendengar bunyi ponsel."Punya siapa nih?" tanyaku heran."Oh iya, kan kemaren Pak Kevin ngasih ini ke aku," sambung dan beranjak dari tempat tidur dan men-charger ponsel tersebut. Lalu masuk ke dalam kamar mandi.Setelah selesai, Aku segera mengambil anak jilbab hitam beserta jilbab putih lalu memasang di kepalaku."Selesai," seruku

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-12
  • Married With Killer Teacher   Jam 9 Saya Jemput Kamu

    "Cepat banget," ucap Nana padaku. Aku hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu."Ayo kita pulang," ujarnya menarik tanganku dan kami pulang bersama. Berjalan kaki bersama sambil berolahraga santai.***Di perjalanan pulang, aku selalu memikirkan bagaimana aku nanti setelah menikah dengan orang yang tak kukenal sama sekali. Apalagi orang itu membuatku muak, hatiku kesal dan pikiranku berkecamuk melihat tingkahnya yang menurutku bukanlah seorang pria elegan."Mikiran apa sih, Assyifa?" tanya Nana sambil menepuk pelan pundakku tepat di sebelah kanan."Na, gimana ya kehidupan aku setelah menikah? Aku belum siap," ucapku sedih dan menundukkan kepala melihat jalanan aspal yang kami lalui."Kamu kenapa pikirkan soal itu? Yang penting kamu nurut aja. Ini perintah orangtua kamu," ujar Nana menyemangatiku."Udah jangan sedih lagi, ya. Rumah kita udah dekat tuh," ucap Nana sambil menunjuk rumahnya."Kalau ada apa-apa, kamu cukup bunyikan lonceng

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-13
  • Married With Killer Teacher   Lamaran Dipercepat

    Beep ... beep ... beep ...Ponselku bergetar dengan kuat di atas ranjang milikku. Aku mengambil ponsel yang ada di samping tubuhku lalu mematikan alarm yang selalu aku setel."Hoam." Aku menguap sambil merenggangkan otot tangan dan leherku sehingga menghasilkan bunyi di sana."Udah Senin aja," ujarku beranjak dari ranjang menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sholat subuh dan berangkat sekolah.Setelah selesai, aku melihat daftar mata pelajaran yang akan dibawa untuk hari ini."Selesai," seruku lalu menyandang tas dan keluar dari kamar menuju ke meja makan untuk sarapan.***"Makan dulu cantik," ujar bunda melihatku yang sudah duduk di kursi dengan pakaian seragam sekolah, menenteng tas ranselku."Siap Ibu Negara," ucapku memberi hormat layaknya anak paskibraka pada bunda.Bunda mengambil piring yang ada dihadapanku dan menuangkan nasi goreng ke piringku."Terima kasih Bunda," ucapku mengambil piring yang be

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • Married With Killer Teacher   Dua Hari Lagi

    Aku memasukkan benda pipih itu ke dalam saku bajuku dan berjalan santai ke depan pagarnya."Maaf Fa," ucap Nana sambil membuka pintu rumahnya.Nana berlari keluar dan menggandeng tanganku.***Tak terasa kami memasuki pekarangan sekolah dan aku melihat Elvi dan Mey sedang duduk di bangku panjang depan kelas."Hai," sahutku sambil melambaikan tangan ke arah mereka.Elvi dan Mey membalas lambaian tanganku sambil tersenyum ke arah kami."Aku masukin tas ke kelas dulu ya," ujarku pada mereka dan menarik tangan Nana."Yuk, duduk di depan," ajakku pada Nana."Ayo," ujar Nana menarik tanganku untuk duduk di bangku di mana Elvi dan Mey duduk."Udah lama, ya?" tanya Nana membuka percakapan seraya melihat ke arah Elvi dan Mey."Gak kok," ujar Elvi."Selamat Fa," ujar Elvi padaku.Aku menatap heran sambil mencerna ucapan Elvi yang membuatku bingung."Nana bilang kalau sebentar lagi kamu bakalan dinikahkan sama

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • Married With Killer Teacher   Apa Persiapanku 2 Hari Kedepan?

    [Fa, nanti malam temani aku ke indomaret ya beli skincare.]Nana mengirim pesan di ponselku.[Iya, tapi kok harus pake pesan segala sih?] balasku cepat. Biasanya Nana akan langsung datang ke rumahku tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba saja ia sudah berada di dalam kamarku.Ting!Ponselku kembali berdering menanndakan pesan masuk.[Aku lagi di rumah Paman.]Aku tak membalas pesan Nana."Langsung pake gamis lah. Nanti gak susah-susah gantinya," ucapku sambil berjalan ke lemari dan mengambil gamis motif bunga.Setelah selesai memakai gamis, aku turun ke bawah menuju dapur untuk membuat coklat panas.***Sesampainya di dapur, aku langsung menyiapkan cangkir dan mengambil 1 sachet coklat bubur yang sudah tersedia di samping kulkas."Mau ke mana, Non?" tanya Bibi yang sedang mencuci tangannya di wastafel.Aku menyobekkan bungkus coklat bubuk itu."Nanti mau ke Indomaret, Bi. N

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Married With Killer Teacher   Kevin Marah

    Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me

  • Married With Killer Teacher   Kamu Pilih

    "Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag

  • Married With Killer Teacher   Kak Krvin Terluka

    Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.

  • Married With Killer Teacher   Hilang Di Telan Bumi

    "Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m

  • Married With Killer Teacher   Pasti Dia Yang Keluarin

    PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat

  • Married With Killer Teacher   Cepat Ceraikan Gue

    "Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.

  • Married With Killer Teacher   Pak Kevin PMS

    Sampai di kamar, aku melihat Pak Kevin duduk di ranjang sambil menatap ke ponselnya.Aku meletakkan tas di atas meja belajar dan berjalan menuju kamar mandi.Setelah selesai mandi, Pak Kevin masih saja duduk di atas ranjang."Bisa keluar dulu gak, Pak? Aku mau ganti baju," ujarku pada Pak Kevin sambil mengeringkan rambutku dengan handuk kecil dan menggosok-gosokkan di kepalaku.Pak Kevin beranjak dari ranjang sambil berjalan keluar kamar tanpa melirikku ataupun berbjcara. Setidaknya dia berdehem saja itu sudah cukup bagiku.'Dia lagi PMS?' batinku menatap kepergian Pak Kevin. Aku menggelengkan kepala menatap tingkahnya. Mungkin saja Pak Kevin sedang PMS sekarang.Aku membuka lemari lalu mengambil baju tidur.Setelah selesai, aku menyisir rambutku di meja rias sambil memikirkan perkataan Nana waktu kami berjala menuju sekolah."Apa Pak Kevin udah capek ya, dengan tingkahku?" tanyaku sambil menyisir rambutku menatap wajahku

  • Married With Killer Teacher   Cincin

    "Kamu tetap di mobil saja ya," ujar Pak Kevin padaku."Iya," ucapku lalu Pak Kevin memberikan kunci mobilnya dan keluar dari mobil menuju toilet untuk mengambil wudu.Sedangkan aku berada di dalam mobil lalu mengunci semua pintu depan dan belakang. Lalu kembali duduk seperti semulaKruk!"Aduh, pake acara lapar lagi," keluhku karena baru terasa perut sudah keroncongan. Aku mengelus perutku yang berbunyi akibat keroncongan dan belum terisi."Tunggu Pak Kevin selesai sholat aja, deh," ujarku seraya mengeluarkan ponsel di dalam koper untuk menghilangkan rasa suntuk. Aku mulai berselancar di aplikasi facebook untuk menghilangkan rasa boringku.Sekitar sepuluh menit kemudian, barulah Pak Kevin keluar dari mesjid berjalan menuju mobil."Maaf ya, lama," ujar Pak Kevin setelah ia masuk ke dalam mobil."Pak, kita ke indomaret dulu ya. Perut aku sakit," keluhku.Pak Kevin langsung mengeluarkan mobilnya

  • Married With Killer Teacher   Lagi Bersemedi

    "Aku hanya melakukan tugas dari Pak Kevin," ucap Annisa padaku.Aku tersenyum ke arahnya walau separuh nyawaku masih tersimpan di bantal. Ya, aku baru saja bangun tidur dan mataku masih terada sangat lengket. Rasanya aku ingin tidur kembali."Pak Kevin mana?" tanyaku pada Annisa."Sedang lari pagi," jawab Annisa.Aku hanya ber oh ria lalu beranjak dari ranjang berjalan menuju kamar mandi."Assyifa," panggil Annisa menghentikan langkahku."Baju-bajumu sudah kumasukkan ke dalam lemari," ujar Annisa seraya melangkahkan kaki ke luar kamar. Semetara aku terdiam di tempatku.'Besok 'kan aku mau pulang,' gumamku masuk ke kamar mandi.***Setelah selesai mandi, aku tak menemukan keberadaan Pak Kevin di kamarnya.'Apa masih di luar?' batinku sambil membuka lemari dan mengambil baju kaos polos warna putih bergaris hitam di padukan dengan celana kulot warna coklat berbahan tebal.Setelah selesai, aku berjalan ke dapur

DMCA.com Protection Status