Kejadian tak pernah terbayangkan terjadi pada Gus Arzan. Dirinya harus menikahi gadis yang sama sekali tidak dikenalnya. "Saya tetap akan menikahi kamu tapi dengan satu syarat, pernikahan ini harus dirahasiakan karena saya sudah punya istri." Deg Gadis cantik bernama Sheyza itu terkejut mendengar pengakuan pria dihadapannya. Kepalanya langsung menggeleng cepat. "Kalau begitu pergi saja. Saya tidak akan menuntut pertanggung jawaban anda karena saya juga tidak mau menyakiti hati orang lain." Sheyza menarik selimut yang menutupi tubuhnya. Sungguh hatinya terasa amat sangat sakit. Tidak pernah terbayangkan jika kegadisannya akan direnggut secara paksa oleh orang yang tidak dikenalnya, terlebih orang itu sudah mempunyai istri.
View MoreTing[Masuk Nabila, saya tau kamu sudah ada didepan. Kamu mau saya bukain pintu dan menarik kamu? Dengan senang hati akan saya lakukan.]Nabila berkedip pelan membaca pesan yang baru saja masuk diponselnya itu. Baru saja dirinya membuka ponsel dan mendapati pesan dari pria aneh itu. Nabila menarik nafasnya untuk sesaat lalu membuangnya kasar. Tangannya terangkat mengetuk pintu berwarna cokelat di depannya ini.Tok tok tok"Masuk!"Suara itu langsung terdengar membuat Nabila mendengus dan langsung menarik hendle pintu dan masuk ke dalam ruangan itu."Jauh banget kayaknya ruangan saya ya. Ini sudah hampir tiga puluh menit kamu baru sampai. Padahal saya, hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk sampai disini." Sinis Noah matanya menyorot tajam ke arah Nabila."Saya berjalan,""Saya juga jalan, apa kamu pikir saya terbang sampai ke ruangan saya?"Nabila melengos, menggeram kesal. Berdebat dengan pria didepannya ini tidak akan ada ujungnya, yang ada dirinya akan capek sendiri."Waktu
"Namanya Nabila, gadis cantik yang katanya anak salah satu pemilik pondok pesantren dikota ini."Kening Noah berkerut samar, matanya yang sedang menatapi foto gadis cantik itu langsung teralih ke arah orang yang ada disampingnya."Anak kyai?"Pria itu mengangguk. "Tapi tidak ada yang tau siapa dan dimana letak pondok pasantren tersebut. Kehidupan Nabila juga selalu diprivasi. Nama ayah, nama ibunya, dan saudaranya semua tidak ada yang tahu. Beberapa kali para dosen bertanya juga pada rektor, tapi rektor tetap bungkam dan tidak mau menjawab.""Tapi yang saya tau, beberapa mahasiswi mengatakan jika Nabila ini adalah anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren." Ucap pria itu lagi.Noah terus berpikir keras, merasa penasaran kenapa mesti identitas serta keluarga gadis itu dirahasiakan."Kalau masalah pembullyan itu saya sama sekali tidak tau pak Noah. Saya juga taunya setelah bapak yang mengatakannya."Noah mengangguk. "Sedari dulu, kampus ini anti pembullyan. Bahkan kita beberapa k
Malam itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan mengguyur kota Jakarta. Angin berhembus kencang memenuhi ruangan karena jendela kamar itu dibuka lebar.Sheyza melamun didepan jendela kamar, sambil menatapi air hujan yang berjatuhan.Abyan dan Abyas sudah terlelap sedari tadi. Beruntung kedua bayi kembar itu tidak terlalu rewel, jadi Sheyza bisa menenangkan rasa sesak yang menggerogoti hatinya saat ini.Siapa yang tidak sakit hati melihat foto yang baru saja dikirim oleh nomor orang yang tak dikenal, apa lagi didalam foto itu suaminya hanya duduk berdua dengan seorang perempuan.Pikiran buruk pun terlintas didalam kepala Sheyza, apakah suaminya selingkuh? Tapi kenapa? Bukankah rumah tangga mereka baru saja baik-baik saja.Sheyza menghembuskan nafasnya kasar, melirik jam yang menggantung diatas dinding. Ini sudah pukul setengah sebelas malam, namun suaminya belum pulang.Dia melirik ponselnya yang menganggur. Arzan bahkan sama sekali tidak menghubunginya. Hal itu semakin membuat resah di
"Mas, Shey curiga deh, kayaknya ada sesuatu yang disembuyiin sama Bila." Sheyza menata sang suami yang sedang sibuk mengotak-ngatik ponselnya.Namun, Arzan terlalu fokus dan menghiraukan ucapan sang istri."Mas!"Sheyza mengguncang lengan sang suami, membuat Arzan terkesiap. "Eh a-pa sayang?"Sheyza mengerucutkan ujung bibirnya. "Mas kenapa sihh. Sibuk banget sama ponsel, padahal dari tadi Shey lagi ngomong loh, tapi mas cuekin aja." Gerutu Sheyza.Arzan menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal. "Maaf sayang, mas tadi ngecek laporan dari Ardi," ucap Arzan. "Kamu tadi ngomong apa? Coba ulang lagi, mas beneran gak denger."Sheyza menghela nafasnya kasar, tidak biasanya suaminya seperti ini. Walaupun mengecek laporan, suaminya akan tetap mendengarkan dan tidak pernah mengabaikannya.Tapi Sheyza tetap maklumi, mungkin ini hal yang sangat penting hingga membuat suaminya seperti ini."Tadi Shey bilang, kalau Bila akhir-akhir ini kayak aneh gitu. Bila kayak nyembunyiin sesuatu mas. Shey gak
"Hari ini kamu harus ke kampus, Noah. Oma mau kamu sekarang yang hendle kampus milik kakek kamu," ucap Oma Ina.Noah menghela nafasnya kasar, padahal dirinya malas jika berurusan dengan kampus itu. Dirinya juga punya pekerjaannya sendiri, bukan seorang pengangguran."Jangan menolak, karena cepat atau lambat saat kamu telah menikah nanti kampus itu Oma pindah atas nama kamu. Jadi mulai sekarang belajarlah sampai kamu mendapatkan calon istri." Ucap Oma Ina lagi yang tidak ingin dibantah.Noah mengangguk saja, tanpa berniat mengatakan apapun.Sedangkan Ana yang ada diruangan itu geleng-geleng kepala, tak habis pikir dengan mamanya."Ma, universitas itu haknya kak Rofiq, bukan hak kita ma. Bahkan papa jelas-jelas nulis disurat wasiatnya. Kenapa mama malah mau balik nama atas Noah?" Protes Ana.Oma Ina melotot. "Kamu diam Ana! Tau apa kamu tentang surat wasiat itu?!! Yang kamu baca itu hanya karangan saja, bukan benar-benar yang ditulis oleh papa kamu. Saya tau sendiri bagaimana sifat suam
"Bagaimana bah, kenapa Arzan belum juga hubungi kita? Ini udah hampir jam 2," ummi Zulfa terus gelisah saat tidak mendapatkan kabar sama sekali dari sang putra. Dia sangat takut terjadi sesuatu pada anak gadisnya.Kyai Rofiq menghela nafasnya panjang. Ingin pergi mencari Nabila, tapi takut terjadi sesuatu pada sang istri mengingat ummi Zulfa memiliki riwayat penyakit jantung. "Ummi tenang dulu ya. Mungkin apa yang dibilang Arzan benar, bisa jadi ban mobil mereka bocor jadi mereka cari bengkel dulu."Ummi Zulfa menggeleng, "Kenapa sampai jam segini? Ini udah gak wajar bah. Kalau pun cari bengkel, mungkin jam sembilan saja sudah sampai dipondok. Tapi ini," tiba-tiba ummi Zulfa memegangi jantungnya yang terasa sesak.Kyai Rofiq langsung panik melihat itu. "Ummi tenang dulu. Jangan terlalu banyak pikiran." Kyai Rofiq menuntun sang istri menuju ke sofa yang ada diruangan itu."Duduk dulu. Biar Abah buatkan minuman untuk ummi,"Ummi Zulfa tidak menanggapinya, karena jantungnya benar-benar t
"Kamu tidur aja biar mas yang jagain si kembar," ucap Arzan pada Sheyza. "Mas masih harus kerjain beberapa berkas lagi," Arzan menunjuk ke arah laptop yang ada dipangkuannya.Sheyza menganggukkan kepalanya. "Kalau mereka nangis nanti mas bangunin aku ya," Sheyza benar-benar mengantuk, matanya terasa sangat berat untuk terbuka.Arzan mengelus lembut kepala istrinya dengan sayang. Menyematkan kecupan dikepala sang istri sebelum membenarkan selimut tebal yang membalut tubuh sang istri."Selamat malam, mimpi indah. Terimakasih telah melahirkan dua bayi lucu untuk kita," ucap ArzanSheyza tersenyum, hatinya merasa benar-benar sangat bahagia saat sekarang ini. Dia merasa tidak ada lagi yang harus dikhawatirkan tentang hubungannya dengan sang suami. Mereka telah bahagia, apa lagi dengan kehadiran Abyan dan Abyas."Yaudah, tidur yang nyenyak. Mas duduk disofa sana, takutnya ganggu kamu dan mereka tidur." Ucap Arzan.Sheyza mengangguk, lalu mulai memejamkan kedua bola matanya yang terasa membe
"Saya tidak mau! Apa-apaan kamu Ana?! Kamu gila!! Saya yang istri sah suami saya, bukan perempuan haram itu. Jadi anak itu tidak akan pernah mendapatkan sepeserpun uang dari harta kekayaan suami saya!" Oma Ina marah sambil memegangi dadanya yang berdenyut lagi. Ini berawal dari Ana anaknya yang datang, mengatakan semuanya pada Oma Ina tentang dirinya yang bertemu dengan anak dari kyai Rofiq beberapa bulan yang lalu. Ya dia baru mengatakannya karena Ana baru kembali ke Indonesia setelah membawa Noah berobat. Tapi respon Oma Ina sungguh diluar dugaan, yang tadinya Ana kira Oma Ina akan dengan legowo memberikan hak itu, namun Oma malah marah besar. Bahkan Oma malah sakit dan masuk ke rumah sakit. "Ma, dia anak kandung papa. Dia berhak semuanya-" "Jangan bodoh kamu, Ana! Yang anak kandung itu kamu, dia itu cuman anak siri dari pernikahan sebelumnya. Jadi tidak akan ada hak sepeserpun. Sudah! Kenapa kamu membahas tentang ini lagi. Saya tidak mau mendengarkannya." Ujar Oma Ina kesal. A
"Ekhm,"Dan siapa sangka saat Ardi mengatakan hal itu Arzan mendengarnya. Arzan ada disebalik jendela ruangan itu yang terbuka. Dirinya langsung buru-buru masuk ke dalam ruangan VVIP itu.Nabila dan Ardi spontan mengatupkan bibir mereka. Terlebih Ardi yang sudah menundukkan kepalanya takut pada atasannya itu."Saya gak salah dengar?" Tanya Arzan datar, matanya menatap lekat keduanya.Nabila meringis, merasakan aura disekitarnya menjadi angker. Matanya mengedarkan pandangan ke sana kemari, otaknya terus berpikir keras mencari alasan yang tepat agar abangnya itu tidak marah."Maafkan saya, Gus. Saya telah lancang-""His, Abang apaan sih?! Kenapa marah-marah gak jelas kayak begitu. Padahal kan bang Ardi itu gak salah," sela Nabila cepat. Matanya memberikan kode pada Ardi yang menoleh ke arahnya.Kening Arzan berlipat, matanya memicing ke arah Nabila. "Maksud kamu apa? Abang gak tuli ya! Abang dengar kalau Ardi tadi ngajakin kamu menikah."Arzan menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu masih k
Gus Arzan berpamitan kepada istri dan kedua orangtuanya untuk menghadiri acara di kota Bandung. Teman bisnisnya mengundang Gus Arzan menyaksikan peresmian perusahaan baru milik temannya itu.Awalnya dia menolak. Namun karena si pemilik acara terus membujuk, akhirnya Arzan merasa tidak enak dan memutuskan untuk pergi."Kamu pergi sendiri bang? Ardi tidak ikut?" tanya umi Zulfa. Entah mengapa mendadak perasaan hatinya tidak tenang membiarkan anak sulungnya pergi. Padahal sudah biasa sebulan sekali pasti putranya melakukan dinas ke luar kota.Gus Arzan tersenyum, "Ardi sedang banyak pekerjaan di kantor umi, jadi tidak bisa menemani Abang. Tidak akan lama kok, nanti setelah acaranya selesai Abang akan langsung pulang."Umi Zulfa semakin erat menggenggam tangan putranya. "Bang, entah mengapa perasaan umi tidak tenang nak, seperti ada sesuatu yang membuat umi tidak ingin Abang pergi."Kyai Rafiq langsung menenangkan istrinya. "Umi, jangan seperti itu, nanti Abang berat langkahnya. Jika ada...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments