Share

Bab 21

Penulis: Rahima_Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-04 21:40:41

Zahra merasakan detak jantungnya semakin cepat seiring waktu berlalu. Panggilan dari orang tuanya tidak datang dengan cepat, dan setiap menit terasa seperti jam. Akhirnya, suara langkah kaki terdengar mendekat, diikuti oleh pintu yang terbuka perlahan. Ibunya masuk terlebih dahulu, diikuti oleh ayahnya. Ekspresi wajah mereka menunjukkan keprihatinan yang mendalam.

"Ibu, Ayah, ada apa?" tanya Zahra, mencoba menahan kecemasannya.

Ibunya duduk di sofa, mengambil napas dalam sebelum berbicara. "Zahra, kami tahu bahwa ada sesuatu yang kamu simpan dari kami. Kami ingin kamu terbuka sekarang."

Zahra menunduk, merasakan tekanan berat di dada. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa."

Ayahnya duduk di sebelah ibunya, matanya tajam menatap putrinya. "Kamu tahu betapa kami peduli padamu. Jangan biarkan rahasia ini merusak hubungan kita."

Zahra menghela napas panjan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 22

    Hafiz duduk sendirian di kamarnya, matanya terpaku pada layar ponsel yang bergetar di tangannya. Pesan dari Zahra yang baru saja mengungkapkan kehamilannya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tahu tanggung jawab yang kini terjatuh di pundaknya, namun ketakutan akan reaksi keluarganya membuatnya ragu untuk mengambil langkah pertama."Apakah aku siap untuk ini?" gumam Hafiz dalam hati, merasa beban yang semakin berat setiap harinya.Pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Ia membayangkan wajah ibunya yang penuh kasih dan ayahnya yang tegas, namun bayangan kegagalan dan kekecewaan mereka membuatnya merasa terjebak dalam dilema yang tak mudah.Hafiz menatap foto keluarganya yang terpajang di meja belajar. Senyum bahagia mereka saat liburan terakhir masih jelas teringat. Ia tahu bahwa keluarganya selalu menjadi sumber kekuatan dan dukungan, namun sekarang ia merasa dirinya tidak mampu memenuhi harapan mereka."Tidak bisa te

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Cinta yang Membawa Luka   panutan semua orang

    "Ketika nama baikmu menjadi cahaya di mata orang lain, pastikan hatimu tetap bercahaya di mata Tuhan."---Langkah kaki Zahra terasa ringan ketika ia memasuki aula besar. Suara lantunan doa dan bacaan Al-Qur'an menggema, membangun suasana tenang yang menyelimuti ruangan. Zahra menatap sekeliling, menyapa beberapa teman dengan senyuman kecil sebelum mengambil tempat di barisan depan."Zahra, seperti biasa, selalu tepat waktu," bisik Aisyah, sahabat terdekatnya, sambil melirik arloji."Aku hanya mencoba menjaga amanah," jawab Zahra singkat, dengan senyum tipis.Di hadapan mereka, seorang ustaz mulai memberikan materi tentang pentingnya menjaga hati dan niat dalam setiap perbuatan. Zahra mendengarkan dengan saksama, mencatat setiap kalimat yang dirasa penting. Baginya, setiap pelajaran di tempat itu adalah pijakan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.Namun, ada sesuatu yang mengusik perhatian Zahra hari itu. Di barisan belakang, ia menangkap sosok Hafiz. Tatapannya sesekali tertuju ke

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 2

    "Ketika kita tidak tahu arah, Tuhan selalu memberi petunjuk melalui hati yang tenang."---Zahra melangkah menuju kelas dengan langkah kaki yang sangat yakin, berusaha menenangkan pikirannya yang masih kacau setelah percakapan singkat dengan Hafiz. Meskipun ia berusaha untuk tidak memikirkannya lagi, tapi, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Semakin hari, kehadiran Hafiz semakin terasa dan tidak bisa ia dihindari. Tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi juga dalam pikirannya.“Zahra, kamu baik-bain saja?” tanya Aisyah yang duduk di sampingnya saat mereka masuk kelas.“Aku baik-baik saja,” jawab Zahra, berusaha tersenyum.Aisyah memandangnya dengan tatapan penuh curiga, “Kamu kok kayaknya nggak tenang gitu? Apa ada yang menganggu pikiranmu?”Zahra hanya menggelengkan kepala, lalu berkata, " Aku hanya kecapean aja ko, soalnya banyak tugas akhir-akhir ini. Kamu tenang aja aku engga apa-apa ko."Aisyah tidak yakin, tetapi tidak memaksak sahabtanya untuk bercerita padanya. Mereka dud

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 3

    "Tak ada yang lebih mulia daripada menjadi diri kita sendiri, meskipun kadang harus melawan segala rintangan yang ada.""Hidup tidak selamanya akan berjalan mulus, tetapi kesulitan hari ini akan mengajarkan kita untuk menjadi lebih kuat di masa depan."Zahra merasa hidupnya seperti berjalan di atas rel kerta api yang sempit. Setiap langkahnya selalu terarah pada tujuan yang sudah ditentukan orang lain, dan ia tak bisa menentang arah yang sudah digariskan. Sejak kecil, ia selalu diajarkan untuk menjadi yang terbaik, untuk tidak mengecewakan orang tua, dan untuk selalu memenuhi harapan mereka. Semua yang ia lakukan harus sempurna, tanpa ruang untuk kesalahan.Ayah dan ibunya selalu memiliki ekspektasi tinggi terhadapnya, seolah-olah ia harus menjadi contoh sempurna dalam segala hal. Setiap nilai yang didapat harus selalu sempurna, setiap tindakan yang ia lakukan harus selalu benar, dan tak boleh ada ruang untuk kesalahan."Zahra, kamu sudah belajar untuk ujian yang akan datang?" tanya i

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta yang Membawa Luka   bab 4

    "Kadang kita harus membiarkan perasaan tumbuh tanpa terburu-buru menghakimi, karena hanya dengan begitu kita bisa memahami esensi dari hubungan yang sejati."Hari-hari berlalu, Zahra mulai merasakan perubahan dalam hubungan pertemanannya dengan Hafiz. Awalnya, mereka hanya berbicara sebatas belajar bersama, sebuah alasan yang biasa, yang mereka pilih untuk bisa lebih fokus dan produktif. Namun, seiring berjalannya waktu, percakapan mereka mulai terasa lebih akrab, lebih intens. Zahra mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda, meskipun ia berusaha untuk menolaknya."Hafiz, kita belajar bersama lagi minggu depan?" tanya Zahra, mencoba mempertahankan suasana formal, seperti yang selalu mereka lakukan. Suaranya masih terdengar biasa, meskipun ada kegelisahan kecil di baliknya. Ia merasa ada sesuatu yang semakin sulit untuk diabaikan, tetapi berusaha mengendalikan perasaan itu.Namun, Hafiz menjawab dengan senyuman yang tak bisa disembunyikan, "Tentu, Zahra. Tapi kali ini, saya pikir

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 5

    "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah: 153)"Terkadang, menjaga batas bukan hanya soal peraturan, tetapi tentang menjaga hati agar tetap bersih dari penyesalan di masa depan."***Zahra dan Hafiz mulai berbicara lebih sering melalui pesan singkat. Apa yang dulu hanya sebatas membahas pelajaran kini berubah menjadi diskusi tentang hal-hal yang lebih personal. Malam-malam mereka kerap diisi dengan saling bertukar pesan, dan bagi Zahra, setiap notifikasi dari Hafiz seperti membawa kehangatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya."Zahra, aku punya pertanyaan," tulis Hafiz malam itu. Zahra yang sedang membaca langsung meraih ponselnya, penasaran dengan apa yang akan dikatakan Hafiz."Apa itu, Hafiz?" balas Zahra cepat, mencoba menyembunyikan rasa antusiasnya.Hafiz membalas dengan cepat, "Menurutmu, apa tujuan kita hidup? Maksudku, apa kita hanya menjalani semua ini untuk memenuhi harapan orang lain? Atau ada hal lain yang sebenarnya lebih penting?"Zahra

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Cinta yang Membawa Luka   bab 6

    "Rasa bersalah adalah tanda bahwa hati kita masih hidup. Jangan biarkan kesalahan kecil menjadi kebiasaan besar yang menghancurkan segalanya."***Zahra duduk di kamarnya, dengan tatapan kosong sambil, memandangi layar ponselnya yang terang. Percakapan dengan Hafiz malam tadi masih terngiang dalam pikirannya. Hafiz, dengan caranya yang lembut dan penuh perhatian, bisa membuka sisi hati Zahra yang selama ini ia tutup rapat-rapat. Tapi di balik kehangatan itu, ada rasa bersalah yang mulai mencengkram kuat."Apa aku salah?" Zahra berbisik pada dirinya sendiri, jemarinya dengan gugup menyentuh layar ponsel. Pesan terakhir dari Hafiz belum ia balas, "Kalau ini salah, kenapa rasanya begitu menyenangkan?"Pikiran Zahra terganggu ketika suara notifikasi muncul. Pesan dari Hafiz. Ia ragu untuk membukanya, tetapi dorongan hatinya lebih kuat."Zahra, aku merasa senang kita bisa berbicara seperti ini. Kamu tahu, aku merasa lebih tenang setiap kali kita bicara."Zahra menghela napas panjang, menco

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Cinta yang Membawa Luka   bab 7

    "Ketika godaan datang, ingatlah bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan untuk menahan diri dan menjaga hati tetap bersih."Zahra menatap ponselnya dengan perasaan yang berkecamuk. Pesan dari Hafiz masih tertera di layar, meminta pertemuan yang tak terduga. Kata-kata Hafiz terasa lembut tetapi penuh tekanan di saat yang bersamaan. "Zahra, apa kita bisa bertemu? Saya ingin berbicara lebih banyak denganmu. Saya tahu ini sudah terlambat, tapi… saya merasa kita perlu bicara."Zahra menggenggam ponselnya erat-erat, ia ragu untuk membalasnya, "Mengapa dia ingin bertemu sekarang? Kenapa dia tidak bisa menunggu?" pikir Zahra. Tapi di sisi lain, ada sesuatu dalam dirinya yang mendorongnya untuk mengatakan "ya."Setelah beberapa menit dalam keheningan, Zahra akhirnya mengetik pesan balasan, "Kenapa harus sekarang, Hafiz? Bukankah kita bisa membicarakannya lain waktu?"Hafiz merespons dengan cepat, seolah-olah sudah menunggu balasannya, "Saya hanya merasa ini penting, Zahra. Saya tidak in

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23

Bab terbaru

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 22

    Hafiz duduk sendirian di kamarnya, matanya terpaku pada layar ponsel yang bergetar di tangannya. Pesan dari Zahra yang baru saja mengungkapkan kehamilannya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Ia tahu tanggung jawab yang kini terjatuh di pundaknya, namun ketakutan akan reaksi keluarganya membuatnya ragu untuk mengambil langkah pertama."Apakah aku siap untuk ini?" gumam Hafiz dalam hati, merasa beban yang semakin berat setiap harinya.Pikirannya dipenuhi oleh berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Ia membayangkan wajah ibunya yang penuh kasih dan ayahnya yang tegas, namun bayangan kegagalan dan kekecewaan mereka membuatnya merasa terjebak dalam dilema yang tak mudah.Hafiz menatap foto keluarganya yang terpajang di meja belajar. Senyum bahagia mereka saat liburan terakhir masih jelas teringat. Ia tahu bahwa keluarganya selalu menjadi sumber kekuatan dan dukungan, namun sekarang ia merasa dirinya tidak mampu memenuhi harapan mereka."Tidak bisa te

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 21

    Zahra merasakan detak jantungnya semakin cepat seiring waktu berlalu. Panggilan dari orang tuanya tidak datang dengan cepat, dan setiap menit terasa seperti jam. Akhirnya, suara langkah kaki terdengar mendekat, diikuti oleh pintu yang terbuka perlahan. Ibunya masuk terlebih dahulu, diikuti oleh ayahnya. Ekspresi wajah mereka menunjukkan keprihatinan yang mendalam. "Ibu, Ayah, ada apa?" tanya Zahra, mencoba menahan kecemasannya. Ibunya duduk di sofa, mengambil napas dalam sebelum berbicara. "Zahra, kami tahu bahwa ada sesuatu yang kamu simpan dari kami. Kami ingin kamu terbuka sekarang." Zahra menunduk, merasakan tekanan berat di dada. "Aku... aku tidak tahu harus berkata apa." Ayahnya duduk di sebelah ibunya, matanya tajam menatap putrinya. "Kamu tahu betapa kami peduli padamu. Jangan biarkan rahasia ini merusak hubungan kita." Zahra menghela napas panjan

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 20

    Setelah kabar tentang kehamilan Zahra tersebar, sekolah menjadi sangat berbeda. Di setiap lorong, di ruang kelas, dan di kantin, bisikan-bisikan terdengar di mana-mana. Semua orang seolah-olah memiliki pendapat mereka sendiri tentang apa yang terjadi, dan hampir tidak ada yang peduli untuk mengetahui kebenaran dari sisi Zahra. Beberapa teman-temannya mengejek, beberapa menghindari, dan yang lainnya hanya bisa menatapnya dengan penuh kasihan.Zahra, yang biasanya merasa percaya diri di tengah-tengah teman-temannya, kini merasa terasing. Setiap kali dia melangkah di koridor, dia bisa merasakan tatapan tajam yang jatuh padanya. Seolah-olah setiap langkah yang dia ambil penuh dengan penilaian, setiap helaan napasnya disorot dengan sinisme yang tak bisa dihindari.Ia berjalan melewati kelompok teman sekelasnya, dan mereka berhenti berbicara. Beberapa dari mereka mengalihkan pandangan, sementara yang lainnya tampak terbata-bata, mencoba mencari kata-kata yang t

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 19

    Zahra merasakan tubuhnya semakin lemah saat duduk di bangku kelas. Kepalanya berputar-putar, dan meskipun ia berusaha untuk tetap fokus pada pelajaran yang sedang diajarkan, pikirannya terus melayang. Setiap napas yang dihirupnya terasa semakin berat. Namun, Zahra mencoba untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya, takut jika orang lain mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Satu jam berlalu, dan semakin lama, tubuh Zahra terasa semakin tidak terkendali. Tiba-tiba, perasaan pusing yang sangat hebat datang, dan dalam sekejap, Zahra terjatuh dari bangkunya. Tubuhnya jatuh ke lantai dengan keras, dan suara benturan itu langsung memecah keheningan ruang kelas. Semua mata langsung tertuju pada Zahra yang tergeletak di lantai, tak bergerak."Aduh! Zahra!" seru Aisyah, yang duduk tak jauh dari Zahra, segera berlari menuju sahabatnya. Ia menunduk, mencoba memeriksa keadaan Zahra, tetapi ia merasa cemas saat melihat wajah Zahra yang pucat dan tubuhnya yang kaku.S

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 18

    Zahra berjalan gontai menuju kelas, merasa pusing setiap kali langkahnya menginjak lantai. Sejak beberapa hari terakhir, pusing yang tak kunjung hilang membuatnya sulit berkonsentrasi. Tubuhnya terasa lemah, dan mual yang datang begitu mendalam hampir membuatnya tak sanggup bertahan. Namun, Zahra berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan rasa sakit itu. Dia tidak ingin dianggap lemah, tidak ingin ada yang tahu bahwa sesuatu yang besar tengah terjadi pada dirinya. Hari demi hari, dia mulai merasa semakin terjebak. Setiap kali menatap cermin, Zahra merasa melihat perubahan yang semakin jelas. Tubuhnya yang dulu tegap kini terlihat lebih kurus, wajahnya semakin pucat, dan matanya tampak lelah. Meski demikian, dia berusaha tersenyum kepada teman-temannya, berharap mereka tidak melihat tanda-tanda yang semakin jelas. Tetapi, dia tahu, tak ada lagi yang bisa ia sembunyikan. Ketika bel berbunyi, menandakan pergantian jam pelajaran, Zahra duduk di bangkunya, berusaha menahan gejala-gejal

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 17

    Hafiz menatap layar ponselnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Pesan dari Zahra masih terbuka di hadapannya, tetapi kali ini, dia merasa lebih sulit untuk menanggapinya. Perasaannya tidak lagi ringan seperti dulu, ketika hubungan mereka baru dimulai. Semua terasa lebih rumit, lebih berat, dan dia tidak tahu bagaimana harus meresponsnya."Aku tak tahu harus bagaimana, Hafiz. Aku butuh bantuanmu," begitulah isi pesan terakhir Zahra.Perasaan bersalah menggelayuti dirinya. Bagaimana dia bisa mengabaikan pesan itu? Bukankah dia seharusnya berada di samping Zahra sekarang, memberikan dukungan, bukan terperangkap dalam kebingungannya sendiri?Hafiz menggenggam ponselnya lebih erat, berpikir keras. Pertemuan pertama mereka begitu sederhana. Senyum Zahra, canda tawa mereka, semuanya terasa seperti permainan yang menyenangkan. Namun, saat kenyataan datang dengan segala kompleksitasnya, semuanya berubah. Zahra hamil. Dan itu adalah kenyataan yang tidak bisa mere

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 16

    Zahra duduk di ujung tempat tidur, matanya menatap kosong ke depan. Semua yang terjadi begitu cepat, seperti sebuah badai yang datang tanpa peringatan. Ketakutannya semakin mendalam saat ia memikirkan tentang masa depannya. Ketika Aisyah menanggapi dengan penuh empati, Zahra merasa sedikit lebih tenang, tetapi bayangan ketakutan dan rasa bersalah masih menghantuinya. "Aisyah, kamu benar-benar yakin akan tetap ada untukku?" Zahra bertanya, suaranya terdengar rapuh. Aisyah menatap sahabatnya dengan mata yang penuh keyakinan. "Zahra, kita telah melalui banyak hal bersama-sama. Aku akan tetap ada, apapun yang terjadi," jawab Aisyah dengan suara yang penuh kepastian. "Hidup ini bukan tentang apa yang kita hadapi sendirian, tapi tentang bagaimana kita saling mendukung saat kita merasa paling lemah." Zahra menunduk, menelan kata-kata sahabatnya dengan perlahan. Aisyah tidak hanya berbicara tentang hal-hal yang sederhana. Setiap kalimat yang kelu

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 15

    "Kadang, rahasia kita menjadi beban yang semakin berat seiring berjalanya waktu. Namun, kebebasan datang ketika kita memutuskan untuk melepaskannya."Zahra mulai merasakan perubahan fisik yang tidak bisa disembunyikan lagi. Beberapa minggu setelah keputusan untuk mengungkapkan kehamilan kepada orang tuanya, tubuhnya menunjukkan tanda-tanda yang semakin jelas. Meskipun masih bisa menyembunyikan perutnya yang mulai membesar dengan pakaian longgar, perasaan cemas dan kebingungan semakin mendalam. Ia tidak bisa lagi menahan perasaan yang mulai mempengaruhinya.Di sekolah, Zahra merasa semua mata tertuju padanya. Beberapa teman mulai menyadari bahwa ia tampak berbeda, tidak hanya secara fisik, tetapi juga dalam sikapnya. Sebagian besar mulai mendekatinya dengan penuh kekhawatiran, namun tidak sedikit yang memperlakukannya dengan penuh penilaian. Bahkan beberapa guru pun mulai curiga dengan perubahan sikap yang semakin pendiam.“Ada yang aneh denganmu, Zahra. Apa kamu baik-baik saja?” tanya

  • Cinta yang Membawa Luka   Bab 14

    "Tidak ada yang lebih berharga dalam hidup ini selain dukungan dari orang yang kita cintai."Zahra duduk di ruang tamu, memandangi kedua orang tuanya yang tengah sibuk berbicara. Ayahnya dengan wajah serius, ibunya dengan ekspresi penuh pertanyaan. Ia tahu, semua yang terjadi saat ini pasti akan mengubah segalanya. Keputusan yang ia buat dan ungkapkan tadi adalah langkah besar, namun itu bukanlah hal yang mudah untuk dijalani."Zahra," suara ibu memecah kesunyian, "kamu yakin dengan apa yang kamu katakan? Apa benar kamu hamil?"Zahra mengangguk, suaranya hampir tak terdengar. “Ya, Bu. Aku … aku sudah melakukan tes dan hasilnya positif.”Ibunya menundukkan kepala, sementara ayahnya menatapnya dengan tajam, ada kekecewaan yang tampak jelas di wajahnya. "Zahra, kenapa kamu tidak memberitahukan kami lebih awal? Apa yang sebenarnya terjadi?" Ayahnya bertanya, dengan nada suaranya penuh amarah, meskipun ada sedikit kekhawatiran yang terlihat di matanya.Zahra merasakan hatinya berat, dan ra

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status