Zahra, siswi teladan di sekolah agama, menghadapi kenyataan pahit saat kehamilan di luar nikah mengguncang hidupnya. Dihadapkan pada rasa malu, penghakiman, dan penolakan, ia berjuang menemukan jalan menuju pengampunan dan kembali bangkit di tengah badai dosa dan tekanan lingkungan. "Mampukah ia memperbaiki diri di dunia yang sulit yang kejam ini?"
View MoreHafiz duduk sendirian di kamarnya, matanya terpaku pada layar ponsel yang bergetar di tangannya. Pesan dari Zahra yang baru saja mengungkapkan kehamilannya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tahu tanggung jawab yang kini terjatuh di pundaknya, namun ketakutan akan reaksi keluarganya membuatnya ragu untuk mengambil langkah pertama."Apakah aku siap untuk ini?" gumam Hafiz dalam hati, merasa beban yang semakin berat setiap harinya.Pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Ia membayangkan wajah ibunya yang penuh kasih dan ayahnya yang tegas, namun bayangan kegagalan dan kekecewaan mereka membuatnya merasa terjebak dalam dilema yang tak mudah.Hafiz menatap foto keluarganya yang terpajang di meja belajar. Senyum bahagia mereka saat liburan terakhir masih jelas teringat. Ia tahu bahwa keluarganya selalu menjadi sumber kekuatan dan dukungan, namun sekarang ia merasa dirinya tidak mampu memenuhi harapan mereka."Tidak bisa te
Zahra merasakan detak jantungnya semakin cepat seiring waktu berlalu. Panggilan dari orang tuanya tidak datang dengan cepat, dan setiap menit terasa seperti jam. Akhirnya, suara langkah kaki terdengar mendekat, diikuti oleh pintu yang terbuka perlahan. Ibunya masuk terlebih dahulu, diikuti oleh ayahnya. Ekspresi wajah mereka menunjukkan keprihatinan yang mendalam. "Ibu, Ayah, ada apa?" tanya Zahra, mencoba menahan kecemasannya. Ibunya duduk di sofa, mengambil napas dalam sebelum berbicara. "Zahra, kami tahu bahwa ada sesuatu yang kamu simpan dari kami. Kami ingin kamu terbuka sekarang." Zahra menunduk, merasakan tekanan berat di dada. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa." Ayahnya duduk di sebelah ibunya, matanya tajam menatap putrinya. "Kamu tahu betapa kami peduli padamu. Jangan biarkan rahasia ini merusak hubungan kita." Zahra menghela napas panjan
Setelah kabar tentang kehamilan Zahra tersebar, sekolah menjadi sangat berbeda. Di setiap lorong, di ruang kelas, dan di kantin, bisikan-bisikan terdengar di mana-mana. Semua orang seolah-olah memiliki pendapat mereka sendiri tentang apa yang terjadi, dan hampir tidak ada yang peduli untuk mengetahui kebenaran dari sisi Zahra. Beberapa teman-temannya mengejek, beberapa menghindari, dan yang lainnya hanya bisa menatapnya dengan penuh kasihan.Zahra, yang biasanya merasa percaya diri di tengah-tengah teman-temannya, kini merasa terasing. Setiap kali dia melangkah di koridor, dia bisa merasakan tatapan tajam yang jatuh padanya. Seolah-olah setiap langkah yang dia ambil penuh dengan penilaian, setiap helaan napasnya disorot dengan sinisme yang tak bisa dihindari.Ia berjalan melewati kelompok teman sekelasnya, dan mereka berhenti berbicara. Beberapa dari mereka mengalihkan pandangan, sementara yang lainnya tampak terbata-bata, mencoba mencari kata-kata yang t
Zahra merasakan tubuhnya semakin lemah saat duduk di bangku kelas. Kepalanya berputar-putar, dan meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pelajaran yang sedang diajarkan, pikirannya terus melayang. Setiap napas yang dihirupnya terasa semakin berat. Namun, Zahra mencoba untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya, takut jika orang lain mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Satu jam berlalu, dan semakin lama, tubuh Zahra terasa semakin tidak terkendali. Tiba-tiba, perasaan pusing yang sangat hebat datang, dan dalam sekejap, Zahra terjatuh dari bangkunya. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras, dan suara benturan itu langsung memecah keheningan ruang kelas. Semua mata langsung tertuju pada Zahra yang tergeletak di lantai, tak bergerak."Aduh! Zahra!" seru Aisyah, yang duduk tak jauh dari Zahra, segera berlari menuju sahabatnya. Ia menunduk, mencoba memeriksa keadaan Zahra, tetapi ia merasa cemas saat melihat wajah Zahra yang pucat dan tubuhnya yang kaku.S
Zahra berjalan gontai menuju kelas, merasa pusing setiap kali langkahnya menginjak lantai. Sejak beberapa hari terakhir, pusing yang tak kunjung hilang membuatnya sulit berkonsentrasi. Tubuhnya terasa lemah, dan mual yang datang begitu mendalam hampir membuatnya tak sanggup bertahan. Namun, Zahra berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa sakit itu. Dia tidak ingin dianggap lemah, tidak ingin ada yang tahu bahwa sesuatu yang besar tengah terjadi pada dirinya. Hari demi hari, dia mulai merasa semakin terjebak. Setiap kali menatap cermin, Zahra merasa melihat perubahan yang semakin jelas. Tubuhnya yang dulu tegap kini terlihat lebih kurus, wajahnya semakin pucat, dan matanya tampak lelah. Meski demikian, dia berusaha tersenyum kepada teman-temannya, berharap mereka tidak melihat tanda-tanda yang semakin jelas. Tetapi, dia tahu, tak ada lagi yang bisa ia sembunyikan. Ketika bel berbunyi, menandakan pergantian jam pelajaran, Zahra duduk di bangkunya, berusaha menahan gejala-gejal
Hafiz menatap layar ponselnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Pesan dari Zahra masih terbuka di hadapannya, tetapi kali ini, dia merasa lebih sulit untuk menanggapinya. Perasaannya tidak lagi ringan seperti dulu, ketika hubungan mereka baru dimulai. Semua terasa lebih rumit, lebih berat, dan dia tidak tahu bagaimana harus meresponsnya."Aku tak tahu harus bagaimana, Hafiz. Aku butuh bantuanmu," begitulah isi pesan terakhir Zahra.Perasaan bersalah menggelayuti dirinya. Bagaimana dia bisa mengabaikan pesan itu? Bukankah dia seharusnya berada di samping Zahra sekarang, memberikan dukungan, bukan terperangkap dalam kebingungannya sendiri?Hafiz menggenggam ponselnya lebih erat, berpikir keras. Pertemuan pertama mereka begitu sederhana. Senyum Zahra, canda tawa mereka, semuanya terasa seperti permainan yang menyenangkan. Namun, saat kenyataan datang dengan segala kompleksitasnya, semuanya berubah. Zahra hamil. Dan itu adalah kenyataan yang tidak bisa mere
Zahra duduk di ujung tempat tidur, matanya menatap kosong ke depan. Semua yang terjadi begitu cepat, seperti sebuah badai yang datang tanpa peringatan. Ketakutannya semakin mendalam saat ia memikirkan tentang masa depannya. Ketika Aisyah menanggapi dengan penuh empati, Zahra merasa sedikit lebih tenang, tetapi bayangan ketakutan dan rasa bersalah masih menghantuinya. "Aisyah, kamu benar-benar yakin akan tetap ada untukku?" Zahra bertanya, suaranya terdengar rapuh. Aisyah menatap sahabatnya dengan mata yang penuh keyakinan. "Zahra, kita telah melalui banyak hal bersama-sama. Aku akan tetap ada, apapun yang terjadi," jawab Aisyah dengan suara yang penuh kepastian. "Hidup ini bukan tentang apa yang kita hadapi sendirian, tapi tentang bagaimana kita saling mendukung saat kita merasa paling lemah." Zahra menunduk, menelan kata-kata sahabatnya dengan perlahan. Aisyah tidak hanya berbicara tentang hal-hal yang sederhana. Setiap kalimat yang kelu
"Kadang, rahasia kita menjadi beban yang semakin berat seiring berjalanya waktu. Namun, kebebasan datang ketika kita memutuskan untuk melepaskannya."Zahra mulai merasakan perubahan fisik yang tidak bisa disembunyikan lagi. Beberapa minggu setelah keputusan untuk mengungkapkan kehamilan kepada orang tuanya, tubuhnya menunjukkan tanda-tanda yang semakin jelas. Meskipun masih bisa menyembunyikan perutnya yang mulai membesar dengan pakaian longgar, perasaan cemas dan kebingungan semakin mendalam. Ia tidak bisa lagi menahan perasaan yang mulai mempengaruhinya.Di sekolah, Zahra merasa semua mata tertuju padanya. Beberapa teman mulai menyadari bahwa ia tampak berbeda, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam sikapnya. Sebagian besar mulai mendekatinya dengan penuh kekhawatiran, namun tidak sedikit yang memperlakukannya dengan penuh penilaian. Bahkan beberapa guru pun mulai curiga dengan perubahan sikap yang semakin pendiam.“Ada yang aneh denganmu, Zahra. Apa kamu baik-baik saja?” tanya
"Tidak ada yang lebih berharga dalam hidup ini selain dukungan dari orang yang kita cintai."Zahra duduk di ruang tamu, memandangi kedua orang tuanya yang tengah sibuk berbicara. Ayahnya dengan wajah serius, ibunya dengan ekspresi penuh pertanyaan. Ia tahu, semua yang terjadi saat ini pasti akan mengubah segalanya. Keputusan yang ia buat dan ungkapkan tadi adalah langkah besar, namun itu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani."Zahra," suara ibu memecah kesunyian, "kamu yakin dengan apa yang kamu katakan? Apa benar kamu hamil?"Zahra mengangguk, suaranya hampir tak terdengar. “Ya, Bu. Aku … aku sudah melakukan tes dan hasilnya positif.”Ibunya menundukkan kepala, sementara ayahnya menatapnya dengan tajam, ada kekecewaan yang tampak jelas di wajahnya. "Zahra, kenapa kamu tidak memberitahukan kami lebih awal? Apa yang sebenarnya terjadi?" Ayahnya bertanya, dengan nada suaranya penuh amarah, meskipun ada sedikit kekhawatiran yang terlihat di matanya.Zahra merasakan hatinya berat, dan ra
"Ketika nama baikmu menjadi cahaya di mata orang lain, pastikan hatimu tetap bercahaya di mata Tuhan."---Langkah kaki Zahra terasa ringan ketika ia memasuki aula besar. Suara lantunan doa dan bacaan Al-Qur'an menggema, membangun suasana tenang yang menyelimuti ruangan. Zahra menatap sekeliling, menyapa beberapa teman dengan senyuman kecil sebelum mengambil tempat di barisan depan."Zahra, seperti biasa, selalu tepat waktu," bisik Aisyah, sahabat terdekatnya, sambil melirik arloji."Aku hanya mencoba menjaga amanah," jawab Zahra singkat, dengan senyum tipis.Di hadapan mereka, seorang ustaz mulai memberikan materi tentang pentingnya menjaga hati dan niat dalam setiap perbuatan. Zahra mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap kalimat yang dirasa penting. Baginya, setiap pelajaran di tempat itu adalah pijakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.Namun, ada sesuatu yang mengusik perhatian Zahra hari itu. Di barisan belakang, ia menangkap sosok Hafiz. Tatapannya sesekali tertuju ke...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments