Trapped The Destiny Of Love

Trapped The Destiny Of Love

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-25
Oleh:  Yuniizhy_  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
7 Peringkat. 7 Ulasan-ulasan
14Bab
1.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jeasy Gracorner, seorang wanita cantik nan seksi juga sederhana. Kemurahan hatinya yang penyayang serta penolong itu selalu saja memikat semua orang untuk memujinya. Namun, sikap baiknya tersebut malah menjadi boomerang. Salah satunya karena Jeasy telah menolong seseorang. Seolah perantara dari Tuhan, akibatnya ia malah terjebak dalam jeratan pria bernama Willyard Poulter. Pria tampan dan gagah yang telah berhasil merubah keseluruhan hidupnya. Mampukah Jeasy melepas diri dari jeratan pria tersebut? Atau dia malah menikmati perubahan hidupnya demi seseorang? Semua keputusan itu ada di tangan si perantara, yaitu sang malaikat kecil. Lalu, siapakah si perantara atau sang malaikat kecil itu?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Pekerjaan atau Nyawa Seseorang?

"Congratulations, Jeasy!"Ucapan selamat pada gadis bersurai pirang itu terus terlontar dari mulut sahabatnya.Jeasy membalas pelukan Millie dengan erat seraya berkata, "Congratulations for you to, Mil! Akhirnya kita lulus juga."Ya, kedua gadis berumur dua puluh dua tahun itu baru saja melangsungkan acara wisuda di Universitas Royal Institute of Technology di Swedia. Selama empat tahun menempuh perguruan tinggi di sana, akhirnya gelar sarjana System Informasi (IT) telah mereka dapatkan dengan bangga.Namun, Jeasy tidak sebahagia teman-temannya dengan hasil akhir yang ia rasakan sekarang. Karena pakaian toga yang dikenakannya sama sekali tidak terabadikan. Tak ada orang tua ataupun keluarga terdekat yang hadir di sana untuk dirinya. Karena kedua orang yang amat dia cintai itu telah tiada sejak ia kecil, dan sejak saat itu keluarganya sudah tak menganggapnya lagi. Entah alasan apa yang membuat mereka seolah membuang Jeasy. Perjuangan Jeasy untu

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Rahayunovel01
aaa sweet, pengen deh punya sahabat seperti millie
2021-09-18 18:50:48
0
user avatar
RAZILEE
wahh ceritanya bagus
2021-09-18 18:44:49
0
user avatar
fafa
semangat terus ya thor!!!
2021-09-18 12:01:56
0
user avatar
Pratiwi
Ceritanya menarik, semangat up ya
2021-09-17 20:04:32
0
user avatar
Pena Air
semangat kakak suka banget bacanya
2021-09-17 20:01:54
0
user avatar
youarestarsx
menarik nih ceritanya, next thor!
2021-07-27 21:36:52
0
user avatar
Alvern Gyan
Kebiasaan anak-anak, main ninggalin aja karena lupa wkwk. Cassie-nya imut, jangan-jangan Jessie entar diminta jadi ibu sambung?
2021-07-27 09:52:19
1
14 Bab

Pekerjaan atau Nyawa Seseorang?

"Congratulations, Jeasy!"Ucapan selamat pada gadis bersurai pirang itu terus terlontar dari mulut sahabatnya. Jeasy membalas pelukan Millie dengan erat seraya berkata, "Congratulations for you to, Mil! Akhirnya kita lulus juga."Ya, kedua gadis berumur dua puluh dua tahun itu baru saja melangsungkan acara wisuda di Universitas Royal Institute of Technology di Swedia. Selama empat tahun menempuh perguruan tinggi di sana, akhirnya gelar sarjana System Informasi (IT) telah mereka dapatkan dengan bangga. Namun, Jeasy tidak sebahagia teman-temannya dengan hasil akhir yang ia rasakan sekarang. Karena pakaian toga yang dikenakannya sama sekali tidak terabadikan. Tak ada orang tua ataupun keluarga terdekat yang hadir di sana untuk dirinya. Karena kedua orang yang amat dia cintai itu telah tiada sejak ia kecil, dan sejak saat itu keluarganya sudah tak menganggapnya lagi. Entah alasan apa yang membuat mereka seolah membuang Jeasy. Perjuangan Jeasy untu
Baca selengkapnya

Tertangkap dan Bebas

"Cepat katakan! Di mana kau menyembunyikan putriku, hah?"Lelaki berahang tegas itu terus menggertak pria di hadapannya yang hanya duduk santai dengan sebatang rokok. Willy benar-benar sudah kebakar emosi karena lawan bicaranya sedari tadi hanya tertawa hambar."Aku semakin yakin, kalau kau memang dalang di balik semua ini! Lihat saja apa yang akan kulakukan padamu, Pria Sialan!" Willy berbalik dan langsung mengambil langkah lebar hendak pergi meninggalkan ruangan bernuansa abu-abu itu. Namun, suara bariton berhasil mencegatnya."Apa yang akan kau lakukan, Tuan Willyard Poulter? Melaporkanku ke polisi? Dengan tuduhan penculikan anak?" tanya Jacob tertawa remeh. "Tanpa bukti apa pun? Haha ... aku yakin polisi tidak akan mempercayaimu! Sudah kubilang, bukan? Kalau aku tidak tahu apa-apa perihal kehilangan putrimu."Tanpa menoleh sedikit pun, Willy menjawab, "Mau kau mengelak sekeras apa pun, aku tetap mengetahui akal busukmu itu!" Willy kembali berjalan dan ben
Baca selengkapnya

Bertemu dengan Mata Tertutup

Setelah beberapa menit, akhirnya si kecil itu sampai di sebuah rumah besar nan mewah. Zio langsung membuka pintu mobil untuk mempersilakan sang tuan putri turun."Segeralah beristirahat, Sayang," ucap Zio membuat senyum di bibir Cassie mengembang. "Okay, Om Zio," timpalnya seraya turun. "Daddy ada di rumah, 'kan?" lanjutnya. Mendengar pertanyaan Cassie perihal Daddy-nya, Zio jadi teringat sesuatu. Dia baru sadar, kalau sekarang dirinya sedang mendapat tugas dari si bos. Akan tetapi, dia malah lupa."Ah, Daddy-mu masih di kantor.""Yah, padahal Cassie sangat merindukan Daddy. Bisakah Om Zio menyuruhnya untuk pulang cepat?"Zio langsung mengangguk, dia hanya mencoba untuk tidak membuat Cassie sedih. "Pasti, Tuan Putri."Cassie pun berseri, ia memperlihatkan gigi putihnya yang rapi. "Ya ampun!" kejutnya saat hendak memijakan kaki pada teras rumah. "Kenapa, Tuan Putri?" Sontak Zio langsung bertanya. "Cassie te
Baca selengkapnya

Pandangan Pertama

Sesaat sebelum mobil hitam pekat itu sampai pada tujuannya, seketika mata pria yang habis mabuk itu terbuka. Matanya langsung memicing melihat gadis yang tertidur pulas di sana. Zio sama sekali tidak menyadari kalau Willy sudah sadarkan diri, dia sibuk menyetir dan fokus pada jalanan.  Mata tajam Willy masih belum teralihkan memandangi Jeasy. Entah kenapa, dia terus meneliti tubuh yang terlihat seksi itu. Walaupun pakaian Jeasy tidaklah minim, tetapi pria itu mampu menangkap postur tubuh Jeasy yang indah dan menggoda.  'Tubuhnya menarik juga,' batin Willy menyeringai. Sisi negatifnya mulai keluar. "Oh, astaga! Apa yang aku pikirkan?" kilahnya setelah sadar dari pikiran buruk tersebut. Sontak Zio langsung menoleh dan mendapati tuannya yang sudah sadar.  "Will, kau sudah sadar?" Tak ada jawaban, Willy sibuk memijat pelipisnya. "Tepat sekali, kau sadar dan kita sudah sampai," lanjut Zio menghentikan mobilnya. Sebuah rumah b
Baca selengkapnya

Dianggap Kekasih?

"Ck, astaga! Kenapa ponselnya masih tidak aktif?" Wanita manis itu tampak panik, ia terus memandang benda persegi panjang dengan nyalang."Ada apa, Miliie? Kau terlihat gelisah." Brix bertanya."Ini Ayah, entah kenapa dua hari terakhir Jeasy tidak ada kabar. Bahkan ponselnya juga mati.""Mungkin dia sedang sibuk. Kau tidak coba pergi ke rumahnya?"Millie berakhir duduk di samping sang ayah. "Sudah, Ayah. Tapi dia tidak ada, rumahnya juga terkunci. Aku jadi khawatir.""Kau yang tenang, Ayah yakin dia baik-baik saja. Mungkin sekarang dia lagi butuh waktu untuk sendiri."Millie hanya mengangguk, semoga saja perkataan ayahnya memang benar. Kini dering ponsel di tangannya terdengar, wajah Millie langsung berubah senang. Namun, setelah ia lihat nama yang tertampang di sana, ternyata bukan Jeasy. "Maaf, Ayah. Aku angkat telepon dulu." Millie pun pergi seraya menjawab panggilan."Halo, Pynson. Ada apa kau meneleponku?""Kenapa kau
Baca selengkapnya

Pekerjaan Baru

"Kau yang membuat semua ini?" Willy tampak terkejut dengan banyaknya hidangan makanan di meja makan. Ia sempat meragukan makanan tersebut karena dibuat oleh orang asing, bukan oleh sang pembantu seperti biasanya."Iya, Pak. Mungkin ini sebagai bentuk terima kasihku, lagipula asisten rumah tangga di sini sedang sakit, bukan? Jadi biarkan saja aku yang menggantikannya," jawab Jeasy masih setia berdiri di samping meja.Willy bergeming sejenak. "Kau lupa?""L-lupa? Tentang apa?"Pria itu mendengkus, lalu berkata, "Panggil aku nama saja."Jeasy menunduk, ia benar-benar lupa. "Maaf, Pak. Tapi ... dengan menyebut nama saja kurasa itu tidak sopan.""Dengar, ini rumahku. Maka aku berhak mengatur semuanya, termasuk kau harus memanggilku seperti apa. Mengerti?" Willy berucap tegas, ia kemudian mengancingkan jas di tubuhnya. "Cepat bangunkan Cassie, aku ingin sarapan bersamanya.""Baik."Jeasy bergegas menuju kamar Cassie, gadis kecil itu tampak m
Baca selengkapnya

Berciuman Secara Tidak Langsung

Hari ini wajah Jeasy tampak secerah mentari. Bagaimana tidak, hatinya begitu senang karena harapan untuk bekerja di salah satu perusahaan akhirnya terwujud. Ia tidak menyangka Willy akan dengan mudah menerima dirinya.Namun, otak Jeasy baru teringat sesuatu. Jika ia bekerja di kantor Willy, lalu bagaimana dengan Cassie? Apakah ia akan tetap menjadi seorang pengasuh anak? Karena tidak mungkin Jeasy mengambil dua pekerjaan itu sekaligus. Ia tidak pandai membagi waktu. "Aunty kenapa? Tidak biasanya melamun seperti itu?" tanya Cassie seusai meneguk segelas susu dingin.Jeasy menggeleng, lalu kembali menyuapi makanan ke mulut anak itu. Untung saja Jeasy mulai bekerja besok di perusahaan Willy, sehingga sekarang ia masih bisa menemani Cassie. "Aunty sayang gak sama Cassie?"Seketika pertanyaan itu membuat Jeasy terkejut. "Tentu, Sayang. Kenapa kamu nanya begitu?""Ah, tidak. Cassie cuma takut Aunty pergi," timpal anak itu menatap Jeasy
Baca selengkapnya

Berita Terbaru

Menu sarapan pagi ini kembali dimasak oleh sang pembantu seperti biasanya, karena pembantu yang dikenal dengan Bibi Silly itu sudah sembuh dari sakitnya. Wanita umur akhir empat puluhan tersebut memang sudah setia menenami keluarga Willy sejak tiga tahun terakhir. Namun, seketika Cassie menggeleng saat tangan Jeasy mengangkat sendok untuk menyuapi anak itu. "Cassie mau roti panggang buatan Aunty," celetuknya membuat Willy yang sibuk menyantap sarapan teralih memerhatikan kedua perempuan di dekatnya.  Jeasy hanya tersenyum seraya berucap, "Ini bukannya burger kesukaan Cassie? Bibi Silly khusus membuatkan ini untukmu, Sayang. Apa kau tidak merindukan masakan Bibi Silly, hm? Jadi, ayo makan ini saja." Cassie menggeleng cepat sembari memajukan bibirnya beberapa senti. Bocah itu memang terkadang susah untuk dibujuk. Pada akhirnya, Jeasy menurut karena tatapan Willy terus mengintimidasi. "Baiklah, Aunty akan buatkan roti panggang untukmu. Tunggu sebent
Baca selengkapnya

Jalan Keluar

Sesampainya di rumah, Jeasy dikejutkan dengan keberadaan Willy yang sudah duduk tegap di sofa dengan tatapan yang sulit diartikan, seolah ia sedang menahan suatu amarah. Tidak biasanya dia pulang secepat itu. Akan tetapi, netranya sontak melirik si putri kecil yang dituntun oleh Jeasy. Raut wajah Willy seketika berubah total. Senyumnya mengembang seraya berdiri dan langsung menggendong Cassie dengan manja. "Sayang, bagaimana les baletnya? Lancar?" tanya Willy halus. "Yes, Dad. Aku, 'kan penari balet terbaik!" seru Cassie tampak gembira. "Good girl! Ya sudah, kalau begitu Cassie mandi dulu, ya, sama Bibi Silly. Soalnya Aunty Jeasy ada urusan sama Daddy," pinta Willy memberi senyuman terbaiknya untuk membujuk Cassie. Sementara Bibi Silly sudah berdiri di pinggir sofa sedari tadi. "Ayo, Non." Cassie mengangguk pelan seraya menatap Jeasy. "Kalau urusan Aunty sudah selesai, nanti ke kamar
Baca selengkapnya

Siapa Dalangnya?

Tangan seputih susu itu terus membelai lembut rambut si putri kecil dengan sisir. Wanita tersebut tampak fokus dan telaten mengikat rambut Cassie agar tampak rapi. Sampai panggilan dari sang pemilik rambut indah pun ia hiraukan begitu saja. Sepertinya kata yang tepat untuk Jeasy saat ini bukanlah fokus, melainkan dia malah melamun. "Aunty!" kejut Cassie, membuat Jeasy terperanjat dan menjatuhkan sisirnya. "Kenapa Aunty diam saja? Aku dari tadi berbicara sama Aunty." "Oh, astaga. Maafkan Aunty, Sayang. Aunty terlalu fokus menata rambutmu agar terlihat cantik," elaknya. Anak itu membalikkan badan dan menghadap Jeasy sepenuhnya. "Aunty melamun?" Jeasy terkekeh, bocah di hadapannya memang terlalu pintar. "Tidak, siapa bilang? Sudahlah, waktunya kita sarapan. Daddy pasti sudah menunggumu di meja makan." Begitu jelas Jeasy mencoba untuk mengakhiri perbincangan perihal dirinya yang tertangkap basah saat sedan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status