⚠️⚠️⚠️ Mature content! Banyak adegan dewasa yang hanya cocok untuk usia 21 tahun ke atas. Harap kalian bijak menyikapi dan sesuaikan usia kalian. Waktu tidak mungkin bisa diputar kembali, selaput dara yang telah robek tidak mungkin bisa kembali utuh. Grace hanya bisa pasrah menerima bahwa kini ia bukan gadis yang suci lagi. "Kau benar-benar iblis yang tidak berperasaan." Akhirnya hanya itu yang mampu Grace lontarkan dari sekian banyaknya cacian dan makian yang menjerit di otaknya. "Iblis? Jika aku adalah iblis, maka kupastikan akan kuseret kau ke dalam neraka yang sama bersamaku, Grace," ucap William sambil menyeringai penuh kemenangan. "Dan sebagai balas budi kepada keluarga Johanson, aku ingin kau menjadi simpananku. Selamanya."
Lihat lebih banyakChapter 4My Cousin"Sekarang beri tahu aku," erang Grace sambil perlahan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan.Mata keduanya bersobok, saling mengunci. Grace menatap William yang berada di bawahnya dengan sorot mata memohon, juga mendamba, sedangkan William menatap Grace dengan tatapan penuh cinta, juga gairah yang membara. Membakar seluruh jiwanya."Kau yakin ingin mendengarnya?" Grace mengangguk lemah seolah tidak berdaya, ia memang terlalu lemah setiap kali William memenuhi tubuhnya."Kau akan cemburu jika mendengarnya." William mencengkeram kedua pinggul Grace, mengangkatnya dengan rendah lalu menghunjamkan dirinya dalam-dalam ke dalam tubuh Grace yang sempit dan hangat. Grace terengah, Ia mencengkeram kedua bahu William, nyaris menjerit karena William terlalu dalam memenuhinya. Tubuhnya bergetar hebat oleh kenikmatan yang menerjangnya seperti badai, ia menempelkan bibirnya di bibir William, mencumbu bibir suaminya dengan serakah. Menghisap lidah William seolah hanya William y
Chapter 3 Who is She? "Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu. "Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri. Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan." "Aku turut bahagia," ujar William. Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa." Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu. "Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan. William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu." Grace membeliak
Chapter 2 KindnessNathalia menatap layar ponselnya, menatap Grace yang mewarisi kecantikannya. "Kau bisa berada di posisi itu karena aku," ucapnya dengan nada getir, tetapi terselip amarah.Sepuluh tahu di dalam penjara, lalu saat ia keluar dari dalam penjara, semuanya berubah. Ia menjadi sebatang kara tanpa ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini. Namun, karena ia memiliki seorang putri, itu berarti ia masih memiliki keluarga.Nathalia Allen, wanita berambut merah kecoklatan dan memiliki paras yang sangat cantik itu tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir di dalam penjara. Ia tidak pernah mengalahkan siapa pun kecuali, Jack Grantham. Pria bangsawan yang menggodanya hingga ia bertekuk lutut dan menyerahkan kesuciannya di usia enam belas tahun. Nathalia, ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang dibesarkan dengan hidup seadanya oleh ibunya yang bekerja sebagai salah satu pelayan di kediaman keluarga bangsawan di Sevenoaks, London Timur, Inggris. Ia sering
Chapter 1New BeginningGrace Elizabeth, pemilik mata berwarna biru seindah lautan di Grace bay itu, adalah putri tidak sah dari salah satu bangsawan di London yang dijual oleh ibu kandungnya sendiri, tetapi ia beruntung karena keluarga Johanson membesarkannya lalu pada usia dua puluh tiga tahun putra pertama keluarga Johanson yang bernama William Johanson menikahinya. Awalnya William dan Grace berulang kali terjebak dalam lingkaran yang membuat mereka saling membenci dan saling menyakiti dalam kata balas dendam. Grace sangat membenci William, begitu juga William, pria itu juga membenci Grace karena Grace menanggalkan nama Johanson di belakang namanya. Grace melarikan diri dari keluarga Johanson yang telah merawatnya sejak ia mengenal dunia. William menganggap perbuatan Grace adalah penghinaan terhadap keluarga Johanson. Keluarga Johanson adalah keluarga terpandang di London, meskipun bukan keluarga bangsawan nyatanya derajat mereka nyaris sama dengan keluarga bangsawan di London k
Chapter 46 Tertipu. Itulah yang di alami oleh William dan Grace. Thomas adalah anak Jack yang ke tiga, selama ini Thomas tidak pernah berada di London karena ia menimba ilmu di German lalu bekerja dan memutuskan untuk menetap di sana, kebetulan ia kembali ke London karena memang hendak menikah dengan gadis pilihan orang tuanya dan kebetulan pula Thomas dan Leonel telah saling mengenal sejak sekolah menengah atas sehingga Leonel dengan mulus menjalankan misinya untuk membuat William dan Grace menikah. Rupanya seluruh keluarga mereka terlibat dalam rencana itu. Masing-masing dari mereka memainkan peran dengan sangat apik. William dan Grace sangat terkejut manakala mereka tiba di gereja yang Sidney tentukan, kedua keluarga telah berkumpul di sana menyambut dua orang yang keras kepala akhirnya mengakui cinta mereka dan meresmikannya. Meskipun mereka sedikit kecewa karena ternyata keduanya memutuskan untuk merahasiakan pernikahan mereka. Pengambilan sumpah di gereja berlangsung dengan s
Chapter 45Grace menerima gaun berwarna putih di tangan William, perlahan ia membuka lipatannya dan tercengang dengan apa yang ia lihat. Sebuah gaun pengantin. "G-gaun? Gaun pengantin?" Atanya Grace tergagap-gagap."Ya, gaun pengantin. Kita akan menikah," jawab William dengan nada datar. "M-menikah? Siapa yang meni...." "Kita, kau dan aku," sahut William tanpa menunggu Grace menyelesaikan kalimatnya. "B-bagaimana mungkin?" William hendak meraih telapak tangan Grace tetapi Grace justru menghindarinya dan mundur dua langkah. "Sayang, kita akan menikah, kau akan menjadi istriku. Aku akan menjadi milikmu," ucap William sambil berusaha mendekati Grace. Kau menjadi milikku? Grace meletakkan gaun di tangannya ke atas tempat tidur sambil sebelah tangannya memberi kode agar William tidak mendekat, ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Menatap William dengan tatapan permusuhan yang angkuh. Mendadak keberaniannya menyeruak, rasa kecewanya kepada William tidak bisa dielakkan lagi. Di masa l
Chapter 44William kembali ke tempat tinggal orang tuanya, ia baru saja melangkahkan kakinya hendak menuju ruang belajar di mana ayahnya berada. Ayahnya mengatakan Ada hal penting yang harus dibicarakan tetapi ketika tiba di dalam ruang belajar William sedikit terkejut karena bukan hanya ayahnya yang berada di sana, tapi ibunya juga berada di sana. Tidak terkecuali Sydney dan Leonel, hanya alexa yang tidak berada di sana."Pembicaraan keluarga rupanya?" tanya William sambil mendaratkan bokongnya di atas sofa.Alexander mengamati wajah putra pertamanya. "Barusan ayahnya, maksudku--ayah kandung Grace datang ke sini," ucapnya."Untuk apa pria tua itu datang ke sini?" tanya William dengan nada sangat acuh."Grace akan bertunangan dengan pria yang dipilihkan olehnya," jawab Alexander.Menyembunyikan keterkejutannya, William berkata dengan nada datar dan mempertahankan sikap acuhnya. "Itu bagus."Jawaban William membuat empat pasang mata yang ada di dalam ruangan itu kompak tertuju kepada
Chapter 43Grace sangat terkejut manakala mendapati pria yang sangat ia kenal duduk di atas sofa ruang tamu tempat tinggalnya, rasanya ia ingin melompat ke dalam pelukan William. "Willy," desahnya. Akhirnya dia kembali. William melemparkan senyum tipis ke arah Grace. "Ganti pakaianmu, aku ingin berbicara denganmu," ucap William dengan nada ada yang tak mampu di baca oleh Grace karena nada bicara William tidak dingin, tidak juga hangat, juga tidak ada keramahan di sana. Grace menggigit bibirnya sambil samudra biru di matanya menatap William dengan tatapan seolah ia ragu-ragu meninggalkan William bahkan jika hanya satu detik. Ia ingin menentang William, ia takut William pergi meninggalkannya lagi tetapi akhirnya ia harus mengangguk kemudian kakinya melangkah menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Tidak lama kemudian Grace telah duduk di samping William. Susana cukup kaku, apalagi setelah beberapa menit berlalu William masih bertahan dengan kebisuannya. Grace nyaris putus asa karena
Chapter 42Seikat bunga mawar yang tergeletak di atas ranjang sebagai ucapan selamat itu Grace pindahkan ke dalam vas yang berisi air tetapi hingga seluruh kelopak bunga itu terlepas dari tangkainya, William masih belum kembali ke tempat tinggal mereka. Berkali-kali Grace datang ke mansion keluarga Johanson, berkali-kali pula Grace berusaha menemui William di Johanson Corporation hasilnya ia tetap tidak bertemu William. Alfa dan Sidney mengatakan William berada di Barcelona. Ada terbersit perasaan ingin menyusul ke Barcelona tetapi atas dasar apa ia menyusul ke sana? Apa ia harus merengek dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu? Atau harus bagaimana agar ia terlihat masuk akal pergi menemui William? Apa tidak konyol menyusul William setelah satu bulan hanya untuk meluruskan kesalahpahaman di antara mereka yang sudah terlalu lama? Grace merasa tidak memiliki alasan yang tepat untuk menemui William hingga ke Barcelona. Berkali-kali pula Grace hendak menekan nomor ponsel William tetapi ra
"Grace...!" Aida memanggil Grace dengan suara cempreng yang sedikit nyaring. Gadis itu datang saat Grace baru saja mendudukkan bokongnya di bangku ruang kelas. Grace menoleh ke arah sumber suara, ia melambaikan tangannya ke arah Aida yang memanggilnya. Tampak Aida berlari kecil mendekati Grace. "Ms. Albert memanggilmu, sekarang." Aida memberitahu sahabatnya. "Ms. Albert?" Grace memiringkan kepalanya. "Ya." Aida menjawab pertanyaan Grace dengan nada acuh. "Untuk apa? Seingatku kita tidak memiliki tugas." Grace mengerutkan keningnyamenata, ia menatap wajah Aida. "Benar, kita tidak memiliki tugas. Sepertinya perawan tua itu telah menentukan di mana tempat magangmu," jawab Aida sambil meletakkan tasnya di atas meja. "Magang?" Grace menepuk jidatnya sendiri tanpa bangkit dari duduknya. "Aku melupakannya. Bagaimana dengan tempat magangmu? Apa kau juga telah tahu di mana kau ditempatkan?" "Ya, aku mendapatkannya," jawab Aida. "Barusan." "Di mana?" sepertinya Grace lebih ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen