⚠️⚠️⚠️ Mature content! Banyak adegan dewasa yang hanya cocok untuk usia 21 tahun ke atas. Harap kalian bijak menyikapi dan sesuaikan usia kalian. Waktu tidak mungkin bisa diputar kembali, selaput dara yang telah robek tidak mungkin bisa kembali utuh. Grace hanya bisa pasrah menerima bahwa kini ia bukan gadis yang suci lagi. "Kau benar-benar iblis yang tidak berperasaan." Akhirnya hanya itu yang mampu Grace lontarkan dari sekian banyaknya cacian dan makian yang menjerit di otaknya. "Iblis? Jika aku adalah iblis, maka kupastikan akan kuseret kau ke dalam neraka yang sama bersamaku, Grace," ucap William sambil menyeringai penuh kemenangan. "Dan sebagai balas budi kepada keluarga Johanson, aku ingin kau menjadi simpananku. Selamanya."
Lihat lebih banyakChapter 19 Dissapoint 2 Ketika William tiba di area parkir sebuah gedung apartemen, William buru-buru keluar dari mobilnya karena ia mendapati Grace, Nina dan Aida. Ia mendekati ketiga orang itu dan meraih lengan Grace. "Grace, kita harus bicara." William menatap mata Grace yang tampak sedikit bengkak. Ia tahu jika istrinya pasti baru saja menangis. Grace membalas tatapan William dengan dingin. "Tidak sekarang." Nina masuk ke dalam mobil, sedangkan Aida tidak. Ia menepuk pundak Grace. "Kurasa kalian memang harus berbicara." Grace menghela napasnya. "Tidak penting, masalahmu lebih penting." Aida menggelengkan kepalanya. "Suamimu lebih penting." Ia menatap William. "Aku harus pergi ke kantor polisi untuk penyelidikan temanmu yang menghilang, jika kalian sudah selesai, kalian menyusullah ke sana." William mengerutkan keningnya. "Siapa menghilang?" Grace dan Aida saling menatap dan mengerutkan keningnya lalu beralih memandang William. "Calvin," ujar mereka berbarengan. "A
Chapter 18LiarWilliam melihat mobil yang dikemudikan oleh Nina keluar dari area gedung apartemen tempat tinggalnya. Tanpa menaruh kecurigaan apa pun ia mengemudikan mobilnya lalu setelah memarkirkannya, ia menuju unit tempat tinggalnya dan langsung menuju ke kamarnya.Namun, ia terkejut mendapati siapa yang berada di dalam kamarnya bukan Grace, melainkan Meghan yang sedang mondar-mandir di kamarnya. Wajah Meghan tampak panik.Ia mengerutkan keningnya seraya bertanya, "Di mana Grace?"Megan memegangi handuk yang melingkar di tubuhnya, ia menatap William dan air matanya terjatuh. "Willy, syukurlah kau datang.""Apa sesuatu terjadi padamu?" Meghan menggelengkan kepalanya lalu air mata yang tergelincir di pipinya menggunakan lengannya. "Tidak, kau susul Grace, cepatlah.""Apa maksudmu?" William mengerutkan keningnya."Kehadiranku membuat hubunganmu dan Grace dalam masalah." Meghan terisak.William semakin tidak mengerti karena ia merasa jika ia dan Grace baik-baik saja, tidak ada masal
Chapter 17Another TasteKetika William dan Grace bertemu Meghan di bandara mereka tidak terlalu curiga apa lagi mengira pertengkaran Meghan dan Calvin serius. William mengira jika pertengkaran mereka masih dalam tahap seperti biasa, tetapi saat mereka tiba di dalam mobil dan Meghan membuka kacamatanya, William sangat terkejut mendapati kedua mata Meghan tampak bengkak, tampak menyedihkan, dan selama bertahun-tahun mengenal Meghan, ia belum pernah melihat Meghan tampak menyedihkan seperti itu.Yang William tahu, Meghan adalah tipe gadis yang acuh. Ia hanya peduli dengan Calvin, kesenangan, dan penampilannya. Dan hal yang paling William tahu adalah keduanya saling mencintai bahkan mereka nyaris tidak pernah terlibat dalam pertengkaran yang serius, meski mereka terlibat perselisihan, perselisihan mereka hanya seputar keinginan Megan yang terlalu berlebihan dan ditentang oleh Calvin, tetapi pada akhirnya Calvin akan mengalah kepada Meghan. William menggeser tubuhnya menghadap ke belakan
Holla.....Selamat malam dan selamat membaca.Jangan lupa untuk tinggalkan komentar, RATE bintang yang ada di pojok kiri bawah layar ponsel kalian.Share juga cerita ini pada teman-teman kalian. ❤Chapter 16Dissapoint 1William bersedekap berdiri di depan Grace yang tertunduk duduk di kursi kerja. Tatapan matanya menyorot Grace tidak bersahabat, bahkan sedikit kesan mengintimidasi. Tidak seorang pun di antara keduanya memulai percakapan sejak Grace memasuki mobil hingga tiba di Bebe Shoes, suasana masih dipenuhi dengan kebisuan. Grace berapa kali menjilat bibirnya, sepenuhnya ia menyadari jika tidak seharusnya menyembunyikan sesuatu dari William. Demi Tuhan, ia tidak bermaksud demikian karena cepat atau lambat ia memang harus memberitahu William, tetapi ia tidak menyangka jika William lebih dulu memergoki langkahnya. Ia mengumpulkan keberaniannya, perlahan mengangkat wajahnya menatap William dengan tatapan memohon maaf. "Willy, aku akan menjelaskan padamu." William menyipitkan
Chapter 15Grace's OffersGrace berdiri di depan pintu masuk ruang rawat inap Theresia, ia sengaja tidak memasuki ruangan itu karena Nathalia berada di dalam sana. Wanita itu sedang menyisir rambut Theresia dengan penuh kasih sayang sambil bercakap-cakap. Terlihat akrab meski grace tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tetapi dari bahasa tubuh keduanya, Grace bisa memastikan jika Nathalia sangat menyayangi Theresia. Ada kecemburuan membakar dadanya meski tidak berkobar. Tetapi, ia merasakan panas yang bersumber dari sana lalu perlahan-lahan menjalari nadinya, menyebar ke seluruh raganya. Theresia diinginkan oleh Nathalia, sedangkan dirinya tidak. Grace benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa seorang perempuan yang melahirkan dua anak, tetapi hanya mencintai satu dari keduanya. Bagaimana bisa Nathalia bisa bersikap berbeda dengan Prilly yang menyayanginya meski ia bukan putri kandungnya? Bukankah Nathalia dan Jack terlibat perselingkuhan, bukan pemerkosaan yang berujung me
Chapter 14Good Quality SleepGrace membersihkan tubuhnya, sedangkan William menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Ketika Grace kembali ke dapur, ia melingkarkan kedua lengannya ke pinggang suaminya, memeluk William dari arah belakang dan bertingkah manja. "Makanan akan segera siap," ucap William sembari meletakkan teh teko yang terbuat dari keramik berisi teh hangat. "Apa kau butuh bantuan?" Grace menggesekkan keningnya di punggung William. "Semuanya telah siap," ujar William sembari berbalik menghadap Grace. Grace tersenyum menatap William, di dalam benaknya ia bersyukur menjadi anggota keluarga Johanson dan lebih bersyukur lagi ia memiliki William sebagai suaminya. Di samping tampan, William benar-benar memiliki kepribadian yang sangat baik, sikapnya juga lembut dan tentunya penyayang. "Sebaiknya kau membersihkan tubuhmu terlebih dulu." William menggeleng. "Teh akan dingin." "Baiklah kalau begitu aku yang akan membersihkan meja setelah kita makan," desah Grace. "Kubila
Chapter 13A PretendedGadis kecil di depan Grace juga mengamati wajah Grace. "Aku tidak mengenalmu," ucapnya, tatapannya terlihat waspada. Ya, kebanyakan orang tua di negaranya melarang anak-anaknya berbicara dengan orang asing. Grace tersenyum seramah mungkin. "Aku adalah Alicia, kau memang tidak mengenalmu, tapi aku mengenal ibumu Nathalia Allen." Gadis itu mengerjakan matanya beberapa kali. "Kau sahabat Mommy?" Dengan kata lain gadis di depannya benar Theresia, anak Nathalia. Grace menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kami tidak bersahabat. Tapi, ibumu mengatakan jika putrinya sakit, jadi aku ingin melihatmu." Gadis kecil itu menatap Grace dengan tatapan curiga, dari caranya menatap Grace, terlihat jika Theresia benar-benar tidak mengenal Grace. Grace duduk di bangku yang berada di samping ranjang pasien. "Di mana ibumu?" "Ini bukan waktunya Mommy di sini," sahut Nathalia pelan. "Jadi benar? Kau adalah Theresia Adney?" Grace harus memastikan, paling tidak ia mendapatka
Chapter 12Find OutDua hari berlalu, Grace tenggelam dalam kesibukannya. Tetapi, bukan berarti ia melupakan keinginannya untuk memastikan keberadaan Theresia. Hanya saja ia belum memiliki kesempatan untuk pergi ke rumah sakit karena kesibukannya, juga karena Nina sekarang menjelma menjadi bayangan dirinya. Nina berada di mana saja Grace berada kecuali jika Grace kembali ke tempat tinggalnya bersama William. Seperti saat ini, ia dan Nina berada di Glamour Entertainment karena ada beberapa hal yang harus dibicarakan bersama Leonel dan Halifa. “Mario mengatakan Leonel masih memiliki tamu di ruangannya,” ujar Halifa seraya meletakkan gagang telepon ke tempatnya. Ia menatap Grace sembari mengedikkan bahunya. Grace melirik jam di pergelangan tangannya. Tamu yang dimaksud Leonel pastilah bukan tamu pada umumnya, tebakan Grace adalah tamu spesial, salah satu model, penyanyi, atau bintang film. Tamu untuk bersenang-senang. Menimbang hal itu, Grace memilih menunggu beberapa menit hingga Leo
Chapter 11The Elapsed TimeGrace mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berbahan sutra, ia melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambutnya yang berwarna kuning kemerahan tergerai di pundaknya. Ia naik ke atas tempat tidur, menarik selimut hingga menutupi sebagian wajahnya. Tidak dipungkiri jika pikirannya sangat kacau meski ia berusaha bersikap setenang mungkin di depan William dan seluruh keluarga. Bukan memikirkan Nathalia, tetapi ia ingin menjumpai adiknya. Ia memejamkan mata seraya mencari-cari cara agar ia dapat menyelidiki keberadaan Theresia tanpa diketahui oleh Nathalia maupun William. Grace membuka matanya dan menyingkirkan selimut yang menutupi sebagian wajahnya saat pintu kamar terbuka dan menampakkan sosok suaminya. William menyuruh Grace untuk kembali ke kamar terlebih dahulu dan ia itu berbicara dengan Leonel di kamar Leonel."Kau belum tidur?" William menutup pintu laku berjalan ke meja untuk meletakkan laptop dan ponselnya. Grace menggelengkan kepalanya. "Apa ada ma
"Grace...!" Aida memanggil Grace dengan suara cempreng yang sedikit nyaring. Gadis itu datang saat Grace baru saja mendudukkan bokongnya di bangku ruang kelas. Grace menoleh ke arah sumber suara, ia melambaikan tangannya ke arah Aida yang memanggilnya. Tampak Aida berlari kecil mendekati Grace. "Ms. Albert memanggilmu, sekarang." Aida memberitahu sahabatnya. "Ms. Albert?" Grace memiringkan kepalanya. "Ya." Aida menjawab pertanyaan Grace dengan nada acuh. "Untuk apa? Seingatku kita tidak memiliki tugas." Grace mengerutkan keningnyamenata, ia menatap wajah Aida. "Benar, kita tidak memiliki tugas. Sepertinya perawan tua itu telah menentukan di mana tempat magangmu," jawab Aida sambil meletakkan tasnya di atas meja. "Magang?" Grace menepuk jidatnya sendiri tanpa bangkit dari duduknya. "Aku melupakannya. Bagaimana dengan tempat magangmu? Apa kau juga telah tahu di mana kau ditempatkan?" "Ya, aku mendapatkannya," jawab Aida. "Barusan." "Di mana?" sepertinya Grace lebih ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen