Share

Bagian 2 : Move On

Author: leecu
last update Last Updated: 2025-02-03 22:32:36

Pinntu rumah terbuka ketika sebelumnya terdengar suara motor diparkiran, Zavira berlari ke arah sahabatnya dengan dramatis ia berteriak, "HUWAAA LILY."

Lily menghela napas, melepaskan pelukan Zavira yang menyesakkan, ia membawa kantung plastik putih berisi martabak keju kesukaan sahabatnya ini. "Sorry ya, aku baru datang sekarang."

Zavira memanyunkan bibirnya lalu menggelengkan kepala, "gak apa-apa." Ia lalu mengambil satu potong martabak, begitu lahap ia makan dalam dua gigitan.

Lily tersenyum tipis, ia menatap sekitar rumah Zavira yang nampak bersih daripada sebelumnya. "Rapi amat rumah kamu, tumben."

"Aku dipecat, terus yang kamu tahu, aku putus, jadi yaa gini, gak ada kerjaan." Zavira mengangkat kedua bahunya. Meski rumah yang Lily lihat rapi, tampak jelas raut wajah si pemilik begitu kusut.

"Terus gimana? Katanya kamu kirim CV ke beberapa website perusahaan." Lily kini mengambil potongan martabak untuknya, menyandarkan kepala pada sofa.

Zavira menghela napas berat. "Gak tahu lagi Li, semua perusahaan yang aku kirim CV pada nolak, bahkan balasan dari mereka cepet banget."

Lily mengernyitkan keningnya, "serius? Seminggu ini semua pada bales cepet untuk nolak kamu?"

Zavira menganggukkan kepalanya, "serius, kenapa gini banget? Ya kali ada orang gabut buat minta semua perusahaan nolak aku."

Lily mengangguk setuju, "walaupun ada, harusnya dia orang kaya banget gitu, misalnya nih orang kaya kabupaten gak sekaya itu buat suap banyak perusahaan, lagian perusahaan gak waras doang yang nolak kamu, secara kamu kan pengalamannya udah bagus banget, umur kamu mateng."

"Kami pikir aku makanan apa? Pake acara mateng segala." Zavira berdecak.

Lily cengengesan, ia lalu kembali mengambil potongan martabak dan berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk sahabat satunya ini?

"Kamu gak ngelamar kerja secara langsung apa?" Lily bertanya penasaran.

Zavira menggelengkan kepalanya, "males keluar, tiap keluar pas-pasan sama mantan, mana ngejar lagi." Zavira bergidik ngeri ketika mengingat tiga hari lalu Alex mengejarnya.

Lily tak kuasa menahan tawanya hingga ia tertawa lepas membuat Zavira berdecak sebal. "Kalo kayak gini rasanya pengen minum alkohol," gumam Zavira asal.

"Eh iya ya, udah lama kita gak minum-minum bareng." Lily mendengar hal itu segera bangkit dari duduknya. "Ayo ke minimarket depan!"

Zavira mengangguk menanggapi ajakan Lily. Ia lalu berjalan mengikuti wanita itu dari belakang. Ketika di luar, langit malam dengan cahaya bulan menyinari keduanya, angin berhembus lembut menerpa wajah mereka.

"Rasanya udah seabad gak keluar rumah," gumam Zavira yang dapat Lily dengar.

"Jangan bilang selama ini kamu nangisin dia juga?" tebak Lily ketika sadar kantung mata sahabatnya cukup tebal.

Zavira cengengesan, ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Ya gimana lagi, aku butuh peluapan emosi supaya cepet move on, soalnya di sosmed aku nemu kalau pengen move on harus nangisin dia sepuasnya dulu," jelas Zavira panjang lebar.

Lily menggelengkan kepalanya, "alesannya bagus banget," puji ia dengan nada sarkas.

Zavira yang tahu sarkas dari sahabatnya mendorong pelan bahu Lily, "aku serius." Ia menatapnya dengan tajam.

"Ya ya, aku percaya kok, percayaa," jawab Lily dengan bernada, ia mengangkat kedua tangannya ke atas seakan sedang ditodong pistol.

Lima menit kemudian keduanya sampai di minimarket yang sedang sepi pengunjung karena jam menunjukkan waktu 10 lewat. Sebelum keduanya masuk, Lily menepuk cepat pundak Zavira.

Lily menunjukkan sebuah kertas yang di mana tertera bahwa minimarket ini sedang mencari pegawai baru, Zavira membaca kertas itu begitu antusias karena minimarket yang ingin ia datangi ternyata membuka lowongan.

Lily memilih duduk di kursi yang minimarket itu sediakan, dia akan menunggu sahabatnya keluar sembari meroko.

Berjalan masuk ke dalam minimarket sendirian, Zavira pun bertanya pada kasir itu, "permisi Mbak, ini lowongan kerjanya masih ada?"

Kasir itu menatap Zavira lalu mengecek ponsel, "ah ada, tapi boleh tahu namanya siapa dan umur berapa?"

Zavira mengernyitkan keningnya lalu menjawab, "saya Zavira Anantha, umur 30 tahun."

"Ah, maaf, kalau nama Ayahnya siapa ya?" Sesekali kasir itu mengecek ponselnya seakan memastikan sesuatu.

Zavira terdiam sejenak saat melihat gelagat aneh dari kasir itu. Mencoba menepis pikiran buruk, Zavira lalu menjawab dengan sedikit jeda, "Ayah saya … Gifhari Akhsan."

Kasir itu memasang wajah yang nampak menemukan sesuatu lalu berkata, "ah maaf, untuk Mbaknya gak bisa." Dia menggelengkan kepala.

Zavira sedikit tertegun, ia memilih untuk tidak bertanya lalu segera permisi keluar dengan kepala terasa berdenyut. "Sebenernya salah aku apa?" Wanita itu duduk dengan kepala ia sembunyikan diantara kedua tangan.

"Tunggu, kamu ditolak?" tanya Lily menatap Zavira yang kini duduk di depannya.

Zavira hanya menjawab dengan dehaman. Siapa yang membuatnya kesulitan seperti ini? Apa alasannya? Zavira benar-benar benci hal ini jika tahu ternyata orang dengan kekuasaan mempermainkan hidupnya.

"Mungkin gak sih Nita?" tebak Lily membuat Zavira menatapnya. Jika kalian ingat, Nita adalah rekan kantor Zavira yang merupakan selingkuhan mantan pacarnya.

"Nita gak sekaya itu, dan lagi walaupun dia benci gue, pasti cuman ngerecokin percintaan doang," jelasnya membuat Lily mengangguk mengerti.

Lily menjadi ikut pusing karena memikirkannya. Jika Zavira membutuhkan uang, seharusnya dia meminta tolong saja padanya. "Kamu butuh berapa uang emang?"

"Bukan itu, aku hampa banget kalo gak kerja, kamu tahu kan, selama ini aku sendiri di rumah, jadi aku selalu lampiasin ini ke kerjaan atau nggak dulu kuliah tuh, aku seneng banget sibuk."

Lily sedikit menganga tak percaya, ia benar-benar baru ingat bahwa julukan sahabatnya ini adalah 'si gila kerja'. Tentunya alasan Zavira gila kerja karena kesepian.

"Mau ke bar gak?" tawar Lily dengan alis di naik turunkan seakan menggoda wanita itu.

Zavira menatap malas tetapi ia tidak menolak, "ya udah ayo." Wanita itu berdiri diikuti sahabat mematikan roko.

Sebelum ke bar, keduanya ke rumah Zavira untuk berganti pakaian, setelahnya mereka pergi menggunakan mobil milik Zavira. Selama di perjalanan, Zavira lah yang menyetir, tidak ada obrolan karena keduanya sibuk memikirkan masalahnya masing-masing. Hingga ketika sampai, Zavira menepuk pundak Lily yang termangu sedari tadi.

"Li, udah sampe," ucap Zavira sembari melepaskan sabuk pengaman, ia lebih dulu turun dari mobil dan diikuti Lily yang juga turun.

Sempat terdiam sejenak di depan bar, melihat sebuah nama besar terpampang dengan lampu membentang seperti tali berwarna ungu. Bar yang sudah lama tidak keduanya kunjungi, terakhir saat mereka masih menjadi mahasiswa baru.

"Aku yang traktir! Kita minum yang banyak sampai gak sadar diri!" ucap Zavira menggebu-gebu membuat Lily merasa ragu.

"Kamu yakin? Kadar alkohol Kamu lemah banget, emangnya sanggup?" tanya Lily menatap tak percaya akan sahabatnya begitu bersemangat.

"Sshh, itu dulu, aku yang sekarang berbeda!" Zavira dengan percaya diri masuk sembari menarik tangan sahabatnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 3 : Malam Panas

    "Aah Vira, Lily, kalian ke mana aja?" tanya bartender yang sudah lama bekerja di bar ini. Dulu dia begitu akrab dengan keduanya yang selalu mampir. Keduanya melambaikan tangan dengan senyuman ceria. "Biasa gue sibuk kerja Ren," jawab Lily yang menyebut akrab nama bartender itu. Reno lalu menatap wajah Zavira yang begitu kusut meski ditutupi senyuman manisnya. "Nah, kayaknya ke sini ada masalah, boleh dong manis cerita," ujar Reno sembari mengelap gelas yang akan ia sediakan untuk kedua temannya. Zavira lalu duduk di kursi tinggi, terdapat meja bar di depannya serta buku berisi banyak menu minuman ber-alkohol. "Haaah … Aku baru putus sama pacar, aku juga dipecat dari kerjaan," jelas Zavira tanpa merasa malu, ia lalu mengambil gelas kecil berisi air putih yang Reno siapkan. Reno menatap prihatin, "mau kerja di sini gak? Tenang aja, aku kenal deket sama managernya, gak perlu hal ribet langsung kerja besok boleh," ucapnya begitu manis membuat Zavira berbinar-binar, ia lalu menatap

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 4 : Menjadi Penulis

    Pada akhir pekan, Zavira serta Lily berada di bar. Zavira yang beberapa hari kemarin ingin melamar kerja di bar ini pun ditolak, meski begitu ia memilih tidak bertanya karena terlalu muak. Tidak benci, Zavira merasa malas untuk menanggapi hal ini. Selagi dirinya memiliki uang cukup banyak, ia tidak akan mengemis pekerjaan dan tidak akan bertanya apa alasannya. Awalnya begitu, hingga ketika ia berbincang dengan Lily, pikirannya berubah. "Btw, kamu gak nanya kenapa kamu ditolak kerja di sini juga?" tanya Lily seraya memainkan cangkir kecil berisi alkohol yang terisi setengahnya. "Nggak, kalo emang aku lagi boke bener-bener butuh kerjaan, nanti aku tanya kenapa aku ditolak mulu," jawab Zavira membuat Lily heran. "Lah aneh, kenapa gak sekarang coba?" Lily menangkup dagunya dengan telapak tangan kanan. "Tanya gitu ya?" kini Zavira menimbang saran dari Lily, ia lalu melihat Reno dan beralih menatap Lily seakan meminta jawaban. Lily melihat itu mengangguk serta berkata, "tanya aja, dari

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 5 : Pria Itu

    "I-iya halo, saya Zavira Anantha, umur saya 30 tahun," ucapnya menjabat tangan editor Lily bernama Abima. Ia benar-benar tidak menatap sama sekali pada pria di samping Abima. "Nah kalau ini teman saya Nathaniel Hawthorne, dia agak pendiem jadi tolong maklum," kata Abima dengan ramah, meski begitu Zavira tidak melirik sedikit pun pada Nathaniel. Ia tahu yang ia lakukan salah dan semakin ketahuan bahwa dirinya wanita waktu itu. Akan tetapi, Zavira tidak berani untuk menatap pria itu sehingga memilih membuang muka. "Pesen aja makanannya, biar saya yang bayar," suruh Abima diangguki Lily, tanpa menolak wanita itu memesan steak untuk dirinya serta Zavira. Peka akan situasi sahabatnya, Lily sesekali menjawab dan memberitahu informasi tentang Zavira pada Abima. Nathaniel yang sedari tadi diam, ia terus menatap menusuk pada wanita yang duduk di depannya, Zavira. Zavira begitu tertekan, ia bisa merasakan tatapan menusuk dari Nathaniel, dirinya hanya bisa menunduk serta sesekali menatap Lil

    Last Updated : 2025-02-03
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 6 : Teman Masa Kecil

    Fabian Reith, pria yang sudah lama tidak ia lihat sejak 5 tahun lalu karena pria itu berkuliah di luar negeri. Anak sulung Irna yang selama ini menjadi teman masa kecil Zavira.Fabian menatap Zavira yang menyembunyikan wajahnya seperti anak kecil dipelukan ibunya. Hal ini membuat ia teringat hal lalu saat keduanya masih remaja."Ka-kalau gitu Tante, aku mau ke rumah dulu," ucap Zavira gugup dan terburu-buru, ia menyembunyikan wajahnya agar tidak melihat Fabian yang terus menatapnya.Irna terkekeh melihat tingkah Zavira, ia meminta Fabian untuk menemani Zavira sembari memberikan beberapa makanan agar suasana hatinya membaik."Tapi Bian malu Ma," ujar Fabian, ia belum siap jika mengobrol berduaan dengan Zavira. Dulu ia sempat menyukai temannya itu. Hingga sampai saat ini, Fabian masih menyukainya."Kamu tuh udah 30 tahun umurnya, masak gitu aja malu sih? Cepet ambil kue di kulkas terus kasih ke Vira, jangan malu-malu, kasihan dia selama ini gak ada temennya," omel Irna membuat Fabian ma

    Last Updated : 2025-02-20
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 7 : Editor Baru

    "Apa?!" Zavira menyentakkan nadanya ketika mendengar bahwa Nathaniel sudah berada di depan pintu rumahnya. Begitu terburu-buru ia turun dari kasur serta berlari untuk membuka pintu. Nampak Nathaniel dengan kaos putih serta celana panjang biru tua, pria itu menatap dingin pada Zavira. "Jam segini kamu baru bangun?" tanya Nathaniel sembari mematikan sambungan telepon. Zavira menatap jam pada ponselnya, jam menunjukkan pukul 8 lewat 30 menit. "Masuk dulu," ucapnya diangguki Nathaniel yang segera duduk ketika sampai di sofa ruang tamu. "Mau m--" "Nggak, langsung aja buka laptopnya, saya gak mau buang waktu," potongnya membuat Zavira cemberut kesal. Tanpa mengomel ia segera mengambil laptop yang ada di kamarnya lalu kembali ke ruang tamu, ia memilih duduk di lantai beralas karpet bulu. Laptopnya ia taruh di meja serta Nathaniel duduk di sofa sebelah kanannya. "Jadi … Aku harus apa?" tanya Zavira dengan kepala melihat ke arah belakang. Nathaniel yang sedari tadi menatap Zavira, ia te

    Last Updated : 2025-02-21
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 8 : What Are We?

    "Aku malu!" Zavira menutup wajahnya yang memerah. Sementara Lily duduk di depannya, ia telah mendengar ocehan dari Zavira yang mengatakan bahwa dirinya ketahuan oleh Nathaniel akan novelnya. Lily penasaran, jika dia ganti ide, akan menceritakan tentang apa? Ia pun bertanya, "Jadi mau nulis cerita baru apa nih?" Zavira menggelengkan kepalanya, "gak tahu, aku nulis apa dong?" ia malah bertanya balik dengan bibir di kerucutkan. Lily menghela napas, "udah novel awal aja, daripada pusing cari ide baru," saran Lily membuat Zavira menggelengkan kepala cepat. "Gak bisa, gak bisaaaa, ahk aku malu banget bayangin nulis adegan ini itu di depan dia, apalagi dia selalu pengen lihat aku nulis cerita secara langsung," ocehnya dengan kesal. Nathaniel terlalu semena-mena, suatu saat nanti ia akan merobohkan es batu itu! Lihat saja! "Emang ada ide kalo buat cerita baru? Padahal udah seru lho cerita itu, sayang banget diganti," ujarnya dengan tak rela. Menurutnya ide cerita tersebut cukup seru mesk

    Last Updated : 2025-02-22
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 9 : Tanggung Jawab?

    Suara nada dering begitu nyaring terdengar, Zavira melihat nomor tak dikenal menelponnya. Hal ini membuat Zavira segera mendorong tubuh Fabian, "bentar, aku angkat telpon dulu," ujarnya seraya berjalan menjauh. Fabian mengangguk, ia memilih menunggu dan berjalan mendekati air sehingga kakinya basah. Sementara Zavira nampak tidak berbicara apapun ketika sedang menerima panggilan telepon. "Kamu gila ya?" tanya Zavira akhirnya buka suara dengan kesal, ternyata yang menelpon dirinya adalah sang mantan, ia berkata akan bunuh diri jika Zavira tidak ingin balikan dengannya. "Sana bunuh diri aja, aku gak peduli!" Dengan kesal Zavira menutup telepon itu, lalu ia blokir serta mematikan ponselnya. Zavira melirik ke belakang, Fabian tengah berjalan ke arahnya dengan senyuman manis. "Tadi siapa yang nelpon?" tanyanya penasaran. "Mantan pacar aku, udah yuk pulang aja," ajaknya yang begitu jelas tidak ingin membahas lanjut tentang mantan pacarnya. Fabian memilih diam tidak bertanya, dan mengiy

    Last Updated : 2025-02-23
  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 10 : Bicara Empat Mata

    Keduanya memilih bicara diluar, atau teras dengan pintu rumah sengaja Zavira tutup tetapi tidak rapat. Fabian berdiri di depannya dengan wajah murung. "Waktu mabuk itu, aku udah inget apa yang aku bilang ke kamu," ujarnya kini memegang jari jemari Zavira. Zavira melepaskan pegangan itu, ia bertanya dengan nada ketus. "Terus? Kamu mau apa lagi?" "Aku mau tanggung--" ucapan Fabian segera Zavira potong dengan kesal. "Nggak." Ia berkata begitu tegas dengan sorot mata tajam. "Bayi kamu gimana kalo gak punya peran ayah?" tanya Fabian dengan raut wajah khawatir. "Aku bilang nggak ya nggak, lagian gada tanda-tanda aku hamil kok," jawabnya penuh ketus. "Zavira, kalo nantinya hamil gimana? Biar aku tanggung jawab ..." Ia bersikeras dengan di akhir kalimat terdiam sejenak, melihat Zavira yang menatapnya tajam, sungguh rasanya sakit ditatap seperti itu. Zavira menggelengkan ke

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 44 : Cemburu

    Baru saja masuk ke dalam ruangan, ia merasa hawa di dalam begitu menyeramkan. Zavira lalu melirik pada Aksara yang terdiam menatap fokus pada layar monitor.Padahal biasanya Aksara akan menatapnya saat ia masuk, tetapi pria itu malah mengabaikannya. "Pak Aksara, ini dokumennya, tadi sekretaris baru rekan kita yang nganter, aku udah sewa gedung untuk rayain hari ulang tahun perusahaan kita."Aksara mengangguk dan menerima dokumennya. "Kenapa manggil pakai Pak?" Ia menarik pinggang Zavira sementara dokumen itu ia taruh di atas meja."Ah …." Zavira menatap ke arah lain dengan gugup. "Kamu kayak marah, apa aku ada salah?" Zavira lalu menatap kembali Aksara.Pria itu segera memijat keningnya, "maaf, nggak ada, aku cuman bersikap berlebihan saja." Ia lalu melepaskan tangannya pada pinggang ZaviraZavira memilih diam, ia ingin tahu apa yang Aksara lakukan selanjutnya. Hingga beberapa jam berlalu, meski Aksara terlihat kembali normal, ia merasa ada jarak diantara keduanya."Aksara …." Zavira

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 43 : Bertemu Mantan

    Zavira terbangun dari tidurnya karena merasakan sesuatu berat meliliti tubuhnya. Ketika ia membuka mata, ia melihat Aksara berada di atasnya memeluk dengan kepala berada di dadanya."Aksara, minggir." Ia mencoba mendorong kekasihnya yang tidak terbangun. Ia tahu Aksara saat ini berpura-pura sedang tertidur. Pelukan semakin erat itu yang membuat Zavira menebak demikian."… Aksara." Ia mencubit pelan pipi Aksara, tetapi itu tidak membuat Aksara bangun. "Sayang, minggir yaa," ucapnya dengan lembut.Aksara lalu membuka mata, menatap Zavira dengan berbinar-binar, "panggil lagi."Zavira mengedipkan mata berkali-kali lalu tersenyum, "Aksara," panggilnya dengan sengaja membuat Aksara kembali membaringkan kepalanya lalu menutup mata."Bercanda sayang, badan kamu berat. Biar aku tidur di atas kamu aja."Gerakan cepat dari Aksara yang semula berbaring di atasnya kini mengangkat tubuh Zavira yang tidak mengenakkan pakaian terbaring di atasnya.Aksara kembali memejamkan mata, "aku ingin pelukan le

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 42 : Cinta?

    Nathaniel tersenyum tipis, "aku kira kamu tidak memikirkan perasaanku. Tapi, terima kasih."Zavira mengangguk, "maaf kalau lancang, aku harap kedepannya kita bisa berteman biasa atau sekedar rekan bisnis."Nathaniel mengangguk mengerti, ia tidak memiliki obsesi sebegitunya seperti Aksara dan ayahnya Theo. "Mohon untuk kerjasamanya di masa yang akan datang." Ia mengulurkan tangannya.Zavira lalu menjabat tangan tersebut, "iya, mohon kerjasamanya.""Apa yang kalian lakukan?" Aksara yang sudah setengah basah menghampiri mereka begitu terburu-buru saat melihat dari kejauhan Nathaniel mengulurkan tangan.Zavira segera melepaskan genggaman dan menatap khawatir pada Aksara yang basah kuyup bagian atasnya. “Kenapa malah hujan-hujanan?"Aksara menatap cemburu, ia lalu berujar, "jawab dulu pertanyaanku tadi, sayang." Ia sengaja menegaskan panggilan sayang di akhir.Zavira mendengar itu terkejut, "jabat tangan biasa, dulu kan Nathan pernah jadi editor aku," jelas Zavira sembari tersenyum.Aksara

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 41 : Nathaniel

    Waktu itu. "Aku titipkan dia padamu," ucap Theo dengan wajah kusutnya, terdapat mata panda begitu lekat. Theo benar-benar kacau semenjak kehilangan Renjana, mantan kekasihnya. Aksara yang kala itu berumur 12 tahun menggaruk tengkuknya dengan canggung menggendong keponakannya yang baru berumur beberapa bulan. Semenjak putus secara sepihak oleh mantan kekasihnya, Theo dijodohkan oleh sang ayah demi kepentingan bisnis. Saat itu Theo berumur 22 tahun dan setelah 1 tahun menikah, ia baru melakukan hubungan badan dengan istrinya. Ia telah memiliki anak setelah berhubungan badan dengan istrinya satu kali. Setelahnya ia tidak pernah menyentuh istrinya sedikit pun. Perasaannya penuh dengan jijik pada dirinya sendiri karena harus melakukan hal tersebut dengan wanita yang tidak ia sukai. Theo berencana bercerai karena anaknya telah lahir, untungnya sang ayah tidak menolak dan mengiyakan permintaan Theo. "Kak, apa yang akan kamu lakukan selanjutnya?" tanya Aksara, wajahnya memiliki sedikit

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 40 : Bringas

    Jam menunjukkan pukul 4 pagi, Zavira segera keluar kamar dan melihat Aksara tertidur di sofa ruang tamu. "Kenapa malah nggak ke rumah utama sih," gumamnya protes."Zavira?" Aksara terbangun kita mendengar suara dentingan gelas dan air mengalir. Zavira melirik ke belakang, lalu kembali menatap ke depan, dapur tanpa sekat sehingga ruang tamu terlihat jelas. "Ngapain?" Aksara berjalan mendekat dan akan memeluk Zavira. "Stop!" Zavira memundurkan langkahnya, sehingga pelukan itu tidak jadi. "Aku cuman mau minum."Aksara menatapnya dengan murung, Zavira masih menolak bersentuhan dengannya. "Kumohon, aku ingin memelukmu."Zavira menggelengkan kepalanya, ia masih belum puas karena perlakuan Aksara. Setidaknya ia ingin pria itu tidak mengulangi perbuatannya meski sudah berjanji."Ma-mau ke mana?" Aksara bertanya dengan nada takut saat Zavira berjalan menuju pintu keluar dengan membawa kunci rumah."Aku udah kasih pilihan sama kamu, tapi kamu malah tidur di sini," jelasnya dan baru saja mera

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 39 : Balas Dendam

    "Zavira, lebih baik pukul aku daripada mendiamkan aku," ucap Aksara menarik tangan Zavira dan ia tempelkan pada pipinya."Gak, aku mau sendiri itu lebih baik!" Zavira ingin melepaskan tangannya begitu kesulitan, pergelangan tangannya terasa sakit karena gesekan besi itu."Lepas! Sakit tahu!" Zavira menatap tajam pada Aksara, tak sedikitpun ada kelembutan pada tatapannya.Aksara menyesali perbuatannya, tak seharusnya ia mengurung Zavira dan menyerahkan pada para pembantu itu. "Maaf, aku bersalah …, Zavira, tolong maafkan aku." "Lepasin tangan aku, dan jangan temuin aku selama 3 hari kalau ingin aku maafin," ucap Zavira dengan serius membuat Aksara terkejut."T-tidak, ku mohon jangan suruh aku melakukan itu, aku tak sanggup," ungkapnya dengan nada penuh ketakutan, ia bahkan tak melepaskan genggaman tangan Zavira sedikit pun."Kalau kamu gini terus aku makin males maafinnya!" Tatapan Zavira yang menusuk itu membuat Aksara benar-benar ingin menangis. "Kumohon, aku janji gak akan menguru

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 38 : Muak

    Aksara menarik cepat tubuh Zavira sehingga Zavira meringis kesakitan pada pergelangan kaki serta lututnya. "Aduh pe-pelan pelan, kaki aku sakit," ringis Zavira membuat Fabian menatap kesal pada Aksara."Zavira," panggil Fabian menatap lembut pada wanita itu yang kini Aksara dekap.Zavira menggelengkan kepalanya, "gak apa-apa," ujarnya lalu Aksara mengangkat tubuhnya.Tanpa banyak bicara, Aksara membawa Zavira masuk ke dalam mobil, rahangnya nampak dikeraskan dengan urat leher nampak. Alis tebalnya menekuk ke bawah tanpa adanya senyuman.Dalam mobil dengan duduk di kursi belakang berada di atas pangkuan Aksara, Zavira merasa canggung, Aksara tak melirik sedikitpun padanya.Zavira paham pria itu cemburu, tetapi ia terjatuh hingga berada di atas Fabian tanpa sengaja. Ah sungguh, mengapa ia teledor sekali! Zavira lebih memilih diam hingga sampai di dalam rumah besar bak mansion itu, Aksara membawanya menuju kamar yang berbeda, bahkan lebih tepatnya ia di bawa menuju rumah kedua yang namp

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 37 : Salah Paham

    Tanpa pikir panjang, Zavira segera berlari pergi saat menerima pesan dari Fabian, sesaat sebelumnya ia berganti pakaian terlebih dahulu.Ia segera mengambil kunci motor dan pergi menuju gerbang di mana satpam sedang berjaga."Pak tolong buka gerbangnya, nanti kalau ada yang nyariin aku, bilang aja ke rumah temen gitu," ucap Zavira terburu-buru membuat Satpam itu segera membuka gerbangnya.Mengendarai motor seorang diri pada jam 1 malam, Zavira hanya merasakan takut jikalau nanti ada begal. Namun, untungnya ia bisa sampai rumah Fabian dengan selamat.Kondisi rumah pria itu sangat kacau dengan lampu yang tidak menyala satu pun, bahkan ketika ia membuka pintu, barang-barang berserakan, seperti seseorang baru saja bertengkar hebat.Zavira melihat Fabian seorang diri memojok di kamar pribadinya dengan ponsel masih menyala menunjukkan roomchat Zavira."Fabian," panggilnya dengan nada rendah, berjalan menghampiri Fabian dengan wajah baru saja menangis.Sebelumnya, Zavira mendapat pesan bahwa

  • Terjebak Obsesi Boss Gila   Bagian 36 : Firasat

    Zavira menatap ke arah Aksara yang baru saja pulang, jam menunjukkan pukul 12 kurang 30 menit. Dengan khawatir, ia menghampiri pria itu yang nampak setengah mabuk."Zavira?" Aksara memastikan yang memegang tangannya adalah Zavira. Matanya semula terpejam kini terbuka perlahan, menatap ke bawah di mana Zavira berdiri."Minum berapa botol tadi?" tanyanya menuntun Aksara menuju lantai atas. Semenjak mereka berpacaran, keduanya kini sekamar."Ehm lima, pak tua itu terus menyodori gelas saat membicarakanmu, aku tidak fokus dan tanpa sadar menerima gelasnya," jelas Aksara dengan wajah memerah, ia menatap penuh cinta pada Zavira."Kamu gak bener-bener mabuk kan? Masih sadar?" Zavira bertanya memastikan, ia lalu membuka pintu kamar.Aksara mengangguk, "hanya kepala ku pusing dan terasa berat, badan juga terasa panas." Ia memeluk erat tubuh Zavira yang dingin membuat tubuhnya sejuk."Mau mandi? Aku siapin air anget atau gak usah?" Zavira mendongak, sedikit merasa sesak karena pelukan Aksara.A

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status