Home / Romansa / Oh, My Brother! / 5. Lazy Prince

Share

5. Lazy Prince

last update Last Updated: 2025-01-11 01:05:03

"Of course. I'm fine," jawab Alicia dengan nada acuh. Sikap Alicia memang sedikit unik, ia selalu menjaga jarak dengan siapa pun termasuk Ford yang merupakan model sekaligus kekasihnya.

Ford mendekati Alicia dan membelai rambutnya. Gerakannya sangat lembut dan penuh kasih sayang. "Kau marah kepadaku?"

"Apa hakku marah kepadamu?"

"Ayolah, kau sangat manis jika marah, sayangku." Ford bangkit dari duduknya. Ia berdiri di samping Alicia yang duduk dengan posisi malas di kursi.

"Kau manajerku sekaligus kekasihku jadi kau berhak memanfaatkan kekasihmu ini, tepatnya kau bisa memeras tenagaku sesukamu," ucap Alicia dengan nada ketus. Selalu begitu, Ford sama sekali tidak terkejut dengan mulut pedas kekasihnya.

"Kau kasar sekali sayangku, kita adalah pasangan yang paling serasi. Suatu saat kita akan membangun bisnis kita, membangun sebuah agensi model melebihi Le Model," kata Ford dengan nada bersungguh-sungguh.

Alicia mencebik. Ia memutar bola matanya dengan enggan, Ford adalah kekasihnya tetapi pria itu selalu seolah memiliki hak penuh atas diri Alicia. Ia selalu mengambil keputusan tanpa menanyakan terlebih dulu apakah Alicia bersedia atau tidak menerima pekerjaan hanya karena Ford mampu membujuk semua pihak yang memakai jasa Alicia. Alicia satu-satunya model yang mengajukan syarat di dalam pemotretan, tidak sulit ia hanya tidak ingin wajahnya di di ekspos secara keseluruhan. 

Awalnya banyak yang menolak tetapi semakin lama justru semakin banyak yang tertarik dengan foto Alicia, foto yang tidak pernah memperlihatkan wajah Alicia secara keseluruhan dan Alicia mulai mendapatkan ketenaran di Rusia karena kecantikannya yang seolah memiliki label : Bukan untuk konsumsi publik.

"Bagaimana jika kita pergi ke club malam ini untuk merayakan kontrak barumu?" Ford membungkukkan badannya, ia mengecup pipi Alicia pelan lalu perlahan ia menyusuri leher jenjang Alicia menggunakan bibirnya yang sensual.

"Kau menghabiskan uangku," jawab Alicia dengan nada enggan, tubuhnya kaku selaku kayu karena sentuhan Ford.

"Terkadang kita juga perlu bersenang-senang, sayangku," ucap Ford dengan nada sangat halus dan terdengar sedang menggoda Alicia.

Kembali bibir Alicia mencebik, ia tahu persis jika mereka pergi ke club bukan Ford yang membayar tagihan minum mereka tetapi Alicia yang harus kehilangan uangnya untuk beberapa botol alkohol yang di pesan Ford dan teman-temannya.

"Uang itu hasil kerja keras kita sayang, aku memasarkanmu dan kau bekerja dengan baik." Ketika bibir Ford hendak menyentuh bibir Alicia secepat kilat Alicia berpaling dan memundurkan tubuhnya.

"Oh, maaf sayangku. Kau masih belum siap?"

Alicia mengatupkan bibirnya, dadanya naik turun. "Ford, aku tidak ingin ada kontak fisik terlalu jauh dalam hubungan kita," katanya.

Ford mendengus kesal, bagaimanapun juga ia adalah pria dewasa normal yang memerlukan..., anggap saja pelampiasan hasrat. Sementara kekasihnya seperti mengalami cacat sexual. Jangankan untuk berhubungan badan, bahkan jika Ford hendak mencium bibirnya, Alicia segera memasang perlindungan diri. Kekasihnya terang-terangan menolak bahkan sekedar ciuman di bibir, Alicia tidak mengizinkan Ford untuk mencobanya apalagi jika lebih. Entah cara pemikiran kuno seperti apa yang ada di dalam kepala Alicia, menurut Ford, Alicia adalah gadis kuno karena menganut paham no sex before married. Mereka hidup di benua Eropa, hal-hal seperti itu sudah di anggap lazim bukan sesuatu yang tabu. Bahkan jika seorang gadis berusia tujuh belas tahun dan masih perawan tentu saja gadis itu di anggap aneh.

"Bagaimana jika kita pergi ke supermarket? Aku ingin memasak," kata Alicia sambil berusaha bangkit dari duduknya dan mematahkan suasana canggung yang tentu saja membentang di antara mereka berdua.

Ford menggaruk kulit lehernya yang sama sekali tidak terasa gatal, alisnya tampak sedikit berkerut. "Kau bisa pergi sendiri, jangan bawa Halifa, ia masih memiliki beberapa urusan pekerjaan," kata Ford.

"Baiklah. Sampai jumpa besok, Ford," ucap Alicia sambil bergegas melangkah menuju pintu lalu menarik gagang pintu dan meninggalkan ruangan itu.

"Hati-hati berken...." belum selesai Ford mengucapkan kalimatnya gadis yang ia anggap sebagai kekasihnya itu telah menghilang dari pandangannya. Ford menggelengkan kepalanya kemudian ia kembali duduk di kursi kerjanya. Meraih ponselnya dan jemarinya menari di atas ponselnya untuk menulis pesan.

****

London.

William memasuki mansion mewah yang ditempati keluarganya. Seharusnya ia juga tinggal di sana tetapi sejak dua tahun yang lalu ia memilih tidak lagi tinggal di sana karena ia lebih sering tinggal di pent house milikinya.

"Sidney...." William menyapa Sydney Johanson adiknya. Gadis bermanik mata berwarna hazel dan berparas amat manis itu sedang duduk di ruang keluarga sendirian sambil membuka sebuah tabloid fashion di tangannya.

Mendengar suara memanggil namanya, Sidney mengalihkan pandangan ke arah sumber suara. "Willy, kapan kau kembali dari Moscow?"

"Aku baru saja mendarat," jawab William sambil melepaskan mantel yang membungkus tubuhnya dan meletakkannya di atas sofa begitu saja.

"Kau ingat rumahmu rupanya," ejek Sidney sambil terkekeh, gadis itu mengejek kakaknya yang jarang kembali ke tempat tinggal mereka. Sidney kemudian itu mengubah posisi duduknya menjadi bersila dia atas sofa.

"Hasil pameran perhiasan asistenmu yang akan menjelaskan aku tidak mengerti hal itu," kata William dengan nada kesal.

"Kau memang saudara yang baik, terima kasih telah membantuku."

"Cih...." William berdecih karena harus berkorban waktu dan tenaga untuk adiknya yang satu ini. "Di mana saudaramu yang pemalas itu?"

William menanyakan dia mana Leonel Johanson berada. Leonel dan Sidney, mereka adalah saudara kembar. Seharusnya andai saja Grace tidak pergi meninggalkan keluarga itu mereka bisa dikatakan kembar tiga, sayangnya Grace lebih memilih meninggalkan keluarga Johanson, menanggalkan nama belakang lalu kini menghilang entah kemana. Mengingat Grace selalu sukses membuat perasaan William ingin mencekik lehernya hingga gadis itu memohon ampun, menangis lalu meminta maaf. Sayangnya Grace tidak pernah melakukan itu meski William menyiksanya di masa lalu.

Sidney kembali memfokuskan pandangannya ke arah tabloid yang di yang berada di tangannya. "Di mana lagi dia, tentu saja di kamarnya. Tidur dan bermain game adalah hidupnya," gerutu Sidney. Gadis itu tampak menggemaskan saat menggerutu membuat William tersenyum simpul, adiknya secantik ibunya. Bahkan bisa di katakan adiknya adalah perwujudan ibunya ketika muda, memang begitu. William telah sering melihat foto-foto ibunya ketika muda dan memang benar Sidney adalah perwujudan ibunya.

"Lalu, di mana Alexa?" William menayangkan keberadaan adik bungsunya yang bernama Alexa Johanson.

"Dia ada di kamarnya," jawab Sidney. Ia mendongakkan kepalanya menatap kakaknya kemudian melanjutkan ucapannya, "dia berulang kali menanyakan keberadaanmu, rupanya dia sangat merindukanmu."

"Aku akan menemui Alexa nanti setelah aku bertemu Leonel," kata William sambil berlalu meninggalkan Sydney menuju kamar di mana Leonel berada. Benar kata Sydney, Leonel sedang duduk sambil memegang stik gamenya, rambutnya tampak berantakan tetapi tidak mengurangi ketampanan wajahnya. Manik matanya yang berwarna biru tampak begitu fokus mengarah ke layar televisi di depannya. Pria berusia dua puluh tiga tahun itu bahkan tidak menyadari kehadiran William.

Dengan satu gerakan William mencabut kabel penghubung televisi dan listrik hingga membuat layar televisi menjadi gelap seketika.

"Shit!" maki Leonel. "Apa yang kau lakukan? Kau mengganggu kesenanganmu saja." Ia menatap kakaknya dengan tatapan kesal.

Leonel yang kesenangannya terganggu dengan kasar ia mengacak-ngacak rambut di atas kepalanya hingga rambutnya yang berantakan semakin terlihat tidak karuan sementara sebelah tangannya masih memegang stik gamenya.

William tersenyum melihat tingkah adiknya yang pemalas itu. "Apa kau tidak memiliki pekerjaan? Kau hanya bermain game dan tidur sepanjang hari," tanyanya.

"Untuk apa aku membayar karyawan dan sekretaris jika aku masih harus bekerja dan berdiam di perusahaan sepanjang hari?" Leonel meletakkan stik game di lantai kemudian ia menguap dengan lebar dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.

William berjalan menjauhi adiknya, kamar Leonel benar-benar minim udara segar dan cahaya matahari. Tangannya membuka gorden jendela yang masih tertutup rapat agar cahaya matahari masuk. Kamar adiknya itu lebih mirip seperti gua yang di huni oleh seekor ular phyton, ular itu hanya keluar dari sarang ketika ia merasa lapar. William bahkan tidak yakin adiknya itu pernah terpapar sinar matahari lebih dari lima belas menit dalam sehari.

"Aku memiliki tugas untukmu," kata William.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Oh, My Brother!   6. Le Model

    "Aku memiliki tugas untukmu," kata William. Ia mendekati di mana adiknya berada. "Berikan saja kepada sekretarisku," jawab Leonel cepat. Ia tidak memerlukan waktu lama jika hanya untuk mengajukan penolakan. "Kau bahkan belum bertanya tugas apa yang akan aku berikan kepadamu." "Arhg...! Aku enggan, pekerjaan itu pasti melelahkan. Aku tahu siapa dirimu," ucap Leonel sambil mengempaskan tubuhnya sendiri ke atas ranjang dengan posisi tertelungkup. "Kau ini pemalas sekali." William memukul pelan adiknya menggunakan bantal. Leonel membalikkan badannya, ia kembali menguap dan berucap, "Santai itu perlu, tapi malas itu wajib." Semua orang di rumah itu tahu prinsip hidup Leonel, ia tidak akan sudi berpikir terlalu banyak, ia tidak akan mau melakukan sesuatu yang dianggapnya terlalu menguras tenaga dan pikirannya. Setiap hal yang di lakukannya di hitung dengan cermat agar tidak merugikan dirinya, tidak mengganggu waktunya bermain game dan tidak mengurangi jatah tidurnya. Hidup

    Last Updated : 2025-01-11
  • Oh, My Brother!   7. Glamour Entertainment

    Chapter 7 MOSCOW. "Ck...." Alicia meletakkan pensil di tangannya kemudian ia menutup buku agenda di depannya. Wajahnya tampak kesal karena lagi-lagi Ford memanggilnya untuk datang ke dalam ruangan kerjanya, Alicia tahu Ford selalu memanggilnya berkaitan dengan kontrak baru yang berhasil didapatkannya yang akhir-akhir ini membuat Alicia kewalahan. Ford seolah tidak peduli dengan waktu dan tenaganya. Sekarang Alicia merasa bukan lagi seperti seorang wanita biasa yang memiliki waktu santai dan bersenang-senang, bahkan Alicia merasa tidak bisa lagi menggambar dengan tenang karena waktunya nyaris habis untuk pekerjaannya dan setibanya di tempat tinggalnya ia kelelahan lalu tertidur. Alicia memasuki ruangan kerja Ford kemudian duduk di kursi tepat di depan meja kerja Ford. "Ada apa kau memanggilku?" tanyanya sedikit ketus. "Sayangku, kuucapkan selamat kepadamu, kau benar-benar mengejutkan. Kau tahu, Alicia? Aku baru saja menyetujui sebuah kontrak baru untukmu." Mata Ford tampak berkil

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   8. Missing Her Virgin

    Chapter 8 Dengan perasaan tidak menentu Grace mengemudikan mobilnya menuju tempat tinggalnya. Sesampainya di dalam kamar Grace menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur dan memejamkan mata, sementara pikirannya kembali mengembara pada dua tahun yang lalu di mana ia dan William kembali dari pesta makan malam. Sepanjang acara perjamuan makan malam Grace beberapa kali meneguk anggur di gelasnya karena orang-orang di sekitarnya yang terus mendentingkan gelas kepada Grace, ia tidak mungkin menolak karena khawatir dianggap tidak sopan. Apa lagi perjamuan itu di hadiri oleh orang-orang penting sehingga Grace sebisa mungkin menerima ajakan mereka bersulang. Lagi-lagi demi kesopanan. Paginya Grace membuka mata kepalnya terasa berdenyut dan merasakan ada sesuatu yang tidak benar, bukan hanya kepalanya yang berdenyut tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit. Pinggangnya juga berada di dalam kungkungan lengan kekar seorang pria, lebih parahnya lagi mereka berdua tidak mengenakan pakaian. Grace

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   9. I Hate Willy

    Chapter 9Setelah membiarkan William memeluknya beberapa saat, Grace mengubah posisinya menjadi duduk. Telapak tangannya menutupi bagian depan dadanya. "Di mana pakaianku?""Kau tidak memerlukan itu," jawab William yang juga telah mengubah posisinya."Willy, aku harus kembali ke asrama," kata Grace lirih."Tempatmu di sini, tinggal bersamaku," ujar William dengan nada diktator.Grace menghela napasnya. Demi Tuhan, William sekarang adalah orang yang paling dibenci oleh Grace tetapi pria itu bersikap seolah ia tidak memiliki dosa apa pun kepada Grace.Suatu saat aku akan membalas semua perbuatanmu kepadaku, William. Tidak peduli kau seorang Johanson. Bahkan jika langit terbelah dua sekalipun aku tidak akan pernah memaafkanmu.Tanpa memedulikan ucapan William, Grace menurunkan kakinya bermaksud melangkah menuju kamar mandi. Namun, baru saja satu langkah ia tak mampu lagi melanjutkan langkahnya karena area sensitif di antara kedua pahanya terasa sangat sakit. Ia terduduk dan tangisnya kem

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   10. Wait and See

    Chapter 10Grace membuka matanya, wajah yang pertama dilihatnya adalah wajah William. Rupanya ia terlalu lama mengguyur tubuhnya di bawah shower segingga mengakibatkan malamnya ia mulai mengalami flu dan demam. Pagi harinya ia tidak bisa pergi ke perusahaan untuk bekerja. Entah bagaimana tiba-tiba ia telah berada di tempat tinggal William, Grace yakin William menggunakan cara licik untuk memasuki kamar asramanya kemudian membawa tubuhnya yang tertidur nyenyak kerena pengaruh obat ke tempat tinggalnya."Syukurlah, kau bangun." William meraba kening Grace untuk mengecek suhu tubuhnya. "Aku akan mengambilkan makanan dan obat untukmu," katanya.Grace hanya menatap William yang pergi menjauh darinya dan menghilang di balik pintu, tidak lama pria yang kini paling ia benci kembali ke kamar sambil di tangannya membawa segelas air dan semangkuk bubur sereal. Dengan sabar William menyuapkan makanan ke mulut Grace. Terlepas dari apa yang terjadi di antara mereka William sebenarnya sama sekali ti

    Last Updated : 2025-02-18
  • Oh, My Brother!   11. Ford< Faster!

    Chapter 11Grace mengelap tangannya menggunakan kain kering, ia mencoba mengumpulkan kewarasan otaknya kemudian ia berusaha menjauhkan tubuhnya dari cengkeraman William. Tetapi, tidak bagi William, penolakan itu membuat William membalik tubuh Grace dengan kasar kemudian menempelkan bibirnya di bibir ranum milik Grace. Memaksa Grace untuk membuka bibirnya dan menerima ciumannya. Memaksakan ciumannya kepada Grace dengan cara kasar, menggigit bibir bawah Grace kemudian saat bibir Grace terbuka ia segera menyusupkan lidahnya. Membelai lidah Grace dengan cara yang tidak biasa hingga Grace membalas cumbunanya dan bibirnya melepaskan erangan halus.Terengah-engah kedua insan itu mencium menyudahi tautan bibir mereka, William menatap dalam mata Grace, wajah wanita itu tampak merah merona. Tak mampu membalas tatapan William, Grace segera membuang pandangannya. Bagaimanapun tubuhnya selalu bereaksi setiap William menyentuhnya dan yang paling mengesalkan adalah otaknya selalu menentang perasaann

    Last Updated : 2025-02-26
  • Oh, My Brother!   12. I'm Sorry, Khaim

    Chapter 12Grace mengenakan sebuah gaun pengantin berwarna putih tulang berhiaskan payet yang di bentuk dengan sangat rapi dan teliti oleh perancang yang sangat ternama di Rusia. Rambut hitam kecokelatan Grace di tata bergelombang dan di biarkan tergerai, sejumput dari sisi kanan dan kiri rambut di kepalanya tampak di anyam kemudian di jepit dengan rapi ke arah belakang. Penata rias hanya sedikit mengaplikasikan meke up di wajahnya. Hanya memakaikan lipstik berwarna ceria dan sedikit blush di tulang pipinya untuk mempertegas penampilannya yang telah sempurna. Gaun yang Grace gunakan begitu sempurna menempel di tubuh indahnya, seolah-olah gaun itu memang telah di rancang khusus untuknya. Di kakinya Grace mengenakan sepatu hak tinggi berwarna senada dengan gaun yang di kenakannya, tidak ketinggalan seikat bunga berada di genggamannya. Grace melangkah dengan anggun dengan wajah sedikit terangkat dan senyum yang tertahan seolah tidak akan membiarkan siapa saja dengan bebas menikmati seny

    Last Updated : 2025-02-26
  • Oh, My Brother!   13. Bring Alice Here

    Chapter 13Khaim bukan seorang pria biasa, ia bergaul dengan banyak kalangan kelas atas. Di mata Khaim, Alicia tidak seperti wanita biasa pada umumnya. Cara Alicia bertutur kata, sopan santunnya dan gerakannya ia jelas di besarkan oleh keluarga kaya. Apalagi jika melihat warna mata Alicia, warna mata biru kehijauan adalah warna mata yang dimiliki oleh keturunan bangsawan di Inggris di tambah lagi tampak jelas wanita di depannya itu berusaha menyembunyikan aksen bicaranya. Aksen inggrisnya sangat kental, ia bukanlah orang Rusia, Khaim meyakini hal itu. "Kau tampak seperti seorang putri bangsawan, atau mungkin kau adalah seorang putri miliarder yang sedang menyamar menjadi seorang gadis miskin?" Khaim bertanya dengan nada bergurau.Grace terkekeh. "Kau tidak masuk akal, andai saja aku seorang putri bangsawan, aku lebih baik duduk berdiam diri di kastel sambil memandangi kuku di jemariku yang cantik, aku tidak perlu bekerja di tengah terik matahari, berdiri di atas sepatu hak tinggi yan

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Oh, My Brother!   50. The Traitors

    Holla, selamat sore.Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak komentar dan rate bintang lima di pojok kiri bawah layar ponsel kalian dan Follow Authornya.Chapter 5 The Traitors"Aku tidak menyukai pria tadi," ucap William yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat tinggal mereka. Di sampingnya, Grace terkikik mendengar pernyataan William. "Kau tidak menyukai semua pria yang ada di sekitarku." "Aku tidak suka istriku ditatap pria lain." Grace memutar bola matanya. "Bagaimana mungkin kau berbicara seperti itu, sedangkan istrimu berprofesi sebagai model." Sudut bibir William terangkat mengingat bagaimana cara Sean menatap Grace, pria itu seolah menginginkan istrinya. "Batalkan saja kontrak konyolmu dengan desainer gaun pengantin itu." Grace menatap William dengan tatapan memperingatkan, ia menyipitkan sebelah mata sambil menghela napasnya. "Kau mulai bertingkah pencemburu dan tidak masuk akal lagi." "Kau akrab dengannya." Itu adalah sebuah tuduhan, s

  • Oh, My Brother!   49. My Cousin

    Chapter 4My Cousin"Sekarang beri tahu aku," erang Grace sambil perlahan menggoyangkan pinggulnya dengan pelan.Mata keduanya bersobok, saling mengunci. Grace menatap William yang berada di bawahnya dengan sorot mata memohon, juga mendamba, sedangkan William menatap Grace dengan tatapan penuh cinta, juga gairah yang membara. Membakar seluruh jiwanya."Kau yakin ingin mendengarnya?" Grace mengangguk lemah seolah tidak berdaya, ia memang terlalu lemah setiap kali William memenuhi tubuhnya."Kau akan cemburu jika mendengarnya." William mencengkeram kedua pinggul Grace, mengangkatnya dengan rendah lalu menghunjamkan dirinya dalam-dalam ke dalam tubuh Grace yang sempit dan hangat. Grace terengah, Ia mencengkeram kedua bahu William, nyaris menjerit karena William terlalu dalam memenuhinya. Tubuhnya bergetar hebat oleh kenikmatan yang menerjangnya seperti badai, ia menempelkan bibirnya di bibir William, mencumbu bibir suaminya dengan serakah. Menghisap lidah William seolah hanya William y

  • Oh, My Brother!   48. Who is She?

    Chapter 3 Who is She? "Willy," sapa Meghan yang hari ini akan menjadi pengantin. Ia mengenakan gaun pengantin berwarna putih tanpa lengan, bagian bawah gaun yang ia kenakan terbuat dari kain sepanjang delapan meter hingga membuatnya mekar dengan sempurna. Gaun pengantin yang sempurna itu dipadukan dengan veil dan crown, membuat penampilan Meghan tampak sempurna seperti seorang ratu. "Selamat, akhirnya kau menikahi Calvin." William menempelkan pipinya ke pipi sahabatnya, bergantian kanan dan kiri. Meghan menyeringai lebar. "Aku sangat bahagia, ya Tuhan." "Aku turut bahagia," ujar William. Meghan mengerutkan hidungnya, ia memiringkan kepalanya, matanya melirik ke arah Grace yang berdiri di samping William. "Grace? Lama tidak berjumpa." Grace tersenyum ramah. "Selamat atas pernikahanmu. "Terima kasih." Meghan menatap Grace dan William bergantian. "Kalian pasangan serasi," bisiknya pelan. William merengkuh pundak Grace. "Dia pernah cemburu padamu." Grace membeliak

  • Oh, My Brother!   47. Kindnes

    Chapter 2 KindnessNathalia menatap layar ponselnya, menatap Grace yang mewarisi kecantikannya. "Kau bisa berada di posisi itu karena aku," ucapnya dengan nada getir, tetapi terselip amarah.Sepuluh tahu di dalam penjara, lalu saat ia keluar dari dalam penjara, semuanya berubah. Ia menjadi sebatang kara tanpa ibunya, satu-satunya keluarga yang ia miliki di dunia ini. Namun, karena ia memiliki seorang putri, itu berarti ia masih memiliki keluarga.Nathalia Allen, wanita berambut merah kecoklatan dan memiliki paras yang sangat cantik itu tidak pernah menyangka jika ia akan berakhir di dalam penjara. Ia tidak pernah mengalahkan siapa pun kecuali, Jack Grantham. Pria bangsawan yang menggodanya hingga ia bertekuk lutut dan menyerahkan kesuciannya di usia enam belas tahun. Nathalia, ia hanyalah seorang gadis remaja biasa yang dibesarkan dengan hidup seadanya oleh ibunya yang bekerja sebagai salah satu pelayan di kediaman keluarga bangsawan di Sevenoaks, London Timur, Inggris. Ia sering

  • Oh, My Brother!   47. New Beginning

    Chapter 1New BeginningGrace Elizabeth, pemilik mata berwarna biru seindah lautan di Grace bay itu, adalah putri tidak sah dari salah satu bangsawan di London yang dijual oleh ibu kandungnya sendiri, tetapi ia beruntung karena keluarga Johanson membesarkannya lalu pada usia dua puluh tiga tahun putra pertama keluarga Johanson yang bernama William Johanson menikahinya. Awalnya William dan Grace berulang kali terjebak dalam lingkaran yang membuat mereka saling membenci dan saling menyakiti dalam kata balas dendam. Grace sangat membenci William, begitu juga William, pria itu juga membenci Grace karena Grace menanggalkan nama Johanson di belakang namanya. Grace melarikan diri dari keluarga Johanson yang telah merawatnya sejak ia mengenal dunia. William menganggap perbuatan Grace adalah penghinaan terhadap keluarga Johanson. Keluarga Johanson adalah keluarga terpandang di London, meskipun bukan keluarga bangsawan nyatanya derajat mereka nyaris sama dengan keluarga bangsawan di London k

  • Oh, My Brother!   46. Home

    Chapter 46 Tertipu. Itulah yang di alami oleh William dan Grace. Thomas adalah anak Jack yang ke tiga, selama ini Thomas tidak pernah berada di London karena ia menimba ilmu di German lalu bekerja dan memutuskan untuk menetap di sana, kebetulan ia kembali ke London karena memang hendak menikah dengan gadis pilihan orang tuanya dan kebetulan pula Thomas dan Leonel telah saling mengenal sejak sekolah menengah atas sehingga Leonel dengan mulus menjalankan misinya untuk membuat William dan Grace menikah. Rupanya seluruh keluarga mereka terlibat dalam rencana itu. Masing-masing dari mereka memainkan peran dengan sangat apik. William dan Grace sangat terkejut manakala mereka tiba di gereja yang Sidney tentukan, kedua keluarga telah berkumpul di sana menyambut dua orang yang keras kepala akhirnya mengakui cinta mereka dan meresmikannya. Meskipun mereka sedikit kecewa karena ternyata keduanya memutuskan untuk merahasiakan pernikahan mereka. Pengambilan sumpah di gereja berlangsung dengan s

  • Oh, My Brother!   45. Mr. Possessive

    Chapter 45Grace menerima gaun berwarna putih di tangan William, perlahan ia membuka lipatannya dan tercengang dengan apa yang ia lihat. Sebuah gaun pengantin. "G-gaun? Gaun pengantin?" Atanya Grace tergagap-gagap."Ya, gaun pengantin. Kita akan menikah," jawab William dengan nada datar. "M-menikah? Siapa yang meni...." "Kita, kau dan aku," sahut William tanpa menunggu Grace menyelesaikan kalimatnya. "B-bagaimana mungkin?" William hendak meraih telapak tangan Grace tetapi Grace justru menghindarinya dan mundur dua langkah. "Sayang, kita akan menikah, kau akan menjadi istriku. Aku akan menjadi milikmu," ucap William sambil berusaha mendekati Grace. Kau menjadi milikku? Grace meletakkan gaun di tangannya ke atas tempat tidur sambil sebelah tangannya memberi kode agar William tidak mendekat, ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Menatap William dengan tatapan permusuhan yang angkuh. Mendadak keberaniannya menyeruak, rasa kecewanya kepada William tidak bisa dielakkan lagi. Di masa l

  • Oh, My Brother!   44. Married

    Chapter 44William kembali ke tempat tinggal orang tuanya, ia baru saja melangkahkan kakinya hendak menuju ruang belajar di mana ayahnya berada. Ayahnya mengatakan Ada hal penting yang harus dibicarakan tetapi ketika tiba di dalam ruang belajar William sedikit terkejut karena bukan hanya ayahnya yang berada di sana, tapi ibunya juga berada di sana. Tidak terkecuali Sydney dan Leonel, hanya alexa yang tidak berada di sana."Pembicaraan keluarga rupanya?" tanya William sambil mendaratkan bokongnya di atas sofa.Alexander mengamati wajah putra pertamanya. "Barusan ayahnya, maksudku--ayah kandung Grace datang ke sini," ucapnya."Untuk apa pria tua itu datang ke sini?" tanya William dengan nada sangat acuh."Grace akan bertunangan dengan pria yang dipilihkan olehnya," jawab Alexander.Menyembunyikan keterkejutannya, William berkata dengan nada datar dan mempertahankan sikap acuhnya. "Itu bagus."Jawaban William membuat empat pasang mata yang ada di dalam ruangan itu kompak tertuju kepada

  • Oh, My Brother!   43. Broken Heart

    Chapter 43Grace sangat terkejut manakala mendapati pria yang sangat ia kenal duduk di atas sofa ruang tamu tempat tinggalnya, rasanya ia ingin melompat ke dalam pelukan William. "Willy," desahnya. Akhirnya dia kembali. William melemparkan senyum tipis ke arah Grace. "Ganti pakaianmu, aku ingin berbicara denganmu," ucap William dengan nada ada yang tak mampu di baca oleh Grace karena nada bicara William tidak dingin, tidak juga hangat, juga tidak ada keramahan di sana. Grace menggigit bibirnya sambil samudra biru di matanya menatap William dengan tatapan seolah ia ragu-ragu meninggalkan William bahkan jika hanya satu detik. Ia ingin menentang William, ia takut William pergi meninggalkannya lagi tetapi akhirnya ia harus mengangguk kemudian kakinya melangkah menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Tidak lama kemudian Grace telah duduk di samping William. Susana cukup kaku, apalagi setelah beberapa menit berlalu William masih bertahan dengan kebisuannya. Grace nyaris putus asa karena

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status