Home / Romansa / Oh, My Brother! / 3. Grace's Eyes

Share

3. Grace's Eyes

last update Last Updated: 2025-01-11 01:03:44

Satu bulan kemudian, yang Grace takutkan belum terjadi. Sepertinya William belum mengenalinya, sepertinya begitu meski ia sendiri sebenernya tidak yakin. William yang sekarang menjadi bos di tempatnya magang hanya menumpuk dokumen-dokumen pekerjaan yang tidak ada habisnya di meja kerjanya membuat Grace bekerja begitu keras, hampir setiap malam Grace harus lembur karena pekerjaan yang diberikan oleh William benar-benar tidak bisa di ajak berkompromi. Ingin rasanya Grace mengumpat dan memaki-maki William setiap hari karena menjadikannya seperti seekor sapi perah. Bagaimana tidak? Setiap hari ia harus pulang pukul sembilan malam dan pukul tujuh pagi ia harus berada di perusahaan kembali.

Atasannya memperlakukannya dengan sikap dingin, gemar memerintah seenaknya, kaku, tidak pernah mengajaknya berbicara dengannya dan bersahabat. William juga selalu menatap Grace dengan tatapan yang mengisyaratkan permusuhan seolah-olah Grace memiliki kesalahan, bukankah William tidak mengenalinya hingga sejauh ini?

Selain hanya pekerjaan yang terus di tumpuk di meja kerja Grace setiap saat ada satu hal yang paling memuakkan bagi Grace, hampir setiap hari William pergi berkencan bersama gadis baru. Ia memiliki jadwal makan siang yang begitu padat bersama gadis yang berbeda-beda hampir setiap hari. Jika jadwal makan siang bersama klien kosong maaka jadwal makan siangnya sudah terisi dengan gadis baru. Tidak jarang gerombolan artis yang di kencani William datang ke perusahaan lalu seenaknya saja William memerintah Grace untuk mengurus mereka seolah mereka itu adalah ratu dan Grace adalah pengasuhnya.

Grace merasakan setiap hari berada di dalam satu ruangan bersama William seolah ia berada di lingkaran api neraka. Grace benar-benar berharap dunia kiamat sekarang juga karena setiap hari ia harus  menikmati suasana yang sangat tegang dan canggung.

"Malam ini tidak usah lembur, temani aku makan malam bersama klien," ucap William. Seperti biasa ucapannya selalu dilontarkan dengan nada dingin.

Grace yang sedang berkutat dengan tumpukan dokumen di mejanya mengalihkan fokus pandangannya, ia memperbaiki gagang kacamatanya sambil menatap William. "Baik, Sir," jawabnya.

"Bersiaplah," ucap William dengan nada memerintah.

"Sepertinya saya harus kembali ke rumah terlebih untuk berganti pakaian," kata Grace ragu-ragu. Tidak mungkin ia mengenakan pakaian kerja menghadiri makan malam, tentu saja itu tidak etis.

"Alfa telah menyiapkan semua yang kau perlukan," ucap William memberitahu Grace bahwa ia tidak perlu memikirkan pakaian ganti. Sekretarisnya yang bernama Alfa telah menyiapkan semua dengan matang karena makan malam ini adalah bagian dari salah satu rencana licik yang telah ia rancang jauh-jauh hari.

"Baik, Sir." Grace bergumam, ia sedikit ragu.

Gaun seperti apa kira-kira yang di siapkan Alfa?

Lima belas menit kemudian, Alfa sekretaris utama William masuk ke dalam ruangan tersebut dan membawakan satu buah tas kertas yang berisi gaun malam dan sepatu. Grace menerimanya dan meletakkan benda itu di atas tas meja, ia perlahan membereskan tumpukan dokumen ada di atas mejanya kemudian ia berdiri sambil tangannya meraih tas kertas yang berada di atas meja.

"Ganti pakaian di ruang belakang," kata William memerintahkan Grace untuk mengganti pakaiannya di ruangan belakang. Ruangan yang dimaksud adalah kamar yang berada di balik ruang kerja yang mereka tempati.

Grace tampak gugup. Ia membenarkan gagang kacamatanya dan mencoba membangkang perintah William. "Saya bisa menggunakan toilet karyawan, Sir," ucapnya.

William tampak menyipitkan matanya. Grace selalu membantah apa pun perkataannya, gadis itu selalu memiliki cara untuk menentangnya dan hal itu membuatnya semakin membenci adiknya itu. "Jangan terus menentangku, ganti pakaianmu di ruang belakang, jangan di toilet karyawan. Apa kau tidak mendengar?" William tampak mengeraskan rahangnya karena ia memang tidak memiliki stok kesabaran dalam jumlah besar.

Grace diam-diam menghela napasnya lalu mengembuskannya perlahan, ia ingin sekali mencekik leher William yang selalu saja memerintah dengan cara yang diktator. "Saya mendengar, Sir."

"Jangan lupa mandi sebelum mengganti pakaianmu, aku tidak ingin pergi makan malam bersama orang yang belum mandi," ucap William sebelum Grace membuka pintu kamar.

Siapa juga yang ingin pergi makan malam bersamamu?

Meski terus mencibir dan mengumpati William di dalam hatinya tetapi nyatanya Grace menuruti perintah William. Ia memasuki kamar mandi dan memanjakan tubuhnya di bawah guyuran air shower, menggunakan sabun yang biasa di gunakan William, menikmati aroma maskulin pria yang tentu saja sangat di kenalnya. Aroma William yang kini terasa menempel di sekujur tubuhnya dan entah mengapa Grace berulang kali menghirupnya seolah ia benar-benar menikmatinya. Dulu sebelum ia tahu identitasnya, William adalah saudaranya yang paling dekat dengannya. Ia merindukan William, merindukan kedekatan mereka dulu tepatnya.

Ketika Grace keluar dari kamar mandi, ia terlonjak kaget karena mendapati William berdiri di samping lemari pakaian tanpa mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya. Sontak Grace menutup wajahnya menggunakan telapak tangannya. "Apa yang kau lakukan?" pekiknya.

"Ini ruanganku, memangnya kenapa?" jawab William dengan nada acuh.

"Kau tidak tahu malu," ucap Grace.

"Hanya ada kau, kenapa aku harus malu?" William mengambil sebuah handuk yang terlipat kemudian dengan santai ia berjalan melewati Grace yang masih mematung sambil menutupi wajahnya. "Kau pasti terpesona melihat tubuh indahku," ucap William dengan nada mengejek.

"Tidak tahu malu," gumam Grace lirih hanya bisa di dengar olehnya sendiri. Meski mulutnya terus memaki William sesungguhnya Grace sempat mengagumi otot-otot tubuh William yang tampak kokoh meski ia hanya melihatnya sekilas.

Memanfaatkan waktu karena takut William keluar dari kamar mandi, Grace segera mengeluarkan gaun dari dalam tas kertas yang ia letakkan di atas nakas samping tempat tidur. Sekali lagi Grace mengumpat di dalam hatinya karena gaun yang disiapkan William tepatnya yang disiapkan oleh Alfa sekretaris Wiliam terlalu menempel di tubuhnya, gaun sepanjang mata kaki berwarna biru tosca dengan belahan tinggi tanpa lengan itu terlalu pas di tubuhnya seolah gaun yang kini melekat di tubuhnya di desain khusus untuk dirinya sehingga lekuk tubuh indah Grace tidak bisa di sembunyikan.

Rasanya ia sangat kesal hingga tidak akan memaafkan siapa pun yang memilihkannya gaun itu karena selama ini Grace selalu menutupi lekuk tubuh indahnya, ia akan menjadi pusat perhatian. Grace ingin sekali melayangkan protes tetapi ia sadar semuanya hanya akan sia-sia.

Grace masih mengamati bayangan tubuhnya yang berada di dalam cermin ketika entah kapan William telah berada di belakangnya, sebuah handuk berwarna putih melingkar rendah di pinggangnya. Otot-otot perut dan dadanya tergambar sempurna, beberapa tetes air masih menetes di pundaknya yang kokoh membuatnya tampak semakin terlihat seksi. Tanpa sadar Grace menelan ludahnya.

"Bibirmu terliur melihat tubuhku," ejek William sambil membuang handuk yang melingkar di pinggangnya.

Secepat kilat Grace melarikan diri dari tempat itu sebelum matanya ternoda untuk kedua kali, sementara itu melihat Grace yang ketakutan bibir William menyunggingkan senyum tipis.

***

"Gunakan Make-up," kata William dengan nada dingin yang memerintah seperti biasa, ia telah rapi mengenakan pakaian formal yang warnanya senada dengan gaun malam yang di kenakan Grace.

"Saya tidak memiliki alat make-up, Sir." Grace harus menentang karena ia memang tidak mungkin menggunakan make up, menggunakan make up berarti ia harus melepas kacamatanya. itu sama saja dengan membongkar jati dirinya.

Tanpa memedulikan ucapan Grace, William mengangkat gagang telefon di atas mejanya. Tidak lama kemudian Alfa datang Bersama seorang gadis yang wajahnya penuh dengan make-up.

"Aplikasikan make-up di wajah Grace," perintah William sambil duduk di kursinya dengan posisi malas. Ia menyilangkan kedua lengannya di belakang kepalanya sambil bersandar dengan nyaman di kursi kebesarannya. "Jangan terlalu tebal."

Gadis dengan make-up tebal itu mengangguk dengan patuh, ia dengan sopan meminta Grace melepaskan kacamatanya dan mulai mengaplikasikan make up di wajah Grace. Bukan hanya gadis sedang mendandani Grace yang merasakan kegugupan, Grace juga merasa sangat gugup hingga telapak tangannya terasa berkeringat karena pandangan mata William yang terus saja mengarah kepada mereka berdua dengan tatapan dingin seolah mampu membekukan suasana di dalam ruangan itu.

Setelah part ini banyak yang protes, kok langsung dua tahun kemudian, pokoknya baca aja. gak ada part yang gak nyambung. semua nyambung kok.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Oh, My Brother!   4. Moscow

    Dua tahun kemudian di Moscow. William baru saja tiba di Moscow karena ibunya yang sangat cerewet itu memintanya untuk datang ke kota itu untuk mewakili ibunya dalam rangka menghadiri sebuah pameran perhiasan. Seharusnya ini adalah tugas Sydney karena pekerjaan ini adalah bidangnya. Tetapi, nyatanya Sidney adik gadisnya itu justru memiliki urusan yang lebih penting. Urusan yang katanya tidak bisa ditinggalkan. Jadilah William harus mengalah untuk menghadiri pameran perhiasan yang bertabur dengan berlian, benda yang sama sekali tidak ia mengerti meski ia telah didampingi oleh satu asisten ibunya yang sangat terlatih di dalam bidang perhiasan. William berulang kali menguap karena merasa bosan menyaksikan orang-orang yang terkagum-kagum melihat desain perhiasan yang bertabur berlian di depannya. Bagi William melihat perhiasan mewah bukan hal yang aneh karena sejak kecil ia terbiasa melihat ibu dan neneknya, mereka menggambar rancangan perhiasan kemudian berangkainya menjadi berwujud

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   5. Lazy Prince

    "Of course. I'm fine," jawab Alicia dengan nada acuh. Sikap Alicia memang sedikit unik, ia selalu menjaga jarak dengan siapa pun termasuk Ford yang merupakan model sekaligus kekasihnya. Ford mendekati Alicia dan membelai rambutnya. Gerakannya sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Kau marah kepadaku?" "Apa hakku marah kepadamu?" "Ayolah, kau sangat manis jika marah, sayangku." Ford bangkit dari duduknya. Ia berdiri di samping Alicia yang duduk dengan posisi malas di kursi. "Kau manajerku sekaligus kekasihku jadi kau berhak memanfaatkan kekasihmu ini, tepatnya kau bisa memeras tenagaku sesukamu," ucap Alicia dengan nada ketus. Selalu begitu, Ford sama sekali tidak terkejut dengan mulut pedas kekasihnya. "Kau kasar sekali sayangku, kita adalah pasangan yang paling serasi. Suatu saat kita akan membangun bisnis kita, membangun sebuah agensi model melebihi Le Model," kata Ford dengan nada bersungguh-sungguh. Alicia mencebik. Ia memutar bola matanya dengan enggan, Ford adala

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   6. Le Model

    "Aku memiliki tugas untukmu," kata William. Ia mendekati di mana adiknya berada. "Berikan saja kepada sekretarisku," jawab Leonel cepat. Ia tidak memerlukan waktu lama jika hanya untuk mengajukan penolakan. "Kau bahkan belum bertanya tugas apa yang akan aku berikan kepadamu." "Arhg...! Aku enggan, pekerjaan itu pasti melelahkan. Aku tahu siapa dirimu," ucap Leonel sambil mengempaskan tubuhnya sendiri ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup. "Kau ini pemalas sekali." William memukul pelan adiknya menggunakan bantal. Leonel membalikkan badannya, ia kembali menguap dan berucap, "Santai itu perlu, tapi malas itu wajib." Semua orang di rumah itu tahu prinsip hidup Leonel, ia tidak akan sudi berpikir terlalu banyak, ia tidak akan mau melakukan sesuatu yang dianggapnya terlalu menguras tenaga dan pikirannya. Setiap hal yang di lakukannya di hitung dengan cermat agar tidak merugikan dirinya, tidak mengganggu waktunya bermain game dan tidak mengurangi jatah tidurnya. Hidup

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   7. Glamour Entertainment

    Chapter 7 MOSCOW. "Ck...." Alicia meletakkan pensil di tangannya kemudian ia menutup buku agenda di depannya. Wajahnya tampak kesal karena lagi-lagi Ford memanggilnya untuk datang ke dalam ruangan kerjanya, Alicia tahu Ford selalu memanggilnya berkaitan dengan kontrak baru yang berhasil didapatkannya yang akhir-akhir ini membuat Alicia kewalahan. Ford seolah tidak peduli dengan waktu dan tenaganya. Sekarang Alicia merasa bukan lagi seperti seorang wanita biasa yang memiliki waktu santai dan bersenang-senang, bahkan Alicia merasa tidak bisa lagi menggambar dengan tenang karena waktunya nyaris habis untuk pekerjaannya dan setibanya di tempat tinggalnya ia kelelahan lalu tertidur. Alicia memasuki ruangan kerja Ford kemudian duduk di kursi tepat di depan meja kerja Ford. "Ada apa kau memanggilku?" tanyanya sedikit ketus. "Sayangku, kuucapkan selamat kepadamu, kau benar-benar mengejutkan. Kau tahu, Alicia? Aku baru saja menyetujui sebuah kontrak baru untukmu." Mata Ford tampak berkil

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   8. Missing Her Virgin

    Chapter 8 Dengan perasaan tidak menentu Grace mengemudikan mobilnya menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di dalam kamar Grace menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memejamkan mata, sementara pikirannya kembali mengembara pada dua tahun yang lalu di mana ia dan William kembali dari pesta makan malam. Sepanjang acara perjamuan makan malam Grace beberapa kali meneguk anggur di gelasnya karena orang-orang di sekitarnya yang terus mendentingkan gelas kepada Grace, ia tidak mungkin menolak karena khawatir dianggap tidak sopan. Apa lagi perjamuan itu di hadiri oleh orang-orang penting sehingga Grace sebisa mungkin menerima ajakan mereka bersulang. Lagi-lagi demi kesopanan. Paginya Grace membuka mata kepalnya terasa berdenyut dan merasakan ada sesuatu yang tidak benar, bukan hanya kepalanya yang berdenyut tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Pinggangnya juga berada di dalam kungkungan lengan kekar seorang pria, lebih parahnya lagi mereka berdua tidak mengenakan pakaian. Grace

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   9. I Hate Willy

    Chapter 9Setelah membiarkan William memeluknya beberapa saat, Grace mengubah posisinya menjadi duduk. Telapak tangannya menutupi bagian depan dadanya. "Di mana pakaianku?""Kau tidak memerlukan itu," jawab William yang juga telah mengubah posisinya."Willy, aku harus kembali ke asrama," kata Grace lirih."Tempatmu di sini, tinggal bersamaku," ujar William dengan nada diktator.Grace menghela napasnya. Demi Tuhan, William sekarang adalah orang yang paling dibenci oleh Grace tetapi pria itu bersikap seolah ia tidak memiliki dosa apa pun kepada Grace.Suatu saat aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku, William. Tidak peduli kau seorang Johanson. Bahkan jika langit terbelah dua sekalipun aku tidak akan pernah memaafkanmu.Tanpa memedulikan ucapan William, Grace menurunkan kakinya bermaksud melangkah menuju kamar mandi. Namun, baru saja satu langkah ia tak mampu lagi melanjutkan langkahnya karena area sensitif di antara kedua pahanya terasa sangat sakit. Ia terduduk dan tangisnya kem

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   10. Wait and See

    Chapter 10Grace membuka matanya, wajah yang pertama dilihatnya adalah wajah William. Rupanya ia terlalu lama mengguyur tubuhnya di bawah shower segingga mengakibatkan malamnya ia mulai mengalami flu dan demam. Pagi harinya ia tidak bisa pergi ke perusahaan untuk bekerja. Entah bagaimana tiba-tiba ia telah berada di tempat tinggal William, Grace yakin William menggunakan cara licik untuk memasuki kamar asramanya kemudian membawa tubuhnya yang tertidur nyenyak kerena pengaruh obat ke tempat tinggalnya."Syukurlah, kau bangun." William meraba kening Grace untuk mengecek suhu tubuhnya. "Aku akan mengambilkan makanan dan obat untukmu," katanya.Grace hanya menatap William yang pergi menjauh darinya dan menghilang di balik pintu, tidak lama pria yang kini paling ia benci kembali ke kamar sambil di tangannya membawa segelas air dan semangkuk bubur sereal. Dengan sabar William menyuapkan makanan ke mulut Grace. Terlepas dari apa yang terjadi di antara mereka William sebenarnya sama sekali ti

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   11. Ford< Faster!

    Chapter 11Grace mengelap tangannya menggunakan kain kering, ia mencoba mengumpulkan kewarasan otaknya kemudian ia berusaha menjauhkan tubuhnya dari cengkeraman William. Tetapi, tidak bagi William, penolakan itu membuat William membalik tubuh Grace dengan kasar kemudian menempelkan bibirnya di bibir ranum milik Grace. Memaksa Grace untuk membuka bibirnya dan menerima ciumannya. Memaksakan ciumannya kepada Grace dengan cara kasar, menggigit bibir bawah Grace kemudian saat bibir Grace terbuka ia segera menyusupkan lidahnya. Membelai lidah Grace dengan cara yang tidak biasa hingga Grace membalas cumbunanya dan bibirnya melepaskan erangan halus.Terengah-engah kedua insan itu mencium menyudahi tautan bibir mereka, William menatap dalam mata Grace, wajah wanita itu tampak merah merona. Tak mampu membalas tatapan William, Grace segera membuang pandangannya. Bagaimanapun tubuhnya selalu bereaksi setiap William menyentuhnya dan yang paling mengesalkan adalah otaknya selalu menentang perasaann

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Oh, My Brother!   66. Realized

    Chapter 21RealizedGrace memasuki tempat tinggalnya yang tampak tidak lagi rapi meski hanya ditinggalkan kurang lebih dua puluh empat jam. Menurut Grace, mungkin Meghan merasa telah memenangkan permainannya dan bisa menguasai tempat itu. Ruang santai di apartemen seolah berubah menjadi tempat tinggal Meghan, di atas sofa tergeletak beberapa kantong belanja, dua tumpuk kotak sepatu yang masih utuh tertutup, juga beberapa kotak sepatu yang dibiarkan terbuka, juga beberapa buah tas berada di sana. Sebuah cermin kecil berbentuk bulat dengan pinggiran berwarna putih dan kotak make-up tergeletak di atas meja bersama beberapa kaleng bir yang tampaknya telah kosong. Grace hanya tersenyum tipis melihat tempat tinggalnya yang nyaman berubah menjadi seperti tempat antah berantah. Nina menatap Grace seolah melemparkan pertanyaan melalui tatapannya dan dijawab oleh Grace dengan menaikkan kedua alisnya bersamaan dengan kedua bahunya yang mengedik. Baru saja Grace berniat hendak mengajak Nina un

  • Oh, My Brother!   65. Innocent

    Chapter 20InnocentGrace tertawa hambar. "Kau kecewa padaku. Tapi, aku lebih kecewa padamu." Ia menelan ludah. "Willy, kau menghianati pernikahan kita yang baru saja berjalan beberapa bulan," ucapnya pelan. Dadanya dilingkupi rasa kecewa meski ia sendiri sebenarnya sedikit ragu terhadap prasangkanya sendiri."Kau mengenalku sejak kecil," ucap William dengan dingin. "Kukira kau adalah orang yang paling memahamiku dan seharusnya kau percaya kepadaku. Kukira hubungan kita memiliki ikatan yang sangat kuat. Ternyata aku salah. Kau bahkan meninggalkanku, meninggalkan tempat tinggal kita hanya karena badai sekecil ini." "Sekecil ini?" Grace tidak mengerti, perselingkuhan bukan perkara kecil, seperti dirinya yang lahir dari perselingkuhan kedua orang tua kandungnya. Ia tidak ingin ada perselingkuhan di dalam hidupnya lagi, ia tidak ingin ada bayi yang akan terlahir dari hubungan perselingkuhan lagi. "Kau bahkan tidak memiliki bukti dari tuduhanmu, kau tidak melihat dengan mata kepalamu sa

  • Oh, My Brother!   64. Dissapoint 2

    Chapter 19 Dissapoint 2 Ketika William tiba di area parkir sebuah gedung apartemen, William buru-buru keluar dari mobilnya karena ia mendapati Grace, Nina dan Aida. Ia mendekati ketiga orang itu dan meraih lengan Grace. "Grace, kita harus bicara." William menatap mata Grace yang tampak sedikit bengkak. Ia tahu jika istrinya pasti baru saja menangis. Grace membalas tatapan William dengan dingin. "Tidak sekarang." Nina masuk ke dalam mobil, sedangkan Aida tidak. Ia menepuk pundak Grace. "Kurasa kalian memang harus berbicara." Grace menghela napasnya. "Tidak penting, masalahmu lebih penting." Aida menggelengkan kepalanya. "Suamimu lebih penting." Ia menatap William. "Aku harus pergi ke kantor polisi untuk penyelidikan temanmu yang menghilang, jika kalian sudah selesai, kalian menyusullah ke sana." William mengerutkan keningnya. "Siapa menghilang?" Grace dan Aida saling menatap dan mengerutkan keningnya lalu beralih memandang William. "Calvin," ujar mereka berbarengan. "A

  • Oh, My Brother!   63. Liar!

    Chapter 18LiarWilliam melihat mobil yang dikemudikan oleh Nina keluar dari area gedung apartemen tempat tinggalnya. Tanpa menaruh kecurigaan apa pun ia mengemudikan mobilnya lalu setelah memarkirkannya, ia menuju unit tempat tinggalnya dan langsung menuju ke kamarnya.Namun, ia terkejut mendapati siapa yang berada di dalam kamarnya bukan Grace, melainkan Meghan yang sedang mondar-mandir di kamarnya. Wajah Meghan tampak panik.Ia mengerutkan keningnya seraya bertanya, "Di mana Grace?"Megan memegangi handuk yang melingkar di tubuhnya, ia menatap William dan air matanya terjatuh. "Willy, syukurlah kau datang.""Apa sesuatu terjadi padamu?" Meghan menggelengkan kepalanya lalu air mata yang tergelincir di pipinya menggunakan lengannya. "Tidak, kau susul Grace, cepatlah.""Apa maksudmu?" William mengerutkan keningnya."Kehadiranku membuat hubunganmu dan Grace dalam masalah." Meghan terisak.William semakin tidak mengerti karena ia merasa jika ia dan Grace baik-baik saja, tidak ada masal

  • Oh, My Brother!   62. Another Taste

    Chapter 17Another TasteKetika William dan Grace bertemu Meghan di bandara mereka tidak terlalu curiga apa lagi mengira pertengkaran Meghan dan Calvin serius. William mengira jika pertengkaran mereka masih dalam tahap seperti biasa, tetapi saat mereka tiba di dalam mobil dan Meghan membuka kacamatanya, William sangat terkejut mendapati kedua mata Meghan tampak bengkak, tampak menyedihkan, dan selama bertahun-tahun mengenal Meghan, ia belum pernah melihat Meghan tampak menyedihkan seperti itu.Yang William tahu, Meghan adalah tipe gadis yang acuh. Ia hanya peduli dengan Calvin, kesenangan, dan penampilannya. Dan hal yang paling William tahu adalah keduanya saling mencintai bahkan mereka nyaris tidak pernah terlibat dalam pertengkaran yang serius, meski mereka terlibat perselisihan, perselisihan mereka hanya seputar keinginan Megan yang terlalu berlebihan dan ditentang oleh Calvin, tetapi pada akhirnya Calvin akan mengalah kepada Meghan. William menggeser tubuhnya menghadap ke belakan

  • Oh, My Brother!   61. Dissapointed 1

    Holla.....Selamat malam dan selamat membaca.Jangan lupa untuk tinggalkan komentar, RATE bintang yang ada di pojok kiri bawah layar ponsel kalian.Share juga cerita ini pada teman-teman kalian. ❤Chapter 16Dissapoint 1William bersedekap berdiri di depan Grace yang tertunduk duduk di kursi kerja. Tatapan matanya menyorot Grace tidak bersahabat, bahkan sedikit kesan mengintimidasi. Tidak seorang pun di antara keduanya memulai percakapan sejak Grace memasuki mobil hingga tiba di Bebe Shoes, suasana masih dipenuhi dengan kebisuan. Grace berapa kali menjilat bibirnya, sepenuhnya ia menyadari jika tidak seharusnya menyembunyikan sesuatu dari William. Demi Tuhan, ia tidak bermaksud demikian karena cepat atau lambat ia memang harus memberitahu William, tetapi ia tidak menyangka jika William lebih dulu memergoki langkahnya. Ia mengumpulkan keberaniannya, perlahan mengangkat wajahnya menatap William dengan tatapan memohon maaf. "Willy, aku akan menjelaskan padamu." William menyipitkan

  • Oh, My Brother!   60. Grace's Offers

    Chapter 15Grace's OffersGrace berdiri di depan pintu masuk ruang rawat inap Theresia, ia sengaja tidak memasuki ruangan itu karena Nathalia berada di dalam sana. Wanita itu sedang menyisir rambut Theresia dengan penuh kasih sayang sambil bercakap-cakap. Terlihat akrab meski grace tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan tetapi dari bahasa tubuh keduanya, Grace bisa memastikan jika Nathalia sangat menyayangi Theresia. Ada kecemburuan membakar dadanya meski tidak berkobar. Tetapi, ia merasakan panas yang bersumber dari sana lalu perlahan-lahan menjalari nadinya, menyebar ke seluruh raganya. Theresia diinginkan oleh Nathalia, sedangkan dirinya tidak. Grace benar-benar tidak mengerti bagaimana bisa seorang perempuan yang melahirkan dua anak, tetapi hanya mencintai satu dari keduanya. Bagaimana bisa Nathalia bisa bersikap berbeda dengan Prilly yang menyayanginya meski ia bukan putri kandungnya? Bukankah Nathalia dan Jack terlibat perselingkuhan, bukan pemerkosaan yang berujung me

  • Oh, My Brother!   59. Good Quality Sleep

    Chapter 14Good Quality SleepGrace membersihkan tubuhnya, sedangkan William menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Ketika Grace kembali ke dapur, ia melingkarkan kedua lengannya ke pinggang suaminya, memeluk William dari arah belakang dan bertingkah manja. "Makanan akan segera siap," ucap William sembari meletakkan teh teko yang terbuat dari keramik berisi teh hangat. "Apa kau butuh bantuan?" Grace menggesekkan keningnya di punggung William. "Semuanya telah siap," ujar William sembari berbalik menghadap Grace. Grace tersenyum menatap William, di dalam benaknya ia bersyukur menjadi anggota keluarga Johanson dan lebih bersyukur lagi ia memiliki William sebagai suaminya. Di samping tampan, William benar-benar memiliki kepribadian yang sangat baik, sikapnya juga lembut dan tentunya penyayang. "Sebaiknya kau membersihkan tubuhmu terlebih dulu." William menggeleng. "Teh akan dingin." "Baiklah kalau begitu aku yang akan membersihkan meja setelah kita makan," desah Grace. "Kubila

  • Oh, My Brother!   58. A Pretended

    Chapter 13A PretendedGadis kecil di depan Grace juga mengamati wajah Grace. "Aku tidak mengenalmu," ucapnya, tatapannya terlihat waspada. Ya, kebanyakan orang tua di negaranya melarang anak-anaknya berbicara dengan orang asing. Grace tersenyum seramah mungkin. "Aku adalah Alicia, kau memang tidak mengenalmu, tapi aku mengenal ibumu Nathalia Allen." Gadis itu mengerjakan matanya beberapa kali. "Kau sahabat Mommy?" Dengan kata lain gadis di depannya benar Theresia, anak Nathalia. Grace menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, kami tidak bersahabat. Tapi, ibumu mengatakan jika putrinya sakit, jadi aku ingin melihatmu." Gadis kecil itu menatap Grace dengan tatapan curiga, dari caranya menatap Grace, terlihat jika Theresia benar-benar tidak mengenal Grace. Grace duduk di bangku yang berada di samping ranjang pasien. "Di mana ibumu?" "Ini bukan waktunya Mommy di sini," sahut Nathalia pelan. "Jadi benar? Kau adalah Theresia Adney?" Grace harus memastikan, paling tidak ia mendapatka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status